Anda di halaman 1dari 8

Nama : Jaka Sejati

Nim:3203122053

Dosen : Dr. Ratih Baiduri, M.SI

Mata Kuliah : Pengantar Etnografi

Kerangka Etnografi Di Aceh

 Asal mula dan sejarah suku Aceh


Aceh...adalah sebuah bangsa yang sudah ada sejak 2.500 tahun yang
lalu dan sudah dikenal sejak abad ke-5 M dengan kerajaan Poli yang
berada di pantai Sigli ( Aceh Pidie ) , Acehadalah bangsa yang unik
yang terdiri dari multikultur suku dan bahasa serta
budaya, Acehadalah negeri yang penuh julukan...Aceh negeri serambi
mekkah, Aceh negeri tanah rencong, Aceh negeri syariat Islam, Aceh
negeri sejuta warung kopi dan sebagainya.

Menurut salah satu sumber dikalangan peneliti sejarah dan antropologi


seperti yang saya kutip dari Cakradonya, bahwa asal usul Bangsa Aceh
berasal dari suku Mantee yang hidup di rimba raya Aceh yang memiliki
ciri-ciri postur tubuh agak kecil dibandingkan dengan orang Aceh
sekarang. menurut prakiraan suku mantee ini mempunyai hubungan
terkait dengan suku bangsa Mantera di Malaka yang merupakan bagian
dari bangsa Monk Khmer dari hindia belakang.Seprti anda lihat
persamaan yang ada dalam jiwa-jiwa orang Aceh dengan orang Khmer
yaitu semangat dan api revolusi yang menyala-nyala.

Kembali pada sejarah masa lalu disini kita lihat Pengaruh pertama
terhadap bangsa Aceh datang dari bangsa India yang membawa
ajaran Hindu dan Budha masuk ke Aceh sekitar 2.500 tahun yang lalu,
bangsa India telah membuat perkampungan di Aceh, mereka datang
melalui pesisir pantai utara Aceh. Sangat beranekaragamnya sumber-
sumber yang mengingat pelabuhan-pelabuhan dagang itu, dimana
diperoleh informasi dari Cina, Arab, India, bahkan Eropa, adalah bukti
yang cukup kuat bahwa tempat itu memang dari dahulu kala sudah
merupakan persimpangan internasional yang sangat strategis di apit
oleh samudera hindia dan selat malaka.
Dalam perjalanan sejarah seperti kita ketahui sekitar tahun 500 Masehi
di Aceh telah berdiri satu kerajaan yang di kenal internasional yang
bernama kerajaan Poli, kerajaan Poli ini berada di pantai Sigli, Aceh
Pidie dan Dan pada akhir abad 13 tercatat bahwa kerajaan Samudera
pasai yang didirikan oleh Meurah Silo yang kemudian bergelar Sultan
Malikus-Saleh hingga Sulthan Ali Mughayat Syah Seorang raja
Acehyang lebih lihai dan beruntung dari raja-raja sebelumnya, berhasil
memproklamirkan KERAJAAN ACEH DARUSSALAM pada hari Kamis, 21
Dzulqaidah 916 H atau 20 Februari 1511 ( menurut salah satu sumber
sang sulthan sudah berkuasa mulai tahun 1496 ) dan Aceh menjadi
salah satu dari SUKU ADI DAYAdikawasannya yang merupakan salah
satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia pada masa itu dan
Aceh mencapai puncak kejayaan yang gilang gemilang di jaman
keemasan Sulthan Iskandar Muda. Sejarah Kerajaan Aceh Darussalm
terukir selama 407 tahun dibumi Ilahi ini yang berakhir dimasa sulthan
Muhammad Daud Syah pada tahun 1903.

Aceh sepanjang sejarah seindah lukisan dalam kanvas lukisan Sayed


Dahlan Al Habsyi kini
hanyalah sebuah provinsi yang menjadi salah satu selir dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

 Sistem pengetahuan suku Aceh

Suku Aceh memiliki sistem pengetahuan yang mencangkup tentang fauna,


flora, bagian tubuh manusia, gejala alam, dan waktu. Mereka mengetahui dan
memiliki pengetahuan itu dari dukun dan orang tua adat.
Pengetahuan yang terdapat dalam suku aceh, yaitu tentang tradisi bahasa
tulisan yang ditulis dalam huruf Arab-Melayu yang disebut bahasa Jawi atau
Jawoe, Bahasa Jawi ditulis dengan huruf Arab ejaan Melayu (gambar
terlampir). Pada masa Kerajaan Aceh banyak kitab ilmu pengetahuan agama,
pendidikan, dan kesusasteraan ditulis dalam bahasa Jawi. Pada makam-makam
raja Aceh terdapat juga huruf Jawi. Huruf ini dikenal setelah datangnya Islam di
Aceh. Banyak orang-orang tua Aceh yang masih bisa membaca huruf Jawi.
 Kesenian suku Aceh

Tari Saman

Kesenian tradisional khas Aceh yang satu ini sudah banyak dikenal
masyarakat Indonesia maupun dunia. Sayangnya, arti Tari Saman yang
sebenarnya kerap disamakan dengan tarian lain. seperti Ratoh Jaroe
maupun Ratoh Duek.

Sebenarnya, Tari Saman adalah tari yang dibawakan oleh penari laki-laki
secara berkelompok. Jumlah penari dalam kelompok Tari Saman
berjumlah ganjil, minimal 9 orang. Tarian ini adalah tarian khas Suku
Gayo, yakni suku tertua di Aceh.

Tari Saman dibawakan dengan gerakan menepuk dada dan lantai,


diiringi gendangan rebana oleh seorang syeh yang juga menyanyikan
lagu dalam bahasa Gayo. Kostum yang digunakan pun adalah pakaian
adat suku Gayo.
 Bahasa suku Aceh

Bahasa Aceh merupakan bahasa yang banyak digunakan masyarakat aceh


pada umumnya, hampir 70% dari total penduduk aceh menggunakan bahasa
aceh dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa aceh memiliki dialek yang
berbeda-beda seperti dialek pidie, aceh besar dan aceh selatan serta aceh
utara, dialek yang akan menjadi identitas seseorang bila sedang
berkomunikasi.

Bahasa Aneuk Jamee


Bahasa jamee berasal dari daerah Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya dan
masih menjadi bahasa sehari-hari masyarakat disana. Bahasa Jamee juga
sering di istilahkan dengan bahasa Baiko karena banyak kosa kata dalam
bahasa jamee memiliki huruf vokal “o”.
Bahasa Kluet
Bahasa Kluet merupakan bahasa Ibu bagi masyarakat Suku Kluet yang
mendiami beberapa kecamatan di Aceh Selatan. Bahasa ini berpusat di
beberapa daerah seperti Kecamatan Kluet Utara, Kluet Tengah, Kluet
Selatan dan Kluet Timur.

Bahasa Alas
Bahasa ini kedengarannya lebih mirip dengan bahasa yang digunakan
oleh masyarakat etnis Karo di Sumatera Utara. Masyarakat yang
mendiami kabupaten Aceh Tenggara, di sepanjang wilayah kaki gunung
Leuser, dan penduduk di sekitar hulu sungai Singkil di kabupaten Singkil,
merupakan masyarakat penutur asli dari bahasa Alas.

Bahasa Gayo
Bahasa ini diyakini sebagai suatu bahasa yang erat kaitannya dengan
bahasa Melayu kuno, meskipun kini cukup banyak kosakata bahasa Gayo
yang telah bercampur dengan bahasa Aceh. Bahasa Gayo merupakan
bahasa ibu bagi masyarakat Aceh yang mendiami kabupaten Aceh
Tengah, sebahagian kecil wilayah Aceh Tenggara, dan wilayah Lokop di
kabupaten Aceh Timur. Bagi kebanyakan orang di luar masyarakat Gayo,
bahasa ini mengingatkan mereka akan alunan-alunan merdu dari syair-
syair kesenian didong.

 Sistem religi dan sistem teknologi suku Aceh


Menurut sejarahnya, Aceh adalah daerah di Indonesia yang pertama
kali masuk agama Islam yang dapat berkembang subur, sehingga
berhasil membentuk masyarakat Islam yang kuat dan patuh
menjalankan ajaran-ajaran Islam hingga sekarang. Karena itu, segala
tingkah laku masyarakat harus disesuaikan dengan unsur-unsur
agama/syariah Islam.

Agama Islam lebih menonjol dalam segala bentuk dan manifestasinya di


dalam masyarakat, biarpun pengaruh adat tidak hilang sama sekali.
Pengaruh agama Islam terhadap kehidupan masyarakat sangat erat
hubungannya dengan kerohanian dan kepribadian seseorang, sehingga
agama itu telah mempengaruhi sifat kekeluargaan seperti perkawinan,
harta waris, kematian dan lain-lain.

Dengan berlakunya syariah Islam di Aceh, maka seluruh pelanggaran


orang-perorangan maupun golongan lebih banyak diputuskan
berdasarkan hukum Islam. Lembaga yang mengadili perkara-perkara itu
adalah Peradilan Agama Islam. Maka tiada berlebihan kiranya jika
daerah Aceh mendapat sebutan "Serambi Mekah".

Masalah pendidikan agama Islam sangat diutamakan sejak kecil hingga


dewasa tanpa berhenti. Meskipun hampir semua orang Aceh memeluk
Islam, namun di sana ada beberapa Gereja yang umumnya peninggalan
jaman Belanda dan sedikit ada yang baru didirikan. Para penganut
agama Kristen ini umumnya berasal dari luar daerah Aceh yang
kebetulan bekerja di Aceh, dan umumnya gereja-gereja tersebut
terletak di daerah perbatasan dengan daerah Batak Karo (Sumatera
Utara), yaitu Kutacane atau di kota-kota besar saja.

 Mata pencaharian suku Aceh

Sebagian besar penduduk suku Aceh hidup dari Namun sistem pengairan di sawah-
sawah belum teratur seperti di Jawa, sebagian besar masih bergantung pada air
hujan.
Penanaman padi hanya 1 kali dalam setahun dengan pengolahan yang masih
sederhana. Disamping bekerja di sawah, orang Aceh biasa membuka ladang (huma)
di tepi-tepi hutan secara berpindah-pindah, sehingga banyak lahan yang tidak
terurus lagi.

Selain bertani, penduduk suku Aceh sangat gemar berdagang, terutama hasil bumi,
hasil perkebunan dan hasil ikan laut. Sejak jaman kuno Suku Aceh telah melakukan
perdagangan dengan luar negeri dan mencapai kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1636, yang telah mampu bersaing
dengan pedagang Eropa.

 Lokasi, lingkungan alam, dan demografi suku Aceh

Jumlah penduduk Kota Banda Aceh saat ini adalah 265.111 jiwa
dengan kepadatan 43 jiwa/ Ha. Jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan cukup berimbang. Penduduk Kota Banda Aceh
didominasi oleh penduduk berusia muda. Hal ini merupakan salah
satu dampak dari fungsi Banda Aceh sebagai pusat pendidikan di
Aceh dan bahkan di Pulau Sumatera. Banyak pemuda juga
bermigrasi ke Banda Aceh untuk mencari kerja.

 Hal yang difokuskan dari suku aceh

1. Rumah Adat
Rumah adat yang dimiliki Suku Aceh dinamakan Krong Bade. Ciri khas dari
rumah ini adalah bentknya yang panggung dengan jarak lantai 2,5 – 3 meter dari
atas tanah.

Bangunan ini dibangun menggunakan bahan kayu secara keseluruhan, mulai


dari atap, lantai hingga beberapa ornamen-ornamen yang dihias pada dinding-
dinding. Sementara atapnya terbuat dari anyaman daun enau.

2. Pakaian Adat
Aceh juga memiliki jenis pakaian adat yang dikenakan pada acara-acara 
tertentu. Pakaian adat aceh dibedakan menjadi 2 jenis, yakni pakaian adat laki-
laki dan pakaian adat perempuan. Masing-masing pakaian adat
tersebut memiliki nama dan ciri khas yang berbeda. Pakaian-
pakaian adat ini dipakai pada acara-acara tertentu saja, seperti
acara pernikahan, upacara adat, dll.
3. Upacara Adat
Upacara adat juga menjadi tradisi masyarakat Aceh. Biasanya,
upacara adat yang sering diselenggarakan adalah upacara
perkawinan. Upacara ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan,
seperti melamar calon pengantin, acara tunangan, pesta,
penjemputan mempelai perempuan, sampai pada penjemputan
mempelai laki-laki. Selain upacara perkawinan, ada juga upacara
peusijuek, yang upacara yang dilaksanakan dengan memercikkan
benih-benih air yang telah dicampur tepung tawar pada seseorang
yang memiliki  hajat tertentu.

4. Tarian Adat
Aceh juga kaya akan tarian adatnya. Salah satu tarian adat yang
cukup terkenal adalah Tari  Seudati. Tarian ini berupa gerakan yang
enerjik, khas, serta lugas dengan mengandalkan gerakan tangan
dan kaki. Tangan dan kaki yang dilakukan dengan sangat lincah dan
cepat, sehingga menghasilkan gerakan-gerakan yang berirama dan
harmonis.

Selain Tari Seudati, ada juga tarian yang terkenal, yakni Tari Saman.
Tarian ini  dilakukan dengan gerakan tepukan pada bagian tangan,
dada, dengan tanpa diiringi alat musik. Namun, walaupun tanpa
disertai alat musik, tari ini  tetap meriah karena gerakan-gerakan
penari yang bersemarak, sehingga menarik dan indah untuk dilihat.
Selain Tari Saman, terdapat tarian-tarian lain seperti Tari Laweut
Aceh, Tari Tarek Pukat, Tari Didong, Tari Ratok Duek Aceh, dan
tarian-tarian lainnya.

5. Senjata Tradisonal
Aceh juga memiliki senjata tradisional yang terkenal, yakni Rencong.
Senjata ini mirip dengan keris yang dulu dipakai oleh Suku Aceh
pada masa  Kesultanan Aceh. Terdapat berbagai jenis senjata
Rencong, seperti Renconng Meupucok, Rencong Meukuree,
Rencong Meucugek, dan Rencong Pudoi. Selain Rencong, Aceh juga
memiliki senjata tradisional lainnya seperti Siwah dan juga
Peudeung.
6. Makanan Adat
Makanan adat khas Aceh memiliki ciri khas yang mirip dengan
makanan khas India, salah satunya gulai atau kerambi kering. Ada
juga makanan khas Aceh yang menggunakan bahan dasar ikan,
yang dinamakan eungkot paya.

http://www.wikipedia.org.com

Anda mungkin juga menyukai