Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN PROVINSI ACEH

Disusun oleh
1. Indah Zahratul aini
2. Sri Azlla Rezeki
3. Najwa Aulia Absi
4. Putri Indah Lestari

Kelas : IX.2
Mata pelajaran: PPKN

MTsN 1 Indragiri Hulu


T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah di hadapan Allah SWT Yang Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyusun dan menyajikan Makalah kewarganegaraan provinsi Aceh yang memuat
provinsi Aceh sebagai salah satu tugas kelompok kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah kewarganegaraan provinsi Aceh ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan tugas ini dan dapat menjadi acuan dalam penyusunan makalah
atau tugas selanjutnya.

kami juga mohon maaf jika dalam penulisan Makalah kewarganegaraan provinsi Acehini terdapat
kesalahan ketik dan kesalahan yang membingungkan pembaca dalam memahami maksud kami.
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
BAB I Pendahuluan...................................................................................................... ..............
A. Latar
Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................. ...........
C. Tujuan ..........................................................................................................................

BAB II Pembahasan ..................................................................................................... .............


A. Pemerintahan kota Aceh..................................................................................................
B. Suku kota Aceh .............................................................................................................
C. Adat istiadat kota Aceh....................................................................................................
D. Makanan dan minuman khas Aceh................................................................................
E. Tempat wisata kota Aceh..............................................................................................

BAB III Penutup ........................................................................................................ ................


A. Kesimpulan ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... ........


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Aceh adalah salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia. Aceh sebelumnya pernah disebut
dengan sebutan Daerah Istimewa Aceh pada tahun 1959-2001, dan Nanggroe Aceh Darussalam pada
tahun 2001-2009. Aceh adalah provinsi paling barat di Indonesia dengan Ibu Kota Banda Aceh. Aceh
memiliki otonomi yang teratur tersendiri, disebabkan Aceh berbeda dengan kebanyakan provinsi di
Indonesia. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah
barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan. Suku
bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang Melayu dan Timur Tengah yang
menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya. Sebagian
besar masyarakat Aceh bermata pencarian sebagai petani namun tidak sedikit juga yang pedagang.
Aceh memiliki budaya yang unik dan beraneka ragam yang dipengaruhi oleh budaya-budaya Melayu
dan Timur Tengah. Hal tersebut dikarenakan letak
B. Rumusan Masalah
Beberapa latar beakang di atas, muncul beberapa pertanyaan seputar Provinsi Aceh dan
pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi masalah baru yang menarik untuk jadi pokok bahasan
dalam penelitian ini. Adapun 5 masalah yang timbul dari latar belakang di atas adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana pemerintahan dikota Aceh?


2. Apa saja suku yang ada dikota Aceh ?
3. Adat istiadat apa yang ada dikota Aceh?
4. Apa saja makanan dan minuman khas kota Aceh?
5. Apa saja tempat wisata yang menarik dikota Aceh?
6. Apa saja baju adat yang ada di kota Aceh

C. Tujuan

Ada pun tujuan kita membahas provinsi Aceh yaitu :

1. Kita tau pemerintahan dikota Aceh.


2. Suku – suku yang berada dikota Aceh.
3. Adat istiadat yang ada dikota Aceh.
4. Kita jadi tau makanan dan minuman khas kota Aceh.
5. Kita jadi tau tempat wisata yang menarik untuk kita datangi.
6. Baju adat yang digunakan Aceh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerintahan dikota Aceh

Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-
masing.[1] Pemerintahan Aceh setingkat dengan pemerintahan provinsi lainnya di Indonesia dan
merupakan kelanjutan dari Pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Pemerintahan Provinsi
Aceh. Pemerintahan Aceh dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh, dalam hal ini Gubernur Aceh sebagai
lembaga eksekutif, dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sebagai lembaga legislatif.

Pemerintahan Aceh dibentuk berdasarkan Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan


Republik Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa. Perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia menempatkan Aceh sebagai satuan
pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan memiliki kewenangan khusus, terkait dengan
karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang tinggi.

Ketahanan dan daya juang tinggi tersebut bersumber dari pandangan hidup yang berlandaskan
syari’at Islam yang melahirkan budaya Islam yang kuat, sehingga Aceh menjadi salah satu daerah
modal bagi perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

B. Suku Dikota Aceh

. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Aceh, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa
Melayu-Polinesia Barat

Berdasarkan perkiraan terkini, jumlah suku Aceh mencapai 3.526.000 jiwa, yang sebagian
besar bertempat tinggal di Provinsi Aceh, Indonesia. Sedangkan menurut hasil olahan data
sensus BPS 2010 oleh Aris Ananta dkk., jumlah suku Aceh di Indonesia adalah sebanyak 3.404.000
jiwa. Selain di Indonesia, terdapat pula minoritas diaspora yang cukup banyak
di Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Qatar, Australia, Kanada, Amerika
Serikat, Paraguay, Jerman dan negara-negara Skandinavia.

Legenda rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh terawal berasal dari suku-suku asli; yaitu
suku Mante (Mantir) dan suku Lhan (Lanun). Suku Mante merupakan etnis lokal yang A diduga
berkerabat rapat dengan suku Batak, suku Gayo, dan Alas sedangkan suku Lhan diduga masih
berkerabat dengan suku Semang yang bermigrasi dari Semenanjung Malaya atau Hindia Belakang
(Champa, Burma). Suku Mante pada mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar
ke tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secara etnologi tentang hubungan suku Mante dengan
bangsa Funisia di Babilonia atau Dravida di lembah sungai Indus dan Gangga, namun hal tersebut
belum dapat ditetapkan oleh para ahli kepastiannya.
Mereka banyak yang sehari-harinya berbicara baik dalam bahasa Aceh maupun bahasa Aneuk Jamee,
yaitu dialek khusus mereka sendiri.

Bendera Kesultanan Aceh

c. Adat istiadat kota Aceh

Aceh adalah sebuah entitas suku dan wilayah, tentunya ini sangat berbeda dengan suku atau
wilayah lainnya di Indonesia. Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang pluralistis dan “terbuka”.
Di daerah Nanggroe Darussalam ini terdapat beberapa sub etnis, yaitu Aceh, Alas, Aneuk Jamee,
Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Diantara sub etnis diatas, setiap etnis mempunyai adat
istiadat yang berbeda, dan ini menjadi sebuah keistimewaan dari beberapa suku yang ada di
indonesia.

Dalam masyarakat Aceh, adat merupakan sesuatu yang tertulis ataupun tak tertulis yang menjadi
pedoman didalam bermasyarakat Aceh. Nah, adat yang dipahami ini merupakan titah dari para
pemimpin dan para pengambil kebijakan guna jalannya sistim dalam masyarakat. Dalam masyarakat
Aceh, adat atau hukum adat TIDAK boleh bertentangan dengan ajaran agama islam. Sesuatu yang
telah diputuskan oleh para pemimipin dan ahli tersebut haruslah seirama dengan ketentuan syariat.

Dan jika adat ini bertentangan Ajaran Syariat maka hukum adat itu akan dihapuskan. Inilah bukti
bahwa masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi Nilai-nilai keagamaan.

Menurut Mustafa Ahmad, yang dimaksud dengan adat di Aceh adalah aturan hidup. Aturan yang
mengatur kehidupan rakyat, yang diciptakanoleh para cerdik dan pandai Aceh bersama Poe
Meureuhom/Sultan Aceh. Aturan hidup ini mengikat seluruh rakyat Aceh tanpa kecuali. Dan bagi
siapa saja yang melanggarnya, akan mendapat sanksi. Kalau sekarang, aturan hidup ini dikenal
dengan istilah Hukum Adat.

Langsung saja kami bahas, berikut tentang macam-macam Adat Istiadat Masyarakat Aceh :

1. Upacara Perkawinan

Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat Aceh sebab hal ini
berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan.

Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, terlebih dahulu tiga
hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki-laki dan
pengantin perempuan di rumahnya masing-masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin
dihiasi dengan inai. Selama upacara meugaca/boh gaca pada malamnya diadakan malam pertunjukan
kesenian seperti tari rabana, hikayat, pho, silat, dan meuhaba atau kaba (cerita dongeng). Tapi adat ini
ada sebahagian daerah di Aceh yang tidak lagi melaksanakannya.

2. Upacara Peutron Tanoh (Turun Tanah)

Upacara turun tanah (peutron tanoh) diadakan setelah bayi berumur tujuh hari atau 2 tahun. Dalam
jangka waktu yang cukup untuk mempersiapkannya, lebih-lebih anak pertama yang sering diadakan
upacara cukup besar, dengan memotong kerbau atau lembu. Pada upacara ini bayi digendong oleh
seseorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekertinya. Orang yang menggendong memakai
pakaian yang bagus-bagus. Waktu turun dari tangga ditundungi dengan sehelai kain yang dipegang
oleh empat orang pada setiap sisi kain itu. Di atas kain tersebut dibelah kelapa agar bayi tadi tidak
takut terhadap suara petir. Belahan kelapa dilempar dan sebelah lagi dilempar kepada wali karong.
Salah seorang keluarga dengan bergegas menyapu tanah dan yang lain menampi beras bila bayi itu
perempuan, sedangkan bila bayi itu laki-laki salah seorang keluarga tersebut mencangkul tanah,
mencencang batang pisang atau batang tebu. Kemudian sejenak bayi itu dijejakkan di atas tanah dan
akhirnya dibawa berkeliling rumah atau mesjid sampai bayi itu dibawa pulang kembali ke rumah.

3. Tradisi Makan dan Minum

Makanan pokok masyarakat Aceh adalah nasi. Perbedaan yang cukup menyolok di dalam tradisi
makan dan minum masyarakat Aceh dengan masyarakat lain di Indonesia adalah pada lauk-pauknya.
Lauk-pauk yang biasa dimakan oleh masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercitra rasa seperti
masakan India. Lauk-pauk utama masyarakat Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing/sapi). Di
antara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (Kari Kambing), sie reboih, keumamah, eungkot
paya (ikan Paya), mie Aceh, dan Martabak.

Sedangkan dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah kopi. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila pada pagi hari kita melihat warung-warung di Aceh penuh sesak orang yang
sedang menikmati makan pagi dengan nasi gurih, ketan/pulut, ditemani secangkir kopi atau pada
siang hari sambil bercengkrama dengan teman sejawat makan nasi dengan kari kambing, dan
sebagainya.

4. Senjata Khas Adat Masyarakat Aceh

Senjata khas Adat masyarakat Aceh yang sampai dengan saat ini masih digunakan oleh masyarakat
Aceh adalah Rencong atau Rincong. Rencong atau Rincong adalah senjata pusaka bagi rakyat Aceh
dan merupakan simbol keberanian,keperkasaan,pertahanan diri dan kepahlawanan Aceh dari abad ke
abad.

Rencong telah dikenal pada awal Islam Kesultanan di abad ke-13. Di jaman Kerajaan Aceh
Darussalam rencong ini tidak pernah lepas dari hampir setiap pinggang ( selalu diselipkan dipinggang
depan ) rakyat Aceh yang rata-rata punya keberanian luar biasa baik pria maupun wanita karena
rencong ini bagi orang Aceh ibarat tentara dengan bedilnya yang merupakan simbol keberanian,
kebesaran, ketinggian martabat dan keperkasaan orang Aceh sehingga orang-orang portugis atau
portugal harus berpikir panjang untuk mendekati orang Aceh.

5. Rumah Adat Masyarakata Aceh

Rumah Aceh atau Rumoh Aceh dalam bahasa Aceh adalah rumah adat Aceh yang berbentuk rumah
panggung dengan denah rumah berupa persegi panjang dan diposisikan dari timur ke barat agar tidak
sulit menentukan arah kiblat sedangkan tampak depan menghadap utara-selatan. Salah satu ciri khas
rumoh Aceh ini adalah tiang-tiang penopang rumah yang sangat tinggi, yaitu sekitar 2,5-3 meter. Luas
bangunannya pun minimal 200 m2 dengan ketinggian dasar lantai hingga atap mencapai 8 m.
Walaupun memiliki ukuran yang besar salah satu kehebatan rumoh Aceh ini adalah
pembangunannya yang hanya menggunakan tali ijuk, pasak serta baji dengan material utamanya
kayu, papan dan daun rumbia untuk atapnya. Namun hingga hari ini rumah Aceh ini masih berdiri
tegak setelah dibangun lebih dari 200 tahun.

D. Makanan dan Minuman khas Aceh

1. Mie Aceh
Mie Aceh, satu jenis kuliner yang menggoda dari Aceh, dapat dicicipi dengan dua cara, yakni di
goreng atau direbus alias menggunakan kuah. Sebagai variasi bisa meggunakan kepiting, daging atau
seafood. Variasi inilah yang nanti menentukan nama mienya. Saat ini Mie Aceh sudah banyak
ditemukan dipenjuru Indonesia, namun tak sama rasanya jika datang langsung ke Aceh.

2. Sate Matang

Nama sate ini serasa bergelora diseluruh Aceh. Di mana ada masyarakat Aceh bermukim di kota-kota
besar di Indonesia pasti ada gerobak yang bertulis sate “sate matang”. Dinamakan sate matang karena
asalnya dari daerah Matang, Bireuen. Yang membuat special sate ini karena makannya dengan kuah
soto.

3. Ayam Tangkap

Ayam tangkap merupakan makanan khas Aceh Besar, terbuat dari ayam yang di goreng dengan cabe
hijau dan daun Teumuru atau Salam Koja atau Daun Kari (orang Aceh menyebutnya Teumuru.
Rasanya memang seperti ayam goreng biasa ditambahi aroma daun teumuru dan cabai hijau sehingga
mempunyai sensasi rasa tersendiri. Ayamnya dipotong kecil-kecil sehingga tersembunyi dibalik
tumpukan daun teumuru dan cabai hijau goreng serta taburan bawang goreng di atasnya, mungkin
karena tersembunyi itulah maka dinamakan ayam tangkap.

4. Teh Tarik
Bubuk teh yang dijual kiloan sering digunakan untuk membuat teh tarik. Setelah diseduh, teh disaring
dengan kain kasa dan dicampur dengan susu kental manis.
Teh tarik secara harfiah berarti "teh ditarik," itulah yang pengrajin di warung mamak India lakukan
untuk membuat minuman. Teh dan susu yang dituangkan melalui udara antara dua cangkir sampai
mencapai tekstur, kaya berbusa - terampil teh tarik seniman tidak pernah menumpahkan setetes!
Lebih dari sekedar kecakapan memainkan pertunjukan dan tradisi, menuangkan teh tarik melalui
udara mendinginkan teh dan menghasilkan busa-busa.

5. Minuman Sanger

Sanger adalah sejenis minuman yang hanya ada di Aceh. Sanger atau juga sering di sebut kopi sanger
ini secara umum mirip dengan capucino, tapi menurut kami jauh lebih nikmat kopi sanger ini. Selain
itu jika kita melihat sekilas maka sanger ini akan sangatlah tampak seperti kopi susu biasa, tetapi jika
kita menilik dari rasanya, kopi sanger ini memiliki rasa yang sangat khas dan berbeda dari rasa kopi
lainnya.
Memang dari dahulu Aceh ini terkenal dengan khas kopi saring/tarik-nya. Bagi para pecinta kopi
sejati pasti akan segera dapat merasakan bedanya, apabila sudah merasakan kopi Aceh. Warung yang
paling terkenal dalam menyajikan jenis minuman ini adalah warung solong di kawasan Ulee Kareng
dan Chek Yuke di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Selain itu, hampir di setiap ruas
jalan di Banda Aceh pasti akan banyak kita temui warung-warung kopi, tempat nongkrong dari
segala usia.
6. Kopi Gayo

Kopi Gayo adalah salah satu jenis kopi yang dihasilkan dari perkebunan kopi di dataran tingggi
Gayo, Aceh. Di sana terdapat dua varietas kopi yang banyak dikembangkan oleh masyarakat, di
antaranya jenis kopi Arabica dan jenis kopi Robusta. Berbeda dengan jenis kopi di Indonesia lainnya,
jenis kopi satu ini memiliki cita rasa dan aroma yang sangat khas, sehingga banyak digemari oleh
para penikmat kopi. Kopi Gayo ini merupakan salah satu jenis kopi yang terkenal di Indonesia,
bahkan kualitasnya sudah diakui oleh dunia.

E. Tempat wisata dikota Aceh

1. Masjid Baiturahmman
Masjid Raya Baiturrahman (Aksara Jawoë : ‫ ) مسجد راي بايتوررحمن‬adalah sebuah Masjid
yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Masjid Raya Baiturrahman
adalah simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh.
Masjid ini adalah landmark Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari bencana
tsunami pada 26 Desember 2004 silam.
2. Museum Tsunami
3. Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding
lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong
sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi — untuk menciptakan kembali
suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari
Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius suku
Aceh. Dari atas, atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip
rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami. Bagian rooftop
bangunan Museum Tsunami Aceh pun dirancang sebagai escape roof, yakni area evakuasi
jika terjadi bencana banjir atau tsunami di kemudian hari.Bangunan ini memperingati para
korban, yang namanya

dicantumkan di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat
dari bencana ini.

Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi korban tewas, museum ini juga berguna sebagai
tempat perlindungan dari bencana semacam ini pada masa depan, termasuk "bukit pengungsian"
bagi pengunjung jika tsunami terjadi lagi.

3. Rumah cut nyak dien

Museum Rumah Cut Nyak Dhien berlokasi di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada,
Kabupaten Aceh Besar.Bila ditempuh dari Kota Banda Aceh, kira-kira jaraknya sekitar 10
kilometer. Posisi Museum Rumah Cut Nyak Dhien persis di sisi jalan raya, sehingga pengunjung
dapat mudah menemukannya.Museum Rumah Cut Nyak Dhien berbentuk rumah panggung
dengan konstruksi kayu dan beratap rumbia, seperti umumnya rumah adat Aceh.Rumah
panggung tersebut disangga oleh sekitar 65 tiang kayu. Ukuran rumah sekitar 25 meter x 17
meter. Warna hitam mendominasi rumah ini.Untuk menuju rumah itu, pengunjung harus menaiki
beberapa anak tangga. Tangga utama masuk terletak di sebelah kanan rumah. Kemudian, pintu
masuk utamanya relatif kecil sehingga siapapun perlu sedikit membungkukkan badan. Setelah
masuk ke dalam rumah, mata akan disajikan oleh suasana yang lapang. Ada banyak ruangan di
rumah tersebut.
Masing-masing ruangan terhubung oleh pintu. Suasananya adem dan sejuk karena dinding rumah
terbuat dari papan kayu dan atap yang dilapisi pelepah daun kelapa tua.Pada dinding ruangan di
area depan, orang bisa menyimak silsilah keturunan keluarga Cut Nyak Dhien. Kemudian, pada
area dinding ruangan yang lain, ada foto-foto yang menggambarkan perjuangan Aceh melawan
penjajah Belanda.

4. Pantai rubiah
Wisata Pulau Rubiah saat ini merupakan sebuah pulau yang tidak berpenghuni. Walau begitu
jangan khawatir, di pulau ini Anda masih menemukan sebuah warung kecil yang menjual
makanan dan minuman yang bisa Anda beli. Pulau ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan,
baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara terlebih jika hari libur.
Mereka yang datang selain untuk sekedar bermain di bersihnya pasir pantai, ada juga yang
berkeliling pulau menggunakan perahu yang bisa di sewa, bahkan banyak yang berkunung
menjajal snorkeling menikmati pemandangan indah kerajaan bawah laut pulau ini. Air laut di
pulau ini sangat bersih dan jernih. Bahkan pengunjung dengan mudah dapat melihat
pemandangan kerajaan bawah laut dari atas permukaan air sampai dengan kedalaman 15 meter.
Saat Snorkeling, tak jarang pengunjung mudah melihat sekumpulan ikan laut yang berenang
di sela-sela terumbu karang yang menyejukan mata. Jenis ikan yang sering ditemukan disini
beraneka macam antara lain seperti ikan Bendera, ikan Kepe-kepe, ikan warna, ikan Botana Biru,
ikan Sersan, ikan Kerapu, ikan Mayor, kerang, ikan Putri Bali dan masih banyak jenis ikan
lainnya yang terdapat di pulau cantik ini.
5. Danau laut tawar
Air Terjun yang memiliki ketinggian kurang lebih 75 meter ini terletak di Ds. Sidomulyo,
Kec. Kuta Makmur. Kab. Aceh Utara, Aceh. Memakan jarak tempuh kira-kira 21 km dari pusat
kota Lhokseumawe. Bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Tempatnya
yang asri nan sejuk membuat siapapun betah berlama-lama di tempat ini.
6. Air terjun suhom

Air Terjun Suhom berada di tengah kawasan hutan Lhoong. Jaraknya sekitar 75 kilometer
dari Banda Aceh melalui jalur Pantai Barat Aceh. Pengunjung harus menggunakan kendaraan
pribadi atau sewa karena belum ada kendaraan umum untuk menuju ke sana. Perjalanan ke lokasi
air terjun harus melewati bukit Paro dan Kulu. Kendaraan akan melintasi jalan tanjakan, turunan
curam, dan tikungan tajam. Di sisi jalan, ada jurang dan tebing tinggi yang kerap longsor saat
musim hujan sehingga pengendara harus hati-hati. Kendati jalurnya ekstrem, pemandangan di
puncak bukit sungguh menawan. Laut biru Samudra Hindia terlihat jelas. Warnanya kontras
berpadu dengan hamparan hijau pepohonan yang terbentang dari puncak bukit hingga pinggir
pantai. Tak jarang, tampak sejumlah monyet liar bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain.

E. Baju adat dikota Aceh

1. Linto Baro

Pakaian Linto Baro yang digunakan oleh pria terdiri dari beberapa elemen, yakni baju, celana, senjata
tradisional, penutup kepala, dan hiasan-hiasan lain. Pakaian ini digunakan oleh para pria Aceh dalam
acara pernikahan, Meugang, Peusijuk, Tung Dara Baro (Ngunduh Mantu), acara adat, dan peringatan
hari-hari besar.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Setelah memahami mengenai provinsi Aceh kita dapat memahami bagaimana


pemerintahan, budaya, dan adat istiadat di kota Aceh sehingga kita semua bisa mengetahui
apa saja yang ada di provinsi Aceh darussallam.
Dengan adaanya makalah ini kami harap semua bisa mengerti dan mempunyai ke
inginan untuk mengunjungi provinsi Aceh.
DAFTAR PUSTAKA

1. ^ Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh


2. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201105144456-32-566355/tito-ingatkan-gubernur-baru- Aceh-
kreatif-hadapi-covid-19
3. ^ "Taqwallah Sekda Aceh Sore Ini Dilantik".
4. ^ "Dahlan Jamaluddin Ketua DPRA".
5. ^ "Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Aceh Tahun 1961 - 2020".
www.Aceh.bps.go.id. Diakses tanggal 18 Februari 2021.
6. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 11
Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai