Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Suku Gayo”

Dosen pembimbing :

Ilyas M.Harun,SE,MM

Di Susun Oleh :

Mutia Amanda 2316010071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan Makalah ISBD ini yang
berjudul “ Suku Gayo” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas kepada kita selaku
mahasiswa. Saya menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu, Saya
mohon saran dan kritik yang membangun untuk kesempatan makalah ini.

Akhir kata, Saya selaku penyusun makalah memohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada
kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Aamiin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banda Aceh, 31 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
1.2 Rumus masalah.................................................................................................................1
1.1 Tujuan Penelitian..............................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Budaya Aceh...............................................................................................2
2.1.2 Ciri Khas Budaya Aceh.................................................................................................2
2.1.3 Aceh...............................................................................................................................2
2.2.1 Upacara Perkawinan Adat Aceh....................................................................................3
1. Tahapan Melamar (Ba Ranub)..........................................................................................3
2. Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda)................................................................................3
3. Persiapan Menjelang Perkawinan.....................................................................................4
4. Upacara Akad Nikah Dan Antar Linto.............................................................................4
5. Upacara Peusijeuk (Tampung Tawar)...............................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................6
PENUTUP......................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................6
3.2 Saran..................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang Budaya Aceh memang tak habis-habisnya dan tak akan pernah selesai
sampai kapanpun. Topik yang satu ini memang menarik untuk dibicarakan terutama karena
budaya itu sendiri sesungguhnya merupakan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Jadi,selama manusia itu ada selama itu pula persoalan budaya akan terus
dibicarakan.
Demikian pula halnya budaya Aceh, budaya yang terdapat didaerah yang pernah dilanda
konflik dan Tsunami 26 Desember 2004 lalu. Dua peristiwa besar yang melanda Nanggroe Aceh
Darusalam telah mencatat banyak sejarah.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang
menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan yang mempunyai
kewajiban untuk beribadah dan menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus. Suku Aceh
merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh. Orang Aceh yang
mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang
nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau.

1.2 Rumus masalah


A.Bagaimana sesungguhnya Budaya Aceh ?
B.Apa saja persoalan yang terjadi di Aceh setelah konflik dan tsunami melanda ?
C.Apakah masih sama Budaya Aceh pasca Konflik dan Tsunami ?

1.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sejauh mana Budaya Aceh mengalami perubahan,dan pandangan


masyarakat aceh terhadap petuah dan kebiasaan-kebiasaan yang telah turun menurun berlaku
dalam masyarakat, petuah atau kebiasaan yang disebut adapt istiadat di nanggroe aceh yang
mulai dikesampingkan oleh generasi muda, yang bersifat negatif yang terjadi pasca konflik dan
tsunami

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian Budaya Aceh

Budaya aceh adalah budaya yang dijalani oleh masyarakat yang adapt istiadatnya sangat
berkaitan dengan islam. Kebiasaan-kebiasaanyang berlaku dalam masyarakat aceh tidak
bertentangan dengan ajaran agama islam. Budaya yang islam ini kita harapkan dapat tercermin
dalam semua tingkah laku dan kehidupan orang aceh

2.1.2 Ciri Khas Budaya Aceh

Budaya aceh mempunyai prinsip yang disebut adab dan agama itu tidak ubahnya seperti
zat dan sifat yang tidak dapat dipisahkan. Contoh: dari segi berbusana, idealnya busana aceh
sangat sederhana yakni busana yang menutup aurat, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Dalam budaya aceh bagi anak laki-laki yang memakai anting disebut tidak waras (pungoe)
karena anting itu adalah perhiasan bagi wanita

2.1.3 Aceh

Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya
yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Di Provinsi Aceh terdapat
empat suku utama yaitu: Suku Aceh, Suku Gayo, Suku Alas dan Tamiang.
Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh Orang
Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural
yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin
karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah
protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana,Suku
Gayo dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh
Tengah dan Aceh Tenggara. Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan pemeluk agama Islam
yang kuat.
Setiap suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, arian,
musik dan adat istiadat. Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian,
2
kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman.
Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun,
dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya.
Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia atau
binatang sebagai ragam hias. Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan dampak amat
buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang telah dilupakan dan
benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau hilang.

2.2.1 Upacara Perkawinan Adat Aceh


1. Tahapan Melamar (Ba Ranub)

Untuk mencarikan jodoh bagi anak lelaki yang sudah dianggap dewasa maka pihak
keluarga akan mengirim seorang yang bijak dalam berbicara (disebut theulangke) untuk
mengurusi perjodohan ini. Jika theulangke telah mendapatkan gadis yang dimaksud maka
terlabih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada yang punya, maka dia akan
menyampaikan maksud melamar gadis itu. Pada hari yang telah di sepakati datanglah
rombongan orang2 yang dituakan dari pihak pria ke rumah orang tua gadis dengan membawa
sirih sebagai penguat ikatan berikut isinya seperti gambe, pineung reuk, gapu, cengkih, pisang
raja, kain atau baju serta penganan khas Aceh. Setelah acara lamaran iini selesai, pihak pria akan
mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah
dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut

2. Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda)

Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan
peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk
menetapkan berapa besar uang mahar (disebut jeunamee) yang diminta dan beberapa banyak
tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan
(disebut jakba tanda). Acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah
Aceh, buleukat kuneeng dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan
perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus

3
ditengah jalan yang disebabkan oleh pihak pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut
akan dianggap hilang. Tetapi kalau penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut
harus dikembalikan sebesar dua kali lipat.

3. PERSIAPAN MENJELANG PERKAWINAN

Seminggu menjelang akad nikah, masyarakat aceh secara bergotong royong akan
mempersiapkan acara pesta perkawinan. Mereka memulainya dengan membuat tenda serta
membawa berbagai perlengkapan atau peralatan yang nantinya dipakai pada saat upacara
perkawinan. Adapun calon pengantin wanita sebelumnya akan menjalani ritual perawatan tubuh
dan wajah serta melakukan tradisi pingitan. Selam masa persiapan ini pula, sang gadis akan
dibimbing mengenai cara hidup berumah tangga serta diingatkan agar tekun mengaji

4. UPACARA AKAD NIKAH DAN ANTAR LINTO

Pada hari H yang telah ditentukan, akan dilakukan secara antar linto (mengantar
pengantin pria). Namun sebelum berangkat kerumah keluarga CBD, calon pengantin pria yang
disebut Calon Linto Baro (CLB) menyempatkan diri untuk terlebih dahulu meminta ijin dan
memohon doa restu pada orang tuanya. Setelah itu CLB disertai rombongan pergi untuk
melaksanakan akad nikah sambil membawa mas kawin yang diminta dan seperangkat alat solat
serta bingkisan yang diperuntukan bagi CDB.
Sementara itu sambil menunggu rombongan CLB tiba hingga acara ijab Kabul selesai
dilakukan, CLB hanya diperbolehkan menunggu di kamarnya. Selain itu juga hanya orangtua
serta kerabat dekat saja yang akan menerima rombongan CLB. Saat akad nikah berlangsung, ibu
dari pengantin pria tidak diperkenankan hadir tetapi dengan berubahnya waktu kebiasaan ini
dihilangkan sehingga ibu pengantin pria bisa hadir saat ijab kabul. Keberadaan sang ibu juga
diharapkan saat menghadiri acara jamuan besan yang akan diadakan oleh pihak keluarga wanita.
Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, keluarga CLB akan menyerahkan Jeunamee yaitu
mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat dan paun yakni uang emas kuno seberat
100 gram. Setelah itu dilakukan acara menjamu besan dan Seleunbu Linto/Dara Baro yakni acara
Suap-suapan di antara kedua pengantin. Makna dari acara ini adalah agar keduanya dapat seiring
sejalan ketika menjalani biduk rumah tangga

4
5. UPACARA PEUSIJEUK (TAMPUNG TAWAR)

Yaitu dengan melakukan upacara tepung tawar, memberi dan menerima restu dengan
cara memerciki pengantin dengan air yang keluar dari daun seunikeuk, akar naleung sambo,
maneekmano, onseukee pulut, ongaca dan lain sebagainya minimal harus ada tiga yang pakai.
Acara ini dilakukan oleh beberapa orang yang dituakan (sesepuh) sekurangnya lima orang.
Tetapi saat ini bagi masyarakat Aceh kebanyakan ada anggapan bahwa acara ini tidak
perlu dilakukan lagi karena dikhawatirkan dicap meniru kebudayaan Hindu. Tetapi dikalangan
Ureung Chik (orang yang sudah tua dan sepuh) budaya seperti ini merupakan tata cara adat yang
mutlak dilaksanakan dalam upacara perkawinan. Namun kesemuanya tentu akan berpulang lagi
kepada pihak keluarga selaku pihak penyelenggara, apakah tradisi seperti ini masih perlu
dilestarikan atau tidak kepada generasi seterusnya

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya
yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Kebudayaan Aceh sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain
semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak
mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti
awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya.
Kesehatan ibu hamil harus terus di perhatikan. Hal ini dapat dilihat dari pelayanan
keluarga terhadap kebutuhan ibu dari saat hamil sampai melahirkan, baik dari segi makanan,
ramuan, obat–obatan, thet batee (bakar batu), salee (diasapi), dan lain-lain.Fenomena syariat
Islam di Aceh hari ini cendrung mengarah kepada pendistorsian syariat itu sendiri. Di satu sisi
budaya masyarakat Aceh adalah budaya yang sangat mendukung pelaksanaan syariat Islam, tapi
pada prosesnya mengalami hambatan di tingkatan atas, yaitu elite-elite politik yang cenderung
menjadikan syariat Islam itu sebagai komoditas politik yang berorientasi pada kekuasaan.
Indikasinya ditandai dengan lambannya proses pembuatan kanun-kanun (UU).

3.2 Saran

Maka dari itu kita harus memahami faham tentang adapt dan budaya kita. Kita juga harus
memahami seberapa penting adat, budaya bagi kehidupan masyarakat, guna tercapai hidup yang
lebih baik, sebagaimana orang-orang sebelum kita kita menjaga adapt budaya, maka dari itu
marilah sama-sana kita menjaganya
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita, agar kita lebih memahami dan mengerti
permasalahan Adat dan Kebudayaan Aceh

6
DAFTAR PUSTAKA

http://destririfhani.blogspot.com/2011/03/adat-dan-budaya-aceh.html

http://maswardy07.blogspot.com/2011/05/adat-dan-budaya-aceh-sangat-bangat-tapi.html

Thaib,Rosita.2008.SINTAKSI. Banda aceh :Universitas syah kuala

Anda mungkin juga menyukai