SKRIPSI
Oleh:
SITA YUSMARRIDA
NIM. 2191141002
PENDIDIKAN TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa menga
proposal ini yang nantinya akan menjadi bentuk skripsi. Penelitian ini berjudul
Selatan”.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan proposal ini belum sempurna, bai
k dari sisi kalimat dan isi. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran y
mempermudah penulis dalam penelitian. Akhir kata semoga penulisan ini dapat b
SITA YUSMARRIDA
NIM. 2191141002
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................................1
C. Batasan Masalah......................................................................................1
E. Tujuan Penelitian.....................................................................................1
F. Manfaat Penelitian...................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL...........1
A. Landasan Teoritis....................................................................................1
B. Penelitian Relevan...................................................................................1
C. Kerangka Konseptual..............................................................................1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................1
A. Metodologi Penelitian.............................................................................1
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................1
C. Populasi dan Sampel................................................................................1
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................1
E. Teknik Analisis Data...............................................................................1
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................1
A. Hasil Penlitian.........................................................................................1
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................................1
2. Suku Aneuk Jamee, Suku Kluet dan Suku Aceh.......................................1
3. Kesenian didaerah Aceh Selatan...............................................................1
4. Tari Ratoh Bantai......................................................................................1
5. Nilai Estetika Tari Ratoh Bantai...............................................................1
BAB V PENUTUP..................................................................................................1
A. KESIMPULAN.......................................................................................1
B. SARAN....................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aceh Selatan memiliki tiga suku yang mendiami wilayah tersebut yaitu, su
ku Aceh, suku Aneuk Jamee dan suku Kluet. Suku Aceh merupakan hasil dari
gabungan beberapa suku yang dulunya sering melewati daerah Aceh. Hal ini
yang masuk tergabung menjadi satu kesatuan yang kemudian membentuk suku
Septian Fatianda dalam Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah tahun 2022,
Vol.5, No.2 edisi oktober, hal 2 mengatakan bahwa “Aneuk Jamee yang berarti
Aceh Selatan dan bercampur dengan suku Aceh”. Itulah yang menyebabkan
adanya perbedaan bahasa dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat suku
Aneuk Jamee dengan suku Aceh. Bahasa yang digunakan oleh suku Aneuk Jamee
tercampur dengan bahasa Aceh. Suku Kluet yang juga merupakan salah satu suku
yang mendiami Aceh Selatan, yang mana suku tersebut merupakan suku yang
serumpun dengan suku Batak. Hal ini terjadi karena nenek moyang dari suku
Kluet merupakan seorang Raja dari etnis Dairi yang ada di Sumatera Utara yaitu
Raja Enggang. Inilah mengapa bahasa Kluet memiliki kemiripan dengan bahasa
1
2
l ini menjadikan penyebaran agama Islam didaerah Aceh Selatan memiliki banyak
cara salah satunya lewat kesenian. Kesenian yang banyak ditujukan untuk penyeb
aran agama Islam sedikit banyaknya terdapat dalam bentuk gerak, suara ataupun l
ukisan. Yuli Astuti dan Samsuri dalam jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Seni Drama, Musik dan Tari, tahun 2022 Vol. 6, No. 2 edisi oktober
hal 155 mengatakan bahwa “Dalam Kebudayaan Aceh yang menjadi sumber
Seni dalam masyarakat Aceh Selatan juga tidak terlepas dari adat istiadat
dan budaya yang ada dan berkembang di daerah Aceh Selatan. Adat istiadat dan
budaya ini sudah disesuaikan dengan ajaran Islam, seperti melantunkan sholawat
Miranti dalam Gesture, Jurnal Seni Tari tahun 2013, Vol 1, No.2 edisi oktober hal
adanya suatu budaya yang dimiliki dari daerah tersebut”. Seiring berkembangnya
zaman, kesenian ini sudah sangat jarang dijumpai dan dikenali oleh masyarakat.
Hal ini terjadi karena kurangnya minat anak-anak untuk mempelajari kesenian
salah satunya seni tari daerah setempat. Padahal kesenian tradisional inilah yang
harus dikembangkan untuk menjadi warisan budaya dari daerah itu sendiri, yaitu
Aceh Selatan.
Gerak yang memiliki nilai keindahan biasanya disebut dengan tari. Duluny
a sebuah tari dipertunjukkan dengan tujuan untuk menerima tamu kehormatan raja,
pesta perkawinan dan pesta adat. Beberapa daerah juga menjadikan tarian
3
tersebut sebagai pemberi semangat kepada masyarakat dalam bekerja seperti berg
otong royong, kesawah dan kelaut yang mana merupakan mata pencaharian masya
satunya untuk penyebaran agama Islam, itulah mengapa tarian yang berasal dari
daerah Aceh selalu bernuansa Islami seperti menutup aurat dan syair yang
berisikan sholawat. Hal tersebut juga menjadi salah satu terbentuknya beberapa
tarian di Aceh Selatan seperti, tari Rateb Meusekat, tari Likok Pulo, tari Pho, tari
Fifie Febriyanti Sukman dan Sabri Gusmail dalam Jurnal Ekspresi Seni
tahun 2019, Vol 21, No. 2 edisi oktober, hal. 8 mengatakan bahwa “Ratoh Bantai
merupakan salah satu tarian yang berasal dari Aceh Selatan”. Tarian ini diciptakan
oleh seorang seniman yang bernama Syeh Hatta pada tahun 1959-1960 di
Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Tarian ini dibuat dengan berbagai
kalimat Islami yang awalnya bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Namun,
semakin berkembangnya zaman tarian ini juga sering ditampilkan sebagai hiburan
yang memiliki unsur pendidikan. Tarian ini biasanya ditarikan pada malam hari
oleh 11 orang penari laki-laki dan 1 syeh, dengan menggunakan properti bantal
kecil pada tangan setiap penari. Tari Ratoh Bantai menggunakan iringan musik
internal, dimana efek bunyi yang dinamis dihasilkan dari tepukan dari badan
Tari Ratoh Bantai ini gerakan diawali dengan gerakan saleum. Inilah salah
satu gerak yang mencerminkan makna religius yang ada dalam tarian ini, karena
syairnya berupa salam kepada Sang Pencipta dan juga kepada seluruh
4
Seni tahun 2007, No. 1 edisi Januari - April, hal.3 mengatakan bahwa “Kehidupan
yang religius selaras dengan kehidupan yang ada di daerah Aceh, karena setiap
apapun yang akan dilakukan dan kemanapun kita pergi harus dimulai dengan
salam.
Tari Ratoh Bantai dari nilai estetika mengungkapkan keindahan dari setiap
ragam gerak yang dilakukan penari. Penari yang melakukan gerakan dengan
menggunakan properti dan juga menggunakan tempo yang bertingkat dari lambat,
sedang dan cepat serta hanya menggunakan satu pola lantai yaitu dengan duduk
sejajar membentuk garis lurus. Pada tarian ini juga tidak menggunakan musik
eksternal yang juga menjadi salah satu ciri keunikan dari tarian ini.
Namun, zaman modern seperti pada saat ini, tari Ratoh Bantai sudah
setempat kepada tari tradisional ini menjadikan tidak adanya rasa ingin
melestarikan tari Ratoh Bantai ini. Budaya lain yang lebih mengikuti zaman yang
juga penulis tentang tarian ini, dalam penelitian yang berjudul Nilai Estetika Tari
B. Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang akan diteliti oleh penulis dijabarkan dalam identifik
ceh Selatan.
3. Nilai estetika pada tari Ratoh Bantai yang ada di Kecamatan Tapaktuan
C. Batasan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada dilapangan dipilihlah satu masalah yan
rikut:
1. Nilai estetika yang ada pada tari Ratoh Bantai di Kecamatan Tapaktuan Ka
D. Rumusan Masalah
jadi permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Bagaimanakah nilai estetika tari R
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
n seni dan mempunyai peninggalan bukti kesenian itu sendiri. Adapun manfaat pe
1. Manfaat Teoritis
latan.
b. Sebagai bahan atau masukan kepada guru atau pun pelaku seni dae
latan.
Pendidikan Tari.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
b. Bagi Mahasiwa
7
tradisional yaitu tari Ratoh Bantai yang ada di daerah Aceh Selatan
d. Bagi Masyarakat
A. Landasan Teoritis
ernyataan dari mulai konsep, definisi dan proporsi yang disusun secara ter
atur”. Dalam sebuah penelitian, teori – teori dari hasil penelitian terdahulu
1. Nilai Estetika
Menurut Sutarjo Adisusilo (2012: 56) bahwa “Nilai ialah suatu hal
berharga yang harus dihargai dan berguna didalam kehidupan untuk mendapatkan
tujuan yang akan dicapai”. Nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi, sebab
manusia akan terlihat perilaku dan tindakannya dari bagaimana cara pandangnya
terhadap nilai yang dipegangnya seperti nilai moral, nilai sosial, nilai estetika dan
lainnya. Muhammad Noor Syam (1983: 133) juga mengatakan bahwa “Perbuatan
yang akan kita lakukan dapat terlihat dari bagaimana cara kita melihat makna dari
nilai tersebut. Sedangkan estetika memiliki arti yaitu keindahan yang bisa
bahwa “Estetika ialah sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana itu
keindahan”. Hal ini didukung oleh Utomo (2006: 78) yang mengatakan bahwa
8
9
Menurut The Liang Gie (1983: 34-35) “Pada dasarnya ialah sejumlah
kualitas yang ada pada keindahan dapat dilihat dari kesatuan (unity), keselarasan
seni adanya nilai estetika menentukan bagaimana kualitas yang dimiliki oleh
karya tersebut. Adanya cara pandang yang berbeda dari setiap manusia terhadap
karya seni, juga menjadi sesuatu yang harus dihargai dan dapat menjadi satu
teori nilai estetika oleh The Liang Gie, yang juga akan didukung oleh teori dari
Sutarjo Adisusilo dan A.A.M Djelantik. Berdasarkan teori tersebut, penulis akan
meneliti bagaimana nilai estetika tari Ratoh Bantai yang ada di Desa Sawang
2. Pengertian Tari
ri pengkarya yang memiliki nilai keindahan. Hal ini didukung dengan teori
oleh Fuji Astuti, (2016: 3) bahwa “Ekspresi dalam diri manusia yang dapat
dilihat melalui seni tari yang diciptakan dengan memiliki nilai keindahan”.
Tari terbentuk dari gerakan yang diciptakan oleh manusia yang juga dibuat
sesuai dengan ungkapan jiwa manusia yang akan dinikmati oleh penonton.
sesuai dengan tari tersebut merupakan tiga hal yang harus ada pada gerak
erak yang dibuat dengan memiliki sebuah pengertian atau maksud tertentu
a memiliki tiga level gerak, yaitu level tinggi yang mana gerakan yang dila
kukan oleh penari biasanya dilakukan secara melompat atau melayang, lev
el sedang biasanya gerakan yang dilakukan saat penari berdiri dan level re
ndah yaitu gerakan yang biasanya dilakukan secara duduk atau rebah. Oleh
sebab itu, gerak yang awalnya berasal dari eskpresi pencipta akan dibuat s
a. Ada beberapa jenis tari menurut koreografinya yaitu tari tunggal, tari
B. Penelitian Relevan
Studi kepustakaan ialah suatu cara atau Tindakan yang dilakukan oleh pen
ulis untuk mendapatkan data melalui beberapa referensi, seperti literatur, catatan,
buku atau lainnya. Menurut Sugiyono (2012:192) mengatakan bahwa “Studi kepu
stakaan ialah sesuatu yang berkaitan dengan nilai, norma, budaya dan situasi sosia
l, selain itu juga literatur juga merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitia
n”.
pat membantu atau sebagai bahan perbandingan dengan skripsi penulis. Literatur
11
yang di peroleh sebagai bahan perbandingan oleh skripsi penulis ialah sebagai beri
kut:
1. Yenni Junita (2006). Skripsi Universitas Negeri Syiah Kuala. Judul Fungsi
dan Bentuk Penyajian Tari Ratoh Bantai di Kecamatan Sawang Aceh Selat
an. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apa fungsi dan bagai
mana bentuk penyajian serta pola lantai yang ada pada tari Ratoh Bantai.
Penelitian ini akan menjadi pegangan penulis pada masalah yang akan
diteliti dan juga sebagai bahan informasi tentang tari Ratoh Bantai yang
akan diteliti dalam penelitian dengan judul Nilai Estetika tari Ratoh Bantai
Judul Estetika Religius Pada Tari Saman Aceh. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis nilai keindahan yang ada pada tari Saman yang lahir dan
berkembang didaerah yang kuat akan syariat Islamnya. Maka dari itu,
tentang keindahan tari Ratoh Bantai yang mana tarian ini berasal dari
Aceh.
lantai dan model ragam gerak yang dimiliki sama dengan tarian yang akan
4. Miki Asri (2019). Skripsi Universitas Islam Riau. Judul Nilai Estetika Tari
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui nilai estetika yang ada pada tari
nantinya akan menjadi salah satu acuan penulis dalam memahami lebih
tentang makna simbolik pada gerak dan syair yang ada pada tarian Rateb
menjadi informasi mengenai makna – makna ragam gerak serta syair yang
ada pada tari Rateb Meusekat. Karena pada dasarnya tujuan terciptanya
tarian yang ada didaerah Aceh sebagai penyebaran agama Islam sehingga
C. Kerangka Konseptual
13
Kerangka konseptual ialah sebuah hubungan antar konsep yang berasal dar
ng akan diteliti. Kerangka konseptual ini juga akan mempermudah dalam menjaba
rkan atau menghubungkan topik yang akan dibahas. Berkaitan dengan landasan te
ori diatas, penulis akan menggunakan teori oleh The Liang Gie sebagai teori Nilai
Estetika. Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai nilai keindahan yang ada pada s
ebuah tari Ratoh Bantai. Dengan demikian, penulis juga akan menggunakan teori
pendukung oleh Sutarjo Adisusilo dan A.A.M Djelantik dengan judul penelitian
Nilai Estetika Tari Ratoh Bantai Di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.
Peta Konsep
Tari Ratoh Bantai
Nilai Estetika
Menurut The Liang Gie (1983: 34-35) “Pada dasarnya ialah sejumlah kualitas yang ada pada keindahan
dapat dilihat dari kesatuan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance) dan perlawanan (con
trast)”.
Menjelaskan :
14
Nilai Estetika Tari Ratoh Bantai Di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
akan bahwa “Di dalam penelitian adanya metode yang menjadi sebuah car
alam suatu peristiwa”. Dengan demikian, metodologi penelitian juga dapat diartik
lebih spesifik, tersusun dan lebih akurat mengenai data yang sudah
didapatkan.
1. Lokasi Penelitian
15
Kabupaten Aceh Selatan. Dilaksanakannya penelitian ini di lokasi tersebut
Sawang yang menjadi tempat terciptanya tarian ini, sudah tidak ada lagi
16
17
Waktu Penelitian
ada bulan Juli hingga September 2023. Namun, sebelumya penulis sudah
1. Populasi Penelitian
pulasi adalah sebelas orang penari dari sanggar Aneuk Jamee dan dua
2. Sampel Penelitian
sebelas penari dari sanggar Aneuk Jamee dan dua orang sebagai
1. Observasi
Observasi adalah sebuah cara mengamati dan memahami suatu proses ata
u fenomena yang akan menjadi topik penelitian. Observasi juga dapat memper
kaya pengetahuan tentang fenomena yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (201
18
9: 297) “Observasi adalah ilmu yang mendasar yang akan digunakan untuk me
ngamati hal yang akan menjadi masalah dalam penelitian”. Ilmu atau informasi
terkait dengan masalah yang akan diteliti dapat peneliti temukan didalam penga
matan di kehidupan sehari – hari. Observasi ini disebut dengan observasi partis
kut serta atau mengamati pola hidup, budaya dan kebiasaan daerah setempat ya
2. Wawancara
engar. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model wawancara tidak terstr
uktur, sehingga wawancara yang dilakukan tidak terpaku oleh beberapa pertany
aan dan peneliti tentunya akan mendapatkan banyak informasi. Untuk penelitia
n ini, peneliti akan mewawancarai dua orang narasumber sebagai ketua sanggar
dan tetua adat di Desa Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.
1. Apa yang mendasari keindahan atau nilai estetika pada tari ratoh Ratoh
Bantai?
4. Apakah ada batasan atau aturan dalam jumlah penari menyangkut dengan
Ratoh Bantai?
3. Dokumentasi
k pengumpulan data dan informasi yang dapat ditemukan dalam bentuk tul
isan, berupa buku, arsip, gambar dan dokumen yang akan mendukung pen
elitian. Pada penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan bukti sebagai ben
tuk kebenaran akan penelitian ini menggunakan foto dan video, yang akan
Analisis data adalah Aktivitas mengamati dan menyusun data yang diperol
eh dari hasil observasi, wawancara dan juga dokumentasi secara tersusun untuk m
erumuskan sebuah kesimpulan yang akan mudah dipahami (Sugiyono, 2018: 482).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis d
eskriptip kualitatif, sehingga hasil dari laporan ini akan dibuat ke dalam bentuk sk
ripsi.
20
BAB IV
A. Hasil Penlitian
Sumber: Wikipedia
Aceh selatan ialah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh, dengan
kota Tapaktuan yang menjadi ibukota dari kabupaten Aceh Selatan ini. Menurut
1554.554 jiwa dengan luas wilayah 4.173,82 KM². Secara geografis wilayah
kabupaten Aceh Selatan terletak pada 02º 23’ 24” – 03º 44’ 24” LU dan 96º 57’ 3
6” – 97º 56’ 24”. Wilayah Aceh Selatan juga berbatasan sebelah utara dengan
21
22
kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Gayo, berbatasan sebelah timur dengan
Subulussalam dan Aceh Singkil dan berbatasan sebelah barat dengan Samudera
Hindia.
Aceh selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam
yang sangat berlimpah. Akan tetapi, dengan kekayaan alam tersebut tidak
menjadikan daerah Aceh selatan menjadi sebuah kabupaten yang kaya dari segi
sebagai petani dan nelayan. Dalam sejarahnya, Aceh selatan pernah menjadi
tempat persinggahan para pedagang luar negeri dan juga dalam negeri. Hal ini
Hindia, ditambah dengan daerah yang kaya akan rempah seperti pala, nilam,
cengkeh, kemiri dan lainnya menjadikan Aceh Selatan sebagai daerah yang cukup
terkenal pada masanya. Daerah Aceh Selatan terkenal dengan sebutan kota naga
atau kota pala, yang menjadikan sebuah ikon di daerah Aceh Selatan.
kerajaan. Hancurnya kerajaan yang ada di Aceh Selatan dimulai pada saat bangsa
Belanda masuk dan ingin merebut daerah Aceh. Seiring berkembangnya zaman,
sistem pemerintahan yang ada didaerah Aceh Selatan dipimpin oleh Bupati.
Bupati merupakan pimpinan tertinggi di Kabupaten Aceh Selatan yaitu bapak Cut
Syazalisma.
23
Aneuk jamee ialah sebuah suku yang mendiami daerah disepanjang pesisir
selatan dari provinsi Aceh. Aneuk Jamee yang berarti tamu atau pendatang, hal ini
masyarakat suku Aneuk Jamee ini tidak menggunakan bahasa dan budaya dari
dengan kebiasaan yang ada didaerah Aceh itu sendiri. Dulunya, Aceh Selatan
yang menjadi tempat jalur perdagangan dan berkerabat baik dengan masyarakat
dari daerah Minangkabau. Hal ini menjadikan masyarakat dari daerah tersebut
banyak datang dan mendiami serta tak sedikit pula yang menikah dengan
masyarakat Aceh. Inilah yang menyebabkan adanya suku Aneuk Jamee yang ada
b. Suku Kluet
Kluet merupakan sebuah suku yang juga bisa disebut sebagai suku
pendatang sama seperti suku Aneuk Jamee, bedanya suku Kluet merupakan suku
pendatang yang berasal dari daerah rumpun Batak yakni Batak Utara. Dikatakan
juga bahwa suku Kluet memiliki kesamaan dengan bahasa Karo, bahasa Alas dan
bahasa Dairi. Dalam sejarahnya orang suku Kluet berasal dari keturunan raja yaitu
raja Enggang yakni adik dari raja yang berasal dari daerah Dairi dan abang dari
raja yang berasal dari tanah Alas dan tanah Karo. Adanya kesamaan suku Kluet
24
dengan suku Batak ditandai dengan adanya marga yang digunakan oleh suku
c. Suku Aceh
Suku Aceh sendiri secara antropologi berasal dari suku mantir (Mantee).
Hal ini ditandai dengan adanya sukee 300 (suku 300) yang merupakan suku
penduduk asli mantee dan mendiami daerah Aceh besar lebih tepatnya daerah
Seulimum. Letak geografis daerah Aceh yang juga bisa dikatakan sebagai jalur
dan juga mendiami daerah Aceh. Hal tersebut ditandai dengan sebutan daerah
dimana kuatnya syariat Islam yang dipegang oleh masyarakat Aceh. Syariat Islam
yang sudah mandarah daging pada mayoritas penduduk Aceh menjadikan adat
dan budaya yang ada didaerah Aceh harus sesuai dengan ajaran Islam. Hukum
yang digunakan didaerah Aceh juga sebagian besar diambil dari hukum Islam.
biasanya tarian atau musik tersebut dijadikan juga sebagai media dakwah oleh
Aceh terlihat sangat menarik dan memiliki keunikan tersendiri bagi para
25
penontonnya. Salah satunya, seperti tari Ratoh Bantai yang hanya memiliki 1 pola
lantai yaitu lurus, memiliki makna bahwa pada saat melaksanakan ibadah sholat
harus dengan syaf yang lurus dan juga rapat. Hal ini yang mendasari tentang
tersebut ialah, Rapai Geleng, Rateeb Meusekat, Rapai Daboh, Seudati dan Ratoh
Bantai.
Aceh selatan yang memiliki 3 suku didalam satu daerah, tentu saja memiliki
kesenian yang beragam. Tidak hanya kesenian yang berasal dari Aceh, beberapa
kesenian yang berasal dari tanah Minangkabau pun juga ikut berkembang
didaerah Aceh selatan, seperti silat gelombang, randai, manendai dan lain
sebagainya. Adat dan budaya tersebut masih dilaksanakan suku Aneuk Jamee
hingga sekarang dan sudah disesuaikan dengan budaya yang ada didaerah Aceh.
Akan tetapi, pada masa sekarang tidak terlalu banyak yang mengetahui suku
Aneuk Jamee ini. Budaya dan kesenian yang dimiliki suku Aneuk Jamee juga
lambat laun mulai punah. Hal ini disebabkan oleh masyarakat suku Aneuk Jamee
sendiri yang kurang mau melestarikan adat, budaya serta kesenian daerah itu
sendiri.
Lain hal dengan suku Kluet, adat budaya yang dimiliki masih sangat kental,
dan sangat menjaga adat budaya serta kesenian yang mereka miliki. Tidak
sembarang orang bisa mengetahui adat budaya serta kesenian yang dimiliki oleh
suku Kluet. Hanya orang – orang yang bisa menggunakan bahasa Kluet yang akan
26
diberikan informasi tentang adat budaya serta kesenian yang berasal dari suku
Kluet. Maka dari itu kesenian dari suku Kluet, masih sangat jarang diketahui,
seperti tarian Landok Sampot, Gelek Gelombang, Mecanang, Landok Begu dan
Ratoh Bantai merupakan salah satu tari tradisional yang ada dan
berkembang di daerah Aceh Selatan. Ibu Martina Salvia selaku ketua dan
penelitian ini dan saya wawancarai pada tanggal 29 September 2023, mengatakan
bahwa pada masanya tarian ini cukup berkembang di daerah Aceh Selatan
dimiliki oleh tarian ini, yaitu menggunakan bantal sebagai properti dalam tari
Ratoh Bantai ini. Beliau mengatakan juga bahwa, terciptanya tarian ini ada karena
inspirasi dari tari Ratoh Taloe, Ratoh Duek dan juga tari Saman.
Tari Ratoh Bantai merupakan sebuah tarian yang berasal dari Aceh Selata
n yaitu kecamatan Sawang. Tarian ini diciptakan pada tahun 1959-1960 oleh salah
satu seniman Aceh yang bernama Syeh Hatta. Tari ini memiliki makna yaitu apap
n, jangan lupa menjadikan agama sebagai suatu hal yang tidak dapat dipisahkan ol
eh kehidupan manusia. Ratoh Bantai terdiri dari dua kata yaitu Ratoh dan Bantai.
an Allah SWT. Sedangkan Bantai memiliki arti bantal dalam Bahasa Aceh. Tari R
atoh Bantai ialah perpaduan antara seni tari dengan seni sastra yang menjadi sebu
27
ah pertunjukkan seni yang sangat digemari. Tari Ratoh Bantai memiliki syair yan
g bernafaskan Islam sama seperti tari Ratoh pada lainnya. Namun yang membeda
kannya, pada tari ini menggunakan properti yaitu bantal yang digunakan oleh para
penari di kedua tangannya. Tata rias dan busana yang digunakan yaitu menggunak
an baju kaos hitam panjang lengan, celana panjang hitam, songket serta aksesoris
leher.
ceh Selatan tarian ini biasanya ditarikan pada malam hari. Tarian Ratoh Bantai jug
r Pendidikan. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para penari laki-laki yang berjuml
ah sebelas orang dengan satu orang sebagai syekh. Tarian ini dilakukan dengan du
duk sejajar membentuk garis lurus dengan syekh berada dibelakang para penari. C
iri khas dari tarian Aceh ialah tari dengan pola lantai membentuk satu garis lurus,
Pada tari Ratoh Bantai setiap penari duduk berlutut sambil menggerakan
tangan, dada serta kepala ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Tarian ini j
uga menggunakan syair yang berisi nasehat, pantun dan juga shalawat. Gerak yan
g ada dalam tarian ini juga menggunakan gerak maknawi, hanya sedikit ditemuka
n gerak-gerak murni yang hanya dibuat untuk keindahan tanpa adanya makna terte
ntu. Ada beberapa ragam gerak yang terdapat dalam tari Ratoh Bantai yaitu gerak
Pada gerakan yang menggunakan properti juga sering disebut “Lage Lho
k” yang artinya permainan bantal. Gerakan dilakukan dengan cara duduk melipat
28
kedua kaki ke belakang (bersimpuh). Saat ini tari Ratoh Bantai sudah mulai
Tapaktuan. Tarian ini Kembali dikenalkan dengan tujuan agar tari tradisioanl yang
Hampir semua tarian di daerah Aceh memiliki bentuk tarian serta syair
yang sama. Tidak berbeda dengan tari Ratoh Bantai ini, pada umumnya tarian ini
hampir sama dengan tarian duduk lainnya yang ada di Aceh seperti Ratoh Duek,
Likok Pulo, dan lainnya. Perbedaannya hanya pada letak properti yang digunakan
yaitu bantal. Sehingga keindahan tarian ini juga dapat dilihat dari permainan
lantai tetapi menggunakan gerakan yang ritmis. Pada dasarnya tarian Aceh
memiliki nilai keindahan yang terdapat dari bagaimana penari melakukan gerak
dengan 3 ritme yang berbeda dari lambat, sedang dan cepat. Hal lain dapat terlihat
dari bagaimana para penari bergerak mengikuti syair-syair yang dilantunkan oleh
seorang yang disebut syeh. Tidak jauh berbeda dengan tarian Ratoh Bantai ini,
nilai keindahan tercipta dari gerak yang ritmis dengan ritme lambat, sedang dan
cepat disertai dengan gerak penari yang memainkan propertinya yaitu bantal.
Penari duduk menghadap ke arah depan, kaki disilangkan dengan kaki kanan
Kedua tangan dibuka di atas paha para penari, penari menghadap ke arah
depan. Lalu, kedua telapak tangan disatukan dan kemudian tangan kanan
diletakkan di dada sebelah kiri dan tangan kiri diletakkan di paha sebelah
kanan. Setelah itu dilakukan hal yang sama namun setelah kedua telapk
tangan disatukan tangan kanan berada di paha sebelah kiri dan tangan kiri
Setelah posisi silang, kedua telapak tangan disatukan dan ditepuk sebanyak
dua kali. Tangan kiri berada di dada, sedangkan tangan kanan dibawa kearah
belakang dan diputar kedepan lalu kedua tangan kembali disatukan didepan
dada. Gerakan ini dilakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri.
Lalu tangan kanan diletakkan di dada sebelah kanan dan tangan kiri di paha
sebelah kanan. Tangan kanan dibawa ke dada sebelah kiri dan tangan kiri
dibawa ke paha sebelah kiri. Kemudian tangan kanan berada di paha sebelah
kiri dan tangan kiri berada di dada sebelah kiri. Lalu tangan kanan dibawa ke
paha sebelah kanan dan tangan kiri dibawa ke dada sebelah kanan.
Gerak diawali dengan tangan kanan yang mengambil properti bantal yang
sudah diletakkan dibelakang penari dan tangan kiri yang berada di dada
Kemudian badan penari turun kebawah dengan kedua tangan tetap memegang
Setelah itu tangan kanan memegang bantal diayunkan ke arah kanan dan kiri,
sedangkan tangan kiri berada di siku tangan kanan, lalu tangan diayun sejajar
dengan wajah dan kemudian tangan kiri memegang bantal dan tangan kanan
memegang siku tangan kiri. Setelah itu tangan kanan kembali memegang
bantal dan diayunkan ke arah kanan dan kiri dan tangan kiri berada di siku
tangan kanan.
Kedua tangan memegang bantal dan dipukul di paha kanan, lalu naik ke bahu
penari disamping kanan, lalu ke bahu penari sebelah kiri dan terakhir bantal
Kedua tangan memegang bantal dan dipukul ke bahu penari sebelah kiri, lalu
ke paha kiri, lalu ke paha kanan dan terakhir bantal dipukul di bahu penari
sebelah kanan. Kemudian bantal yang dipegang dipukul di paha sebelah kiri
Kedua tangan berada di atas paha, kemudian tangan dibuka dengan tangan
kedua tangan dibawa ke arah bahu tetap dengan tangan disilang baru setelah
itu dibuka. Ketika tangan disilang di bahu badan dijatuhkan ke arah kanan
penari sebelah kiri, kemudian tangan kiri berada di depan dada dengan badan
yang direndahkan. Lalu tangan kiri mengambil bantal yang ada di antara paha
penari kemudian memukulkan kedua bantal tersebut sejajar dengan dada, dan
lalu kembali meletakkan bantal ke posisi awal yaitu di antara paha penari dan
Tangan kanan berada di depan dada dan tangan kiri memukul bantal yang ada
di paha antara penari sebelah kanan. Lalu kedua tangan disatukan tanpa
memegang bantal dan kemudian tangan kanan mengambil bantal yang ada di
sedangkan tangan kiri berada di paha. Setelah itu gerakan ini di ulang
sebanyak 2x8.
32
Lalu tangan kanan memegang bantal menghadap ke arah atas dan tangan kiri
tangan kiri dibawa ke arah belakang sambal jarinya dipetik. Setelah itu,
tangan kanan yang memegang bantal berada di bahu sebelah kanan dan
tangan kiri berada di bawah sebelah kiri belakang. Lalu tangan kanan yang
memegang bantal dibawa ke arah kanan sebelah depan dan tangan kiri berada
di bahu sebelah kiri. Kemudian dilakukan dengan gerak yang sama namun
berbeda arah.
Tangan kanan memegang bantal dan tangan kiri memukul bantal, dilakukan
sebanyak 4 kali yaitu atas kanan, bawah kanan, bawah kiri dan atas kiri.
menerima bantal dari penari sebelah kiri. Tangan kiri berada bantal yang
disilangkan oleh penari atas dan bawah dengan posisi tegak. Sedangkan
Tangan kanan memegang bantal yang berada dibawah kemudian naik ke atas
melewati kepala, sedangkan tangan kiri berada di bahu sebelah kiri. Tangan
kanan akan naik ke atas dengan bantal yang di gerakkan per 1 hitungan.
Kemudian tangan kiri memukul bantal yang berada di tangan kanan sejajar
dengan dada.
Setelah itu tangan kanan memegang bantal sejajar perut dengan bantal di
hadapkan ke arah depan yang kemudian di gerakkan ke kanan dan ke kiri, dan
bergantian kanan dan kiri sejajar dengan dada, dengan tangan kanan
memegang bantal.
Lalu tangan kanan yang memegang bantal di naikkan disamping wajah dan
tangan kiri berada di paha sebelah kiri. Kemudian tangan kanan dan kiri di
Setelah itu bantal di letakkan di bawah dan tangan kanan di angkat ke bahu
sebelah kanan.
Tangan kanan berada di bawah depan dan memegang bantal sejajar penari itu
sendiri, kemudian bantal di geser ke arah sebelah kiri penari. Tangan kiri
Tangan kanan berada dibawah belakang dan memegang bantal sejajar penari
itu sendiri, lalu bantal di geser ke arah kanan penari. Tangan kiri berada di
Tangan kanan memegang bantal, dan tangan kiri memukul bantal. Di pukul
sebanyak 3 kali yaitu bawah sebelah kanan, bawah sebelah kiri dan atas
sebelah kiri.
Kemudian tangan kiri memegang bantal, dan tangan kanan memukul lengan
sebelah kiri. Lalu bergantian, tangan kanan memegang bantal dan tangan kiri
Tangan kanan memegang bantal dan berada di paha sebelah kanan, tangan
kiri berada di dada sebelah kanan. Kemudian bergantian tangan kanan yang
memegang bantal berada di bahu sebelah kiri dan tangan kiri berada di paha
sebelah kiri.
Tangan kanan memegang bantal dan di angkat di atas kepala dengan arah
Lalu bergantian, tangan kiri yang berada di atas kepala dan tangan kanan
berada di dada sebelah kiri. Badan dan kepala juga mengikuti arah gerak yaitu
ke arah kiri.
35
Setelah itu tangan kiri dengan tangan kanan yang memegang bantal di
satukan di bawah arah sebelah kiri depan, dengan posisi badan rendah dan
kepala menunduk.
Tangan kanan yang memegang bantal dan tangan kiri memukul bantal
paha sebelah kanan dan paha sebelah kiri. Setiap hendak meletakkan bantal
h. Ragam Ekstra
Tangan kanan lurus ke arah diagonal sebelah kanan dan tangan kiri berada di
Kemudian tangan kanan dan kiri membentuk sudut 90° bergantian arah kanan
dan kiri.
Lalu tangan kanan berada di paha sebelah kanan, dan tangan kiri berada di
dada sebelah kanan. Kemudian tangan kanan dibawa ke arah paha sebelah
Lalu bergantian tangan kanan yang berada di dada sebelah kiri dan tangan kiri
berada di paha sebelah kiri. Kemudian tangan kanan dibawa ke arah bahu
Tangan kanan berada di paha sebelah kanan, tangan kiri berada di dada
sebelah kanan. Lalu tangan kanan dibawa ke dada sebelah kiri sehingga
Kemudian tangan kanan di bawa ke paha sebelah kiri dan tangan kiri dibawa
ke bahu sebelah kiri. Lalu bergantian, tangan kanan yang berada di dada
sebelah kiri dan tangan kiri berada di paha sebelah kiri. Lalu tangan kanan
dibawa ke bahu sebelah kanan sedangkan tangan kiri tetap berada di paha
sebelah kiri. Setelah itu, tangan kanan diturunkan ke paha sebelah kanan dan
kedua tangan disilangkan di paha dan di bahu. Lalu tangan kanan dan kiri
dibuka tetap berada di bahu namun kepala melihat ke arah sebelah kanan.
Tari Ratoh Bantai menggunakan musik internal yaitu musik yang dihasilkan dari
suara, tepukan badan penari serta tepukan antara badan penari dan bantal yang
menjadi properti. Syeh atau seseorang yang memimpin dalam tari Ratoh Bantai ini
akan melantunkan syair – syair yang bermakna nasehat, pesan moral dan juga
dakwah Islam. Syair – syair tersebut dibagi menjadi 4 ragam, yaitu syair Saleum,
A. Syair Saleum
Ngon ratoh bantai, ngon ratoh bantai nyoe pat kamoe ba.
37
Haii.
Syair ini menceritakan tentang pesan moral atau adab yang harus
dimiliki setiap umat manusia, yaitu dengan memberi salam dan meminta
dan masyarakat.
Syair Seulaweut:
Allah bismillah Alhamdulillah ya Allah yang poe kuasa, Seulaweuet keu Rasulilla
h ngon lidah beutatem baca, seulaweuet keu Rasulillah ngon lidah beutatem baca .
Allah bismillah Alhamdulillah ya Allah yang poe kuasa, Seulaweuet keu Rasulilla
h ngon lidah beutatem baca, seulaweuet keu Rasulillah ngon lidah beutatem baca .
Allahu Allah Allahu Rabbi, bek dile neubri kiamat donya, umat lam donya leu kes
alahan, tinggai sembahyang deungon puasa, umat lam donya leu kesalahan tingg
Allah bismillah Alhamdulillah ya Allah yang poe kuasa, Seulaweuet keu Rasulilla
h ngon lidah beutatem baca, seulaweuet keu Rasulillah ngon lidah beutatem baca .
bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT dan juga Sholawat
kepada Rasulullah telah membawa kehidupan yang lebih baik kepada umat
meninggalkan ibadah kepada Allah SWT yang mana manusia sebentar lagi
B. Syair Kisah
Ya Allah hile hom hala hile hom hala, hile hom hala hile hom hala.
Ya Allah hile hom hala hile hom hala, hile hom hala hile hom hala.
Ya Allah siwah pho nanggroe ule jih puteh, nyan pat disideh di aceh raya.
Ya Allah hile hom hala hile hom hala, hile hom hala hile hom hala.
SAW yaitu Hasan dan Husen. Pada syair ini juga diceritakan bahwa pada
dengan cara dipenggal kepalanya oleh pasukan lawan. Syair – syair seperti
C. Syair Lanie
Sijeumpa mirah si mirah mirah, si ulah ulah karoet lam anoe, kalaheut meunan k
Sijeumpa mirah si mirah mirah, si ulah ulah karoet lam anoe, kalaheut meunan k
Bukon le sayang loen kaloen pade di phot angen gle reubah meutimpa, saket ngoe
n seunang loen teun lam hate hana loen lahe bak kaom lingka.
Bukon le sayang loen kalon limeng di rot le kameng tuwoe lon jaga, badan lon pij
Sijeumpa mirah si mirah mirah, si ulah ulah karoet lam anoe, kalaheut meunan k
Bukon le sayang lon kalon bambang bambang teureubang bak pinto langet, o ya t
uhanku bek mate rijang keuneuk lon pandang teungku lhok singet.
Bukon le sayang lon kaloen buweh kaputeh puteh lam laot raya, bukon le sayang l
Sijeumpa mirah si mirah mirah, si ulah ulah karoet lam anoe, kalaheut meunan k
Syair Lanie merupakan syair penutup yang ada pada tari Ratoh
Bantai ini, syair Lanie ini biasanya memiliki 2 atau 3 syair yang berbeda
namun memiliki makna yang serupa. Syair Jeumpa Mirah ini berupa
yang sudah tidak memiliki adab kepada sesama manusia. Dijelaskan juga
bahwa melaksanakan ibadah itu tidak harus menunggu tua, ketika sudah
terbiasa tidak beribadah maka sampai berambut putih pun tidak akan
Syair Bunda:
Pada syair ini menceritakan bahwa ibu, ayah dan ulama ialah salah
satu pemberi ilmu yang baik dan berguna kepada anak-anaknya. Ketika
berbuat salah harus segera meminta maaf, dan jangan pernah melawan
dengan syariat Islam yang kuat. Hukum Islam seperti cambuk menjadi
salah satu contoh hukum yang dijalankan umat Islam di Aceh jika
melakukan perbuatan zina dan perbuatan lainnya. Ini juga salah satu alasan
yang menjadikan Aceh dengan kota Serambi Mekkah. Dalam syair ini
D. Syair Ekstra
Syair Ekstra merupakan syair tambahan yang ada pada tari Ratoh
Bantai. Pesan moral yang disampaikan pada syair ini ialah, masa tua dan
muda dihabiskan untuk menipu ayah dan ibu. Syair ini juga memiliki
syair ini bermakna bahwa adab adalah hal terpenting dalam kita
beribadah kepada Allah SWT merupakan hal yang wajib kita lakukan
43
sebagai umat yang beragama Islam. Ada baiknya, diajarkan kepada anak
Secara keseluruhan, syair yang ada pada tari Ratoh Bantai banyak
dari kata itu. Banyaknya kiasan ini karena kebiasaan masyarakat Aceh
syair – syair berisi harapan yang diselingi doa kepada anak ketika ia
Berdasarkan teori yang digunakan hal-hal yang menjadi nilai estetika dari
4. Unity ( Kesatuan )
Untuk memperjelas ketegasan suatu kesatuan tari Ratoh Bantai, dapat dilihat
dari tahapan gerak yang tertera pada setiap ragamnya. Terdapat 8 ragam
gerak pada tari Ratoh Bantai, dimana pada setiap ragamnya terdapat nilai
5. Harmony ( Keselarasan )
Harmony ( keselarasan ) dalam tari Ratoh Bantai jelas dapat dilihat dari
bentuk gerak, busana musik dan pentas. Busana, pentas dan musik
disesuaikan dengan gerak tari Ratoh Bantai yang dinamis. Busana yang
dikenakan juga mengikuti adat Aceh dan sederhana, hal ini dikarenakan gerak
dari tari Ratoh Bantai ini cukup tegas dan lugas, dan jarak penari antara satu
44
tidak menganggu penari dalam bergerak. Begitu juga dengan musik tari
Ratoh Bantai, nilai estetikanya dapat dilihat dari keselerasan ketukan musik
6. Contrast ( Perlawanan )
Pada tari Ratoh Bantai terdapat urutan gerak yang bersifat kontras yang dapat
dilihat dari gerak ekstra pada ragam ke 8. Dimana pada motif gerak ini,
memperjelas bahwa gerak inni menggunakan ruang gerak dan tenaga yang
besar, serta dengan tempo yang cepat. Pada tari Ratoh Bantai, nilai estetika
contrast atau perlawanan dapat dilihat dari gerak penari yang berbeda, akan
7. Balance ( Keseimbangan )
Pada tari Ratoh Bantai, nilai keseimbangan dpaat dilihat dari penempatan
pola lantai penari, dimana tari Ratoh Bnatai ini, lebih memfokuskan pada
pola simetris. Dapat dilihat juga dari tinggi penari, yang mana lebih indah jika
para penarinya memiliki tinggi yang sama atau mendekati rata. Hal ini sangat
pola lantai berbentuk lurus, sehingga jika bentuk tubuh dan Teknik gerak
penari yang sama akan menambah keindahan penyajian tari Ratoh Bantai
tersebut.
45
Dari penjelasan diatas, bahwa pada tari Ratoh Bantai ini nilai
estetika nya dapat dilihat dari bagaimana bantal yang menjadi properti
dapat mengiringi tarian tersebut. Keindahan juga didapat dari syair yang
disampaikan, baik dari segi dakwahnya, kisah nabi serta anak cucunya dan
dapat berupa nasehat – nasehat yang bisa diambil pelajarannya. Hal lain
juga dapat dilihat dari ritme yang ada pada tarian ini, yaitu gerakan yang
yang dilakukan juga memiliki pecahan atau gerak baru pada tempo cepat,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Informasi dapat diperoleh data – data yang diambil dari penelitian yang
telah dilakukan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini ialah sebagai
berikut:
8. Tari Ratoh Bantai merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah
Aceh selatan. Tarian ini diciptakan pada tahun 1959-1960 oleh seorang
syekh bernama Syekh Hatta. Tari Ratoh Bantai ini ditarikan oleh 11
melalui syair yang dilantunkan oleh syekh dalam tari Ratoh Bantai ini.
9. Nilai estetika ialah sebuah keindahan yang dapat dilihat dari sudut
10. Dalam tari Ratoh Bantai nilai keindahan dapat dilihat dari gerak yang
dilakukan para penari, baik dari keseragaman geraknya, ritme yang ada
pada tarian ini yaitu dari lambat, sedang dan cepat, serta tarian ini hanya
46
47
tubuh penari itu sendiri serta propertinya yaitu bantal. Tarian ini
Islami dan kisah – kisah Islami serta nasehat kepada generasi penerus
bangsa.
B. SARAN
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis dalam penelitian ini ialah:
1. Pentingnya dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya yang sudah kita
miliki, agar tidak menjadi sebuah budaya yang punah hingga tidak tau lagi
Asri, Miki. 2019. Skripsi. “Nilai Estetika Gerak Dalam Tari Kreasi
Mengenceh Di Pangkalan Kerinci”. Universitas Islam Riau.
Astuti, Fuji. 2016. Pengetahuan dan Teknik Menata Tari Untuk Anak Usia
Dini, Jakarta: Kencana.
Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. 2003. Dasar – Dasar Metodologi
Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Junita, Yenni. 2006. Skripsi. “Fungsi Dan Bentuk Penyajian Tari Ratoh
Bantai Di Kecamatan Sawang Aceh Selatan”. Universitas Syiah
Kuala.
Kartono, Ario dkk. 2007. Kreasi Seni budaya Untuk SMA Kelas X.
Jakarta: Ganeca Exact.
48
49
Miranti, Maulia. “Tari Rapa’i Daboh Di Sanggar Garuda Mas Desa Sungai
Pauh Kota Langsa”. Gesture Jurnal Seni Tari, Vol 1, No.2 tahun
2013.
Noor Syam, Moh. 1983. Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Pan
casila. Surabaya: Usaha Nasional.