Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional 2 – 2022

Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

MODEL PEMBELAJARAN 3N SEBAGAI STIMULUS KREATIVITAS


PEMBELAJARAN SENI TARI PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
Wecya Sugevin
SMP Negeri 1 Sumberpucung
Alamat e-mail
wecya.sugevin.1802526@students.um.ac.id

Abstrak
Kreativitas merupakan hal yang dibutuhkan setiap peserta didik untuk mencapai salah satu tujuan belajar yang
membentuk sikap kreatif pada peserta didik. Proses kreatif dapat dilakukan melalui pembelajaran yan ada di
sekolah seperti pada pembelajaran seni tari. Model 3N merupakan model pembelajaran yang didalamnya
terdapat tahapan untuk menstimulus proses kreatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tahapan yang
dilalui pada pembelajaran seni tari menggunakan model 3N sebagai stimulus dalam membentuk peserta didik
yang kreatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan kajian literatur
sebagai teknik dalam mengumpulkan data. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa proses pembelajaran yang
meggunakan model 3N meliputi niteni (mengamati), nirokke (menirukan) dan nambahi (menambahkan).
Ketiga proses tersebut diperlukan dalam pembelajaran seni tari sebagai tahapan untuk mencapai proses kreatif.
Pada pembelajaran seni tari menekankan peserta didik untuk melalui tahap mengamati (niteni) objek materi,
menirukan (nirokke) objek materi yang telah diamati dan menambahkan hasil pengamatan dan menirukan
melalui cara komunikasi, modifikasi, atau mengambangkan objek materi tersebut. Ketiga tahapan model
pembelajaran 3N saling berkaitan dan tidak dapat dilakukan secara terpisah karena setiap tahapan merupakan
proses yang harus dilalui oleh peserta didik untuk mencapai proses kreatif.

Kata Kunci: kreativitas, model pembelajaran, seni tari

Abstract
Creativity is something that every student needs to achieve one of the learning goals that is creative attitude in
students. The creative process can be done through learning in schools such as in dance learning. The 3N
model is a learning model in which there are stages to stimulate the creative process. The purpose of this study
was to determine the stages that were passed in learning the art of dance using the 3N model as a stimulus in
forming creative students. The method used in this study is a qualitative method with literature review as a
technique in collecting data. The results in this study are that the learning process using the 3N model includes
niteni (observing), nirokke (imitating) and nambahi (adding). These three processes are needed in learning
dance as a stage to achieve the creative process. In art learning, students observe (niteni) material objects,
observe (nirokke) observed material objects and observe and observe through communication, modification, or
floating of the material objects. The third stage of the 3N learning model is interrelated and cannot be done
separately because each stage is a process that students must go through to achieve the creative process.
Keywords: creativity, model learning, dance art

PENDAHULUAN
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan salah satu jenjang pendidikan di Indonesia. Proses
pembelajaran di SMP Negeri 1 Ngajum mengacu pada Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
yang berisi tentang proses pembelajaran yang dilakukan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dilaksanakan untuk membuat peserta didik dapat berpastisipasi aktif, memberikan kesempatan untuk
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai perkembangan peserta didik secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang serta memotivasi. Salah satu tujuan dalam proses pembelajaran siswa di SMP
adalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik (Kemendikbud, 2016). Peningkatan kreativitas
peserta didik dilakukan melalui mata pelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dibagi menjadi beberapa
kelompok yang diatur melalui peraturan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah pada Pasal 5 menyatakan bahwa mata pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah dikelompokan menjadi mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum
kelompok B (Kemendikbud, 2018). Mata pelajaran umum kelompok A merupakan merupakan progam
kurikuler untuk penguatan kemampuan berkehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sedangkan mata pelajaran umum kelompok B merupakan progam kurikuler untuk membentuk
keterampilan peserta didik terkait lingkungan melalui bidang sosial, budaya dan seni. Seni budaya
merupakan salah satu mata pelajaran termasuk dalam kelompok B. Mata pelajaran seni budaya yang
diterapkan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kegiatan belajar yang menampilkan sebuah
karya seni yang estetis, artistik serta kreatif yang berdasarkan norma, nilai, perilaku dan produk hasil seni
budaya bangsa (Kemendikbud, 2018). Ruang lingkup pembelajaran seni budaya di Sekolah Menengah
Pertama terdiri dari 4 aspek seni salah satunya adalah seni tari.

Pembelajaran seni tari merupakan salah satu aspek pembelajaran seni budaya yang diajarkan
kepada peserta didik. Melalui pembelajaran seni tari diharapkan peserta didik dapat berproses kreatif
elalui gerak tari (Mayssara, 2020). Proses pembelajaran seni tari memberikan pengalaman secara
langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik dalam mengembangkan sikap kreatif. Tujuan
yang paling utama dari pendidikan tari adalah membantu peserta didik melalui tari untuk menemukan
hubungan antara tubuhnya dengan seluruh eksistensinya sebagai manusia yang mana pendidikan seni tari
memiliki fungsi sebagai alternatif pengembangan peserta didik menuju kedewasaannya. Melalui
penekanan kreativitas, siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya di dalam proses pengungkapan gerak
tarinya. Hal terpenting dalam pendidikan seni tari adalah melalui kegiatan kreatif dan ekspresif, mereka
mendapat latihan atau pengalaman untuk mengembangkan cara merasa, cara berfikir dan cara memahami
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

serta keterampilan dalam melihat dan menyelesaikan persoalan tentang diri atau lingkungannya
(Kusumastuti, 2014). Pengembangan kreativitas peserta didik yang dilakukan melalui seni tari dianggap
lebih memudahkan peserta didik dalam mencerna, menghayati dan menerima pembelajaran (Mayssara,
2020). Penerapan materi seni tari guru harus menerapkan strategi pembelajaran dengan yang sesuai agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah rencana yang memuat rangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai (Yusri, 2017). Strategi
pembelajaran digunakan oleh guru sebagai acuan dalam melakukan pembelajaran sehingga materi dapat
tersampaikan kepada peserta didik. Salah satu bentuk dalam menerapkan strategi pembelajaran yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran merupakana bagian dari
strategi yang harus dipersiapkan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran
merupakan kumpulan kerangka konseptual terkait prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, baik pembelajar maupun pengajar (Yazidi, 2014). 3N
merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yan dapat diterapkan dalam pembelajara seni tari untuk
meningkatkan kreativitas peserta didik.

Model pembelajaran 3N adalah bentuk model pembelajaran yang berasal dari konsep
pembelajaran Ki Hajar Dewantara. 3N merupakan kepanjangan dari niteni, nirokke dan nambahi yang
memiliki makna mengamati, menirukan dan menambahkan. Konsep niteni atau mengamati dibentuk dari
pendekatan ilmiah berupa pengamatan. Konsep nirokke berupa aktivitas peserta didik pada tahap
pengolahan data atau materi yang diberikan sehingga menambah kemampuan kognitif, memperluas
wawasan pengetahuan peserta didik. Tahapan nambahi berhubungan dengan cara berkomunikasi peserta
didik yang mewujudkan hasil dari proses sebelumnya, serta usaha untuk mengkomunikasikan kepada
orang lain (Nita et al., 2018). Model pembelajaran tersebut berkaitan dengan proses mengembangkan
kreativitas yang dapat digunakan dalam menghasilkan produk kreatif (Ardhyantama, 2020). Hal tersebut
sesuai dengan pembelajaran seni tari yang merupakan mata pelajaran produktif sehingga dapat membuat
peserta didik lebih kreatif dalam mempelajari materi seni tari.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui kajian literatur. Sebuah kajian literatur merupakan sebuah uraian atau deskripsi
tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topik tertentu. Kajian literatur memberikan tinjauan
mengenai apa yang telah dibahas atau yang telah dibicarakan oleh peneliti, teori atau hipotesis yang
mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metode dan metodologi yang sesuai
(Sitti Astika Yusuf, 2018). Tahapan dalam kajian literatur penelitian ini antara lain menentukan
pertanyaan, pencarian artikel, penilaian terhadap artikel yang relevan, serta analisis dan sintesis artikel
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

(Yanti Dwi, Betriana Feni, 2020). Tahapan pada penelitian ini menentukan pertanyaan dengan
menyususn rumusan masalah sesuai dengan topik penelitian, mencari artikel yang sesuai dengan topik
yang akan dibahas yaitu model pembelajaran 3N sebagai model pembelajaran kreatif siswa SMP,
melakukan penilaian terhadap artikel sesuai dengan topik dan menganalisis artikel yang telah diperoleh.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan kajian literatur terhadap
model pembelajaran 3N sebagai model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran seni tari dalam
meningkatkan daya kreatif peserta didik di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rumusan masalah
dalam kajian literatur ini adalah bagaimana model 3N sebagai model pembelajaran seni tari dalam
meningkatkan daya kreatif peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis model pembelajaran 3N sebagai model pembelajaran yang meningkatkan daya
kreatif peserta didik dalam pembelajaran seni tari peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP).

II. PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran 3N
3N merupakan kepanjangan dari Niteni, Nirokke dan Nambahi yang artinya mengamati,
menirukan dan menambahi. Konsep pembelajaran 3N merupakan konsep yang mengabungkan tahapan
mengamati (Niteni), menirukan (Nirokke) dan menambahkan (Nambahi). Model pembelajaran 3N
merupakan penyederhanaan dari model pendekatan saintifik. Model pendekatan saintifik merupakan
model yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 (K-13) (Kemendikbud, 2014). Model
pembelajaran 3N sesuai dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 dimana tahapan-tahapan di
dalamnya merupakan penyederhanaan dari tahapan-tahapan yang dilalui dalam keilmuan mendekati. Pada
tahap mengamati sejalan dengan tahap niteni pada 3N. Tahap mencoba dan mengasosiasi sejalan dengan
tahap nirokke. Tahap berkomunikasi dan mencipta sejalan dengan tingkat nambahi. Tahapan yan ada
dalam model pembelajaran juga selaras dengan ranah kognitif, afekif serta psikomotorik yang menjadi
ranah penilaian dari Kurikulum 2013 (K-13) (Ermawati & Rochmiyati, 2020). Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran 3N dapat digunakan pada pembelajaran berbasis Kurikulum 2013
(K-13).

Tahapan niteni berkaitan dengan penggunaan panca indera secara seksama oleh peserta didik.
Penggunan panca indera artinya dilakukan dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung
suatu materi yang diajarkan pada peserta didik. Nirokke adalah menirukan apa yang diajarkan melalui
model/contoh/ sumber belajar dengan melibatkan proses berfikir. Mela-lui proses melafalkan/melalui
suara; menirukan dengan membaca, menirukan dengan menulis, menirukan melalui gerakan,
menirukan dengan mencoba dan mempraktikkan. Nambahi adalah menambah apa yang telah dipelajari
melalui model/contoh/teladan dari guru/sumber belajar dengan men-gembangkan kreativitas dan
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

gagasannya. Melalui proses menambahi dengan mendesain, menambahi dengan mencipta/membuat,


menambahi dengan mengimprovisasi (Ermawati & Rochmiyati, 2020). Tahapan pada model
pembelajaran 3N dilakukan secara komprehensif dan berurutan dalam pembelajaran.

Model pembelajaran 3N dilakukan secara komprehensif yang artinya dalam setiap pembelajaran
harus meliputi proses mengamati (niteni), menirukan (nirokke) dan menambahkan (nambahi). Tahapan-
tahapan tersebut akan dilalui untuk mencapai proses kreatif pada peserta didik. Tahapan model
pmbelajaran 3N juga harus dilakukan secara berurutan karena dalam proses pembelajaran peserta didik
akan mendapatkan rangsangan terlebih dahulu melalui proses mengamati (niteni) yan kemudian akan
mendapatkan pengalama secara lagsung dengan menirukan (nirokke) dan akan menambahkan sesuai
dengan daya kreativitas peserta didik.

2.2 Tahapan Niteni Pada pembelajaran Seni Tari


Tahap awal dalam model pembelajaran 3N adalah niteni atau menamati. Mengamati atau niteni
merupakan suatu proses yang menggnakan panca indera untuk memperoleh informasi dari objek yang
diamati (Rathomi, 2019). Niteni merupakan keterampilan dasar untuk memperoleh pengetahuan dan
untuk mencapai proes lain yang hendak dicapai (Khairunnisa, Ita, 2019). Niteni adalah dasar dari proses
kreativitas karena dengan kegiatan ini akan menumbuhkan banyak gagasan (Ardhyantama, 2020). Proses
niteni bertujuan untuk memperole informasi berupa bentuk, respon, karakteristik, sifat dan lain
sebagainya sesuai dengan kebutuhan pengamat. Pada aktivitas pembelajaran peserta didik pengamatan
dilakkan terhadap objek sebagai materi yang diajarkan oleh guru. Proses niteni yang dilakukan oleh
peserta didik berkaitan dengan proses penggunaan panca indera peserta didik yaitu mengamati objek yang
dijadikan sebagai materi dalam pembelajaran. Niteni yang dilakukan oleh peserta didik biasanya
bertujuan untuk memperoleh informasi sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru sesuai dengan
materi yan diajarkan dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan pada saat itu.
Tahapan niteni dilakukan sebagai langkah awal peserta didik dalam menangkap materi yang
diberikan oleh guru. Proses pengamatan menjadi sebuah rangsang terhadap daya pikir peserta didik untuk
berproses belajar pada tahapan berikutnya. Niteni membantu peserta didik untuk dapat memenuhi rasa
ingin tahu terhadap materi yang diajarkan sehingga mampu memenuhi rasa ingin tahu peserta didik yang
nantinya dapat menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Proses pembelajaran yang bermakna
akan dapat memotivasi peserta didik untuk dapat berproses dalam mencapai tujuan belajar.
Proses niteni peserta didik dilakukan dengan mengamati objek materi seni tari. Objek materi pada
pembelajaran seni tari meliputi gambar dan gerak pada sebuah tarian. Objek gambar dapat meliputi ruang
tubuh penari, pola lantai pada sebuah tarian, busana tari, properti dan eksesoris tari dan unsur-unsur pada
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

tari lainya yan dapat diintepretasikan dalam sebuah gambar. Niteni pada objek gerak lebih banyak
dilakukan pada pembelajaran seni tari karena materi pada seni tari umumnya adalah pengamatan terhadap
sebuah penampilan tari yang berbentuk audio visual. Objek yang ditampilkan akan menjadi katalisator
dalam proses kreatif peserta didik
Proses kreatif peserta didik diawali dari tahap niteni. Melalui tahap niteni akan membangun
imajinasi peserta didik sehingga mampu mengintrepetasikan sebuah materi yang diberikan oleh guru
dengan kemampuan masing-masing. Kemampuan tersebut dapat dirangsang melalui objek materi yang
ditampilkan pada media pembelajaran, bahan ajar dan sumber belajar baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kemampuan peserta didik dalam menganalisis sebuah objek materi sangat dibutuhkan pada
tahapan ini karena tahap niteni merupakan tahapan awal yang harus dilalui oleh peserta didik sebelum
melangkah ke tahap selanjutnya untuk mencapai proses kreatif.

2.3 Tahapan Nirokke Pada Pembelajaran Seni Tari


Nirokke merupakan tahapan selanjutnya setelah tahapan niteni pada model pembelajaran 3N.
Nirokke menirukan merupakan aktivitas melakukan kembali apa yang sudah diberikan atau dilakukan
sebelumnya oleh orang lain. Proses nirokke dilakukan kembali oleh orang yang diberikan contoh agar
orang tersebut dapat melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh orang lain. Mengulagi kembali
sesuatu yang telah dilakuka oleh orang lain bertujuan untuk memperjelas sesuatu yang dilakukan tersebut
hingga nantinya akan memperkuat apa yang telah dilakukan oleh oran lain. Sebuah peniruan merupakan
salah satu keinginan oleh anak-anak dalam melihat suatu hal yang menarik perhatianya. Sebagian besar
kemampuan, keterampilan, dan perilaku anak-anak adalah proses peniruan khususnya dari sesuatu yang
ada di lingkungan sekitar.. Meniru ini sangat berguna, karena mempunyai sifat mendidik diri pribadi
dengan jalan orientasi serta mengalami secara langsung (Septian, 2019).
Pengalaman secara langsung yang dilakukan oleh seseorang akan memudahkan orang tersebut
dalam mengingat sesuatu. Dalam proses pembelajaran perilaku nirokke sangat dibutuhkan dalam belajar.
Melalui proses nirokke peserta didik akan mengalami secara langsung apa yang diamati. Tahapan nirokke
sangat berkaitan erat dengan tahapan niteni karena sebelum melakukan proses nirokke peserta didik harus
mengamati sebuah objek terlebih dahulu sebelum menirukannya. Proses nirokke merupakan kegiatan
berupa menirukan, mencontoh, mengimplementasikan, melakukan sesuatu, dan berlatih dengan caranya
sendiri serta melakukan ulang sesuai dengan objek materi yan diamati pada tahapan niteni (Ardhyantama,
2020). Kegiatan yang dilakukan secara berulang akan mengasah sebuah keterampilan yang baru, dari
keterampilan yang baru tersebut nantinya akan timbul sebagai pemicu dalam proses kreatif.
Proses pembelajarn seni tari selalu bersinggungan tahapan nirokke atau menirukan objek yang
dijadikan materi, terutama terkait dengan materi menirukan gerak tari. Proses menirukan sebuah gerak
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

tari akan memberikan sebuah pengalaman secara berulang berulang untuk membentuk sebuah
keterampilan pada peserta didik (Setiawan, 2014). Melalui pengalaman yang secara berulang tersebut
akan merangsang daya kreatif peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran seni tari
guru akan selalu melakukan pengulangan terhadap materi yan berhubungan dengan keterampilan hingga
peserta didik dapat melakukan seperti objek contoh, terutama pada materi gerak. Proses untuk mencapai
tahap hafal harus dilakukan dengan tahap nirokke atau menirukan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Untuk mencapai tahap kreatif dibutuhkan sebulah keterampilan. Keterampilan akan didapatkan dari
latihan yang dilakuakn secara berulang-ulang. Nirokke merupakan rangkaian tahapan yang harus dilalui
untuk mengasah keterampilan sehingga dapat mencapai pada tahap kreatif.

2.4 Tahapan Nambahi Pada Pembelajaran Seni Tari


Tahap yang terakhir pada model pembelajaran 3N adalah Nambahi. Nambahi memiliki makna
menambahkan yang mana maksud dari kata menambahkan adalah berhubungan dengan aktivitas
memberikan perubahan dan inovasi baru terhadap objek yang telah diamati (niteni) dan ditirukan
(nirokke) dengan memodifikasi sebagian dari objek terebut (Ardhyantama, 2020). Proses nambahi
berkaitan dengan mengembangkan, memodifikasi, membuat, menambahi, mengurangi, memperbaiki, dan
memperluas pemahaman berkaitan dengan objek yang telah diamati dan ditirukan. Nambahi merupakan
tahapan terbentuknya kreativitas peserta didik setelah dilakukannya perangsangan melalui pengamatan
objek dan menirukan objek.
Tahap nambahi berada pada tahapan proses yang sama pada tahap nirokke yang membedakan
diantara keduanya adalah ukuran dan pross kreatifnya. Tahap nambahi memiliki proses lanjut dari
nirokke yang mana tahap nambahi memiliki proses mengembangkan atau menambahkan sesuatu yang
baru dari apa yang telah ditirukan sebelumnya. Hal tersebut menjadikan proses nambahi menjadi tahapan
proses yang lebih menunjukan sisi kreativitasnya karena akan lebih menampakkan sesuatu yang dapat
dikembangkan oleh masing-masing individu dari hasil pengamatan dan peniruan yang sebelumnya
dilakukan. Nambahi tidak hanya berkaitan dengan menambah sesuatu yang baru, dapat juga
mengembangkan maupun memodifikasi sesuatu yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya sesuai
dengan tujuan dan keinginan yang hendak dicapai oleh masing-masing individu.
Penerapan tahapan nambahi pada proses pembelajaran sangat penting dilakukan. Pada tahapan ini
peserta didik akan mengembangkan objek yang telah diamati dan ditirukan sebelumnya. Proses nambahi
pada peserta didik tidak akan dilepas begitu saja oleh guru, karena tahapan nambahi untuk peserta didik
SMP masih dalam tahap mengolah sesuatu yang telah diamati dan ditirukan sebelumnya. Penambahan
dapat dilakukan dengan memodifikasi dari contoh-contoh yang telah ada dengan penyesuaian sesuai
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dari peserta didik untuk mencapai
sebuah proses kreatif melalui pembelajaran seni tari.

Tahapan nambahi yang dilakukan pada pembelajaran seni tari di SMP dilakukan dengan berbagai
macam cara seperti mengembangkan sebuah gerak tari, merancang sebuah pola lantai, merancang level
pada tari, memodifikasi pola lantai dan level pada tari, memodifikasi tata busana dan properti pada tari
serta kegiatan lainya sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kegiatan lain yang dilakukan oleh peserta
didik dalam tahapan nambahi yaitu megomunikasikan hasil dari proses mengamati (niteni) dan
menirukan (nirokke). Komunikasi akan memperlihatkan bagaimana cara peserta didik menyampaikan
objek yang telah mereka amati dan tirukan sebelumnya denan cara masing-masing peserta didik. Cara
penyampaian komunikasi itulah yang menunjukan bentuk kreativitas peserta didik karena melalui proses
mengamati dan menirukan yang akhirnya menjadi stimulus peserta didik untuk menampilkan kembali
melalui proses komunikasi. Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk melatih daya kreativitas
peserta didik. Dalam proses manambahi peserta didik akan menampilkan daya kreativitas masing-masing
dari apa yang telah diamati dan ditirukan sebelumnya. Setiap peserta didik akan memiliki hasil yang
berbeda-beda karena setiap peserta didik memiliki daya kreativitas yang berbeda sesuai dengan potensi
dan kemampuan yang dimiliki.
Melalui kegiatan pembelajaran yang telah disusun secara sistematis oleh guru yang dimulai dari
tahapan mengamati (niteni), menirukan (nirokke) dan menambahkan (nambahi) akan menstimulus daya
kreatif peserta didik dalam pembelajaran, khususnya dalam mempelajari seni tari. Ketiga tahapan pada
model pembelajarn 3N akan selalu berjalan beriringan yang tidak dapat dilakukan secara terpisah karena
ketiga tahapan tersebut memuat langkah-langkah yang harus dilalui untuk menuju proses kreatif. Dengan
demikian ketiga tahapan pada model pembelajaran 3N menjadi sebuah proses yang pada akhirnya dapat
menghasilkan sebuah produk kreativitas melalui pembelajaran. Secara sistematis niteni, nirokke dan
nambahi menjadi kesatuan tahapan yang dapat dijadikan patokan bagaimana membentuk peserta didik
yang kreatif.

III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Model pembelajaran 3N dilakukan secara komprehensif yang artinya dalam setiap pembelajaran
harus meliputi proses mengamati (niteni), menirukan (nirokke) dan menambahkan (nambahi). Tahapan-
tahapan tersebut akan dilalui untuk mencapai proses kreatif pada peserta didik. Tahapan niteni dilakukan
sebagai langkah awal peserta didik dalam menangkap materi yang diberikan oleh guru. Proses
pengamatan menjadi sebuah rangsang terhadap daya pikir peserta didik untuk berproses belajar pada
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

tahapan berikutnya. Proses kreatif peserta didik diawali dari tahap niteni. Melalui tahap niteni akan
membangun imajinasi peserta didik sehingga mampu mengintrepetasikan sebuah materi yang diberikan
oleh guru dengan kemampuan masing-masing.
Nirokke menirukan merupakan aktivitas melakukan kembali apa yang sudah diberikan atau dilakukan
sebelumnya oleh orang lain. Proses nirokke dilakukan kembali oleh orang yang diberikan contoh agar
orang tersebut dapat melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh orang lain. Tahap nambahi
memiliki proses lanjut dari nirokke yang mana tahap nambahi memiliki proses mengembangkan atau
menambahkan sesuatu yang baru dari apa yang telah ditirukan sebelumnya. Melalui kegiatan
pembelajaran yang telah disusun secara sistematis oleh guru yang dimulai dari tahapan mengamati
(niteni), menirukan (nirokke) dan menambahkan (nambahi) akan menstimulus daya kreatif peserta didik
dalam pembelajaran, khususnya dalam mempelajari seni tari.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlunya pengorganisasian pembelajaran yang
baik serta berorientasi pada proses yang maksimal sehingga dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Untuk mencapai proses kreatif dibutuhkan sebuah proses yang perlu dilakukan berulang sehingga dalam
mencapai tahap kreatif perlu melalui tahapan yang sudah tersusun secara sistematis. Penelitian ini dapat
dijadikan sebagai referensi acuan dalam mengembangkan penelitian yang sejenis selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ardhyantama, V. (2020). Pengembangan Kreativitas Berdasarkan Gagasan Ki Hajar Dewantara. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(1), 73–86. https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/387/

Ermawati, E., & Rochmiyati, S. (2020). Implementasi Tri-N (Niteni-Nirokke-Nambahi) Dan Ppk
(Penguatan Pendidikan Karakter) Pada Perangkat Pembelajaran Teks Deskripsi Kelas Vii Di Smp.
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 9(1), 8–13.
https://doi.org/10.15294/jpbsi.v9i1.35756

Kemendikbud. (2016). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Kementerian Pendidikan.

Kemendikbud. (2018). Perubahan atas Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
SMP/MTs. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan RI.

Khairunnisa, Ita, I. (2019). Keterampilan Proses Sains ( KPS ) Mahasiswa Tadris Biologi pada. 1(2), 58–
65.
Kusumastuti, E. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Seni Tari Terpadu Pada Siswa Sekolah Dasar.
Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 7–16. https://doi.org/10.17509/mimbar-sd.v1i1.858

Mayssara. (2020). Pengembangan Kreativitas Seni Tari Melalui Pembentukan Kelas Seni Di SMPN 2
Pamekasan. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 9(1), 68–80.
Seminar Nasional 2 – 2022
Program Studi Pendidikan Tari – Universitas Negeri Medan

Nita, C. I. R., Jazuli, M., Totok, S. F., & Sayuti, S. A. (2018). Niteni, Niroake, Nambahi (3N) Concept in
the Learning of Dance in Elementary School. Mediterranean Journal of Social Sciences, 8(5–1),
137–142. https://doi.org/10.2478/mjss-2018-0106

Rathomi, A. (2019). Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’Ah Melalui Pendekatan Saintifik. Ta’dib:
Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 558–565. https://doi.org/10.29313/tjpi.v8i1.4315

Septian, R. (2019). Implementasi Niteni, Nirokke, Nambahi Menggunakan Media Audio Visual Dalam
Pembelajaran Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional Karakter Berbasis Literasi Ajaran
Taman Siswa Menghadapi Revolusi Industri 4.0, September, 42–53.

Setiawan, A. (2014). Strategi Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Jurnal Pedagogi, 1, 55–68.

Sitti Astika Yusuf. (2018). Kajian Literatur dan Teori Sosial dalam Penelitian. Water Footprint and
Virtual Water Trade in Spain, 2018, 7–16. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-5741-2_2

Yanti Dwi, Betriana Feni, K. R. I. (2020). Faktor Penyebab Stunting pada Anak: Tinjauan Literatur. Real
in Nursing Journal, 3(1), 1–10. https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/447

Yazidi, A. (2014). Memahami Model-Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 (the Understanding of
Model of Teaching in Curriculum 2013). Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya, 4(1), 89.
https://doi.org/10.20527/jbsp.v4i1.3792

Yusri, Y. (2017). Strategi Pembelajaran Andragogi. Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman, 12(1), 25.
https://doi.org/10.24014/af.v12i1.3861

Anda mungkin juga menyukai