Anda di halaman 1dari 24

Proposal Seminar

NILAI RELIGIUS TARI RAPAI GELENG INONG DI MANGGENG


KABUPATEN ACEH SELATAN

Diajukan untuk mengikuti proposal seminar tugas akhir

Oleh:

Ela Gia Nina

NIM: 191121042

PROGRAM STUDI SENI TARI


JURUSAN SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA ACEH
2022
DAFTAR ISI

A. Judul ................................................................................................... 1
B. Latar Belakang ................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
a. Manfaat praktis ............................................................................... 6
b. Manfaat teoritis .............................................................................. 7
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
G. Landasan Teori................................................................................... 9
1. Nilai ......................................................................................... 9
2. Sistem Religi .......................................................................... 10
3. Nilai Religius .......................................................................... 11
a. Nilai ketaqwaan ................................................................ 12
b. Nilai keimanan .................................................................. 12
c. Nilai ketaatan .................................................................... 13
d. Nilai moral ........................................................................ 13
e. Nilai estetika ..................................................................... 13
f. Nilai social ........................................................................ 14
H. Metode Penelitian ............................................................................. 14
1. Jenis pendekatan penelitian ..................................................... 15
2. Metode pengumpulan data ...................................................... 15
a. Observasi .......................................................................... 15
b. Wawancara ....................................................................... 15
c. Dokumentasi ..................................................................... 16
3. Teknik analisis data ................................................................ 16
a. Redukasi data .................................................................... 16
b. Penyajian data ................................................................... 16
c. Penarikan kesimpulan ....................................................... 17
I. Jadwal Penelitian ……………… ........................................................ 17
Daftar Pustaka ....................................................................................... 18
WEBTOGRAFI...................................................................................... 19
GLOSARIUM ....................................................................................... 20
A. Judul : Nilai Religius Tari Rapa’i Geleng Inong Di Manggeng Kabupaten
Aceh Selatan
B. Latar Belakang
Kesenian adalah hasil karya seni manusia yang mengungkapkan keindahan
serta merupakan ekspresi jiwa dan budaya pencipta nya, kesenian merupakan bagian
dari kebudayaan yang di kagumi karena keunikan dan keindahannya. Kebudayaan
tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan manusia, karena saling memiliki peranan
sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat dalam menumbuhkan diri dan
kedinamisannya. Kebudayaan dari setiap daerah memiliki nilai-nilai, aturan, tingkah
laku, dan keunikan masing-masing yang telat di sepakati bersama.
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai
yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, Salah satu bentuk kebudayaan
yang menjadi unsur universal pada masyarakat adalah kesenian. Seni atau kesenian
senantiasa hadir menyertai kehidupan manusia. Kehadirannya bersifat universal, di
manapun, kapanpun, oleh siapapun. Tidak ada kebudayaan masyarakat manapun di
dunia ini yang di dalamnya tidak mengakomodasikan kehadiran seni sebagai bagian
intenal kehidupan. Hal ini menyimpulkan bahwa seni merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang tidak mengenal tempat, waktu, dan status (Triyanto, 2017,
p.53). Tidak ada satupun kebudayaan masyarakat yang di dalamnya tidak
menghadirkan seni sebagai bagian dari kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwasanya
seni adalah salah satu kebutuhan manusia yang tidak mengenal baik itu tempat, waktu
dan juga status. Seni sebagai salah satu unsur kebudayaan yang bertujuan
menghasilkan karya seni atau bentuk-bentuk yang estetik, di dalamya memiliki nilai-
nilai/ pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat. Karya seni difungsikan
sebagai media untuk mengkomunikasikan ide seniman yang disampaikan kepada
khalayak. Ide seniman yang berupa ide pikiran, yang diwujudkan dalam suatu bentuk
yang tertata secara konvensional.

1
Kesenian pada hakikatnya merupakan peninggalan nenek moyang kita tidak
yang ternilai harganya. Salah satu di antaranya adalah seni tari, Tari merupakan
kesenian yang paling tua umurnya dan paling erat hubungannya dengan segi-segi
kehidupan manusia karena dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini. Tari di
sebut juga sebagai unsur kesenian yang tidak asing lagi bagi kehidupan sehari-hari
dan merupakan gerak-gerak tubuh manusia yang di iringi dengan musik, yang perlu
di tata dan di susun secara estetis sehingga mampu menyentuh batin penikmat.
Aceh merupakan daerah yang memiliki banyak suku yang setiap suku tersebut
memiliki ciri khas seni budaya masing-masing dan kekayaan budaya tersebut dapat
menjadi warisan bangsa. Aceh merupakan salah satu provinsi yang terkenal memiliki
keberagaman budaya. Sebagai wilayah kebudayaan, Aceh memiliki warisan budaya
yang saat ini masih berkembang di dalamnya. Hal ini terlihat dari banyaknya suku
yang terdapat di Aceh, diantaranya suku Jamee, Alas, Tamiang dan Gayo. Bangsa
yang mayoritas menyatu dalam satu ikatan agama, yaitu agama Islam. Kepercayaan
dan keyakinan yang dianut oleh mayoritas masyarakat Aceh, kiranya juga sangat
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari terutama dalam cara
berkesenian.
Kassudiarjo (Asmiana, 2012: 10) Tari adalah salah satu bagian dari kesenian,
arti dari seni tari adalah keindahan gerak anggota badan manusia yang bergerak,
berirama dan berjiwa yang harmonis. Suatu gerak tari tidak dapat dikatakan indah
apabila berdasar pada keindahan gerak saja atau penarinya yang cantik. Hal ini
merupakan pandangan umum dari masyarakat yang menganggap bahwa suatu tarian
dikatakan indah apabila memiliki penari yang cantik, gerak tubuh yang indah dan
sebagainya.
Tari merupakan salah satu bagian dari kesenian yang bersifat universal artinya
dapat dilakukan dan dimiliki oleh seluruh manusia di dunia. Tari juga disebut sebagai
seni yang paling tua. Mungkin dapat juga dikatakan bahwa tari bisa disebut lebih tua
dari seni itu sendiri. Tari mementingkan unsur gerak tubuh manusia dalam
penyampaiannya. Tubuh manusia membuat pola gerak dalam ruang dan waktu

2
menjadikan tari unik diantara kesenian lainnya dan mungkin menerangkan proses
waktu yang telah lama dilalui beserta universalitasnya. Tari yang muncul di sekitaran
masyarakat biasanya ada dan berasal dari masyarakat itu sendiri. Dari sekian banyak
kekayaan seni budaya Indonesia, tari adalah salah satu bidang seni yang merupakan
bagian dari kehidupan manusia.
Berbicara tentang tari tentunya semua daerah memiliki tarian tradisinya
masing-masing, tari tradisi yang semakin berkembang baik dari segi kegunaan dan
penampilannya juga berdampak pada tari rapai geleng. Seni tari yang berlatar
belakang adat dan agama seperti tari saman, meusekat, Rapa’i Uroh maupun Rapa’i
Geleng, Rampou Aceh dan Seudati. Sementara seni yang berlatar mitos dan legenda
seperti tari phom bines dan ale tunjang. Rapa’i adalah salah satu alat tabuh seni dari
Aceh. khususnya di pesisir. (alat musik pukul) terbagi dalam beberapa jenis
permainan, seperti: Rapa’i Daboih, Rapa’i Pasee, Rapa’i Pulot, Rapa’i Lagee,
Rapa’i Geurimpeng, dan Rapa’i Geleng. Pada umumnya tari Rapa’i Geleng hanya
ditarikan oleh penari laki-laki. Namun di Aceh Selatan tari Rapa’I Geleng tidak
hanya di tarikan oleh penari laki-laki, tetapi juga ditarikan oleh perempuan yang
kemudian tarian ini dinamakan tari Rapa’i Geleng Inong. Inong dalam bahasa
Indonesia berarti perempuan yang seluruhnya diartikan oleh perempuan beserta
syahinya.
Tari Rapa’i Geleng inong diciptakan oleh Syeh Nasrudin Bujang Juara yang
berasal dari Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya. Alasan tarian ini
dapat ditarikan oleh perempuan adalah supaya adanya variasi lain serta
pengembangan dan dapat diminati dan ditarikan khalayak umum. Tari rapa’i geleng
inong pertama kali diajarkan pada tahun 2000 dan ditarikan oleh sanggar Cahaya
Permata Desa Air Berudang Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan pada
Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-5 tahun 2004. Lalu, tarian ini sudah banyak di
tarikan pada sanggar dan sekolah, salah satu sanggar tersebut adalah sanggar Cicem
Pala Duspa di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Tarian ini menjadi
sarana hiburan dan dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang sangat

3
banyak. Biasanya yang memainkan tarian ini ada 12 orang perempuan atau berjumlah
genap yang sudah terlatih.
Seni tari rapa’i geleng inong juga disertakan gerakan tarian yang
melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan dan penuh
kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi
masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur tari
meusekat. Selain laki-laki, tari rapa’i geleng ini ditarikan juga oleh perempuan. Syair
yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup
bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.
Rapa’i Geleng memang banyak digemari masyarakat, khususnya masyarakat
Aceh, hampir setiap pertunjukan Rapa’i Geleng selalu banyak masyarakat yang
berpartisipasi untuk menyaksikan pertunjukannya. Setiap diadakan pertunjukan
Rapa’i Geleng paling sedikit yang menyaksikan tidak kurang dari seratus penonton.
Daya pikat tarian ini terdapat pada keindahan tari dan sya’ir yang sangat memanjakan
mata dan telinga penikmat seni ini. Namun kebanyakan hanya sekedar menikmati
pertunjukannya tanpa mengetahui apa maksud dari gerakan tari Rapa’i Geleng itu
sendiri. Tentunya tari Rapa’i Geleng ini punya maksud dan tujuan tertentu yang ingin
disampaikan (dakwah), dengan dikemas sedemikian rupa untuk dipertunjukkan.
Tarian Rapa’i Geleng adalah manifestasi dari media dakwah yang
direpresentasikan dalam wujud seni pertunjukan. Tarian ini lahir dan berkembang di
Manggeng Aceh Barat Daya, namun tidak diketahui nama penciptanya. Tarian ini
diperkirakan muncul telah lama, namun baru dikenal oleh masyarakat Aceh secara
luas setelah adanya pertunjukan di Pekan Kebudayaan Aceh. Tidak ada pantangan
dalam menyebarkan dan memperkenalkan Tari Rapa’i Geleng yang berkembang
pada masyarakat Aneuk Jamee di sebagian Aceh Barat Daya dan sebagian Aceh
Selatan agar tidak punah. Tarian ini sampai saat ini masih berkembang dengan pesat
di seluruh sanggar di Aceh. Karena gerakannya sangat dinamis dan cepat. Tarian ini
saat ini bukan hanya milik masyarakat Aneuk Jamee tapi sudah menjadi milik
masyarakat Aceh pada umumnya. Tarian ini dalam media penyampaiannya

4
menggunakan bahasa Aceh yang dilantunkan secara Cahi (vokalis) yang diikuti oleh
penarinya. Gerakannya hampir sama dengan gerkan Saman, namun alat dan bahasa
yang digunakan berbeda. Tarian mulai marak 20 tahun terakhir ini sejak tahun 1980-
an. Tarian ini pernah dipertunjukkan di Pekan Kebudayaan Aceh sampai pada tahun
2004. Sekarang banyak sanggar-sanggar di Aceh yang telah mengajarkan tarian ini.
Bentuk Tari Rapai Geleng; (a). Ditinjau dari makna ruang gerak terutama
berkaitan dengan leveling. (b). Struktur tari Rapai Geleng. (c). Nama bentuk gerak
yang berkaitan antara lain dengan nilai dan makna filosofis, sosiologis, antropologis,
kosmologis, dll sesuai adat atau perangkat nilai-nilai dan keyakinan sosial yang
berakar dan berkembang dalam kehidupan mayarakat Aceh umumnya dan pada
masyarakat Aceh Barat Daya dan sebagian Aceh Selatan. (d). Penggunaan nama dan
kedudukan/peran Syeh (pemimpin syair) dan penari sebagai koor. Selanjutnya perlu
penjelasan bahwa, isi syair selain berupa nasihat, juga merupakan puji-pujian kepada
Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, sahabat, dan kerabatnya.
Secara keseluruhan titik a sd d pada dasarnya terkait erat dengan nilai ritual
keagamaan atau keyakinan dan adat masyarakatnya. Penjelasan pelaku tari Rapai
Geleng yang pada awalnya hanya ditarikan oleh laki-laki dan pada perkembangannya
dapat juga ditarikan oleh perempuan yang ditarikan secara terpisah. Hal ini erat
berkaitan dengan etika nilai-nilai pergaulan berdasarkan adat dan hukum agama yang
dikaitkan dengan pemahaman tentang muhrim.
Penulis mengkaji salah satu dari sekian banyak tari tradisi yang ada di Aceh
untuk penelitian penyelesaian seminar proposal yaitu, Tari Rapai Geleng, tari Rapai
Geleng adalah salah satu tarian yang termaksud jarang untuk diteliti secara
mendalam, apalagi membahas dalam bentuk nilai religius, Berdasarkan latar belakang
di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji masalah ini ke dalam suatu
penulisan seminar proposal dengan judul “Nilai Religius Tari Rapai Geleng Di
Manggeng Kabupaten Aceh Selatan”

5
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah sebuah pertanyaan yang dicari jawabanya dengan
mengumpulkan data dalam bentuk berbagai rumusan masalah berdasarkan
penelitian berdasarkan tingkat eksplanasi (Sugiyono). Rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk penyajian Tari Rapai Geleng Inong di Manggeng
Kabupaten Aceh Selatan?
2. Nilai-nilai religius apa saja yang terkandung dalam Tari Rapai Geleng
Inong di Manggeng Kabupaten Aceh Selatan?

D. TUJUAN PENELITIAN
Menurut Sugiyono sebuah penelitian pasti mempunyai tujuan dan kegunaan
tertentu. Secara umum tujuan penelitian yaitu agar data dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan. Dimana proses pembuatan penulisan dalam
tujuan ini didasarkan pada permasalahan-permasalahan yang telah disampaikan
pada latar belakang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk penyajian Tari Rapai Geleng
inong di Manggeng Kabupaten Aceh Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan nilai religius yang terkandung dalam Tari Rapai
Geleng inong di Manggeng Kabupaten Aceh Selatan.

E. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini nantinya, peneliti mengharapkan agar bermanfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberi kontribusi dalam membantu
meningatkan ilmu pengetahuan dan menambah apresiasi di bidang seni,
serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai nilai-nilai religius
pada tari-tari lainnya.

6
b. Manfaat teoritis
1. Sebagai bahan acuan peneliti selanjutnya yang ingin melengkapi
kekurangan atau hal-hal penting dalam pembahasan tari Rapai Geleng
Inong.
2. Bagi dinas pariwisata dan kebudayaan Aceh Selatan memanfaatkan
hasil penelitian ini untuk menambah dokumen kesenian daerah Aceh
Selatan
3. Penelitian ini dapat bermanfaat agar masyarakat lebih tertarik dan
meningkatkan kecintaan terhadap seni tradisional Aceh.

F. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan beberapa skripsi atau jurnal untuk
membandingkan dan menjadikan daftar rujukan. Skripsi yang berjudul “analisis unsur
gerak tari Rapai Geleng inong pada sanggar cicem pala duspa di kecamatan samadua
kabupaten aceh selatan oleh ikhsanul kurniawan pada tahun 2022, skripsi ini menjadi
acuan bagi penulis. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana mendeskripsikan
unsur, tenaga, ruang dan waktu pada gerak tari Rapai Geleng inong pada sanggar
cicem pala duspa di kecamatan samadua kabupaten aceh selatan. Tari Rapai Geleng
adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh bagian selatan
tepatnya manggeng, yang sekarang masuk kawasan kabupaten Aceh Barat Daya.
Gerakan tarian ini diikuti tabuhan Rapai yang berirama satu-satu, lambat, lama
kemudian berubah cepat di iringin dengan gerak tubuh yang masih berposisi duduk
bersimpuh, meliuk ke kiri dan ke depan. Penelitian tersebut dapat membantu peneliti
dalam meneliti notasi tari Rapai Geleng. Dari penelitian ini, terdapat persamaan pada
objek materialnya dimana sama-sama mengkaji tentang tari Rapai Geleng inong.
Skripsi yang berjudul “Struktur Tari Rapa’i Geleng Inong pada masyarakat
Aceh Kecamatan Peusangan” oleh Maimunah pada tahun 2015, skripsi ini menjadi
acuan bagi penulis. Skripsi ini menjelaskan tentang apa saja Struktur Tari Rapa’i
Geleng Inong pada masyarakat aceh Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireun.

7
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur tari Rapa’i Geleng Inong, dalam
pembahasan penelitian ini di gunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik
penelitian seperti pengertian tari dan struktur tari. Dari penelitian ini, terdapat
persamaan pada objek materialnya dimana sama-sama mengkaji tentang tari Rapai
Geleng inong, sehingga membantu peneliti dalam meneliti tarian Rapai Geleng
inong.
Skripsi yang berjudul “Nilai religius tari bedhaya ketawang kraton surakarta
hadingrat” oleh Budi Wahyu Kurniawan pada tahun 2017, penelitian ini bertujuan
untuk memahami Nilai religius tari bedhaya ketawang kraton surakarta hadingrat.
Penelitian ini menjadi bahan acuan bagi penulis. Secara keseluruhan penelitian ini
menjelaskan tentang nilai-nilai religius yang terkadung pada tari bedhaya. Nilai
religius merupakan dasar dari pembentukan budaya religius, karena tanpa adanya
penanaman nilai religius, maka budaya religius tidak akan terbentuk. Penelitian ini
sama-sama mendeskripsikan tentang nilai-nilai religius, dengan demikian skripsi ini
akan menjadi acuan bagi peneliti dalam mengupas tentang nilai- nilai religius tari
Rapai Geleng Inong di Manggeng Kabupaten Aceh Selatan.
Skripsi yang berjudul “Nilai Religius dalam tari aplang di Kabupaten
Banjarnegara Jawa Tengah oleh Fanni Angganingtyas pada tahun 2013, skripsi ini
menjadi bahan acuan bagi penulis. Secara keseluruhan penelitian ini menjelaskan
tentang nilai-nilai yang terkadung pada tari aplang. Nilai religius merupakan dasar
dari pembentukan budaya religius, karena tanpa adanya penanaman nilai religius,
maka budaya religius tidak akan terbentuk. Penelitian ini sama-sama
mendeskripsikan tentang nilai-nilai religius, dengan demikian skripsi ini akan
menjadi acuan bagi peneliti dalam mengupas tentang nilai- nilai religius tari Rapai
Geleng Inong di Manggeng Kabupaten Aceh Selatan.

8
G. LANDASAN TEORI
Landasan teori ini juga berfungsi untuk mengaitkan dengan pengetahuan yang
baru dan juga mempermudah penelitian untuk menyusun sebuah hipotesis serta
metodologi penelitian. Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan teori untuk di
jadikan sebagai acuan atau landasan dalam menyimpulkan masalah-masalah yang
akan diteliti. Disini penulis akan menguraikan teori-teori dasar yang relavan dan
penting untuk dapat membahas permasalahan dalam penelitian ini. Adapun teori yang
digunakan untuk memecahkan masalah, yaitu:
1. Nilai
Nilai menunjuk pada sikap orang terhadap sesuatu hal yang baik.
Nilai- nilai dapat saling berkaitan membentuk suatu sistem dan antara yang
satu dan yang lain koheren dan mempengaruhi segi kehidupan manusia
(Merdiatmaja, 1986: 105). Sedangkan menurut Sutrisno (2005: 67), nilai
adalah sesuatu yang dipandang berharga oleh orang atau kelompok orang serta
dijadikan acuan tindakan maupun pengarti arah hidup. Nilai ditumbuhkan dan
dibatinkan lewat kebudayaan orang itu yang dihayatinya sebagai jagad makna
hidup dan diwacanakan serta dihayati dalam jagad simbol.
Manusia selalu berhubungan dengan kerangka ide dan gagasan yang
menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan. Kerangka ide dan gagasan
tersebut penting dalam menentukan langkah dalam bersikap serta bertingkah
laku dalam bermasyarakat. Norma-norma tersebut dengan bersendikan nilai-
nilai yang luhur, antara lain nilai religi, nilai kebenaran, dan nilai keindahan
(Gie, 1982: 163).
Nilai membahas dua masalah, yaitu masalah etika dan masalah
estetika. Etika membahas tentang baik buruk tingkah laku manusia, sedangkan
estetika membahas tentang keindahan. Oleh karena itu, kebenaran termasuk
nilai, namun nilai bukan membahas tentang nilai kebenaran. Menurut Kaelan
(2004: 87), nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat

9
pada suatu objek, tetapi bukan hanya pada objek itu saja. Artinya, jika sesuatu
itu mengandung nilai, ada sifat kualitas yang melekat pada sesuatu itu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
pegangan atau patokan seseorang dalam bertingkah laku. Nilai membahas
tentang baik-buruk, benar-salah, dan indah-jelek suatu objek. Nilai yang baik
dapat meningkatkan objek tersebut, sedangkan nilai yang buruk dapat
menurunkan kualitas yang melekat pada objek tersebut.

2. Sistem Religi
Salah satu unsur kebudayaan yang pasti ada dalam suatu masyarakat
yaitu adanya sistem kepercayaan atau religi. Menurut Drikarya istilah religi
itu berhubungan dengan kata religare, kata Latin yang berarti mengikat
sehingga regius berarti ikatan atau pengikat. Dalam religi manusia
mengikatkan diri kepada Tuhan. Pada pokoknya religi adalah penyerahan diri
kepada Tuhan, dalam keyakinan bahwa manusia itu bergantung pada Tuhan,
bahwa Tuhanlah yang merupakan keselamatan yang sejati dari manusia,
bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak mampu untuk memperoleh
keselamatan itu dan karena itu manusia menyerahkan diri (Purwadi, 2002: 28-
29).
Menurut Koentjaraningrat setiap religi merupakan sistem yang terdiri
atas empat komponen, yaitu :
a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. Emosi
keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakan jiwa manusia.
Proses ini terjadi apabila jiwa manusia dimasuki cahaya Tuhan.
b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-
bayangan manuia tentang sifat-sifat Tuhan wujud alam ghaib, seperti
natural, hakikat hidup, maut, dewa-dewa, dan mahluk halus lainnya.
c. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia
dengan Tuhan, dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib. Sistem

10
upacara religius ini melaksanakan dan menyimbolkan konsep-konsep
yang terkandung dalam sistem kepercayaan.
d. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang
menganut sistem kepercayaan tentang Tuhan dan alam gaib serta yang
melakukan upacara-upacara religius biasanya berorientasi terhadap sistem
religi dan kepercayaan, juga berkumpul untuk melakukan sistem
upacaranya (Purwadi, 2002: 29).
Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia
sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan
perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain
yang Maha Besar. Oleh karena itu, manusia takut dan menyembah-Nya, dan
akhirnya kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk
kekuatan besar tersebut agar mau menuruti keamauan manusia, dilakukan
usaha yang diwujudkan dalam religi dan upacara keagamaan (Widyosiswo,
2001: 34).

3. Nilai Religius
Nilai religius merupakan dasar dari pembentukan budaya religius,
karena tanpa adanya penanaman nilai religius, maka budaya religius tidak
akan terbentuk. Budaya religius yang merupakan bagian dari budaya
organisasi sangat menekankan peran nilai. Bahkan nilai merupakan pondasi
dalam mewujudkan budaya religius. Tanpa adanya nilai yang kokoh, maka
tidak akan terbentuk budaya religius.
Nilai religius (keberagamaan) bersumber dari agama dan mampu
merasuk dalam intimitas jiwa. Nilai religius perlu ditanamkan dalam lembaga
pendidikan maupun non-pendidikan untuk membentuk budaya religius yang
mantap dan kuat. Macam-macam dari nilai religius antara lain :

11
a. Nilai ketaqwaan
Kata taqwa menurut bahasa Arab berasal dari kata waqa-yaqi-waqiyah
yang artinya takut-menjaga-memelihara atau melindungi. Dalam arti yang
sempit, taqwa berarti “melaksanakan segala perintah Alloh dan menjauhi
segala larangan-Nya”. Menurut Al-Hasan Al- Bashri menyatakan bahwa
taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Alloh, dan
menunaikan apa yang diwajibkan oleh Alloh. Taqwa juga berarti
kewaspadaan, menjaga benar-benar yang diperintahkan dan menjaui larangan.
Taqwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang
ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan taqwa. Sehingga taqwa dalam
istilah syar’i adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.
b. Nilai keimanan
Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut
istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan,
dan mengamalkan dengan anggota badan. “Membenarkan dengan hati”
maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasullulah Shalallaahu
alaihi wasalam. “mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan dua
kalimat syahadat (asyhadu alla laa ilaha illallah wa asyhadu anna
muhammadan rasulullah). “mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya
hati mengamalkan dengan keyakinan, sedang anggota badan
mengamalkannya dalam bentuk ibadah sesuai dengan fungsinya
(nasrudiyanto.abatasa.com/post/detail/15721/makna--hakikat-iman. html,
diakses pada 13 April pukul 17:15).
Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh
keyakinan, tak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi orientasi
kehidupan, sikap, dan aktivitas keseharian (Qardawi, 2000 : 27).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iman berarti percaya
dengan membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

12
c. Nilai ketaatan
Ketaatan dapat diartikan patuh. Dalam konteks ajaran agama Islam
nilai ketaatan merupakan sikap seseorang yang selalu mematuhi serta
menjalankan perintah agama. Taat kepada Alloh SWT merupakan satu
kewajiban yang tidak dapat diganggu-gugat, ketika seseorang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat atau telah berada di dalam naungan
agama Islam, maka wajib baginya untuk taat kepada segala bentuk perintah
dan larangan Alloh SWT.
d. Nilai moral
Moral adalah sesuatu yang resrictive, artinya bukan sekedar sesuatu
yang deskriptif tentang sesuatu yang baik, tetapi sesuatu yang mengarahkan
kelakuan dan pikiran seseorang untuk berbuat baik. secara garis besar,
klasifikasi moral secara umum menerangkan tentang apa yang seharusnya dan
sebaiknya dilakukan manusia terhadap manusialain serta melaksanakan suatu
hal baik dan menolak hal yang buruk (Tilaar, 2002 : 77)
Dengan demikian, dapat kita ketahui bersama bahwasanya ajaran
moral didalam Islam meskipun bersifat fleksibel dan relatif tetap memiliki
landasan yang kuat, yakni berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Hal tersebut
sangat bermanfaat bagi pembentukan pribadi dalam masyarakat seperti dalam
Tari Aplang yang memiliki pesan moral yang bersifat Islami.
e. Nilai estetika
Nilai estetika merupakan nilai yang berhubungan dengan keindahan.
Keindahan pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan, hal ini
berarti bahwa keindahan juga ciptaan Tuhan. Pembentukan kebudayaan dan
kesenian yang mengarah pada terbentuknya peradaban yang indah, tidak dapat
dilepaskan kaitannya dengan alam, karena alamiah yang menyediakan bahan
yang diperlukan manusia bagi kepentingan pembentukan kebudayaan,
kesenian, peradaban dan keindahan (Notowidagdo, 1996 : 87-88).

13
Nilai-nilai ajaran Islam akan menjadi bingkai penuangan keindahan
dalam kesenian Islami. Kekuatan nilai tersebut tidak hanya menjiwai dan
mewarnai tetapi memberi bentuk pada keseniannya, menjadi salah satu
ekspresi budaya manusia, karena seni tari akan hadir dan dibutuhkan dalam
segala aspek kehidupan. Persoalan yang ada di dalamnya berkaitan dengan
masalah cita budaya dari masyarakat yang menghasilkannya. Sebagai mahluk
berbudaya manusia memiliki potensi yang bisa dikembangkan sesuai dengan
kondisi budaya setempat.
f. Nilai sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat akan saling berhubungan dan
saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat
menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Nilai sosial ialah nilai-nilai yang
memainkan peranan penting didalam kehidupan sosial. Kebanyakan hubungan
sosial didasarkan bukan saja pada fakta-fakta positif, akan tetapi juga pada
pertimbangan nilai, demikian diungkapkan Maurice Duverger (Soleman, 1984
: 5).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai sosial
merupakan hubungan dan interaksi sesama manusia yang ditimbulkan akibat
adanya suatu kerjasama yang melibatkan gabungan beberapa orang untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh suatu penyajian karya tari, nilai
sosial tercermin dalam interaksi baik antar penari, pemusik, perias, pengamat,
dan penonton sebagai masyarakat pendukung.

H. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini besifat kualitatif. Menurut
Sugiono (2000:2) Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan di temukan, dibuktikan, dikembangkan, suatu pengetahuan
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengidentifikasi masalah. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan

14
pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
ilmiah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data-data yang
akurat mengenai nilai religius tari Rapai Geleng inong di Manggeng Kabupaten Aceh
Selatan .

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian ini digunakan dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurut Sugiono (2009:9) Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah kemampuan sesorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra. Dalam hal ini pancaindra
digunakan untuk menangkap gejala yang diamati (Morissan, 2017:143)

b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstrusikan
makna dalam suatu topik tertentu Sugiyono (2019).
Dalam melakukan wawancara, peneliti memilih melakukan
wawancara tidak terstruktur kepada seniman atau tokoh masyarakat yang
mengetahui langsung tentang tari Rapai Geleng inong. Ini memudahkan
peneliti dalam mengumpulkan data atau memperoleh informasi secara
langsung dengan proses tanya jawab antara dua orang atau lebih untuk
bertukar informasi, dengan demikian peneliti akan mengetahui lebih
mendalam mengenai Nilai religius tari Rapai Geleng inong.

15
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang, dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan
wawancara (Sugiono:2016:240).

3. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk
menganalisis dan menyusun data yang telah didapatkan dari sumber data yang
di lapangan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit- unit, melaukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
model Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono,2009:246) yaitu:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Sugiyono (2009:247) mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Sehingga dapat memberikan gambaran secara
jelas dan dapat mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data
berikutnya.
b. Penyajian Data (Display Data)
Menurut Sugiyono (2009:247) menjelaskan penyajian data dalam
penelitian kualitatif, data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan
menampilkan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

16
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan
Menurut Sugiyono (2009:247) menjelaskan kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila atidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

I. Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian Kegiatan


No kegiatan Bulan Februari s/d Juli 2023
februari maret april mei juni juli

1. Pengusulan
Proposal
2. Pengumpulan
Data
3. Pengolahan
Data dan
Analisis Data
4. Penulisan
skripsi
5. Penggandaan
6. Ujian
Keterangan :
: Merupakan jadwal penelitian kegiatan dari bulan februari
sampai dengan juli 2023

17
Daftar Pustaka

Alfabeta, Purwadi. 2002. Penghayatan Keagamaan Orang Jawa.


Yogyakarta : Media Pressindo.
Hadi, Sumandiyo. 2011. Koreografi. Yogyakarta: Cipta Media
Hasibuan, Rahmat Adha. 2016. Nilai-Nilai Dakwah dalam Tari Rapai
Geleng disanggar Seni Seulaweut UIN Ar-raniry.
Kurniawan, Ikhsanul. 2022. Analisis Unsur Gerak Tari Rapai Geleng
Pada Panggar Cicem Pala Duspa di Kecamatan Samadua
Kabupaten Aceh Selatan. S1 Seni Tari Universitas Syariah
Kuala. Tempat penerbit: Penerbit.
Murgianto. 1983. Pengertian notasi Tari. Yogyakarta.
Notowidagdo, Drs. H, Rohiman. 1996. Ilmu budaya dasar berdasarkan
Al-Quran dan Hadits. Jakarta: PT raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Nurdin, muslim dkk. 1995. Moral dan kognisi Islam. Bandung : CV
Sedyawati, Edi. 2008. Keindonesiaan Dalam Budaya. Jakarta : Wedatama
Widya Sastra
Slamet, Syera Fauzya Lestari,S. 2016. Makna Simbolik Tari Rapai Gelang
yang tardapat di sanggar Bujang Juara Desa Seunelop
Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya.
Sugiyono. 2009. Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Memahami penelitian pendekatan, kualitatif. Bandung:
Alfabeta.

18
WEBTOGRAFI

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tari_Rapa'i_Geleng
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21410160019.pdf
http://isbiaceh.ac.id/tari-rapai-geleng/
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16014/7/T1_152014702_Ju
dul.pdf
https://eprints.uny.ac.id/27611/1/Fanni%20Angganingtyas%2009209241048.
pdf
http://digilib.unimed.ac.id/16488/
http://digilib.uinsby.ac.id/19439/5/Bab%202.pdf
https://griyaalquran.id/nilai-ketaqwaan-orang-beriman/

19
GLOSARIUM

Rapa'i : Buah alat musik pukul yang berasal


dari Aceh. Menurut kepercayaan
masyarakat Aceh, alat musik ini
diciptakan oleh Syekh Ahmad bin
Rifa'i yang merupakan pendiri
tarikat Rifa'iyyah. Rapai merupakan
alat musik tradisional Aceh yang
ditabuh menggunakan tangan
kosong, tidak menggunakan stik.
Nilai : Suatu gagasan yang dimiliki
seseorang maupun kelompok
mengenai apa yang layak, apa yang
dikehendaki, serta apa yang baik dan
buruk.
Religius : Gagasan atau informasi yang
disampaikan seseorang untuk orang
lain, yang berisikan tentang
keagamaan, baik itu agama Islam
maupun non Islam.
Kontribusi : Suatu yang diberikan bersama-sama
dan pihak lain untuk tujuan biaya atau
kerugian tertentu bersama-sama.
Universal : Sesuatu yang sifatnya umum dan
berlaku bagi semua orang. Universal
juga dapat diartikan sebagai suatu
konsep dimana satu hal dapat

20
digunakan untuk semuanya.
Mengakomodasi : Menyediakan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan.
Konvensional : Berdasarkan konvensi (kesepakatan)
umum seperti adat, kebiasaan,
kelaziman. Kata konvensional bisa
merujuk pada tradisional.
Dinamisasi : Penghitungan kembali angsuran PPh
Pasal 25 karena perusahaan
mengalami keuntungan.
Solidaritas : Saling percaya antara para anggota
dalam satu kelompok atau komunitas.
Kalau orang saling percaya maka
mereka akang menjadi satu/menjadi
persahabatan, menjadi saling hormat-
menghormati, menjadi terdorong
untuk bertanggung jawab dan
memperhatikan sesamanya.
Manifestasi : Perwujudan sebagai suatu pernyataan
perasaan atau pendapat. Dengan kata
lain, manifestasi adalah suatu bukti
nyata atau tindakan sebagai wujud
pemikiran.
Koor : Istilah yang merujuk kepada
ansambel musik yang terdiri atas
penyanyi-penyanyi maupun musik
yang dibawakan oleh ansambel
tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai