Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH TARI TOPENG LOSARI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujuan Komprehensif

oleh:
ELA SARI CANTIKA
1908301035

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah
dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah di berikan
sehingga penyusunan makalah untuk syarat ujian komperatif yang berjudul “Sejarah Tari
Topeng Losari” berjalan dengan lancar.
Shalawat serta salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah
kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat-sahabat, serta para pengikutnya, dan Semoga syafa’at-Nya selalu menyertai
kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini memenuhi syarat seperti yang
diharapkan, dan dapat bermanfaat serta bisa menjadi wawasan yang luas bagi pembaca. Saya
menyadari keterbatasan yang saya miliki.untuk itu, saya mengharapkan dan menerima segala
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini untuk
masa mendatang.

Cirebon, 8 Februari 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Sejarah Tari Topeng Cirebon .................................................................................. 3
2.2 Sejarah dan Macam-Macam Tari Topeng Cirebon Gaya Losari ............................. 4
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 8
3.1 Simpulan .................................................................................................................. 8
3.2 Saran ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keragaman budaya dan suku yang dimiliki oleh Indonesia sebagai bangsa yang multi
etnik, menambah kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Lingkungan geografis,
latar belakang sejarah dan perkembangan daerah, serta perbedaan agama atau
kepercayaan, memberikan ciri khusus sebagai keunikan kebudayaan dari daerah masing-
masing yang ada di Indonesia. Berbeda dengan kekayaan sumber daya alam dari sektor
mineral yang akan habis jika dieksplorasi secara terus menerus, dan menimbulkan
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dihindari. Berbeda dengan halnya keunikan
keragaman dan kekayaan kebudayaan, tidak akan pernah habis untuk eksplorasi walaupun
secara besar-besaran dan sampai dikenal manca Negara lain. Hal ini bahkan akan
memberikan citra dimata dunia sebagai Negara yang memiliki keaneka ragaman suku dan
kebudayaan yang mempesonakan dunia. Sebagai bangsa yang besar Negara Indonesia
memelihara dengan baik kekayaan budaya dari daerah-daerah yang tersebar di setiap
provinsi yang ada di Indonesia baik tentang tradisi, kearifan loka, dan kecerdasan lokal.1
Cirebon merupakan salah satu wilayah yang multi budaya, agama, dan etnis. Berawal
dari sini Cirebon seringkali dijadikan bahan riset dari tingkat regional, nusantara, bahkan
sampai internasional. Hal yang menarik dari aspek-aspek tersebut adalah aspek budaya
yang masih relatif jarang untuk diteliti, padahal budaya itu memiliki makna sosial dan
makna religius, salah satunya adalah kesenian tari topeng.
Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Cirebn banyak di pengaruhi oleh proses
akulturasi budaya pendatang dengan budaya setempat. Sebagai wilayah yang berada di
perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah yang dalam segi bahasa memiliki
perbedaan signifikan yaitu bahas Sunda dan bahasa Jawa. Dengan keadaan wilayah
seperti itu Cirebon dapat berkembang sendiri dengan kultur yang khas, yang merupakan
percampuran antara keduanya. Para pendatang dan penduduk asli saling beradaptasi satu
sama lain dan saling mengisi serta menerima dalam kegiatan kehidupan mereka sehari-
hari. Para pelaku kesenian tradisional di Cirebon seringkali mendapat julukan dalang,
gelar tersebut tidak hanya diberikan kepada orang yang memainkan wayang saja, akan
tetapi gelar dalang juga digunakan untuk menyebut orang yang memiliki keahlian dalam
1
Oda I.B. Hariyanto, "Destinasi Wisata Budaya Dan Religi Di Cirebon", Jurnal Ecodemika, Vol, IV
No. 2, 2016, hlm. 215.

1
bidang kesenian, penari topeng juga disebut dalang topeng, pemimpin rombongan
genjring disebut dalang genjring, dan juga berlaku untuk kesenian lainnya.2
Tari topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang asli berasal dari Cirebon,
tarian ini dinamakan tari topeng karena penari yang membawakan tarian nya memakai
topeng. Tari topeng banyak sekali ragamnya dan seringkali mengalami perkembangan
dalam hal gerak, kostum, cerita, maupun fungsi yang ingin disampaikan. Tari topeng
dapat dimainkan oleh seorang penari dan bisa juga dimainkan oleh beberapa orang
penari.3
Tari topeng Cirebon telah berkembang dalam rentang waktu yang sangat panjang
sehingga dalam perkembangannya terdapat beberapa persi tari topeng Cirebon sesuai
dengan daerahnya masing-masing, seperti halnya tari topeng Cirebon yang berasal dari
Losari. Untuk melestarikan kesenian tari tradisional tersebut para dalang Tari Topeng
Cirebon mendirikan sanggar tari sebagai upaya untuk mempertahankan dan melestaikan
warisan budaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah tari topeng Cirebon?
2. Bagaimana sejarah dan macam-macam tari topeng Cirebon gaya Losari ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah tari topeng Cirebon.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan macam-macam tari topeng Cirebon gaya
Losari.

2
Toto Sudarto, "Topeng Babakan Cirebon 1900-1990", Vol 15, No 2, 2019, hlm. 130.
3
Nurul Fitri, Skripsi: "Tari Topeng Cirebon Kesenian Yang Diislamkan", (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2013).
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tari Topeng Cirebon


Tari Topeng Cirebon berasal dari kata “tup” atau tutup. Kemudian kata ini ditambah
suku kata “eng” sehingga menjadi tupeng, yang kemudian berubah menjadi “topeng”.
Menurut Prof. Vreede yang ditulis oleh Gaos Harja Somantri bahwa topeng berasal dari kata
ping, peng, dan pung yang artinya melekat pada sesuatu dan ditekan rapat, asal yang sama
juga dapat ditemukan dalam kata tepung, taping, damping. Kata lain arti topeng adalah kedok
yang artinya dikenakan akan lengket dan yang memakainya menjadi pangling.4 Pengertian
dari Tari Topeng itu sendiri adalah suatu pertunjukan tari yang para penarinya mengenakan
topeng, yaitu penutup kepala berupa sobrah atau tekes yang terbuat dari rambut.
Pertunjukannya biasanya membawakan cerita Panji dengan diselingi bodoran.
Dalam Babad Cirebon Carang Satus yang ditulis oleh Elang Yusuf Dendrabrata
disebutkan bahwa pertama kali topeng Cirebon diciptakan dalam rangka penyebaran agama
Islam. Ketika itu di Krawang ada seorang yang memiliki kesaktian karena mempunyai
pusaka Curug Sewu, orang tersebut bernama Pangeran Welang. Dengan kesaktiannya, ia
ingin mengalahkan Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana di Keraton Cirebon. Sunan
Gunung Jati menanggapi ancaman Pangeran Welang tidak dengan peperangan, melainkan
dengan diplomasi kesenian. Ia membentuk kelompok kesenian dengan melakukan
pertunjukan keliling dari satu daerah ke daerah lainnya. Di dalam kelompok kesenian tersebut
Sunan Gunung Jati menampilkan sang primadona Nyi Mas Gandasari, yang berperan sebagai
penari dengan wajah menggunakan kedok (tutup muka). Adanya pertunjukan keliling
tersebut terdengar pula oleh Pangeran Welang, ia menyaksikan kesenian tersebut. Melihat
penampilan sang primadona, Pangeran Welang terpikat oleh kecantikan Nyi Mas Gandasari,
ia pun meminangnya untuk dijadikan istri. Nyi Mas Gandasari menerima lamaran tersebut
dengan syarat dilamar dengan pusaka Curug Sewu. Pangeran Welang menerima tawaran Nyi
Mas Gandasari sambil menyerahkan pusaka Curug Sewu. Dengan diserahkan pusaka Curug
Sewu tersebut kesaktian Pangeran Welang pun hilang, ia menyerah kepada Sunan Gunung
Jati dan masuk Islam. Sunan Gunung Jati yang telah berhasil mengislamkan Pangeran
Welang melalui pagelaran Tari Topeng tersebut, Tari Topeng kemudian menjadi jenis

4
Gaos Harja Somantri,” Topeng Cirebon”, (Bandung: Proyek Pengembangan Institut Kesenian
Indonesia, Sub Proyek Asti Bandung, 1979), hlm.1.

3
kesenian yang disukai masyarakat dan menjadi pementasan hiburan di Cirebon. Bahkan
dalam pertunjukan Wayang Kulit pun Tari Topeng masuk di dalamnya. Sehingga Tari
Topeng tumbuh subur dan diterima di kalangan masyarakat.5
Semenjak Cirebon menjadi daerah penyebaran agama Islam, hal-hal yang berkaitan
dengan seni dijadikan sebagai media dakwah termasuk Tari Topeng, penari topeng
diharuskan berbusana menutup aurat, misalnya baju yang dikenakan harus menutupi dada dan
punggung, para penari juga menutupi kakinya dengan kaos kaki hingga lutut. Bahkan gerakan
tari pun disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Hal-hal yang diajarkan dalam seni topeng
mengandung unsur filosofi yaitu tingkatan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. 6 Dalam
Babad Cirebon juga disebutkan bahwa pada tahun 1485 Topeng Cirebon sudah mulai
dipentaskan sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam. Pementasan waktu itu
menceriterakan cerita Panji yang mengisahkan tentang Kerajaan Daha dan Kediri.
Pertunjukan Kesenian Cirebon dalam penyebaran agama Islam, diperagakan dengan cara
menyisipkan simbol, seperti pakeliran Wayang Kulit sebagai tuntunan sareat, Reog sebagai
tuntunan tarekat, barongan sebagai tuntunan hakekat, Topeng sebagai tuntunan makrifat.

2.2 Sejarah dan Macam-Macam Tari Topeng Gaya Losari


A. Sejarah Tari Topeng Losari
Kehadiran Belanda ke Cirebon, membawa dampak psikologis pada
masyarakat Cirebon dikarenakan Belanda telah ikut campur di segala bidang. Dengan
adanya campur tangan Belanda tersebut, masyarakat tidak betah lagi untuk tinggal di
lingkungan keraton, akibatnya sebagian masyarakat Cirebon pindah ke beberapa
tempat di sekitar Cirebon yang dianggap lebih aman. Kepindahan masyarakat tersebut
juga diikuti oleh seniman-seniman Cirebon termasuk seniman Topeng yang selama itu
hidup di lingkungan Keraton, Namun tahun yang pasti tentang kepindahan para
seniman tersebut tidak diketahui dengan jelas. Setelah seniman Tari Topeng
menyebar ke luar keraton, Tari Topeng mempunyai karakter dan bentuk tersendiri
diantaranya adalah tari topeng yang ada di wilayah timur Cirebon lebih tepatnya di
daerah Losari, dengan tokohnya yang terkenal yaitu Ibu Dewi dan Ibu Sawitri.
Tari topeng Losari memiliki sejarah yang sangat panjang, awalnya tari topeng
Losari diciptakan oleh Panembahan Losari, atau dikenal sebagai Pangeran

5
Jamilah Santi Kartika, Skripsi: “Makna Topeng Panji Gaya Slangit dalam tari topeng Cirebon, Oleh
dalang Topeng Sujana Arja”, (Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia, 1999), hlm.12
6
Ibid. hlm 13.

4
Angkawijaya sekitar 400 tahun yang lalu. Awalnya, tarian ini diciptakan untuk
menyebarkan agama Islam. Tari Topeng Losari lebih menekankan pada ritual dan
penokohan, dimana masing-masing tokoh menceritakan tentang ritual antara satu
dengan lainnya yang dikemas dalam cerita Panji. berbeda dengan Tari Topeng dari
Wilayah Cirebon lainnya yang lebih mengedepankan watak perkembangan sifat
manusia yang menjurus ke nilai filosofis. Rombongan Topeng yang ada di Losari ada
satu grup yaitu di Desa Astana langgar Losari. Tokohnya adalah Sawitri, Dewi, Saca,
dan Kocap. Mereka keturunan Buyut Kanten yang punya murid bernama Koncar.
Pakem Tari Topeng Losari, Kotak Topeng dan Nayaga dijadikan sebagai pusat
atau patokan energi, sebab dalang Topeng Losari dari generasi ke generasi percaya
sekali bahwa di antara gamelan ada Sembilan Wali, Dalang-dalang Topeng di Cirebon
percaya bahwa Tari Topeng berasal dari Wali yaitu salah satunya Sunan Kalijaga,
tetapi kemudian di Topeng Losari disempurnakan oleh Raden Angka Wijaya atau
Pangeran Losari.
Oleh sebab itu di Topeng Losari, Dalang Topeng atau penari selalu atau lebih
banyak menghadap ke arah kotak Topeng dan Nayaga ketika menari, begitu juga
halnya dengan penyajian Topeng Losari, di pakem Topeng Losari disela tarian selalu
diselingi dengan bodoran lakon atau juga disebut dengan selingan lawak yang
melibatkan beberapa Nayaga, ini berlaku dari generasi ke generasi dan pakem tersebut
sampai seterusnya tidak boleh dihilangkan.
Tari topeng losari secara history sangat kuat memegang tradisi, lebih ke ritual
dan lebih mengedepankan sakralitas. Itu sebabnya pada saat Dalang Topeng yang
menari tidak boleh memakai make up karena meritualkan diri. Tari Topeng Losari
dijadikan media ritual pendekatan antara Tuhan dan bumi. Jadi Dalang Topeng dalam
Tari Topeng Losari berada di tengahnya antara langit dan bumi sebagai media ritual 3
dimensi.7

B. Macam-Macam Tari Topeng Gaya Losari


Tari Topeng gaya Losari merupakan Tari Topeng Cirebon satu-satunya yang
ada di wilayah Cirebon Timur, gaya Losari memiliki banyak perbedaan dengan
Topeng yang lainnya. Dalam Tari Topeng gaya Losari terdapat Sembilan macam

7
Madani, “Tari Topeng Losari” Berita Madani, Juli 25, 2017, https://beritamadani.co.id/2017/07/tari-
topeng-losari/, (diakses pada tanggal 8 Februari 2023, pukul 11.30 WIB)

5
gerakan berikut lima lakonan yaitu Panji sutrawi- naugun, Patih jayabadra, Kil
paduganata, Tumenggung magangdiraja, Jinggan anom, Klana, Bandopati, Rumyang
dan lakonan Dalam Topeng Losari Panji dijadikan urutan yang paling akhir karena
dinyatakan tingkat ma’rifatnya yang tinggi sudah suci dan bersih. Keunikan dari
Topeng gaya Losari adalah terdapat gerak galeyong atau kayang, yakni gerakan
melilitkan badan ke belakang atau gerakan gantung sikil (gerakan menahan atau
menggantung kaki yang cukup lama) dan gerakan naga seser (gerakan kuda-kuda). 8
Berikut beberapa penjelasan dari lakon tari topeng Cirebon gaya Losari:
1. Tari Panji Sutawinangun atau Pamindo, Di Topeng Losari Tari Pamindo
disebut juga sebagai Tari Panji. Diberi nama Tari Panji karena tokoh
wayanganya adalah Raden Panji Sutrawinangun atau tokohnya yang disebut
sebagai Raden Panji Sutrawinangun atau Sebagai Tokoh Wayang Samba di
Cerita Topeng Losari. Tari Pamindo atau Panji Sutrawinangun
menggambarkan Tentang Tokoh  Raden Panji yang mempunyai karakter
Lembut, Lungguh dan Kharismatik.  Di topeng Losari Cirebon Panji 
menggambarkan sifat manusia yang baru di lahirkan, di dalamnya terkandung
makna kejujuran, kepolosan dan apa adanya dan kemurnian jiwa manusia
yang baru menginjak bumi, di gambarkan oleh warna kedok berwarna putih
kekuningan, makna “Baru Dilahirkan” di sini menggambarkan  sebuah filosofi
tentang kesucian dan keagungan. Karakter dari tarian ini
adalah Lanyap (Sedikit Gagah) yang di dahului oleh bagian dodoan yang halus
dan hampir tidak melangkah, kedoknya berparas seorang putri cantik.
2. Tari Patih Jayabadra, Tarian ini mempunyai karakter setengah ponggawa
(gagah dan agak kasar) kedok yang di pakai adalah kedok Patih yang berwarna
merah jingga. Tokoh wayangnya adalah Patih Jayabadra dalam cerita Jaka
Penjaring dan Jaka Buntek.
3. Tari Tumenggung Magangdiraja, Karakter dari tarian ini adalah ponggawa
(gagah dan agak kasar), tokoh wayangnya adalah Tumenggung Magangdiraja
dari negara Tumasik. Kedok yang dipergunakan mempunyai ekspresi galak
dan berwarna putih.
4. Tari Klana Bandopati,  Tari Klana Bandopati adalah tarian yang berkarakter
kuat, gagah dan kasar sehingga membutuhkan stamina yang baik, karena jenis

8
Teguh Saumantri, “Makna Ritus Dalam Tari Topeng Cirebon”, Jurnal FISIF UMC, Vol. XVI, No. 1,
2022, hlm. 34-35.

6
tariannya sangat dinamis dan lebih menitik beratkan pada penguasaan intesitas
tenaga dan tekhnik gerak serta penjiwaan karakter. Tokoh wayanganya adalah
Prabu Klana Bandopati dari cerita Jaka Buntek, kedoknya berwarna merah tua
berparas raksasa Buas.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tari topeng Cirebon sudah
berkembang cukup lama, dan tari topeng Cirebon juga merupakan salah satu media dakwah
pada masa islamisasi di Cirebon. Tari topeng Cirebon dilestarikan dengan sangat baik di
wilayah kraton Cirebon, hingga kedatangan Belanda yang merupakan salah satu penyebab
dari menyebarnya seniman tari topeng ke seluruh penjuru wilayah Cirebon, dengan kejadian
tersebut maka ada beberapa jenis tari topeng Cirebon salah satunya tari topeng Cirebon gaya
Losari. Tari Topeng gaya Losari merupakan Tari Topeng Cirebon satu-satunya yang ada di
wilayah Cirebon Timur, gaya Losari memiliki banyak perbedaan dengan Topeng yang
lainnya. Dalam Tari Topeng gaya Losari terdapat Sembilan macam gerakan berikut lima
lakonan yaitu Panji sutrawi- naugun, Patih jayabadra, Kil paduganata, Tumenggung
magangdiraja, Jinggan anom, Klana, Bandopati, Rumyang dan lakonan Dalam Topeng Losari
Panji.

3.2 Saran
Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman
pada banyaknya sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Penulis akan menyarankan kepada pembaca agar lebih banyak lagi membaca buku-buku
atau sumber-sumber yang bermanfaat dan menambah wawasan mengenai tari topeng
Cirebon.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Nurul. (2013). Skripsi: "Tari Topeng Cirebon Kesenian Yang Diislamkan".
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga).
Hariyanto, Oda I.B. (2016). Destinasi Wisata Budaya Dan Religi Di Cirebon. Jurnal
Ecodemika Vol. IV (2).
Kartika, Jamilah Santi. (1999). Slripsi: “Makna Topeng Panji Gaya Slangit dalam tari topeng
Cirebon, Oleh dalang Topeng Sujana Arja”. (Bandung: Sekolah Tinggi Seni
Indonesia).
Madani. (2017). Tari Topeng Losari. Diakses pada 8 Februari 2023, dari
https://beritamadani.co.id/2017/07/tari-topeng-losari/,
Saumantri, Teguh. (2022). Makna Ritus Dalam Tari Topeng Cirebon. Jurnal FISIF UMC,
Vol. XVI, (1).
Somantri, Gaos Harja. (1979). Topeng Cirebon. (Bandung: Proyek Pengembangan
Institut Kesenian Indonesia, Sub Proyek Asti Bandung).
Sudarto, Toto. (2019). Topeng Babakan Cirebon 1900-1990. Jurnal ISI, Vol. 15 (2).

Anda mungkin juga menyukai