oleh:
ELA SARI CANTIKA
1908301035
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bidang kesenian, penari topeng juga disebut dalang topeng, pemimpin rombongan
genjring disebut dalang genjring, dan juga berlaku untuk kesenian lainnya.2
Tari topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang asli berasal dari Cirebon,
tarian ini dinamakan tari topeng karena penari yang membawakan tarian nya memakai
topeng. Tari topeng banyak sekali ragamnya dan seringkali mengalami perkembangan
dalam hal gerak, kostum, cerita, maupun fungsi yang ingin disampaikan. Tari topeng
dapat dimainkan oleh seorang penari dan bisa juga dimainkan oleh beberapa orang
penari.3
Tari topeng Cirebon telah berkembang dalam rentang waktu yang sangat panjang
sehingga dalam perkembangannya terdapat beberapa persi tari topeng Cirebon sesuai
dengan daerahnya masing-masing, seperti halnya tari topeng Cirebon yang berasal dari
Losari. Untuk melestarikan kesenian tari tradisional tersebut para dalang Tari Topeng
Cirebon mendirikan sanggar tari sebagai upaya untuk mempertahankan dan melestaikan
warisan budaya.
2
Toto Sudarto, "Topeng Babakan Cirebon 1900-1990", Vol 15, No 2, 2019, hlm. 130.
3
Nurul Fitri, Skripsi: "Tari Topeng Cirebon Kesenian Yang Diislamkan", (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2013).
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Gaos Harja Somantri,” Topeng Cirebon”, (Bandung: Proyek Pengembangan Institut Kesenian
Indonesia, Sub Proyek Asti Bandung, 1979), hlm.1.
3
kesenian yang disukai masyarakat dan menjadi pementasan hiburan di Cirebon. Bahkan
dalam pertunjukan Wayang Kulit pun Tari Topeng masuk di dalamnya. Sehingga Tari
Topeng tumbuh subur dan diterima di kalangan masyarakat.5
Semenjak Cirebon menjadi daerah penyebaran agama Islam, hal-hal yang berkaitan
dengan seni dijadikan sebagai media dakwah termasuk Tari Topeng, penari topeng
diharuskan berbusana menutup aurat, misalnya baju yang dikenakan harus menutupi dada dan
punggung, para penari juga menutupi kakinya dengan kaos kaki hingga lutut. Bahkan gerakan
tari pun disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Hal-hal yang diajarkan dalam seni topeng
mengandung unsur filosofi yaitu tingkatan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. 6 Dalam
Babad Cirebon juga disebutkan bahwa pada tahun 1485 Topeng Cirebon sudah mulai
dipentaskan sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam. Pementasan waktu itu
menceriterakan cerita Panji yang mengisahkan tentang Kerajaan Daha dan Kediri.
Pertunjukan Kesenian Cirebon dalam penyebaran agama Islam, diperagakan dengan cara
menyisipkan simbol, seperti pakeliran Wayang Kulit sebagai tuntunan sareat, Reog sebagai
tuntunan tarekat, barongan sebagai tuntunan hakekat, Topeng sebagai tuntunan makrifat.
5
Jamilah Santi Kartika, Skripsi: “Makna Topeng Panji Gaya Slangit dalam tari topeng Cirebon, Oleh
dalang Topeng Sujana Arja”, (Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia, 1999), hlm.12
6
Ibid. hlm 13.
4
Angkawijaya sekitar 400 tahun yang lalu. Awalnya, tarian ini diciptakan untuk
menyebarkan agama Islam. Tari Topeng Losari lebih menekankan pada ritual dan
penokohan, dimana masing-masing tokoh menceritakan tentang ritual antara satu
dengan lainnya yang dikemas dalam cerita Panji. berbeda dengan Tari Topeng dari
Wilayah Cirebon lainnya yang lebih mengedepankan watak perkembangan sifat
manusia yang menjurus ke nilai filosofis. Rombongan Topeng yang ada di Losari ada
satu grup yaitu di Desa Astana langgar Losari. Tokohnya adalah Sawitri, Dewi, Saca,
dan Kocap. Mereka keturunan Buyut Kanten yang punya murid bernama Koncar.
Pakem Tari Topeng Losari, Kotak Topeng dan Nayaga dijadikan sebagai pusat
atau patokan energi, sebab dalang Topeng Losari dari generasi ke generasi percaya
sekali bahwa di antara gamelan ada Sembilan Wali, Dalang-dalang Topeng di Cirebon
percaya bahwa Tari Topeng berasal dari Wali yaitu salah satunya Sunan Kalijaga,
tetapi kemudian di Topeng Losari disempurnakan oleh Raden Angka Wijaya atau
Pangeran Losari.
Oleh sebab itu di Topeng Losari, Dalang Topeng atau penari selalu atau lebih
banyak menghadap ke arah kotak Topeng dan Nayaga ketika menari, begitu juga
halnya dengan penyajian Topeng Losari, di pakem Topeng Losari disela tarian selalu
diselingi dengan bodoran lakon atau juga disebut dengan selingan lawak yang
melibatkan beberapa Nayaga, ini berlaku dari generasi ke generasi dan pakem tersebut
sampai seterusnya tidak boleh dihilangkan.
Tari topeng losari secara history sangat kuat memegang tradisi, lebih ke ritual
dan lebih mengedepankan sakralitas. Itu sebabnya pada saat Dalang Topeng yang
menari tidak boleh memakai make up karena meritualkan diri. Tari Topeng Losari
dijadikan media ritual pendekatan antara Tuhan dan bumi. Jadi Dalang Topeng dalam
Tari Topeng Losari berada di tengahnya antara langit dan bumi sebagai media ritual 3
dimensi.7
7
Madani, “Tari Topeng Losari” Berita Madani, Juli 25, 2017, https://beritamadani.co.id/2017/07/tari-
topeng-losari/, (diakses pada tanggal 8 Februari 2023, pukul 11.30 WIB)
5
gerakan berikut lima lakonan yaitu Panji sutrawi- naugun, Patih jayabadra, Kil
paduganata, Tumenggung magangdiraja, Jinggan anom, Klana, Bandopati, Rumyang
dan lakonan Dalam Topeng Losari Panji dijadikan urutan yang paling akhir karena
dinyatakan tingkat ma’rifatnya yang tinggi sudah suci dan bersih. Keunikan dari
Topeng gaya Losari adalah terdapat gerak galeyong atau kayang, yakni gerakan
melilitkan badan ke belakang atau gerakan gantung sikil (gerakan menahan atau
menggantung kaki yang cukup lama) dan gerakan naga seser (gerakan kuda-kuda). 8
Berikut beberapa penjelasan dari lakon tari topeng Cirebon gaya Losari:
1. Tari Panji Sutawinangun atau Pamindo, Di Topeng Losari Tari Pamindo
disebut juga sebagai Tari Panji. Diberi nama Tari Panji karena tokoh
wayanganya adalah Raden Panji Sutrawinangun atau tokohnya yang disebut
sebagai Raden Panji Sutrawinangun atau Sebagai Tokoh Wayang Samba di
Cerita Topeng Losari. Tari Pamindo atau Panji Sutrawinangun
menggambarkan Tentang Tokoh Raden Panji yang mempunyai karakter
Lembut, Lungguh dan Kharismatik. Di topeng Losari Cirebon Panji
menggambarkan sifat manusia yang baru di lahirkan, di dalamnya terkandung
makna kejujuran, kepolosan dan apa adanya dan kemurnian jiwa manusia
yang baru menginjak bumi, di gambarkan oleh warna kedok berwarna putih
kekuningan, makna “Baru Dilahirkan” di sini menggambarkan sebuah filosofi
tentang kesucian dan keagungan. Karakter dari tarian ini
adalah Lanyap (Sedikit Gagah) yang di dahului oleh bagian dodoan yang halus
dan hampir tidak melangkah, kedoknya berparas seorang putri cantik.
2. Tari Patih Jayabadra, Tarian ini mempunyai karakter setengah ponggawa
(gagah dan agak kasar) kedok yang di pakai adalah kedok Patih yang berwarna
merah jingga. Tokoh wayangnya adalah Patih Jayabadra dalam cerita Jaka
Penjaring dan Jaka Buntek.
3. Tari Tumenggung Magangdiraja, Karakter dari tarian ini adalah ponggawa
(gagah dan agak kasar), tokoh wayangnya adalah Tumenggung Magangdiraja
dari negara Tumasik. Kedok yang dipergunakan mempunyai ekspresi galak
dan berwarna putih.
4. Tari Klana Bandopati, Tari Klana Bandopati adalah tarian yang berkarakter
kuat, gagah dan kasar sehingga membutuhkan stamina yang baik, karena jenis
8
Teguh Saumantri, “Makna Ritus Dalam Tari Topeng Cirebon”, Jurnal FISIF UMC, Vol. XVI, No. 1,
2022, hlm. 34-35.
6
tariannya sangat dinamis dan lebih menitik beratkan pada penguasaan intesitas
tenaga dan tekhnik gerak serta penjiwaan karakter. Tokoh wayanganya adalah
Prabu Klana Bandopati dari cerita Jaka Buntek, kedoknya berwarna merah tua
berparas raksasa Buas.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tari topeng Cirebon sudah
berkembang cukup lama, dan tari topeng Cirebon juga merupakan salah satu media dakwah
pada masa islamisasi di Cirebon. Tari topeng Cirebon dilestarikan dengan sangat baik di
wilayah kraton Cirebon, hingga kedatangan Belanda yang merupakan salah satu penyebab
dari menyebarnya seniman tari topeng ke seluruh penjuru wilayah Cirebon, dengan kejadian
tersebut maka ada beberapa jenis tari topeng Cirebon salah satunya tari topeng Cirebon gaya
Losari. Tari Topeng gaya Losari merupakan Tari Topeng Cirebon satu-satunya yang ada di
wilayah Cirebon Timur, gaya Losari memiliki banyak perbedaan dengan Topeng yang
lainnya. Dalam Tari Topeng gaya Losari terdapat Sembilan macam gerakan berikut lima
lakonan yaitu Panji sutrawi- naugun, Patih jayabadra, Kil paduganata, Tumenggung
magangdiraja, Jinggan anom, Klana, Bandopati, Rumyang dan lakonan Dalam Topeng Losari
Panji.
3.2 Saran
Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman
pada banyaknya sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Penulis akan menyarankan kepada pembaca agar lebih banyak lagi membaca buku-buku
atau sumber-sumber yang bermanfaat dan menambah wawasan mengenai tari topeng
Cirebon.
8
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, Nurul. (2013). Skripsi: "Tari Topeng Cirebon Kesenian Yang Diislamkan".
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga).
Hariyanto, Oda I.B. (2016). Destinasi Wisata Budaya Dan Religi Di Cirebon. Jurnal
Ecodemika Vol. IV (2).
Kartika, Jamilah Santi. (1999). Slripsi: “Makna Topeng Panji Gaya Slangit dalam tari topeng
Cirebon, Oleh dalang Topeng Sujana Arja”. (Bandung: Sekolah Tinggi Seni
Indonesia).
Madani. (2017). Tari Topeng Losari. Diakses pada 8 Februari 2023, dari
https://beritamadani.co.id/2017/07/tari-topeng-losari/,
Saumantri, Teguh. (2022). Makna Ritus Dalam Tari Topeng Cirebon. Jurnal FISIF UMC,
Vol. XVI, (1).
Somantri, Gaos Harja. (1979). Topeng Cirebon. (Bandung: Proyek Pengembangan
Institut Kesenian Indonesia, Sub Proyek Asti Bandung).
Sudarto, Toto. (2019). Topeng Babakan Cirebon 1900-1990. Jurnal ISI, Vol. 15 (2).