Abstrak
Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, di mana terletak di
ujung pulau Sumatera. Aceh dikenal dengan keunikan dan kekayaan yang
dimilikinya, baik kekayaan alam, budaya maupun adat istiadat yang dimilikinya.
Kondisi inilah menjadikan Aceh perhatian dunia untuk melihat Aceh lebih
mendalam dari berbagai kalangan. Penulisan dalam artikel ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang sistem sosial yang ada dalam masyarakat Aceh,
di mana budaya yang ada di dalamnya terpresentasikan dalam wujud simbol -
simbol, benda-benda, sastra, nyanyian, musik dan lain sebagainya tergambarkan
dalam kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat Aceh yang secara keseluruhan
kebudayaan lokalnya kental dan sesuai dengan syariat Islam, kondisi ini menjadi
sangat mungkin mengingat Aceh terdiri dari berbagai etnis dan letak geografisnya
menjadikan Aceh sangat kaya dengan berbagai adat istiadat, budaya dan bahasa.
Kata kunci: manusia dan kebudayaan, sistem sosial budaya, struktur budaya
masyarakat Aceh
A. Pendahuluan
B. Pembahasan
Aceh adalah sebuah masyarakat yang menetap di ujung pulau Sumatera wilayah
Indonesia. Hampir seluruh penduduk Aceh adalah beragama Islam yang taat. Selain
itu, Aceh juga terkenal sebagai wilayah pertama sekali kemunculan Islam di Asia
Tenggara. Aceh telah banyak melahirkan ulama-ulama yang telah berkembang dan
tersebar kajian keislaman di Nusantara seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin As
Sumatrani, Abdurrauf As Singkili dan Nuruddin Ar-Raniry.
Dalam uraian A. Hasjmy, sebagai bukti keberadaan Islam di Aceh, terdapat
beberapa kerajaan Islam yang paling lama di Nusantara, seperti Kerajaan Islam
Perlak (840-1291), disusul Kerajaan Islam Samudera Pasai (1042-1427), Kerajan
Islam Beunua atau Kerajaan Islam Teumieng/Tamiang (1184-11398), Kerajaan
Islam Lingga, Kerajaan Islam Pidier/Pidie, Kerajaan Islam Jaya, Kerajaan Islam
Darussalam (1205-1530), dan Kerajaan Aceh Darussalam (1511-1903).
Masyarakat Aceh terkenal dengan ketaatannya terhadap agama dan sangat
menjunjung tinggi budaya serta adat-istiadatnya. Sebelum Islam datang ke Aceh,
pengaruh Hindu dan Budha sudah berakar dalam tradisi dan kepercayaan
masyarakat Aceh. Oleh sebab itu walaupun Islam sudah berkembang dan maju di
Aceh, terdapat beberapa budaya dan kepercayaan tradasional yang masih
diamalkan oleh masyarakat Aceh yang berkaitan dengan ajaran Ahl al-Sunnah wa
al-Jama’ah sebagai mazhab teologi masyarakat Aceh.
Pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam,
Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang penjelajah
asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman tersebut, kekuasaan
Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau hingga Perak. Kesultanan Aceh telah
menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat pada abad ke-16,
termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.
Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal
abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 denganBritania
Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan
wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania
Raya.
2. Perang Aceh
Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26
Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak
berhasil merebut wilayah yang besar. Perang kembali berkobar pada
tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda
menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh.
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam
dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari
banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar
serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini
ternyata berhasil. Pada tahun1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan
sebagai gubernur Aceh, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn, merebut
sebagian besar Aceh.
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam
budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan
perayaan/kenduri. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat delapan sub
suku yaitu Suku Aceh, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Simeulu, Kluet, Singkil, dan
Tamiang. Kedelapan sub etnis mempunyai budaya yang sangat berbeda antara satu
dengan yang lain. Suku Gayo dan Alas merupakan suku yang mendiami dataran
tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara.
Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu
dan Timur Tengah hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan
orang Indonesia yang berada di lain wilayah. Sistem kemasyarakatan suku bangsa
Aceh, mata pencaharian sebagian besar masyarakat Aceh adalah bertani namun
tidak sedikit juga yang berdagang. Sistem kekerabatan masyarakat Aceh mengenal
Wali, Karong dan Kaom yang merupakan bagian dari sistem kekerabatan.
Agama Islam adalah agama yang paling mendominasi di Aceh oleh karena itu
Aceh mendapat julukan ”Serambi Mekah”. Dari struktur masyarakat Aceh dikenal
gampong, mukim, nanggroe dan sebagainya. Tetapi pada saat-saat sekarang ini
upacara ceremonial yang besar-besaran hanya sebagai simbol sehingga inti dari
upacara tersebut tidak tercapai. Pergeseran nilai kebudayaan tersebut terjadi karena
penjajahan dan faktor lainnya.
a. Bahasa
Provinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk
Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pakpak, Haloban, Lekon
dan Nias.
b. Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli
yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama
Islam.Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen yang
dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan
bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama
Konghucu.Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan
provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan kepada
sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
c. Hakekat sistem budaya Aceh adalah Agama Islam
Syariat Islam adalah Berisi hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh
sendi kehidupan umat manusia, baik Muslim maupun non Muslim. Sumber: Al-
Qur’an (sumber hukum Islam yang pertama), Hadis (seluruh perkataan, perbuatan,
dan persetujuan Nabi Muhammad yang kemudian dijadikan sumber hukum), Ijtihad
(untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis). Oleh sebab
itu segala cabang kehidupan: politik, ekonomi, sosial budaya tidak boleh
berlawanan dengan ajaran Islam.
Nilai - nilai Islami dalam budaya orang Aceh sudah menyatu dalam adat
istiadat, tampil secara proporsional menurut tujuan kegiatan sosial, bahkan melatari
kognisi dan penilaian pola perilaku kelompok sosial. Nilai-nilai utama yang
menjadi ukuran sikap untuk diterima secara sosial:
a) Kejujuran diserta taqwa pada Allah SWT, yaitu sikap jujur dalam berperilaku
dan ucapan, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.
b) Kearifan disertai kebaikan hati, yaitu cendekia mewujudkan cita-cita yang
diabdikan pada orang lain.
c) Berkata benar (ada tongeng) disertai kewaspadaan, yaitu senatiasa berkata benar
dari semua ucapan.
d) Siri’ disertai kebijaksanaan, yaitu merasa malu terhadap diri dan orang lain atas
kegagalan usaha dan pekerjaan, serat bijak mengambil dan menjalankan keputusan.
Keempat nilai utama tersebut, dilengkapi pula oleh nilai subsider, seperti:
a) Keberanian, yaitu berani atas dasar kejujuran dan berani memaafkan kesalahan
orang lain.
b) Ikhtiar dan usaha, yaitu cakap berikhtiar tanpa putus asa dan kemandirian
berusaha denganberani menanggung resiko.
Empat nilai utama dan dua nilai subsider tersebut, merupakan keharusan menjadi
sikap pribadi individu untuk disebut orang Aceh. Nilai-nilai ini diturunkan dari
ajaran Islam yang bersifat moral, dilafalakan dalam bahasa daerah. Ungkapan kata,
bukan orang Aceh kalau bukan orang Islam, adalah pembenaran atas kepribadian
Muslim.
Dalam budaya politik orang Aceh, konsep musyawarah untuk mengambil
keputusan.
d. Sistem kekerabatan
Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari
ayah,ibu dan anak-anak yang belum menikah. Namun bagi anak laki-laki sejak
berumur 6 tahun hubungannya dengan orang tua mulai dibatasi. Proses sosialisasi
dan enkulturasi lebih banyak berlangsung di luar lingkungan keluarga.
e. Kesenian
Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah
kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung
berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari saman dan seni
teater yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk
kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai
sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Di
samping itu ada pula bentuk kesenian bines, guru didong, dan melengkap (seni
berpidato berdasarkan adat), yang juga tidak terlupakan dari masa ke masa.
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau
desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada
sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan
dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang,
yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan.Kehidupan sosial dan keagamaan
di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum
meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).
Sedangkan Golongan Masyarakat aceh, pada masa lalu masyarakat Aceh
mengenal beberapa lapisan sosial. Di antaranya ada empat golongan masyarakat,
yaitu golongan keluarga sultan, golongan uleebalang, golongan ulama, dan
golongan rakyat biasa. Golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas
sultan-sultan yang pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan
ini adalah ampon untuk laki-laki, dan cut untuk perempuan. Golongan uleebalang
adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerah-daerah
kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar Teuku. Sedangkan para ulama
atau pemuka agama lazim disebut Teungku atau Tengku.
C. Penutup
https://4jipurnomo.wordpress.com/kebudayaan-aceh/
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/244
http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/129/pdf_92
http://islamicstudiesjournal.com/index.php/jurnal/islamic%20studies%20journal%
20Vol%201No.%202%20Juli-
Desember%202013/5.%20Drs.%20M.Jakfar%20Puteh%20M.Pd_%20SISTEM%
20SOSIAL%20DAN%20BUDAYA%20%20MASYARAKAT%20ACEH%20fin
ish.pdf/download
http://islamicstudiesjournal.com/index.php/jurnal/islamic%20studies%20journal%
20Vol%201No.%202%20Juli-
Desember%202013/5.%20Drs.%20M.Jakfar%20Puteh%20M.Pd_%20SISTEM%
20SOSIAL%20DAN%20BUDAYA%20%20MASYARAKAT%20ACEH%20fin
ish.pdf/download