Anda di halaman 1dari 19

PKN STAN

Budaya Nusantara &


Pengembangan
Kepribadian

Kebudayaan Aceh
Geografis Aceh pertama dikenal dengan nama Aceh
Darussalam (1511–1959), kemudian
Daerah Istimewa Aceh (1959–2001),
Nanggroe Aceh Darussalam (2001–2009),
dan terakhir Aceh (2009–sekarang).
Sebelumnya, nama Aceh biasa ditulis
Acheh, Atjeh, dan Achin.

Provinsi Aceh terletak antara 01o58’ 37,2” –


06o 04’ 33,6” Lintang Utara dan 94o 57’
57,6” – 98o 17’13,2” Bujur Timur dengan
ketinggian rata-rata 125 meter di atas
permukaan laut.
Batas-batas wilayah Provinsi Aceh
• Utara dan Timur berbatasan dengan
Selat Malaka
• Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara
• Barat dengan Samudera Indonesia.
Per 2018:

Luas Provinsi Aceh: 57.956 km2

Provinsi Aceh terdiri atas:

• - 18 kabupaten;
• 5 kota;
• 289 kecamatan; &

Statistik • 6.514 gampong atau desa.

Jumlah Penduduk : 5.281.314 jiwa

Aceh: (2018) (laki-laki 2.638.423 jiwa dan perempuan 2.642.891 jiwa)

Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (2017-2018): 1,77%

Suhu/Temperatur rata-rata: 27,46o – 28,78o

Kelembapan rata-rata: 74,57% – 89,49%


Statistik Aceh: (2018)
Suku
Agama

Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya

Penduduk Aceh terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang sampai saat ini masih dapat
diidentifikasi dari ciri-ciri fisik masyarakat di Aceh

Hal ini b erkait an d eng an sejarah m asa l al u Ac eh yang merupakan pusat perdagangan di Sel at
M al aka d i m ana b anyak p ed ag ang - p ed ag ang dari Eropa, Turki, Arab, China, India, Persia, dan
wilayah-wilayah lainnya di Nusantara yang melakukan aktivitas perdagangan
• Aceh yang dikenal dengan sebutan “Serambi
Mekah”, memiliki unsur-unsur kebudayaan
yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
Islam.
• Pesantren merupakan lembaga agama yang
berperan sangat strategis dalam membentuk
pribadi masyarakat.
Selain berfungsi sebagai pembinaan umat,
pesantren pun menjadi media dalam
membawa pembaharuan dan pemikiran
Sistem Religi Islam sekaligus mencetak cendekiawan
muslim atau ulama.
Sistem Religi – Keterkaitan dengan Adat

Adat atau hukum adat tidak boleh bertentangan dengan agama.


Sesuatu yang diputuskan oleh para pemimpin harus sesuai dengan
syariat agama dan jika bertentangan dengan syariat agama maka
hukum adat tersebut harus dihapuskan

Adat adalah kebiasaan dan tata cara yang dijalankan oleh Poteu
meureuhom (sultan atau penguasa). Poteu meureuhem bukanlah
Sultan Aceh saja, tetapi juga para uleebalang, kepala mukim atau
imeum mukim dan keusyik (kepala gampong).

• Berkaitan dengan Poteu Meureuhôm ini, Mohd. Harun (2009) menyatakan bahwa istilah
tersebut ialah siapa pun raja yang sedang berkuasa, dialah yang memegang jabatan
eksekutif tertinggi.
Adat juga tidak terlepas dengan kebiasaan yang
disebut dengan reusam. Reusam identik dengan
tatanan seremonial kegiatan ahli-ahli adat seperti
upacara penyambutan linto baro (pengantin baru),
upacara penyambutan tamu ag ung , up acara p erg i
ke laut atau nelayan, b ertani, b erd ag ang atau
berladang.
Qonun adalah perundang-undangan dan adat dari
Sistem badan legislatif. Qonun mengatur tata cara
kehidupan sehari-hari seperti pesta perkawinan,
busana serta kegiatan wanita lainnya.
Budaya
Kedudukan wanita Aceh setara dengan kaum
prianya. Terdapat banyak wanita yang mempunyai
kedudukan penting, bahkan karena jasanya
terhadap negara diberi gelar pahlawan, misalnya
Cut Nya’ Dien, Cut Mutiah, Laksamana Malahayati
yang menjadi nama kapal perang Republik
Indonesia. Sesudah menikah, suami ikut bertempat
tinggal di rumah isteri, yang disebut matrilokal,
sampai mereka mempunyai rumah sendiri.
• Sistem & Organisasi Kemasyarakatan

Sistem • Sistem kekerabatan masyarakat Aceh


merupakan kombinasi antara budaya
Organisasi Minangkabau dan Aceh, di mana bentuk
Sosial kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti
dengan prinsip keturunan bilateral.

• Adat menetap sesudah menikah pada


umumnya bersifat matrilokal. Selama masih
tinggal dalam rumah mertua, suami belum
mempunyai tanggungjawab terhadap rumah
tangga dan yang bertanggungjawab adalah ayah
pihak wanita
Sistem Organisasi Sosial

Sistem kemasyarakat di Aceh terdiri dari:


1. Keurajeun (Kesultanan), dipimpin oleh Sultan
2. Sagoë (setingkat propinsi), dipimpin oleh Panglima
Sagoë, dan
3. Nanggroë (setingkat Kabupaten), dipimpin oleh Ulee
Balang
Sistem & 4. Mukim (setingkat kecamatan), dipimpin oleh Imeum
Organisasi Mukim
Kemasyarakatan 5. Gampông (setingkat desa), dipimpin oleh Keuchiek
Sistem Organisasi Sosial

Penggolongan masyarakat adalah sebagai berikut:


1) Golongan rakyat biasa, yang dalam istilah Aceh disebut
Ureung Le (orang kebanyakan). Sistem &
2) Golongan hartawan, golongan ini cukup berperan dalam
soal kemasyarakatan sebagai penyumbang dana.
Organisasi
3) Golongan ulama/cendikiawan, mereka memiliki ilmu Kemasyarakatan
pengetahuan sehingga mereka disebut orang alim
dengan gelar Teungku. Mereka berperan dalam masalah
agama dan kemasyarakatan.
4) Golongan kaum bangsawan, termasuk di dalamnya
keturunan Sultan Aceh yang bergelar "Tuanku"
keturunan "Uleebalang" yang bergelar "Teuku" (bagi
laki-laki) dan "Cut" (bagi perempuan).
Meskipun ada penggolongan masyarakat yang demikian,
tetapi tidak seperti sistem kasta. Setiap anggota masyarakat
tidak dibedakan kedudukannya dalam hukum dan agama.
❑ Sistem & Organisasi Kemasyarakatan

Sistem Organisasi Sosial

• Lembaga adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dibentuk


oleh masyarakat,mempunyai wilayah tertentu dan mempunyai harta
kekayaan tersendiri, serta berhak dan berwenang mengatur dan
mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan adat.

• Lembaga adat bersifat otonom dan independen sebagai mitra


Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/kota sesuai dengan
tingkatannya. Saat ini, kedudukan lembaga adat sudah formal dan
dasar hukumnya pun sudah diatur dalam Qanun (Peraturan Daerah)
• Salah satu sistem pengetahuan yang masih
digunakan adalah tradisi menangkap ikan di
laut (meupayang) yang terdapat di
kabupaten Aceh Besar.
• Keunikan tradisi ini adalah cara menangkap
ikan yang menggunakan Pukat Aceh, yaitu
sejenis pukat pantai (beach seine), berbentuk
Sistem Pengetahuan jaring panjang, bersayap, dan memiliki
sebuah kantong pada bagian ujungnya.
• Alat ini khusus digunakan untuk menangkap
ikan pada lokasi yang berpantai landai dan
berpasir.
Menurut Asyik, bahasa Aceh berasal Saat ini Bahasa Aceh menjadi Bahasa
dari turunan rumpun bahasa Ibu di sebagian besar pedesaan
Austronesia (Asyik dalam Ismuha, wilayah Aceh dan terdiri atas
1988:142). Bahasa Aceh asli yang beberapa dialek, diantaranya dialek
mirip dengan bahasa Campa atau Peusangan, Banda, Bueng, Daya,
Indo Cina, diperkirakan ada sebelum Pase, Pidie, Thong, Seunangan,

Bahasa berkembangnya Bahasa Melayu Matang dan Melaboh


PROVINSI Aceh merupakan salah satu daerah yang
Bahasa memiliki bahasa terbanyak di Pulau Sumatra. Tercatat ada
sepuluh bahasa yang masih digunakan oleh masing-masing etnis
pemiliknya, yaitu:
1. bahasa Aceh,
Bahasa yang dipergunakan:
2. bahasa Tamiang,
• Bahasa Gayo Alas (Gayo& 3. bahasa Gayo,
Alas, penduduk Aceh 4. bahasa Alas,
Tengah) 5. bahasa Singkil,
• Bahasa Aneuk Jamee (Aceh 6. bahasa Kluet,
Selatan & Aceh Barat) 7. bahasa Jamee,
• Bahasa Tamiang 8. bahasa Sigulai,
(Perbatasan Aceh) 9. bahasa Devayan,
10. bahasa Haloban.
• Bahasa Aceh (Aceh Timur,
Dari sepuluh bahasa tersebut, ada bahasa yang dituturkan oleh
Aceh Utara, Pidie &
mayoritas, yaitu bahasa Aceh dan ada pula bahasa yang dituturkan oleh
sebagian Aceh Barat) minoritas, yaitu bahasa Haloban dan bahasa Kluet *Dr. Mohd Harun, M.Pd

(Koentjaraningrat) Kepala Pusat Studi Bahasa Daerah Aceh,Universitas Syiah Kuala


https://aceh.tribunnews.com/2017/12/19/revitalisasi-bahasa-daerah-di-aceh
 KESENIAN

✓ Perkembangan kesenian Aceh dipengaruhi oleh unsur seni Islam yang lebih
menonjol, baik dalam syair-syairnya maupun pakaian yang dikenakan oleh
para penari. Sebagai contoh Hikayat Perang Sabil dan Hikayat Malem Diwa.

✓ Kesenian Aceh secara umum terbagi dalam seni tari, seni sastra dan cerita
rakyat. Adapun ciri-ciri tari tradisional Aceh adalah sbb:
• bernafaskan Islam, • kombinasi tari,
• ditarikan oleh banyak orang • musik dan sastra,
(massal), • pola lantai yang terbatas,
• pengulangan gerak serupa yang • disajikan dalam kegiatan khusus,
relatif banyak memakan waktu
• gerak tubuh terbatas .
penyajian yang relatif panjang,
• Aceh memiliki potensi alam yang sangat cocok
untuk pertanian, maka mata pencaharian
utama masyarakat adalah sebagai petani padi Sistem Mata Pencaharian
atau sebagai petani kedelai, yang merupakan
primadona komoditas pertanian, terutama di
daerah Aceh Utara dan Aceh Timur.

• Mata pencaharian kedua setelah pertanian


adalah bekerja pada sektor perkebunan,
terutama perkebunan kelapa sawit maupun
kakao. Selanjutnya masyarakatnya berdagang
dan usaha informal lain.
Sistem Mata Pencaharian
• Bercocok tanam
Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk berusia 15
tahun ke atas yang bekerja:
di sawah
• Bercocok tanam Pertanian
di lading Pertanian, Perkebunan, Perburuan & Perikanan
• Peternakan Industri
Sapi & Kerbau Pertambangan & Penggalian,Industri, Listrik, Gas, Air Minum
• Berdagang dan Konstruksi
Jasa
(Koentjaraningrat)
Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi,
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga
Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan, Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
Data Biro Pusat Statistik
(2018)
Peralatan & Teknologi

Sistem teknologinya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan Islam,


• Seni kerajinan perhiasan; motif, ornament dan desain perhiasan tradisional Aceh merupakan
terjemahan dari peradaban Islam.
Ornamen diciptakan dari abstraksi tumbuh-tumbuhan, benda alam seperti awan, bulan,
bintang, bentuk geometris (Biengmeuih, reunekleuek, gigoedaruet, dan boheungkot) dipakai
untuk melengkapi pakaian Adat seperti Keureusang, Patamdhoe, Peuniti, Subang Aceh,
Simplah, dan Taloejeuem.
• Senjata tradisional (Rencong/reuncong) bentuknya menyerupai huruf L, merupakan kaligrafi
tulisan Bismillah, termasuk dalam kategori dagger/belati.
Tingkatan Rencong;
• untuk Raja atau Sultan;
biasanya terbuat dari gading(sarungnya) dan emas murni(bagian belatinya).
• Untuk rencong lainnya;
terbuat dari tanduk kerbau atau pun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi
putih sebagai belatinya.
Peralatan & Teknologi
Rumoh Aceh (Rumah Adat Aceh)/
(Krong Badee), memiliki pengaruh
agama Islam dan alam sekitar,
tampak menyatu mewarnai bentuk
dan ornament ragam hiasnya.
Bertiang selalu genap, beratap
rumbia dan berdinding kayu atau
papan

Anda mungkin juga menyukai