Anda di halaman 1dari 1

KTA Instan 1 Menit Bunga 0,8%

Promo khusus Bunga rendah 0.03% per hari ini.


Bank CTBC Indonesia terda:ar & diawasi OJK

Buka

" Peta Rusia dan Ukraina serta Penjelasan Lengkap


_

' Home / Spasial

Spasial

Gambar Peta Aceh


Lengkap dengan Nama
Kabupaten dan Kota
• May 17, 2022 ( 1,729 ) 8 minutes read

Peta Aceh – Jika dilihat dari petanya wilayah Aceh tidak


begitu luas kalau dibanding dengan deretan provinsi lain
yang ada di Pulau Sumatera, Indonesia. Semakin ke
utara wilayahnya semakin sempit. Ibu kota provinsi Aceh
bernama Banda Aceh yang posisinya di ujung utara.

Berdasarkan letak astronomis, peta Aceh terletak antara


2°-6° lintang utara serta 95°-98° lintang selatan
dengan ketinggian 125 meter di atas permukaan laut.

Tes Kemampuan
Inggrismu
English Academy

Wilayahnya tidak terlalu luas kalau dibandingkan


dengan provinsi-provinsi di Sumatera lainnya. Bahkan
semakin ke utara, wilayah akan semakin sempit. Namun
meskipun wilayahnya yang kecil, Aceh merupakan alam
yang sangat makmur bahkan menyimpan catatan
sejarah Islam yang sangat besar.

Provinsi ini dikenal dengan nama Serambi Mekah. Hal ini


disebabkan adanya peranan penting dalam sejarah
Indonesia. Untuk mengenal peta Aceh secara lengkap,
mari simak ulasan berikut ini.

Baca juga: Kunjungi ngundang.com situs penyedia


undangan digital online terbaik di Indonesia

Kumpulan Gambar Peta


Aceh

Peta Aceh

Provinsi yang berbatasan


dengan Aceh
Sumatra Utara

Peta Regional
Peta Provinsi

Peta Indonesia

Peta Atlas Aceh

Kilas Sejarah Aceh


Peta Aceh lengkap dengan nama provinsi serta kota –
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
terletak di ujung utara Pulau Sumatra. Provinsi yang
disebut sebagai Serambi Mekah ini mempunyai peran
penting dalam catatan sejarah Indonesia, mulai
prasejarah, zaman kerajaan, zaman perjuangan
melawan bangsa Barat hingga Indonesia merdeka.

Pada zaman kerajaan, Aceh merupakan sebuah kerajaan


yang besar serta kuat. Karena posisinya yang strategis
perdagangan di sana telah maju pada zamannya.
Pedagang dari bangsa Barat maupun bangsa Barat
banyak melakukan transaksi perdagangan di Aceh.
Sehingga percampuran kebudayaan Islam maupun
Barat terjadi. Aceh juga tak luput dari perannya pada
Proses masuknya Islam ke Indonesia.

Batas Provinsi
Daerah Aceh bagian utara serta timur berbatasan
langsung dengan Selat Malaka, bagian selatan dengan
Provinsi Sumatra Utara serta bagian barat dengan
Samudera Indonesia. Dari peta Aceh di atas dapat kita
lihat betapa wilayah provinsi Aceh tidak begitu besar,
bahkan cenderung kecil. Namun, provinsi ini merupakan
alam makmur yang menyimpan catatan sejarah Islam
yang sangat besar.

Baca juga: XPLORE.ID Menampilkan Destinasi Wisata


Terbaik diKota Anda

Hingga admin menuliskan artikel Peta Aceh ini, provinsi


tersebut dibagi dalam wilayah 18 kabupaten serta 5
kota. Bagi anda yang mau mengetahui nama kabupaten
serta kota yang ada di Aceh, berikut kami lampirkan
daftarnya beserta ibu kota masing-masing kabupaten
serta kota.

Kabupaten serta Kota di Aceh: Aceh Barat, Aceh Barat


Daya, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh
Singkil, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Aceh Tenggara,
Aceh Timur, Aceh Utara, Bener Meriah, Bireuen, Gayo
Lues, Nagan Raya, Pidie, Pidie Jaya, Simeulue, Kota
Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, Kota
Sabang, Kota Subulussalam

Selengkapnya mengenai Provinsi Aceh silahkan lihat di


situs resmi pemerintah Aceh yang beralamat di:
acehprov.go.id

Baca Juga: Gambar Peta Papua Lengkap dengan


Daftar Kabupaten dan Kota

Sejarah Peta Aceh


Pada mulanya, Aceh bernama Aceh Darussalam,
kemudia berubah menjadi Daerah Istimewa Aceh di
tahun 1959-2001. Pada tahun 2001-2009 mengalami
perubahan nama kembali menjadi Nanggore Aceh
Darussalam. Serta pada tahun 2009 berubah kembali
menjadi provinsi Aceh yang tidak berubah lagi hingga
kini. Sedangkan nama Aceh belum diketahui pasti
asalnya dan masih menjadi misteri.

Baca juga: Gambar Peta Sulawesi Selatan Lengkap


dengan Kabupaten dan Kota

Keturunan bangsa Aceh adalah berasal dari tanah


Persia. Dimana kadang kita dengar bahwa Aceh berasal
dari nama Arab, China, Eropa serta Hindustan (Hindia).
Aceh sendiri membangun wilayah di sebelah pulau Ruja
(Sumatera). Awalnya Aceh berasal dari bangsa
Achemenis yang berada di sebuah bukit Kaukasus di
Eropa Tengah.

Achemenis hidup 2500 tahun sebelum Masehi. Bangsa


ini merupakan bangsa yang sangat suka merantau
hingga tersebar ke seluruh dunia di Asia, Afrika Eropa
serta pulau Ruja. Setelah itu terdapat satu keturunan
yang pindah ke tanah Persia serta menjadi bangsa
Persia. Dan ada satu keturunan lagi yang pindah ke
pulau Ruja serta menjadi bangsa Aceh.

Dengan begitu, Aceh berasal dari bangsa Achemenia,


Persia serta Acheh. Meski begitu ada yang menarik dari
Aceh, dimana simbol agamanya dikekalkan dalam
suasana dayah. Yang sesudah itu menjadi pusat sumber
ilmu agama Islam.

Pada saat Aceh akan dijajah, seluruh suku serta ulama


Aceh sepakat untuk melakukan perlawanan terhadap
penjajahan. Kebencian orang Aceh terhadap penjajahan
bukanlah kebencian etnisitas ataupun sejarah.
Melainkan kebencian karena untuk melawan penindasan
serta penjajahan dalam bentuk jihad.

Dalam sejarah kebudayaan Aceh, baik persoalan


bersatu maupun berpisah menjadi hal yang sangat
biasa. Mereka dapat bersatu dengan siapa saja namun
budaya yang sudah melekat dengan tradisi Islam tidak
dapat dihentikan. Apalagi jiwa nasionalisme mereka
menjadi bagian dari Indonesia yang tidak pernah
dikhianati dalam perjuangannya hingga saat ini.

Suku Provinsi Aceh


Meskipun mempunyai wilayah yang cenderung kecil,
namun Aceh mempunyai 12 jenis suku yang ada di
dalamnya. Berikut ini ke-12 suku tersebut :

1. Etnis Aceh

Etnis ini berada di ujung utara Sumatera serta menjadi


suku di Indonesia yang pertama kali emmeluk agama
Islam. Hingga akhirnya mereka mendirikan kerajaan
Islam. Masyarakat Aceh kebanyakan bekerja sebagai
pekerja tambang, petani serta nelayan.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Aceh yang


masih bersaudara denngan bahasa Mon Khmer (wilayah
Champa). Bahasa Aceh sendiri adalah bagian dari
bahasa Melayu-Polynesia barat. Adalah cabang dari
keluarga bahasa Ausronesia.

2. Etnis Aneuk Jamee

Nama Aneuk Jamee berasal dari bahasa Aceh yang


artinya adalah anak tamu. Apabila dilihat melalui peta
Aceh, suku ini tersebar di sepanjang pesisir barat serta
selatan Aceh. Bahasa yang digunakan adalah dialek dari
bahasa Minangkabau. Bahasa Aneuk Jamee hanya
digunakan pada kalangan orang tua asja. Namun
sekarang mereka menggunakan bahasa Aceh untuk
bahasa sehari-hari.

3. Etnis Alas

Etnis yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara yang


disebut Tanah Alas ini menganut agama Islam. Tanah
Alas dilalui oleh banyak sungai. Salah satu yang terkenal
adalah sungai Lawe Alas atau sungai Alas.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Alas


adalah bahasa alas. Alas sendiri mempunyai arti tikar.
Dimana nama tersebut dikaitkan dengan keadaan
wilayah yang membentang datar seperti tikar di sela
Bukit Barisan.

4. Etnis Batak Pakpak

Etnis ini tersebar di beberapa kabupaten maupun kota


yang ada di Sumatera Utara serta Aceh. Yaitu di
kabupaten Dairi, kabupaten Pakpak Bharat, kabupaten
Humbang Hasundutan (Sumatera Utara), kabupaten
Aceh Singkil serta kota Sabulussalam. Etnis bangsa
Pakpak ini mendiami di bagian utara, barat laut Danau
Toba hingga perbatasan utara dengan provinsi Aceh
(selatan).

Etnis pakpak berasal dari keturunan tentara kerajaan


Chola di India yang menyerang kerajaan Sriwijaya abad
11 Masehi. Terdapat 5 subsuku yang ada dalam suku
Pakpak yang diberi istilah Pakpak Silima Suak. Pertama
Pakpak Klasen yang menempati kabupaten Humbang
Hasundutan, Sumatera Utara.

Setelah itu Pakpak Simsim yang berada di kabupaten


Pakpak Bharat, suku Pakpak Boang yang berada di
kabupaten Singkil serta kota Sabulussalam. Serta suku
Pakpak Pegagan serta Pakpak Keppas di kabupaten
Dairi, Sumatera Utara.

5. Etnis Devayan

Keberadaan suku ini ialah di pulau Simeulue, kecamatan


Teupah Barat, Simeulue Timur, Simeulue Tengah, Teluk
Dalam serta Teupah Selatan.

Baca juga: Peta Jakarta Lengkap dengan Kabupaten


dan Kota

6. Etnis Gayo

Dataran tinggi Gayo didiami oleh suku Gayo.


Kebanyakan berada di kabupaten Aceh Tengah, Gayo
Lues, Bener Meriah serta 3 kecamatan di Aceh Timur
(Serbe Jadi, Simpan Jernih, Peunaron). Serta beberapa
desa di kabupaten Aceh Tamiang serta Aceh Tenggara.
Mereka menganut agama Islam taat. Sedangkan bahasa
yang digunakan adalah bahasa Gayo.

7. Etnis Haloban

Etnis ini berada di kabupaten Aceh Singkil adalah pulau


Banyak. Dimana di pulau ini terdapat 7 desa dengan
ibukota kecamatan yang terletak di desa pulau Balai.

8. Etnis Kluet

Setelah itu ada suku kluet yang mendiami beberapa


kecamatan di kabupaten Aceh Selatan. Adalah
kecamatan Kluet Selatan, Kluet Utara, Kluet Tengah
serta Kluet Timur.

9. Etnis Singkil

Berikutnya adalah suku Singkil. Etnis ini mendiami


kabupaten Aceh Singkil daratan serta kota
Subulussalam.

10. Etnis Lekon

Salah satu suku di Aceh adalah suku Lekon. Lebih


tepatnya berada di kecamatan Alafan, Simeulue serta
desa Lafakha serta desa Langi.

11. Etnis Sigulai

Selanjutnya suku Sigulai adalah suku yang mendiami


pulau Simeulue Utara serta kecamatan Simeulue Barat,
Alafan serta Salang.

12. Etnis Tamiang

Etnis yang dikenal dengan nama Melayu Tamiang ini


berada di kabupaten Tamiang. Dialek bahasa serta
kebudayaan yang digunakan oleh suku ini hampir sama
dengan masyarakat Melayu yang ada di kabupaten
Langkat. Meski berbeda dengan masyarakat Aceh, suku
ini tetap menjadi bagian dari Aceh.

Pada zaman dahulu, kesultanan Aceh merupakan


negara terkaya, termakmur serta terkuat di kawasan
Selat Malaka. Yang perlu kalian tahu, Aceh berbeda
dengan provinsi lainnya. Provinsi yang di peta Aceh ini
berada di paling barat Indonesia ini mempunyai otonomi
yag diatur sendiri. Hal ini dikarenakan karena alasan
sejarah Aceh seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Letak Geografi
Aceh menempati wilayah di ujung paling barat di pulau
Sumatera serta Negara Indonesia, di mana titik terluar
Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada
Pulau Rondo, sementara itu kilometer Nol Indonesia
berlokasi di pulau Weh. Secara geografis Aceh terletak
antara 2° – 6° lintang utara serta 95° – 98° lintang
selatan dengan ketinggian rata-rata 125 meter diatas
permukaan laut. Batas wilayah Aceh, sebelah utara
serta timur berbatasan dengan Selat Malaka,
sedangkan bagian sebelah selatan adalah satu-satunya
yang perbatasan darat dengan Sumatra Utara serta
pada sebelah barat berbatasan dengan Samudera
Hindia.

Aceh memiliki luas 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai


lahan terluas yang mencapai 2.290.874 ha, diikuti
dengan lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha.
Sedangkan lahan industri memiliki luas terkecil sebesar
3.928 ha. Cakupan wilayah Provinsi Aceh terdiri dari 119
pulau, 35 gunung serta 73 sungai utama.

Pra-tsunami 2004
Sebelum peristiwa bencana tsunami pada 26
Desember 2004, perikanan merupakan salah satu pilar
ekonomi lokal di Aceh, dengan menyumbangkan 6,5
persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) senilai 1,59
triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan
Aceh 2005). Potensi produksi perikanan tangkap
mencapai 120.209 ton/tahun sementara perikanan
budidaya mencapai 15.454 ton/tahun pada tahun 2003
(Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2004). Produksi
perikanan tersebut merata, baik di Samudra
Hindia maupun Selat Malaka.

Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000


lapangan kerja, 87 persen (87.783) di sub sektor
perikanan tangkap dan sisanya (14.461) di sub sektor
perikanan budidaya. Sekitar 53.100 orang menjadikan
perikanan sebagai mata pencaharian utama. Namun, 60
persen adalah nelayan kecil menggunakan perahu
berukuran kecil. Dari sekitar 18.800 unit perahu/kapal
ikan di Aceh, hanya 7.700 unit yang mampu melaut ke
lepas pantai. Armada perikanan tangkap berskala besar
kebanyakan beroperasi di Aceh Utara, Aceh
Timur, Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Selatan.

Menurut Nurasa et al. (1993), nelayan Aceh sebagian


besar menggunakan alat tangkap pancing (hook and
line). Alat tangkap lain adalah pukat, jaring cincin (purse
seine), pukat darat, jaring insang, jaring payang, jaring
dasar, jala dan lain-lain.

Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu


pelabuhan perikanan besar di Banda Aceh, 10
pelabuhan pelelangan ikan (PPI) utama di
7 kabupaten/kota dan sejumlah tempat pelelangan ikan
(TPI) kecil di 18 kabupaten/kota. Selain itu terdapat
36.600 hektare tambak, sebagian besar tambak semi
intensif yang dimiliki petambak bermodal kecil. Tambak-
tambak ini tersebar di Aceh
Utara, Pidie, Bireuen dan Aceh Timur.

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia


mengelola sebuah pusat pendidikan dan latihan
(Pusdiklat) budidaya, sebuah pusat penelitian dan
pengembangan (Puslitbang) budidaya, sebuah
laboratorium uji mutu perikanan dan sebuah kapal latih.
Di tiap kabupaten/kota, terdapat dinas perikanan dan
kelautan. Total aset di sektor perikanan pra-tsunami
mencapai sekitar Rp 1,9 triliun.

Pasca-tsunami 2004
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
(2005) memperkirakan 9563 unit perahu hancur atau
tenggelam, termasuk 3969 (41,5%) perahu tanpa
motor, 2369 (24,8%) perahu bermotor dan 3225
(33,7%) kapal motor besar (5-50 ton). Selain itu, 38
unit TPI rusak berat dan 14.523 hektar tambak di
11 kabupaten/kota rusak berat. Diperkirakan total
kerugian langsung akibat bencana tsunami mencapai
Rp 944.492,00 (50% dari nilai total aset), sedangkan
total nilai kerugian tak langsung mencapai Rp 3,8 miliar.
Sebagian besar kerugian berasal dari kerusakan
tambak.

Kerusakan tambak budidaya tersebar merata. Bahkan di


daerah yang tidak terlalu parah dampak tsunaminya
(misalnya di Kabupaten Aceh Selatan), tambak-tambak
yang tergenang tidaklah mudah diperbaiki dan
digunakan kembali. Total kerugian mencapai Rp 466
miliar, sekitar 50 persen dari total kerugian sektor
perikanan. Kerugian ekonomi paling besar berasal dari
hilangnya pendapatan dari sektor perikanan (tangkap
dan budidaya). Hilangnya sejumlah besar nelayan,
hilang atau rusaknya sarana dan prasarana perikanan
termasuk alat tangkap dan perahu serta kerusakan
tambak menjadikan angka kerugian sedemikian
besarnya.

Diperkirakan produksi perikanan di Aceh akan anjlok


hingga 60 persen. Proses pemulihan diperkirakan
membutuhkan waktu paling sedikit 5 tahun. Di
subsektor perikanan tangkap, bahkan diduga perlu
waktu lebih lama (sekitar 10 tahun), karena banyaknya
nelayan yang hilang atau meninggal selain rusaknya
sejumlah besar perahu atau alat tangkap. Berdasarkan
asumsi tersebut, total kerugian yang mungkin terjadi
hingga sektor ini pulih total dan kembali ke kondisi pra-
tsunami diperkirakan mencapai Rp 3,8 triliun.

#peta #peta aceh

# $ * + , -

Artikel terkait

Peta Banten Lengkap Gambar Peta Indnesia


dengan Kabupaten dan Lengkap Dengan Nama
Kota Provinsi
. May 17, 2022 . March 16, 2022

Gambar Peta Kalimantan Peta Sulawesi Barat


Selatan Lengkap dengan Lengkap dengan
Kabupaten dan Kota Kabupaten dan Kota
. June 10, 2022 . June 14, 2022

Baca juga: Temukan


!
Tempat Makan dan Tempat
Hangout
# $
Terbaik
%
di Kota
&

Anda mungkin juga menyukai