Anda di halaman 1dari 8

PEMEKARAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA (ABDYA)

PROVINSI ACEH

Oleh:
R. Sugara

A. Pendahuluan

Pemekaran wilayah atau pembentukan daerah otonomi baru semakin marak sejak

disahkannya UU No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian direvisi

menjadi UU No 32 Tahun 2004. Sejak tahun 1999 sampai 2014 ada 223 DOB dengan

rincian, 8 provinsi, 181 kabupaten, dan 34 kota. Alhasil, kini Indonesia punya 542

daerah otonomi terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Jumlah kecamatan

yang dahulu 5 ribu jadi 8 ribu. Desa yang dulu 50 ribu naik jadi hampir 74 ribu. Tapi

usulan pemekaran tak juga berhenti. Sekarang ini ada usulan 87 DOB itu terdiri 9

provinsi, 68 kabupaten, dan 10 kota. Dari jumlah itu, 22 usulan yang belum dibahas.

Di atas kertas, Pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah terobosan untuk

mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh

pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk

meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek rentang kendali

pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan

pengelolaan pembangunan. Tapi hasilnya, 58 persen DOB masih mengandalkan dana

transfer pusat, karena Penghasilan Asli Daerah (PAD) belum meningkat.

Menurut Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah

(KPPOD), Robert Endi Jaweng semakin banyak DOB, ketergantungan daerah kepada

pusat pun akan bertambah. Alhasil, kemampuan daerah dalam pembangunan makin

berkurang. Merunut standar internasional, daerah dapat dikatakan mandiri jika


1
anggarannya 20 persen dari PAD dan 80 persen kucuran dari pusat. Bila mengacu standar

ini, hanya 7 persen yang dapat digolongkan mandiri. (dikutip dari Sindonews.com).

B. Pemekaran Kabupaten Aceh Barat Daya

Kabupaten Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,

Indonesia. Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2002, Tanggal 10 April 2002 (hari jadi). Ibukota Kabupaten

Aceh Barat Daya adalah Blangpidie. Sebagai kabupaten otonom baru kabupaten ini

dibatasi oleh Gayo Lues di utara, Aceh Selatan dan Samudera Hindia di selatan, Nagan

Raya di barat dan Gayo Lues di timur. Wilayah ini termasuk dalam gugusan pegunungan

Bukit Barisan. Adapun luas kabupaten ini adalah 1.490,60 km²

1. Sejarah Singkat Pemekaran

Aceh Barat Daya yang merupakan pemekaran dari kabupaten induk, yaitu

Aceh Selatan karena sudah sepantasnya lah, Aceh Barat Daya menjadi sebuah

kabupaten yang otonom karena dari segi kapadatan penduduk, dan segi geografis,

Aceh Barat Daya udah saat nya untuk berdiri sendiri untuk menbentuk suatu

kabupaten yang otonom bukan semudah membalikkan telapak tangan butuh

perjuangan dari sesepuh kita yang telah mengorbankan daya dan upaya sehingga

Aceh Barat Daya menjadi sebuah kabupaten yang resmi dari segi hukum dan otonom,

dan bukanlah merupakan ekses dari reformasi pada tahun 1998 semata. Meskipun

perubahan di pemerintahan saat itu mempercepat pemekaran tersebut, namun wacana

untuk pemekaran itu sendiri sudah berkembang sejak sekitar tahun 1960-an.

2
2. Etnisitas dan Sejarahnya Awalnya

- Etnis

Kabupaten Aceh Barat Daya dihuni oleh multietnis seperti Aneuk Jamee

yang berarti tamu atau pendatang dan Aceh. Jumlah penduduknya selama tahun

2010 berjumlah 126.036 jiwa. Penduduk Aceh Barat Daya didominasi oleh Suku

Aceh (80%) diikuti oleh Suku Aneuk Jamee (12%). Sedangkan sisanya adalah

pendatang dari berbagai suku (8%). Di Aceh Barat Daya ini pula lahir pejuang

kemerdekaan Indonesia yaitu Teungku Peukan.

- Sejarah Asal Usul Etnis

Dalam buku “Negeri Dan Rakyat Aceh Barat Daya Dalam Lintasan

Sejarah” menuliskan keterangan asal muasal penduduk Aceh Barat Daya memang

orang Minangkabau dan Aceh. Namun, sebelum orang Minangkabau dan Aceh

datang, di Aceh Barat Daya telah bermukim suku Batak. Keberadaan suku ini

dikaitkan dengan keberadaan sebuah gua di pedalaman Blangpidie. Gua itu

disebut Guha Batak. Setelah itu, koloni orang Batak dikalahkan oleh para

pendatang baru: dari Minangkabau dan Aceh. Tidak dijelaskan secara detil

maksud “dikalahkan” di sini. Kemungkinan, terjadi perang kecil untuk merebut

daerah kekuasaan.

Orang Minangkabau diprediksi datang ke pantai barat daya Aceh sekitar

abad 17. Faktor kedatangan mereka karena Belanda menduduki Sumatera Barat

pada 1663 setelah adanya Perjanjian Painan atau Traktat Painan. Sumatera Barat

yang dimaksud dalam buku itu dipimpin Kerajaan Pagaruyung. Di Lama

Wikipedia disebutkan, Kerajaan Pagaruyung berdiri sejak 1500 hingga 1825. 

3
Sebelum ada Traktat Painan, Pagaruyung tunduk di bawah Kerajaan Aceh.

Serikat Dagang Belanda (VOC) pun mengontrol perdagangan lada ketika itu.

Setelah Perjanjian Painan, baik Kerajaan Aceh maupun sebagian orang

Minangkabau tidak mau lagi tunduk pada Belanda. Orang-orang Minang itu

merantau ke pantai Barat Daya Aceh. Sebagian di antara mereka membangun

koloni di Susoh, Meulaboh, dan tempat lain. Bersamaan dengan tibanya orang

Minang, datang pula orang Aceh Besar dan Pidie yang bermaksud membuka

perkebunan atau seuneubok lada. Hingga awal abad 19, lada merupakan komoditi

ekspor yang penting di Aceh.

Namun, catatan akhir buku itu juga menuliskan, kedatangan orang Aceh

ke pantai barat pernah menimbulkan peperangan dengan para pemukim

Minangkabau. Perang itu terjadi pada awal abad 18. Tidak secara jelas disebutkan

di mana lokasi peperangan itu karena bagian tersebut dikutip dari Hikajat Potjul

Muhammad.Selanjutnya, koloni Minangkabau dan Aceh itu membangun

komunitas mereka. Tempat yang menjadi pilihan adalah muara-muara sungai

seperti Lama Tuha, Kuala Batu, Susoh, Suak, Lhok Pawoh dan Pasi Manggeng.

Lama kelamaan, tempat-tempat ini menjelma menjadi pelabuhan-pelabuhan

penting di Barat Daya Aceh kala itu.

3. Kecamatan dan Gampong (Desa)

Awal dari pemekaran kabupaten Aceh Barat Daya hanya terdiri dari 6

kecamatan, yaitu kecamatan Blangpidie, kecamatan Manggeng, kecamatan Tangan-

tangan, kecamatan Susoh, kecamatan Kuala Batee dan kecamatan Babahrot. Sampai

dengan tahun 2012 Kabupaten Aceh Barat Daya dibagi menjadi 9 kecamatan, 23

4
mukim dan 152 desa/gampong. Berikut pembagian kecamatan dan desa di kabupaten

Aceh Barat Daya saat ini:

1. Babah Rot (1 Mukim, 7 desa/kelurahan),

2. Blangpidie (4 Mukim, 20 desa/kelurahan),

3. Jeumpa (4 Mukim, 10 desa/kelurahan),

4. Kuala Batee (3 mukim,20 desa/kelurahan),

5. Lembah Sabil (3 mukim, 12 desa/kelurahan),

6. Manggeng (3 mukim, 18 desa/kelurahan),

7. Setia (2 mukim, 6 desa/kelurahan),

8. Susoh (4 mukim, 29 desa/kelurahan),

9. Tangan-tangan (1 mukim, 15 desa/kelurahan).

4. Ekonomi dan Potensinya

Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan untuk

kelangsungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat

strategis di jalur dagang kawasan barat Aceh, khususnya kota Blangpidie yang sejak

dulu menjadi pusat perdagangan di pantai barat Aceh.

Sebenarnya bila kondisi keamanan semakin membaik, banyak sekali potensi

yang dapat digali di kawasan ini, seperti pariwisata, karena posisinya yang

merupakan paduan antara pantai Samudera Hindia dan Bukit Barisan yang hijau.

Selain itu Aceh Barat Daya dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri,

agribisnis dan peternakan terpadu serta sektor lain yang akan berkembang.

5
5. Pemerintahan

Bupati saat ini adalah Ir.Jufri Hasanuddin,MM dari Partai Aceh didampingi

Wakil Bupati Erwanto, SE MA untuk masa bakti tahun 2012-2017. Wakil Bupati

Erwanto mendampingi Bupati Abdya Jufri Hasanuddin sampai berakhir masa jabatan,

3 Agustus 2017. Mantan aktivis mahasiswa yang mengenyam pendidikan S2 di

Belanda ini, menggantikan alm Yusrizal Razali yang meninggal dunia pada 27 Juni

2014 lalu.

Bupati definitif pertama hasil pemilihan kepala daerah secara langsung yaitu

Akmal Ibrahim, SH didampingi oleh Wakil Bupati Syamsurizal untuk masa bakti

tahun 2007-2012. Pasangan ini dilantik oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf untuk

menggantikan Penjabat Bupati Azwar Umri. Sebelum Azwar Umri menjadi Penjabat

Bupati, dia didahului oleh Drs.H.Teuku Burhanuddin Sampe,MM. Sedangkan Teuku

Burhanuddin Sampe didahului oleh Nasir Hasan yang sebelumnya menggantikan

Baharuddin sebagai bupati perdana yang dilantik Gubernur Aceh Azwar

Abubakar tanggal 18 Februari 2006. Sekretaris Kabupaten Aceh Barat Daya saat ini

dijabat oleh Drs. Ramli Bahar.

6
C. Penutupan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2002 tentang

Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh

Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, dijelaskan bahwa kabupaten Aceh Selatan yang mempunyai luas wilayah

5.332,20 km², telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan yang dalam

perkembangannya perlu ditingkatkan sesuai dengan potensi daerah, luas wilayah dan

kebutuhan pada masa mendatang.

Dalam rangka membantu tugas pemerintahan tersebut perlu dibentuk kabupaten

Aceh Barat Daya yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu kecamatan Blangpidie,

kecamatan Manggeng, kecamatan Tangan-tangan, kecamatan Susoh, kecamatan Kuala

Batee dan kecamatan Babahrot dengan luas wilayah keseluruhan 1.490,60 km². secara

georafis kecamatan-kecamatan tersebut mempunyai kedudukan yang strategis jika

ditinjau dari segi politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan, telah

menunjukan perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat, serta diikuti pula dengan

laju pertumbuhan penduduk yang rata-rata 0,1 % pertahun disetiap kecamatannya

sehingga perlu penyesuaian struktur pemerintahannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang

berkembang, maka dipandang perlu daerah kabupaten Aceh Selatan ditata menjadi

Kabupaten Daerah Otonom dengan membentuk kabupaten Aceh Barat Daya sebagai

pemekaran Kabupaten Aceh Selatan. Dengan terbentuknya kabupaten Aceh Barat Daya,

wilayah Kabupaten Aceh Selatan berkurang seluas Kabupaten Aceh Barat Daya.

7
DAFTAR PERPUSTAKAAN

Buku

Nasrullah Jakfar, dkk. 2014, “Sejarah Lahirnya Kabupaten Aceh Barat Daya”. Deepublish;

Banda Aceh

UU No.4 Tahun 2002. Tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo

Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tamiang

di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sekretariat Kabinet RI; Jakarta.

Internet

https://tabloidrakyatmadani.wordpress.com/pemekaran-untuk-kesejahteraan-antara-solusi-dan-

imajinasi/ Diakses tanggal 11 Juni 2016.

https://beritagar.id/artikel/berita/pemerintah-moratorium-pemekaran-daerah-baru diakses tanggal

11 Juni 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Barat_Daya diakses tanggal 11 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai