Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PROFIL, SEJARAH, DAN ADAT


PADA PROVINSI SULAWESI UTARA
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Jati Diri Bangsa
Dosen : Sartika Dewi.SST,MHKes.

DISUSUN OLEH :
Ahmad Riyadi : 1841 6226 2010 08 Deni Setiawan : 1841 6226 2010 21
Irene Oktafiani : 1841 6226 2010 02 M.Rosiawan : 1841 6226 2010 47
Anita Aryani : 1841 6226 2010 07 M.Khoiruzzadi : 1841 6226 2010 26
Okky Prasetya D : 1841 6226 2010 22 Rahmat Wijayanto : 1841 6226 2010 19

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah
tentanng profil, sejarah, dan adat istiadat provisi Sulawesi Utara ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Jati Diri Bangsa. Kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini ini bisa memberikan informasi mengenai orang sebagai
subjek hukum dan hukum dikaitkan dengan hak dan kewajiban dapat bermanfaat
bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Karawang, November 2019

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini (yang dipercayai


sebagai negara kepulauan karena bentuknya yang mengerut) adalah pelaut Portugis
pada tahun 1525, dikirim dari Maluku untuk mencari emas, yang kepulauan
memiliki reputasi penghasilan. Belanda tiba pada tahun 1605 dan dengan cepat
diikuti oleh Inggris, lalu mendirikan pabrik di Makassar.Sejak tahun1660, Belanda
berperang dengan Kerajaan Gowa, Makasar utama di bagian pesisir barat yang
berkuasa. Pada tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan
Hasanuddin, untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan
kontrol perdagangan ke Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam
penaklukan mereka oleh panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan
Bugis Bone. Belanda membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung
Palakka menjadi penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan.
Perkembangan politik dan budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari
status quo.

Pada tahun 1905 seluruh sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda
dari Hindia Belanda sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama
Revolusi Nasional Indonesia, “Turk” Westerling Kapten Belanda membunuh
sedikitnya 4.000 orang selama Kampanye Sulawesi Selatan .Setelah penyerahan
kedaulatan pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik Indonesia
Serikat (RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan Republik
Indonesia.

Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum
daerah yang berada di paling ujung utara Nusantara ini menjadi Daerah Provinsi.

2
Dalam sejarah pemerintahan daerah Sulawesi Utara, seperti halnya daerah lainnya
di Indonesia, mengalami beberapa kali perubahan administrasi pemerintahan,
seiring dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan bangsa.

Pada permulaan kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus


keresidenan yang merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi. Provinsi Sulawesi
ketika itu beribukota di Makassar dengan Gubernur yaitu DR.G.S.S.J.
Ratulangi.Kemudian sejalan dengan pemekaran administrasi pemerintahan
daerah-daerah di Indonesia, maka pada tahun 1960 Provinsi Sulawesi dibagi
menjadi dua propinsi administratif yaitu Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan
Provinsi Sulawesi Utara-Tengah melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1960.

Untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di Propinsi


Sulawesi Utara-Tengah, maka berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor.122/M
Tahun 1960 tanggal 31 Maret 1960 ditunjuklah A. Baramuli, SH sebagai Gubernur
Sulutteng.

●GEOGRAFI SULAWESI UTARA

Geografi Sulawesi Utara. Provinsi Sulawesi Utara terletak di jazirah utara


Pulau Sulawesi dan merupakan satu dari tiga provinsi di Indonesia yang memiliki
keunggulan geoposisi, geostrategi, dan geopolitik serta terletak di tepian pasifik.
Dua provinsi lainnya adalah Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh. Dilihat
dari letak geografis Sulawesi Utara terletak pada 0.30-4.30 Lintang Utara (Lu) dan
121-127 Bujur Timur (BT).

Kedudukan jazirah membujur dari timur ke barat dengan daerah paling utara
adalah Kepulauan Sangihe dan Talaud. Wilayah kepulauan ini berbatasan langsung
negara Tetangga Filipina. Wilayah Sulawesi Utara mempunyai batas-batas:

 Utara : Laut Sulawesi, Samudera Pasifik, dan Filipina


 Timur : Laut Mauluku
 Selatan : Teluk Tomini
 Barat : Provinsi Gorontalo

3
B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kebudayaan Sulawesi Utara.?

2. Seperti apa adat istiadat Sulawesi Utara. ?

3. Bagaimana bentuk pakaian adat Sulawesi Utara. ?

4. Bagaimana bentuk senjata adat Sulawesi Utara. ?

5. Seperti apa bentuk rumah adat Sulawesi Utara. ?

6. Apa agama penduduk benten. ?

7. Apa bahasa penduduk bahasa Sulawesi Utara. ?

8. Bagaimana sistem kekerabatan Sulawesi Utara. ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kebudayaan Sulawesi Utara

ProvinsI Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup


panjang sebelum daerah yang berada paling ujung utara nusantara ini menjadi
Provinsi Daerah Tingkat I. Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia
daerah ini berstatus Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1960 Provinsi Sulawesi dibagi
menjadi dua bagian iaitu, Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Provinsi
Sulawesi Utara-Tengah. Gubenur pertama Provinsi Sulawesi Utara-Tengah adalah
MR. A.A. Baramuli dan Wakil Gabenor Latkol F.J. Tumbelaka. Wilayah Provinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah adalah Kotapraja Manado, Kotapraja
Gorontalo, dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing Sangihe Talaud, Bolaang
Mongondow, Minahasa, Gorontalo, Buol Toli-Toli, Donggala, Poso dan
Luwuk/Banggai. Pada tanggal 23 September 1964, di saat Pemerintah Republik
Indonesia memberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 yang
menetapkan perubahan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dengan
menjadikan Sulawesi Utara sebagai Daearh Otonom Tingkat I, dengan Manado

5
sebagai Ibukotanya. Sejak saat itu, secara de facto Daerah Tingkat I Sulawesi Utara
membentang dari Utara ke Selatan Barat Daya, dari Pulau Miangas ujung utara di
Kabupaten Sangihe Talaud sampai Molosipat di bagian Barat Kabupaten
Gorontalo.

Dalam perjalanan panjang sampai dengan Tahun 2000, Wilayah


Administrasi Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadya,
iaitu : Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan Talaud,
Boalemo serta Kotamadya Manado, Bitung dan Gorontalo.

Selanjutnya seiring dengan Nuansa Reformasi dan Otonomi Daerah, maka


telah dilakukan pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo
sebagai hasil pemekaran dari Provinsi [Sulawesi Utara malalui Undang-Undang
No. 38 Tahun 2000. Pada tahun 2002 dan 2003 Provinsi Sulawesi Utara
ketambahan Kabupaten Talaud berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002
yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Sangihe dan Talaud dan Undang-
Undang Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-
Undang No. 10 Tahun 2003 serta berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2003
terbentuk juga Kabupaten Minahasa Utara. Ketiga daerah tersebut adalah hasil
pemekaran Kabupaten Minahasa. Akibat adanya pemekaran Provinsi Gorontalo
dan ketambahan Kabupaten dan Kota, maka Provinsi Sulawesi Utara menjadi
delapan wilayah administrasi Kabupaten/Kota, masing-masing :

1. Kabupaten Bolaang Mongondow

2. Kabupaten Minahasa

3. Kabupaten Sangihe

4. Kabupaten Talaud

5. Kabupaten Minahasa Selatan

6. Kabupaten Minahasa Utara

7. Kota Manado

8. Kota Bitung

6
9. Kota Tomohon

Daerah-Daerah Dan Bandar-Bandar Di Sulawesi Utara :

1. Daerah Minahasa

2. Daerah Minahasa Utara

3. Daerah Minahasa Selatan

4. Daerah Bolaang Mongondow

5. Daerah Kepulauan Sangihe

6. Daerah Kepulauan Talaud

7. Bandar Manado

8. Bandar Bitung

9. Bandar Tomohon

B. Adat Istiadat Sulawesi Utara

Provinsi Sulawesi Utara mempunyai beberapa tari tradisional seperti tarian


maengket, tarian kabasaran, tarian katrili, tari poco-poco, upacara tulude, tari
masamper, tari cakalele, tari tumatenden dan berbagai tarian daerah lainnya. Selain
berbagai macam tarian provinsi Sulawesi Utara juga mempunyai beberapa alat
musik khas daerah yakni musik kolintang dan musik bambu. Sedangkan rumah adat
Sulawesi Utara adalah rumah panggung.

Selain kaya akan sumber daya alam sulawesi utara juga kaya akan seni dan
budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari
berbagai suku yang ada di provinsi sulawesi utara justru menjadikan daerah nyiur
melambai semakin indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya
maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang
terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado.

Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar
yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow.
Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan

7
tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa
bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang,
Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari
Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari
Bolaang Mongondow)

Provinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua
bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama
seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari
keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari
berbagai suku dan golongan.

●Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa


dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau
gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar.
Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di
Minahasa

●Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan
pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat
keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena
berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil
memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang
baru

●Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian
yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan
laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura
merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok
atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik
buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado
festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan
tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe

8
●Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara ini
juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara
ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-
motong badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi
dengan jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika

●Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa


yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya
pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara
keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang
dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh
masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga
Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan
untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti
nasi jaha dan dodol

C. Pakaian Adat Sulawesi Utara

Pakaian adat dari Sulawesi Utara sering disebut dengan pakaian


Sangihe.Pakaian adat suku bangsa Sangihe Talaud sejak dulu menggunakan bahan
serat kofo.Kofo atau fami manila adalah sejenis pohon pisang yang banyak tumbuh
di daerah Sangihe talaud yang berikim tropis Seratnya diambil untuk menghasilkan
benang kofo.Benang kofo ditenun dengan alat tenun yang disebut
“kahuwang”.Pakaian adapt Sangihe Talaud disebut “laku tepu”.Laku artinya
pakaian ,sedang tepu artinya agak sempit,maksudnya pakaian yang bagian lehernya
agak sempit atau tidak terbuka.

●BUSANA WANITA : Laku tepu yang bentuknya memanjang dari leher sampai di
betis ,merupakan baju terusan terbuat kain kofo.Pada bagian leher terdapat lipatan
berbentuk segitiga atau huruf V,sebesar ukuran kepala agar mudah memakainya.
Kahiwu atau kain sarung.Kahiwu juga dibuat dari kain kofo,merupakan pelapis
bagian dalam yang diikat dipinggang.Kahiwu mempunyai lipatan seperti
kain(wiron)terletak agak kekiri disebut “leiwade”.Lipatan untuk rakyat biasa
berjumlah 5 lipatan dan untuk bangsawan 7 atau 9 lipatan.Bandang.Bandang ialah
selembar kain kofo yang berukuran panjang 1,5 meter dengan lebar kira-kira 5

9
sentimeter.Pemakaiannya diletakkan di bahu kanan dan ujungnya diikat pada
pinggang sebelah kiri.Bandang digunakan oleh wanita biasa,sedangkan wanita
keturunan bangsawan menggunakan“kaduku atau animating” ,adalah selembar kain
kofo dengan ukuran yang sama seperti bandang,hanya perbedaannya tergantung
dari cara mengikat.Kaduka atau animating kegunaannya untuk memperindah Laku
Tepu dan melambangkan derajat sosial masyarakat. Boto Pusige (konde) atau
sanggul Pusige artinya ubun-ubun kepala.Boto Pusige artinya sanggul yang terletak
pada ubun-ubun kepala wanita.Sanggul ini biasanya dibuat dari rambut wanita
sendiri diatas kepala.Semakin tinggi Boto Pusige semakin indah. Untuk menjaga
agar Boto Pusige tetap kuat digunakan Sasusu Boto (tusuk Konde) yang ditusukkan
dari sebelah kanan sampai kiri.

●BUSANA PRIA. Pakaian laki-laki juga disebut Laku Tepu,perbedaannya bagian


lehernya berbentuk setengah lingkaran,berlengan panjang dan panjang pakain
sampai ketumit.Laku tepu yang panjang berfungsi menutupi tubuh,melambangkan
keagungan masyarakat Sangihe Talaud.Paporong atau pengikat kepala
menggunakan bahan dari kain kofo dengan ukuran 1 kali 1 meter.Paporong
dibentuk segitiga sama sisi,alasnya dilipat tiga kali dengan lebar 3 sampai 5
sentimeter.Paporong diikat pada bagian kepala menutupidahi.Paporong untuk laki-
laki disebut paporong lingkaheng dan untuk keturunan bangsawan disebut
paporong Kawawantuge.Popehe(pengikat pinggang), bahan dari kofo ukuran 1,5
sentimeter panjang dan lebar 5 cm.Popehe diikat pada pinggang pengantin pria pada
sebelah kiri dan ujungnya terurai kebawah.Fungsinya memperindah laku tepu
sekalgus mengatur Laku Tepu apabila kepanjangan dapat diatur dengan menarik
keatas.Popehe juga memiliki makna membangkitkan semangat dalam
melaksanakan tugas ataupun mengatasi berbagai rintangan.

D. Senjata Adat Provinsi Sulawesi Utara

●Keris

●Peda

●Sabel

E. Rumah Adat Sulawesi Utara

10
Rumah adat suku Minahasa dari Provinsi Sulawesi Utara disebut Rumah
Pewaris atau Walewangkoa. Rumah Minasaha ini merupakan rumah panggung
yang dibangun di atas tiang dan balok-balok yang di antaranya terdapat balok-
balok yang tidak boleh disambung. Rumah Pewaris memiliki 2 buah tangga.
Letaknya di sisi kiri dan kanan bagian depan rumah.

F. Agama Di Sulawesi Utara

Mayoritas penduduk disana beragama Kristen dan Katolik. Sejumlah besar


gereja dapat ditemui di seantero kota. Meski demikian, masyarakat Manado
terkenal sangat toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya Kota Manado
memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu
kota yang relatif aman di Indonesia. Hal itu tercemin dari semboyan masyarakat
sekitar yaitu Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara).

G. Bahasa Sulawesi Utara

Penduduk Sulawesi Utara terdiri atas 3 etnis dan bahasa yang berbeda-beda,
yaitu :

1. Suku Minahasa

(Toulor, Tombolu, Tonsea, Tontenboan, Tonsawang, Ponosokan, dan Batik)

2. Suku Sangine dan Talaud

(Sangie Besar, Siau, Talaud)

3. Suku Bolaang Mongindow

(Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang)

Walaupun demikian,Bahasa Indonesia digunakan dan dimengerti dengan baik oleh


sebagian besar penduduk Sulawesi Utara didominisi oleh :

-Suku Minahasa (33,2%)

-Suku Sangir (19,8%)

11
-Suku Bolaang Mangondow (11,3%)

-Suku Gorontalo (7,4%)

-Suku Totemboan (6,8%)

Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tapi denganlogat


yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari Bahasa Belanda dan
Portugis karena daerah ini merupakan wilayah jajahan Belanda dan Portugis.

H. Sistem Kekerabatan

Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo atau sering disebut


Daliken Sitelu atau Rakut Sitelu. Tulisan ini disadur dari makalah berjudul “Daliken
Si Telu dan Solusi Masalah Sosial Pada Masyarakat Karo : Kajian Sistem
Pengendalian Sosial” oleh Drs. Pertampilan Brahmana, Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.

Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batu
tungku, Si = yang, Telu tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk
menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yang namanya
tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Siteluberarti ikatan yang tiga.
Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun
ada pula yang mengartikannya sebagaisangkep nggeluh (kelengkapan hidup).

Menurut Drs. Pertampilan Brahmana, konsep ini tidak hanya ada pada
masyarakat Karo, tetapi juga ada dalam masyarakat Toba dan Mandailing dengan
istilah Dalihan Na Tolu juga masyarakat NTT dengan istilah Lika Telo

Unsur Daliken Sitelu ini adalah

 Kalimbubu (Hula-hula (Toba), Mora (Mandailing))

 Sembuyak/Senina (Dongan sabutuha (Toba), Kahanggi(Mandailing))

 Anak Beru (Boru (Toba, Mandailing))

Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik


sebagai kalimbubu,senina/sembuyak, anakberu, tergantung pada situasi dan
kondisi saat itu.

12
Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati
dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini
bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga
dengan Dibata Ni Idah (Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati
kalimbubu sangat dicela.

dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat


prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani
mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila
selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum
pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan.
Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu
musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan
atau tidak masalah lain.

Oleh Darwan Prints, kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang-


undang.

Kalimbubu dapat dibagi atas 2:

1. Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tua adalah kelompok


keluarga pemberi dara kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai
keluarga pemberi anak dara awal dari keluarga itu.
Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena kelompok ini telah berfungsi
sebagai pemberi dara sekurang-kurangnya tiga generasi.

2. Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongankalimbubu yang ikut


mendirikan kampung. Statuskalimbubu ini selamanya dan diwariskan
secara turun temurun. Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga.
Kalimbubu ini selalu diundang bila diadakan pesta-pesta adat di desa di
Tanah Karo.

Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan) :

1. Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi wanita


terhadap generasi ayah, atau pihak clan (semarga) dari ibu kandung ego

13
(paman kandung ego). (Petra : ego maksudnya orang, objek yang
dibicarakan)

2. Kalimbubu I Perdemui atau (kalimbubu si erkimbang), adalah pihak


kelompok dari mertua ego. Dalam bahasa yang populer adalah bapak
mertua berserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa
si pemberi wanita ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena
dan Kalimbubu Si Mada Dareh.

3. Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak subclan


pemberi anak dara terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana
pihak subclan dari istri saudara laki-laki istri ego.

4. Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan jalur


senina dari kalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya berada
pada golongan kalimbubuego, peranannya adalah sebagai juru bicara bagi
kelompok subclan kalimbubu ego.

5. Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon. Golongankalimbubu ini berhubungan


erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen,
sepengalon (akan dijelaskan pada halaman-halaman selanjutnya) pemilik
pesta.

Ada pun hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo

3. Dihormati oleh anakberunya

4. Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya

Tugas dan kewajiban dari kalimbubu

5. Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya

6. Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang saling


berselisih

7. Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga

8. Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian


adat) di dalam acara-acara adat

14
9. Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) dari
sebuah perkawinan, maneh-maneh (tanda mata atau kenang-
kenangan) dari salah seorang anggota anakberunya yang meninggal,
yang menerima seperti ini disebut Kalimbubu Simada Dareh.

Pada dasarnya setiap ego Karo, baik yang belum menikah pun mempunyai
kalimbubu, minimal kalimbubu si mada dareh. Kemudian bila ego (pria) menikah
berdasarkan adat Karo, dia mendapat kalimbubu si erkimbang

Anak Beru adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk
diperistri. Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif,
kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila
terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan
perselisihan tersebut.

Anakberu dapat dibagi atas 2:

10. Anakberu berdasarkan tutur

1. Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan


nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus
minimal tiga generasi.

2. Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah


kampung selesai didirikan.

11. Anakberu berdasarkan kekerabatan

1. Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh
Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang
simpanankalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini
karena dia merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.

2. Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yang menciptakan


jalinan keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum
pernah mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang
sekarang. Anakberu ini disebut juga anakberu langsung yaitu karena
dia langsung mengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalah

15
peranannya di dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi, kalau
masih orang pertama yang menikahi keluarga tersebut, dia tidak
dibenarkan mencampuri urusan warisan adat dari pihak mertuanya.
Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.

3. Anakberu Menteri adalah anakberu darianakberu. Fungsinya


menjaga penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam
bermusyawarah maupun ketika acara adat sedang berlangsung.
Anakberu Menteri ini memberi dukungan kepadakalimbubunya
yaitu anakberu dari pemilik acara adat.

4. Anakberu Singikuri adalah anakberu darianakberu menteri,


fungsinya memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan
sekaligus memberi dukungan tenaga yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling


penting. Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat
tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain

12. Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.

13. Menyiapkan hidangan pada pesta.

14. Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.

15. Menanggulangi sementara semua biaya pesta.

16. Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga


dan mengetahui harta benda kalimbubunya.

17. Menjadwal pertemuan keluarga.

18. Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak
kalimbubunya berduka cita.

19. Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar


membawa ose (pakaian adat) bagi kalimbubunya.

20. Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya,

16
Anakberu berhak untuk

21. Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para


kalimbubu tidak berhak menolak.

22. Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia.


Warisan ini berupa barang dan disebut morah-morah atau maneh-
maneh, seperti parang, pisau, pakaian almarhum dan lainnya sebagai
kenang-kenangan.

Selain itu juga karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanya


pihak kalimbubu menunjukkan kemurahan hati dengan

23. Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma


kepada anakberunya.

24. Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karena


pihak kalimbubu adalah pendiri kampung, mereka mempunyai
hutan sendiri di sekeliling desanya).

25. Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinang oleh
pihak anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererat
hubungan
kekerabatan yang sudah terjalin.

26. Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentu


misalnya pada waktu menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.

27. Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaran adat)


bagi anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clan
anakberunya.

Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepada anak berunya adalah

28. Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujung tombak.


Maksudnya, bila kalimbubunya ingin pergi ke satu daerah, maka
yang berada di depan sebagai pengaman jalan dan sebagai perisai

17
dari bahaya adalah pihak anak beru. Dalam bahasa
lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.

29. Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat


transportasi hanya kuda, untuk membawa barang-barang atau untuk
menyampaikan informasi dari satu desa ke desa lain,
dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini adalah alat
atau kenderaan yang dipakai kemana saja, termasuk untuk
berperang, untuk membawa barang-barang yang diperlukan
pihak kalimbubunya atau untuk menyampaikan berita
tentang kalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi
kewibawaan martabat kalimbubunya.

30. Piso Entelap (pisau tajam). Dalam pesta adat atau pekerjaan adat
pisau tajam dipergunakan untuk memotong daging atau kayu api
atau untuk mendirikan teratak tempat berkumpul.
Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang demikian agar
tangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang
diberikankalimbubunya. Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo,
pisau dari pihak kalimbubu yang meninggal dunia diserahkan
kepada anakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh,
pemberiannya bertujuan agar pekerjaankalimbubu terus tetap
dilanjutkan oleh penerimanya. Dalam pengertian lain dalam acara-
acara adat di dalam keluarga kalimbubu, anakberulah yang menjadi
ujung tombak pelaksanaan tugas tersebut, mulai dari menyediakan
makanan sampai menyusun acaranya. Ketiga jenis pekerjaan di atas,
dikerjakan tanpa mendapat imbalan materi apapun,
maka anakberu yang selalu lupa kepada kalimbubunya dianggap
tercela di mata masyarakat. Bahkan dipercayai bila terjadi sesuatu
bencana di dalam lingkungan keluarga dari anakberuyang
melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai kutukan dari arwah
nenek moyang mereka yang tetap melindungi kalimbubu.

18
Senina/SembuyakHubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau
hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua :

31. Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara


karena satu clan (merga).

32. Senina berdasarkan kekerabatan

1. Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling


bersaudara.

2. Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu


mereka saling bersaudara, sehingga mereka
mempunyai bebere (beru (clan) ibu) yang sama.

3. Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karena


pemberi wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan
wanita yang sama. Atau mereka yang bersaudara karena satu
subclan (beru) istri mereka sama. Tetapi dibedakan
berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan clan
istri. Dalam musyawarah adat, mereka tidak akan
memberikan tanggapan atau pendapat apabila tidak diminta.

4. Senina Secimbangen (untuk wanita) mereka yang bersenina


karena suami mereka sesubclan (bersembuyak).

Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila dikondisikan


dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan. Fungsinya adalah
sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika
akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan kepada anakberu.

Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan
(dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih,
melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas
diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari
satu rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya.

19
Peranan sembuyak adalah bertanggung jawab kepada setiap upacara adat
sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi
anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini
sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara
kandung. Satu subclan sama dengan saudara kandung.

Sembuyak dapat dibagi dua bagian

33. Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen


(merga).

34. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:

1. Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.

2. Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.

3. Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.

20
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Sulawesi Utara sebagai komunitas kutural memang mempunyai


kebudayaannya sendiri yang ditampilkan lewat unsur-unsur kebudayaan.
Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan itu, masing-masing unsur berbeda pada
tingkat perkembangan dan perubahannya. Karena itu terhadap unsur-unsur
yang niscaya harus berkembang dan bertahan, harus didorong pula bagi
pendukungnya untuk terus menerus belajar (kulturisasi) dalam pemahaman
dan penularan kebudayaan.

1.2 Saran
Kalau boleh dikatakan, menangkap deskripsi budaya Sulawesi Utara adalah
upaya yang harus serius, kalau tidak ingin menjadi punah. Kepunahan suatu
kebudayaan sama artinya dengan lenyapnya identitas. Hidup tanpa identitas
berarti berpindah pada identitas lain dengan menyengsarakan identitas semula.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://ms.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara

http://www.seputarsulut.com/profil-provinsi-sulawesi-utara/

http://gikuza.wordpress.com/budaya-2/sulawesi-utara/

http://punyamarga.com/sistem-kekerabatan-masyarakat-karo.html/

22

Anda mungkin juga menyukai