Anda di halaman 1dari 48

BIAYA PRODUKSI

twarsito@pknstan.ac.id
Main Menu

Konsep Biaya dalam Ekonomi

Biaya dalam Jangka Pendek

Biaya dalam Jangka Panjang

Kurva Biaya Jangka Pendek vs Panjang

Produksi dengan 2 Output


Bahasan 1

Konsep Biaya dalam Ekonomi


Konsep Biaya dalam Ekonomi

❖ Jenis biaya yang diperhitungkan dalam ekonomi adalah biaya kesempatan


(opportunity cost).
❖ Opportunity cost adalah nilai, manfaat, dan keuntungan lain yang harus
dikorbankan (hilang) akibat keputusan mengalokasikan sumber daya
untuk hal tertentu.
❖ Opportunity cost ini sebenarnya adalah nilai dari second-best option/
alternative yang tidak diambil.
❖ Opportunity cost ini mempunyai dua komponen : explicit cost (biaya
eksplisit) dan implicit cost (biaya implisit).

4
Konsep Biaya dalam Ekonomi

❖ Explicit cost adalah biaya yang jelas diidentifikasi karena adanya aliran
uang dari produsen/perusahaan.
❖ Sedangkan implicit cost adalah komponen biaya yang diperhitungkan
dalam ekonomi, termasuk opprtunity cost, namun tidak terdapat aliran
uang dari produsen/ perusahaan.
❖ Konsep biaya di akuntansi berbeda dengan di ekonomi. Biaya yang
diperhitungkan dalam akuntansi adalah biaya aktual (explicit) ditambah
dengan depresiasi.

5
Konsep Biaya dalam Ekonomi

❑ Lauren sebelumnya adalah seorang kasir dengan gaji $500. Ia kini


memulai usaha membuat kue. Lauren membeli bahan kue sebesar $1.000.
Dari kasus ini yang menjadi komponen opportunity cost adalah $1.500:
Explicit Cost = $1.000 (Dari pembelanjaan kue)
Implicit Cost = $500 (Dari gaji yang hilang)
❑ Clara memulai usaha dengan modal $3000, dimana $1,000 diantaranya
dari tabungan dan sisanya pinjaman bank. Bunga bank saat itu dengan
bunga 5%. Terkait pembayaran bunga bank ini, komponen opportunity cost
nya adalah $150:
Explicit Cost = $100 (Dari beban bunga yang dibayar tiap periode)
Implicit Cost = $50 (Dari potensi pendapatan bunga yang hilang atas
tabungan $1,000 yang digunakan)

6
Sunk Cost

❖ Sunk (unavoidable) cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan/


direalisasikan dan tidak bisa dibatalkan atau dikembalikan lagi.
❖ Dalam ekonomi, sunk cost ini tidak termasuk yang dipertimbangkan dalam
analisis penentuan keputusan (decision making).
❖ Misal : Perusahaan X akan pindah lokasi dan berencana membayar $500K
untuk sebuah option pembelian gedung senilai $5.000K. Jika perusahaan
ini belum mengeluarkan uang untuk option tersebut, biaya ini adalah
nonsunk (avoidable) cost atau disebut prospective sunk cost. Setelah uang
dikeluarkan, biaya tersebut menjadi sunk cost dan tidak diperhitungkan
dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.

7
Sunk Cost

❖ Dari kasus sebelumnya, total cost untuk memperoleh gedung tersebut


adalah $5.500K.
❖ Setelah membayar option, ternyata ada bangunan sejenis dengan lokasi
yang sama dan harganya $5.250K. Apa yang dilakukan perusahaan,
meneruskan option (membeli Gedung 1) atau membeli Gedung 2?
❖ Meneruskan option, karena biaya yang dipertimbangkan adalah $5.000K
(Gedung 1) vs $5.250K (Gedung 2), sedangkan harga option $500 adalah
sunk cost yang tidak ikut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
secara ekonomi.

8
Fixed Cost vs Variable Cost

Dari biaya ekonomi yang dibahas sebelumnya, berdasarkan sifatnya, biaya


bisa dibedakan menjadi Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variabel (Variable
Cost).
• Adalah biaya yang jumlahnya tidak bergantung
pada jumlah output yang diproduksi.
Fixed Cost
• Contoh umum : biaya pemeliharaan gedung,
asuransi, sewa, gaji executive, dll

• Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah,


tergantung pada jumlah output yang
Variable Cost diproduksi.
• Contoh umum : upah tenaga kerja, biaya
bahan baku, dll

9
Fixed Cost vs Variable Cost

❖ Fixed cost akan tetap ada berapapun perusahaan memproduksi barang


dan jasa, bahkan saat produksinya 0 unit (shutdown).
❖ Karena walaupun operasi perusahaan berhenti untuk sementara (tidak
meninggalkan pasar), perusahaan masih harus membayar gaji manajer,
perawatan mesin, dsb.
❖ Komponen biaya tersebut akan hilang saat shutdown diikuti dengan
penutupan perusahaan termasuk merumahkan manajer, menjual mesin
yang tidak dipakai, dsb.

10
Fixed Cost vs Variable Cost

❖ Sifat biaya yang fixed atau variable tergantung pada jangka waktu analisis.
❖ Pada rentang waktu yang sangat pendek (short term), hampir semua biaya
adalah fixed. Dalam rentang waktu ini perusahaan sudah menandatangani
ontrak bahkan untuk pembelian baku dan hiring pekerja.
❖ Pada rentang waktu yang panjang (long term), hampir semua biaya adalah
variabel karena perusahaan mempunyai fleksibilitas untuk mengubah
(menambah atau mengurangi) komponen biaya, termasuk perubahan luas
pabrik (plant), penjualan mesin, rekrutmen/ memberhentikan pekerja, dsb.

11
Fixed Cost vs Sunk Cost

❖ Fixed cost diperhitungkan dalam pembuatan keputusan perusahaan,


sedangkan sunk cost tidak.
❖ Fixed cost dapat dihilangkan saat perusahaan melakukan shutdown dan
mengeliminasi komponen fixed cost tersebut, sedangkan sunk cost tidak
bisa dikembalikan/ dihilangkan dengan shutdown.
❖ Sunk cost dapat diamortisasi. Amosrtisasu sunk cost tersebut dapat
dianggap sebagai fixed cost perusahaan di sepanjang periode amortisasi
tersebut. Hal ini biasa dilakukan saat menghitung atau menganalisis
profitabilitas.

12
Total Cost (TC), Marginal Cost (MC), dan Average Cost (AC)

TC = FC + VC
TC = Total Cost
FC = Total Fixed Cost
VC = Total Variable Cost

13
Total Cost (TC), Marginal Cost (MC), dan Average Cost (AC)

❖ Average cost merupakan Cost dibagi dengan jumlah output (Q).


❖ Ada beberapa terminologi : Average Total Cost (ATC), Average Fixed Cost
(AFC), dan Average Variable Cost (AVC)

𝑇𝐶 𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶
𝐴𝑇𝐶 = 𝐴𝐹𝐶 = 𝐴𝑉𝐶 =
𝑄 𝑄 𝑄

ATC = AFC + AVC

14
Total Cost (TC), Marginal Cost (MC), dan Average Cost (AC)

Marginal cost menggambarkan perubahan biaya produksi akibat


penambahan 1 unit output.

∆ 𝑇𝐶 ∆𝑉𝐶
𝑀𝐶 = =
∆𝑄 ∆𝑄

∆ TC = Perubahan total cost


∆ Q = Perubahan kuantitas output

15
Total Cost (TC), Marginal Cost (MC), dan Average Cost (AC)

16
Bahasan 2

Biaya dalam Jangka Pendek


Konsep Biaya dalam Jangka Pendek

❖ Dalam jangka pendek, sebagian besar biaya adalah fixed.


❖ Analisis kita kali ini beranggapan bahwa ada dua input : Capital dan Labor.
Namun, karena jangka pendek nilai capital adalah fixed, sedangkan labor
termasuk komponen variabel.
❖ Dalam bagian ini tujuan utama kita adalah menganalisis bentuk dan
hubungan antarkurva biaya, yaitu:
1. Total Cost (TC) 5. Average Total Cost (ATC)
2. Fixed Cost (FC) 6. Average Fixed Cost (AFC)
3. Variable Cost (VC) 7. Average Variable Cost
4. Marginal Cost (MC) (AVC)

18
Kurva TC, FC, dan VC

❖ Kurva Biaya, apapun itu, akan menunjukkan hubungan antara jumlah


output yang diproduksi (Q) di sumbu X dan biaya (Cost) di sumbu Y.
❖ Saat kita menganalisis fungsi produksi dengan 1 faktor (labor), kita telah
mempelajari total product function yang menjelaskan hubungan antara
input (L) dengan output (Q), yang mempunyai properti increasing
marginal returns dan diminishing marginal returns.
❖ Saat L = 0, output (Q) = 0.
❖ Jika sumbu dalam total product function tersebut kita balik, yaitu sumbu X
nya adalah output (Q) dan Sumbu Y nya adalah Cost (hasil perkalian
antara L x upah), maka akan kita peroleh kurva Variable Cost.

19
Kurva TC, FC, dan VC
Total Product Curve Variable Cost

Q (Output)

20
Kurva TC, FC, dan VC

❖ Karna nilainya tetap


(dalam hal ini adalah
capital) berapapun
diproduksi, kurva FC
bentuknya mendatar.
❖ Kurva TC merupakan
penjumlahan dari kurva
FC dan VC. Sehingga
bentuknya seperti di
samping.

21
Kurva MC

❖ 𝑀𝐶 = ∆𝑉𝐶 Τ∆𝑄 = 𝜔 × ∆𝐿Τ∆𝑄 ; dimana ω adalah tingkat upah.


❖ 𝑀𝑃𝐿 = ∆𝑄Τ∆𝐿 sehingga:
𝑀𝐶 = 𝜔Τ𝑀𝑃𝐿
❖ Dari persamaan di atas, MC mempunyai hubungan terbalik dengan
marginal product. Saat marginal product naik, MC turun dan sebaliknya
saat MPL turun, MC naik.
❖ Pada awal produksi biasanya perusahaan mengalami increasing marginal
return (MC naik) dan kemudian mengalami diminishing marginal returns
(MC turun).
❖ Oleh karena itu, bentuk kurva sebaliknya, turun kemudian naik (U-shaped)

22
Kurva AC

❖ Kurva AFC akan turun dari curam ke mendatar (ingat rumus dan
karakteristik fixed cost) seiring dengan kenaikan output.
❖ 𝐴𝑉𝐶 = 𝑉𝐶 Τ𝑄 = 𝜔 × 𝐿Τ𝑄. Dari persamaan ini Kurva AVC akan berbentuk
U-shaped, karena properti increasing MP (di awal) dan selanjutnya
diminishing marginal product.
❖ Kurva ATC adalah akumulasi (penjumlahan) kurva AFC dan kurva AVC.
❖ Oleh karena itu, Kurva ATC juga akan berbentuk U-shaped dengan gap ke
AVC semakin kecil seiring pertambahan kurva.

23
Hubungan MC dan ATC & AVC

❖ Mengapa MC memotong ATC di titik minimum?


❖ Bayangkan ATC adalah rata-rata biaya sedangkan MC adalah sub rata-rata
yang akan diperhitungkan dalam ATC. Jika MC lebih kecil dari ATC maka
rata-rata biaya totalnya akan menurun. Jika MC lebih besar dari ATC maka
rata-rata biaya totalnya akan naik.
❖ Oleh karena itu, MC akan memotong ATC (dan juga AVC) di titik
minimumnya (titik balik).

24
Kurva MC, ATC, AVC, dan AFC

25
Bahasan 3

Biaya dalam Jangka Panjang


Konsep Biaya dalam Jangka Panjang

❖ Dalam jangka panjang, sebagian besar biaya adalah variable.


❖ Analisis kita kali ini beranggapan bahwa ada dua input : Capital dan Labor.
Karena jangka panjang nilai capital dan labor termasuk komponen
variabel.
❖ Dalam bagian ini tujuan utama kita adalah menganalisis berapa capital
dan labor yang digunakan sehingga bisa mencapai output tertentu
dengan biaya yang minimal.

27
Cost of capital

❖ Saat kita menggunakan barang modal (capital), sumber pengadaannya


bisa pilihan dari 2 opsi : membeli atau menyewa.
❖ Saat membeli barang modal berapa cost yang diperhitungkan tiap
periode? Ini yang kita sebut sebagai user cost of capital (r)
❖ Cost of capital tiap periode adalah penyusutan ditambah opprtunity cost
berupa pendapatan bunga yang hilang saat kita menginvestasikan uang
yang digunakan untuk membeli barang tersebut
𝑟 = 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒
❖ Lantas bagaimana jika perusahaan menyewa barang modal tersebut. Cost
of capitalnya adalah biaya sewa. Dimana tingkat sewanya sama dengan
user cost of capital (r) tadi.

28
Isocost

Isocost line adalah garis yang menggambarkan semua bundle labor dan
capital yang bisa digunakan (dibeli) dengan biaya (cost) tertentu.

𝐶 = 𝜔𝐿 + 𝑟𝐾
Dimana :
C adalah Cost (biaya) L adalah Jumlah Labor r adalah cost of capital
ω adalah tingkat upah K adalah jumlah Capital

29
Kombinasi Input Optimal

❖ Kita sudah mengenal Isoquant yaitu kurva yang menggambarkan semua


kombinasi input (labor dan capital) yang menghasilkan output yang sama.
❖ Kita juga sudah mengenal Isocost, yaitu garis yang menggambarkan
semua bundle labor dan capital yang bisa digunakan (dibeli) dengan biaya
(cost) tertentu.
❖ Untuk menghasilkan output tertentu, input optimal adalah kombinasi
input yang bisa menghasilkan output tersebut dengan biaya paling kecil
(minimal).
❖ Input optimal, pada umumnya, adalah titik singgung antara Isoquant
dengan Isocost.

30
Kombinasi Input Optimal

❖ Pada gambar di samping, input optimalnya


adalah L1 dan K1.
❖ Perubahan harga input (ω atau r) akan
mengubah kombinasi input optimal. Misalnya
pada gambar di samping (bawah) harga labor
(ω) naik yang memutar isocost ke kiri.
Konsekuensinya, kombinasi input optimalnya
menjadi di titik B, yaitu L2 dan K2.
❖ Pada titik optimal (titik singgung) berlaku
hubungan:
𝑀𝑃𝐿 𝜔
=
𝑀𝑃𝐾 𝑟

31
Kombinasi Input Optimal

❖ Saat perusahaan mengubah output atau


alokasi biaya, kombinasi optimalnya juga
berubah.
❖ Garis yang menghubungkan, kombinasi input
optimal pada berbagai output tersebut
disebut expansion path.
❖ Dengan kata lain, expansion path adalah
kurva yang melalui semua titik singgung
antara isoquant dan isocost.

32
Bahasan 4

Kurva Biaya Jangka Panjang vs


Jangka Pendek
Expansion path SR vs LR

❖ Kita telah mempelajari dalam jangka


pendek (Short Run – SR) jumlah capital
adalah tetap, tidak berubah. Sedangkan
dalam jangka panjang (Long Run – LR),
baik capital maupun labor adalah
variable, dapat berubah.
❖ Perbedaa ini karakteristik ini membuat
bentuk expansion path nya berbeda.
Seperti di damping.

34
Expansion path SR vs LR

❖ Misal dalam jangka pendek, K yang


digunakan adalah maksimal (tetap)
sebesar K1. Dalam kondisi ini, saat
Isoquant Q1, kombinasi input optimalnya
baik LR maupun SR adalah L1 dan K1.
❖ Namun saat perusahaan ingin menaikkan
produksi menjadi Q2, terjadi perbedaan
kombinasi input optimal. Dalam LR,
kombinai optimalnya adalah L2 dan K2.
Sedangkan dalam SR, karena capital tidak
bisa diubah, kombinasi optimalnya L3 dan
K1 .
❖ Oleh karena itu, bentuk expansion path
nya berbeda.
35
Kurva ATC : SR vs LR

❖ Perusahaan mempunyai kapasitas optimal untuk memproduksi barang


dan jasa. Saat output yang dihasilkan sedikit, tentu ukuran perusahaan
yang kecil dengan capital yang kecil lebih menguntungkan.
❖ Saat output yang dihasilkan ingin ditingkatkan, tentu penggunaan capital
yang lebih besar lebih menguntungkan.
❖ Fleksibilitas dalam penggunaan capital atau menyesuaikan ukuran
perusahaan dalam jangka panjang ini lah yang membuat average total
cost (ATC) dalam jangka panjang (LR) lebih rendah dari pada saat jangka
pendek (SR)

36
Kurva ATC : SR vs LR

▪ Misal perusahaan
berdasarkan size nya: S, M, L. ATC
▪ Masing-masing punya kurva
Short Run ATC (SRATC). ATCS ATCM
ATCL
▪ Dalam jangka Panjang (LR),
perusahaan bisa memilih ATC
paling efisien

37
Kurva ATC : SR vs LR

▪ Dalam long run, jika


berproduksi kurang dari QA, ATC
Perusahaan akan memilih ATC
tipe S. ATCS ATCM
ATCL
▪ jika berproduksi antara QA
dan QB, Perusahaan akan
memilih ATC tipe M.
▪ Jika berproduksi lebih dari
dari QB, Perusahaan akan
memilih ATC tipe L. Q
QA QB

38
Kurva ATC : SR vs LR

▪ Ada banyak tipe perusahaan,


dengan capital atau ukuran ATC
perusahaan yang berbeda-
beda.
▪ Sehingga LRATC nya terlihat LRATC
seperti gambar di samping.
▪ Terlihat bahwa semua titik di
kurva LRATC berada di bawah
SRATC. Dalam artian, dalam
jangka panjang perusahaan
lebih efisien karena bisa
mengubah ukuran dan Q
kapasitas produksinya.

39
LRATC

Economies of scale: ATC turun ATC


ketika Q meningkat. Terjadi saat Q
masih sedikit dan didukung
LRATC
spesialisasi.

Constant returns to scale: ATC tidak


berubah, saat Q meningkat.

Diseconomies of scale: ATC naik


ketika Q meningkat. Terjadi saat Q Q
tinggi sebagai akibat masalah
manajemen dan koordinasi.
40
Economies of Scale

❖ Economies of scale terjadi saat output yang diproduksi masih sedikit.


❖ Economies of scale terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut:
1. Spesialisasi.
2. Saat labor dan capital masih sedikit, manajer bisa mengelola produksi lebih
efektif.
3. Biaya input akan lebih murah jika input dibeli dengan jumlah yang banyak.
❖ Nilai cost-output elasticity nya lebih dari 1, yaitu saat MC > AC

∆𝐶ൗ ∆𝐶ൗ
𝐶 ∆𝑄 𝑀𝐶
𝐸𝐶 = = =
∆𝑄 𝐶ൗ 𝐴𝐶
ൗ𝑄 𝑄

41
Diseconomies of Scale

❖ Saat output sudah banyak, terjadi


disconomies of scale karena
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Pekerja tidak bisa bekerja efektif
karena terbatasnya space dan
mesin.
2. Manajemen menjadi kompleks
dan tidak efisien.
3. Diskon atas harga input sudah
tidak bisa ditambah lagi. .
❖ Nilai cost-output elasticity nya
kurang dari 1, yaitu saat MC < AC

42
Bahasan 5

Produksi dengan 2 Output


Konsep

❖ Karena menggunakan fasilitas produksi yang sama, program pemasaran


yang sama, administrasi yang sama, dsb saat perusahaan memproduksi
dua output bisa lebih efisien dibandingkan jika dua output tersebut
dikerjakan oleh dua perusahaan yang berbeda (jumlah input sebanding).
❖ Hal di atas terlihat dari bentuk product transformation curve yang
berbentuk cembung (bowed outward atau concave).
❖ Product transformation curve adalah kurva yang menunjukkan berbagai
kombinasi 2 output yang berbeda yang bisa diproduksi dengan input
tertentu.

44
Product Transformation Curve

❖ Kurva cembung di samping adalah


product transformation curve saat dua
produk dihasilkan oleh satu
perusahaan.
❖ Saat kedua produk tersebut dihasilkan
oleh dua perusahaan yang berbeda,
kurvanya adalah garis putus-putus.
❖ Terlihat produksi oleh satu perusahaan
lebih efisien (menghasilkan output
yang lebih besar) dibandingkan jika
diproduksi oleh dua perusahaan yang
berbeda.

45
Degree of Economies of Scope
❖ Untuk mengukur apakah produksi oleh 1 perusahaan lebih efisien
dibandingkan dengan produksi oleh 2 perusahaan yang berbeda
digunakan ukuran degree of economies of scope (SC).
❖ Degree of economies of scope (SC) adalah persentase penghematan biaya
jika dua output diproduksi oleh satu perusahaan daripada diproduksi
oleh perusahaan yang berbeda.

𝐶 𝑞1 + 𝐶 𝑞2 − 𝐶 𝑞1 , 𝑞2
𝑆𝐶 =
𝐶 𝑞1 , 𝑞2
C(q1) adalah biaya untuk memproduksi barang 1 sebesar q1 unit oleh
perusahaan 1. C(q2) adalah biaya untuk memproduksi barang 2 sebesar q2
unit oleh perusahaan 2. C(q1, q2) adalah biaya untuk memproduksi q1 unit
barang 1 dan q2 unit barang 2 oleh perusahaan yang sama ( joint
production).
46
Degree of Economies of Scope

❖ Saat nilai SC positif disebut economies of scope yaitu kondisi dimana


dengan nilai total input yang sama produksi 2 barang (atau lebih) oleh
satu perusahaan yang sama akan menghasilkan output yang lebih besar
dibandingkan jika masing-masing barang diproduksi oleh perusahaan
yang berbeda-beda.
❖ Saat nilai SC negatif disebut diseconomies of scope yaitu kondisi dimana
dengan nilai total input yang sama produksi 2 barang (atau lebih) oleh
satu perusahaan yang sama akan menghasilkan output yang lebih sedikit
dibandingkan jika masing-masing barang diproduksi oleh perusahaan
yang berbeda-beda.

47
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai