PRODUKSI
Ardito Bhinadi
E-mail: arditobhinadi@upnyk.ac.id
Pendahuluan
• Biaya produksi merupakan cermin dari produksi.
• Peran biaya jauh melampaui pengaruh produksi dan keuntungan.
Biaya mempengaruhi pilihan input, keputusan investasi, dan bahkan
keputusan apakah akan bertahan dalam bisnis.
• Apakah lebih murah untuk menyewa pekerja baru atau untuk
membayar lembur? Untuk membuka pabrik baru atau memperluas
yang lama? Untuk berinvestasi dalam mesin baru di dalam negeri atau
untuk mengalihdayakan produksi ke luar negeri?
• Bisnis ingin memilih metode produksi yang paling efisien dan
menghasilkan output pada biaya terendah.
Biaya Eksplisit dan Implisit
• Biaya produksi perusahaan mencakup semua biaya peluang untuk
menghasilkan output barang dan jasa.
• Biaya produksi perusahaan mencakup biaya eksplisit dan biaya
implisit.
• Biaya eksplisit adalah biaya input yang memerlukan pengeluaran uang
langsung oleh perusahaan.
• Biaya implisit adalah biaya input yang tidak memerlukan pengeluaran uang
oleh perusahaan.
Laba Ekonomi dan Laba Akuntansi
• Ekonom mengukur keuntungan
ekonomi perusahaan sebagai How an Economist How an Accountant
Views a Firm Views a Firm
pendapatan total dikurangi biaya
total, termasuk biaya eksplisit dan
implisit. Economic
profit
• Akuntan mengukur laba akuntansi Accounting
sebagai pendapatan total profit
perusahaan dikurangi hanya biaya Implicit
eksplisit perusahaan. costs
Revenue Revenue
• Ketika total pendapatan melebihi Total
biaya eksplisit dan implisit, opportunity
perusahaan memperoleh Explicit
costs
Explicit
keuntungan ekonomi. costs costs
• Total biaya (Total Cost – TC) mewakili total rupiah terendah biaya yang diperlukan untuk memproduksi setiap
tingkat output q.
• Biaya tetap (Fixed Cost – FC) mewakili total biaya rupiah yang dibayarkan bahkan ketika tidak ada output yang
dihasilkan; biaya tetap tidak terpengaruh oleh variasi dalam jumlah output. Contoh: biaya sewa bangunan, gaji
karyawan.
• Biaya variabel (Variable Cost – VC) merupakan biaya yang bervariasi dengan tingkat output—seperti bahan
mentah, upah, dan bahan bakar—dan termasuk semua biaya yang tidak tetap.
Produksi Pecel Lele 100 porsi
• Tempat: biaya sewa Rp300.000 = Rp10.000 → FC
• Belanja lele: 10kg lele, @Rp22.000/kg = Rp220.000 →VC
• Beras: 5kg, @Rp10.000/kg = Rp50.000 → VC
• Minyak goreng: 5liter, @Rp13.000/liter = Rp65.000 →VC
• Gas: 1 tabung 3kg = Rp20.000 → VC
• Lalapan: Rp10.000 → VC
• Sambal: Rp100.000 → VC
• TFC = 10.000; TVC = Rp465.000: TC = TFC + TVC = Rp475.000
• AFC = 10.000/100 = 100
• AVC = 465.000/100 = 4.650 16.000
• ATC = 475.000/100 = 4.750 rata-rata biaya per porsi pecel lele.
• TR = P x Q = 15.000 X 100 = Rp1.500.000
• Profit = TR – TC = Rp1.500.000 – Rp475.000 = Rp1.025.000 (belum profit riil)
• Biaya upah tenaga kerja: Rp100.000
Marginal Cost dan Average Cost
• TC = FC + VC
• MC = dTC/dq
• AC = TC/q
• AFC = FC/q
• AVC = VC/q
• Biaya produksi marjinal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit
tambahan keluaran.
• Biaya rata-rata adalah total biaya dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi.
• Biaya tetap rata-rata (AFC ) adalah didefinisikan sebagai FC/q.
• Biaya variabel rata-rata (AVC) sama dengan biaya variabel dibagi dengan output, atau AVC = VC/q.
Hubungan Marginal Cost dan Average Cost