Anda di halaman 1dari 25

BUDAYA ACEH

OLEH :

NAMA : 1. ANDRE NOVER SAMUEL

2. AMIR HASAN

3. ANNISA NASUTION

4. ANNISA RAHAYU

5. ELIZAR HAFNI

6. LOUIS IMMANUEL

7. ISNAINI RAHMADANI

KELAS : XII MIA 4

SMA NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN


2022
1. Letak Geografis Wilayah Aceh
Secara geografis Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terletak pada 20 – 60 LU dan
950 – 980 BT. Berbatasan (laut) dengan India, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. Di sebelah
Timur, Provinsi NAD berbatasan dengan laut dan darat dengan Provinsi Sumatera Utara.
Luas wilayah Provinsi NAD adalah 57.365,57 km2 terdiri dari atas kawasan hutan lindung
26.440,81 km2, kawasan hutan budidaya 30.924,76 km2 dan ekosistem Gunung Leuser
seluas 17.900 km2, dengan puncak tertinggi pada 4.446 di atas permukaan laut. Provinsi
NAD memiliki 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau. Mayoritas penduduk
di Provinsi NAD memeluk agama Islam. Selain itu provinsi NAD memiliki keistimemawaan
dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini berlaku Syariat Islam. Ibukota
dan bandar terbesar di Provinsi NAD adalah Banda Aceh. Bandar besar lain adalah Sabang,
Lhokseumawe, dan Langsa. Provinsi NAD secara administratif terdiri dari 18 Kabupaten dan
5 Kota, 228 Kecamatan, 629 Mukim, 5947 Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk
sebanyak 4.163.250 jiwa.
Provinsi NAD memiliki banyak aspek potensial, salah satu di antaranya adalah pariwisata.
Sejarah membuktikan bahwa Kesultanan Aceh merupakan salah satu dari lima besar dalam
mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Situs-situs sejarah banyak ditemukan di seluruh
wilayah Provinsi NAD. Potensi lainnya yang terdapat pada Provinsi NAD adalah hasil
taninya yang meliputi padi dan palawija. Selain itu Provinsi NAD juga memiliki potensi hasil
laut dan hasil perkebunan yang cukup singnifikan.

2. Upacara Adat Perkawinan Aceh

Ada beberapa tahapan dalam Adat Perkawinan Aceh, yaitu:

Tahapan melamar (Ba Ranup)

Ba Ranup (ba-membawa ranup-sirih) merupakan suatu tradisi turun temurun yang tidak
asing lagi dilakukan dimana pun oleh masyarakat Aceh, saat seorang pria melamar
seorang perempuan.

Untuk mencarikan jodoh bagi anak lelaki yang sudah dianggap dewasa maka pihak
keluarga akan mengirim seorang yang dirasa bijak dalam berbicara (disebut seulangke)
untuk mengurusi perjodohan ini. Jika seulangke telah mendapatkan gadis yang
dimaksud maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada
yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu.

Pada hari yang telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan dari
pihak pria ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat ikatan
berikut isinya. Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang
dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya
mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut.
Tahapan Pertunangan (Jak ba Tanda)

Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan
peukong haba (peukong-perkuat, haba-pembicaraan) yaitu membicarakan kapan hari
perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar yang
diterima (disebut jeulamee) yang diminta dan berapa banyak tamu yang akan diundang.
Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jak ba tanda
jak-pergi, ba-membawa tanda-tanda,artina berupa pertanda sudah dipinang-cincin).

Pada acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh,
buleukat kuneeng (ketan berwarna kuning) dengan tumphou, aneka buah-buahan,
seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan
keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus di tengah jalan yang disebabkan oleh pihak
pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau
penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan sebesar
dua kali lipat.

Pesta Pelaminan

sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, tiga hari tiga malam diadakan upacara
meugaca atau boh gaca (memakai inai) bagi pengantin laki-laki dan pengantin
perempuan. adat ini kuat dipengaruhi oleh india dan arab. namun sekarang adat tersebut
telah bergeser menjadi pengantin perempuan saja yg menggunakan inai.

kemudian dilakukan persiapan untuk ijab kabul. Dahulu ijab kabul dapat dilakukan di
KUA atau di meunasah musala dekat rumah tanpa dihadiri pengantin wanita. namun
sekarang berkembang dengan ijab kabul yg dilakukan di Mesjid-Mesjid besar terutama
di Mesjid Raya Baiturrahman, yang dihari kedua mempelai berserta keluarga dan
undangannya. Ijab Kabul pengantin pria kepada wanita dihadiri oleh wali nikah,
penghulu, saksi dan pihak keluarga.

Biasanya lafaznya berupa bahasa aceh "ulon tuan peunikah, aneuk lon (apabila ayah
perempuan yg mengucapkan)....(nama pengantin perempuan) ngon gata (nama
pengantin laki-laki) ngon meuh...(jumlah mahar yang telah disepakati) mayam "

Jawabannya ulon tuan terimong nikah ngon kawen.. (nama pengantin) ngon meuh..
(jumlah mahar yang telah disepakati) mayam, tunai " Ada beberapa lafaz yang berbeda,
disesuaikan dengan kesepakatan dan adat setempat.

Pesta pelamina dilakukan setelah melangsungkan ijab kabul antara sang calon pengantin
laki-laki dengan pengantin perempuan, Baik dilakukan pada hari yang sama maupun
pada lain hari, yaitu disebut juga acara tueng linto baro. pesta pelaminan ini bertujuan
selain merayakan kebahagian juga untuk memperkenalkan kedua mempelai kepada
seluruh kaum kerabat.
Tueng Lintoe Baroe

Tueng Linto baroe (tueng-menerima, linto-laki-laki, baroe-baru) yaitu menerima


pengantin pria adalah yaitu menerima pengantin laki-laki oleh pihak perempuan,
penerimaan secara hukum adat atau dalam tradisi Aceh. Pengantin laki-laki datang ke
pesta beserta rombogan (keluarga & kerabat). Rombongan disuguhkan hidangan khusus
disebut idang bu bisan (idang-hidangan, bu-nasi bisan-besan). Setelah selesai makan,
maka rombongan linto baro minta izin pulang kerumahnya, sedangkan pengantin pria
tetap tinggal untuk disanding dipelaminan hingga acara selesai.

Tueng Dara Baroe

Tueng dara baroe adalah suatu hal yang dilakukan oleh pihak laki-laki dengan kata lain
adalah penjemputan secara hukum adat atau dalam tradisi Aceh. Acara ini sama dengan
yang diatas namun pihak perempuan yang pergi ke acara pihak laki-laki.

Mahar (Jeulamee)

Dalam adat istiadat Ureung Aceh, hanya dikenal mahar berupa emas dan uang. Mahar
ditiap aceh berbeda. Dibagian Barat Aceh mahar berupa emas yang diberikan sesuai
kesepakatan, biasanya berjumlah antara belasan sampai puluhan mayam. Sedangkan
didaerah Timur, mahar yang diajukan dibawah belasan tapi menggunakan uang
tambahan yaitu disebut "peng angoh" (peng-uang, angoh-hangus), hal ini dilakukan
untuk membantu pihak perempuan untuk menyelenggarkan pesta dan membeli isi
kamar. Mahar biasanya ditetapkan oleh pihak perempuan dan biasanya kakak beradik
memiliki mahar yang terus naik atau minimal sama. Namun semua hal tentang mahar ini
dapat berubah-ubah sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Idang & Peuneuwoe

Idang (hidang) danPeunuwo atau pemulang adalah hidangan yang diberikan dari pihak
pengantin kepada pihak yang satunya. Biasanya pada saat Intat linto baro (mengantar
pengantin pria), rombongan membawa Idang untuk pengantin wanita berupa pakaian,
kebutuhan dan peralatan sehari-hari untuk calon istri. dan pada saat Intat dara baro
(mengantar pengantin wanita), rombongan akan membawa kembali talam yg tadinya
diisi dgn barang-barang tersebut dgn makananan khas aceh seperti bolu, kue boi , kue
karah , wajeb, dan sebagainya, sebanyak talam yang diberikan atau boleh kurang dengan
jumlah ganjil. Adat membawa-bawa baik barang ataupun kue dalam adat Aceh
sangatlah kental apalagi dalam sebuah keluarga baru. Saat pengantin baru merayakan
puasa pertama atau lebaran pertama dan pergi kerumah salah satu kerabatnya untuk
pertama kali maka wajiblah dia membawa makanan. Dan adat ini terus berlangsung
hingga sang istri punya anak, yakni mertua membawa makanan dan sang istri
membalasnya.
Peusijuek

Peusijuek (pendingin) adalah adat istiadat aceh dari India juga, namun sudah
beradaptasi dengan budaya Islam. Peusijuek dilakukan untuk memberi semangat, doa
dan restu kepada orang yg dituju. pada pernikahan maka kedua belah pihak keluarga
akan melakukan Peusijuek ditiap kesempatan. biasanya sebelum dan setelah ija kabul,
ketika dipelaminan di kedua acara. Peusijuek adalah salah satu tradisi Aceh yang
dilakukan pada kegiatan apapun seperti naik haji, mempergunakan barang baru seperti
rumah atau kendaraan, bayi yang turun tanah, ibu yang hamil dan sebagainya.

Adat diatas adalah adat yg biasanya dilakukan suku aceh. Hal ini suatu tradisi atau
kebiasaan yang tidak pernah hilang di dalam kultur budaya Pidie, Aceh Besar, Bireuen
dan sekitarnya. Untuk daerah timur dan sekitarnya yaitu untuk suku-suku lainnya,
mungkin ada beberapa penambahan dan pengurangan.

3. RUMAH ADAT
Rumah tradisional Aceh oleh warga setempat disebut Rumoh Aceh. Struktur
bangunannya yang unik membuat rumoh aceh menjadi rumah yang tahan terhadap gempa.
Bentuknya rumoh Aceh seragam, yakni persegi empat memanjang dari timur ke barat.
Konon, letak yang memanjang itu dipilih untuk memudahkan penentuan arah kiblat. Rumoh
Aceh di berbagai kabupaten di Provinsi Aceh memiliki ukir-ukiran yang berbeda, akan tetapi
komponen utama rumah sama, yakni: Seuramou-keu (serambi depan), Seuramou-likoot
(serambi belakang), Rumoh-Inong (rumah induk), Rumoh-dapu (dapur), Seulasa (teras),
Kroong-padee (lumbung padi), Keupaleh (gerbang), dan Tamee (tiang).

RUMOH ACEH
Bahan dan Proses Pembangunan Rumah

Selain nama, bagian, dan keunikan rumah adat Aceh, bahan dan proses pembangunan rumah
tersebut rasanya patut diketahui. Apalagi rumah adat ini dari segi bahan-bahannya masih
cenderung sangat tradisional dan proses pembangunannya tak kalah unik dengan beberapa
tahapan.

Untuk bahan-bahannya yang masih sangat tradisional dan terbilang cukup banyak tersebut di
antaranya adalah:
1. Bahan satu ini menjadi bahan pertama sekaligus bahan utama dari rumah krong bade.
Bisa dilihat dari gambar rumah adat Aceh, rumah tersebut memang menggunakan kayu
sebagai bahan pembuatan rumah.
2. Bahan berikutnya ini berfungsi sebagai lantai dan dinding rumah.
3. Bahan ketiga merupakan bambu yang khusus dibuat sebagai alas lantai rumah.
4. Temor. Dalam bahasa lainnya disebut dengan enau difungsikan sebagai bahan cadangan
lantai dan dinding rumah.
5. Taloe meu-ikat. Bagian ini merupakan tali pengikat bahan bangunan yang terbuat dari
rotan, tali ijuk, maupun kulit pohon waru.
6. Daun rumbia. Bahan satu ini difungsikan sebagai bahan utama dalam pembuatan atap.
7. Pelepah rumbia. Untuk bahan ini dipakai sebagai bahan tambahan pembuatan dinding
rumah dan lemari.
8. Daun enau. Fungsi dari bahan ini sebagai bahan cadangan pembuatan atap.

Sementara itu, dalam proses pembuatan rumah krong bade, ada beberapa tahapan yang setiap
tahapannya harus dilakukan yaitu:
1. Musyawarah
2. Pengumpulan Bahan
3. Pengolahan Bahan
4. Perangkaian Bangunan
4. ALAT MUSIK
Serune Kalee, Alat Musik Tiup Khas Tradisional Aceh
Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh merupakan alat musit khas
tradisional Aceh yang mampu mengalunkan instrumen-instrumen luar biasa yang
mengiringi lagu-lagu nan syahdu maupun heroik yang telah lama berkembang dan
dihayati oleh masyarakat Aceh sejak zaman Kerajaan-Kerajaan Aceh sampai sekarang.

SERUNE KALEE

Arbab

Alat musik tradisional ini pernah terkenal di daerah Pidie, Aceh Besar hingga Aceh Barat.
Arbab juga termasuk alat musik tradisional yang hampir punah. Sebab, kini Arbab sulit
ditemukan dan mulai tergeser dengan alat musik modern seperti biola.

Arbab digunakan pada saat acara pertunjukan rakyat, hiburan rakyat, pasar malam, dan
sebagainya. Arbab memiliki 2 bagian instrumen induk atau badan Arbab dan penggesek.
Alat musik yang terbuat dari batok kelapa, kayu, kulit kambing, dan senar ini dimainkan
dengan cara digesek.

Bereguh

Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara ditiup pada ujung instrumen yang
meruncing dan melengkung. Bereguh terbuat dari tanduk kerbau.

Umumnya, bereguh tidak digunakan sebagai bermain musik, tetapi dimainkan sebagai alat
komunikasi antara dua atau beberapa orang yang berada diposisi jauh atau tepatnya di hutan.
Dengan meniupnya, kelompok lain akan tahu perkiraan jarak orang yang meniup instrumen
tersebut.

Penggunaan alat musik tradisional ini tersebar ke seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh
Besar, Pidie, Aceh Utara.

Calempong
Alat musik tradisional ini dapat kita temukan di daerah Kabupaten Tamiang. Calempong
terdiri dari beberapa potongan kayu yang dimainkannya dengan cara disusun antara kedua
kaki pemainnya.

Calempong dimainkan oleh kaum wanita yang khususnya masih gadis, tetapi sekarang alat
musik tradisional ini hanya dimainkan orang tua (wanita). Kesenian ini biasanya dimainkan
sebagai pengiring tarian Inai.

Rapai

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh ini berasal dari
Aceh. Masyrakat Aceh mempercayai bahwa alat musik ini diciptakan oleh Syekh Ahmad bin
Rifa’i yang merupakan seorang pendiri tarikat Rifa’iyyah.

Alat musik tabuh ini dimainkan dengan tangan kosong atau tidak menggunakan stik. Fungsi
Rapai biasanya untuk mengatur ritme, tempo, gemerincing ketika lantunan syair-syair Islami
sedang dinyanyikan. Tak hanya itu, Rapai juga dimainkan hampir pada setiap seni tarik suara
tradisional di Aceh.

5. Lagu Daerah Aceh


Aceh Lon Sayang
Daerah Aceh, tanoh lon saying
Nibak tempat nyan, lon udep matee
Tanoh keuneubak, indatu moyang
Lampoh deungon blang luah bukeon lee

Tanoh kenuneubak, na so peutimang


Na so peuseunang, keureuja matee
Hate nyang susah, lon rasa seunang
Aceh lon saying, sampo’an matee
Hate nyang susah, lon rasa seunang
Aceh lon saying, sampo’an matee

Makna lagu daerah Aceh yang satu ini ialah rasa cinta masyarakat Aceh terhadap daerahnya.

Aceh sendiri dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam sehingga bisa hidup
makmur berkat ladang, Kids.

Selain itu, lagu daerah Aceh yang satu ini melambangkan rasa syukur terhadap Aceh.

Bungong Jeumpa

Bungong jeumpa, bungong jeumpa


Meugah di Aceh
Bungong teuleubeuh, teulebeuh
Indah lahoina
Puteh kuneng meujampu mirah
Bungong si-ula si-ula
Lam sinar buleun, lam sinar buleun
Angen peu ayon

Luroh meususon, meususon yang mala mala


Mangat that meubeuu meunyo tatem com
Leupat that harom si bungong jeumpa

Bungong Jeumpa merupakan  bunga kantil dalam bahasa Indonesia yang merupakan tanaman
asli Aceh.

Lagu daerah Aceh yang satu ini sangat menggambarkan keindahan karena warnanya yang
beragam.

Selain itu, lagu daerah Aceh juga menggambarkan keindahan Aceh dengan keberagaman
budayanya.

Saleum

Salamu’alaikom warohmatullah
Jaroe dua blah ateuh jeumala
Jaroe lon siploh di ateuh ule
Meuah lon lake bak kawom dumna
Salamu’alaikom lon tegur sapa

Jaroe lon siploh beu ot sikureng


Syarat ulon khen tanda mulia
Jaroe sikureng lon bet ot lapan
Geunan to timphan ngon aso kaya
Jaroe lon lapan lon beuot tujoh
Ranup lam bungkoh lon jok keu gata

Lagu Saleum berasal dari budaya Islam yang masuk ke Aceh.

Selain itu, lagu daerha yang satu ini juga dikenal sebagai media dakwah, Kids.

Bukan hanya itu, lagu daerah Aceh yang satu ini juga merupakan lagu penyambutan tamu
dengan penuh doa. 

6. TARIAN TRADISIONAL
Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-
tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal
di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh, seperti
Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman.
Tarian Suku Aceh Tarian Suku Gayo

 Tari Laweut  Tari Saman


 Tari Likok Pulo  Tari Bines
 Tari Pho  Tari Didong
 Tari Ranup Lampuan  Tari Guel
 Tari Rapai Geleng  Tari Munalu
 Tari Rateb Meuseukat  Tari Turun Ku Aih Aunen
 Tari Ratoh Duek
 Tari Seudati Tarian Suku Lainnya
 Tari Tarek Pukat
 Tari Ula-ula Lembing
 Tari Mesekat

TARI SAMAN
TARI SEUDATI

7. MAKANAN KHAS
Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai
itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping
itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang
dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis
asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi Aceh.

Mie Aceh
Mie Aceh terbuat dari mie berbahan dasar tepung terigu berwarna kuning. Hidangan ini
dilengkapi dengan kubis, tauge, udang, daging kambing, dan tomat. Mie Aceh terasa lezat
karena menggunakan perpaduan rempah kapulaga, jintan, kunyit, cabai merah, dan lada serta
bawang putih, bawang merah, cuka, kecap manis, daun bawang, daun seledri dan garam.
Sebagai pelengkap, mie Aceh disajikan dengan acar mentimun dan emping.

Sie Reuboh
Sie reuboh merupakan makanan khas Aceh yang terbuat dari daging sapi dan lemaknya.
Sekilas, hidangan ini menyerupai rendang basah. Sie reuboh dimasak menggunakan bumbu
yang terdiri dari cuka aren, bawang putih, garam, kunyit, cabai merah, cabai bubuk, dan
lengkuas. Perpaduan bumbu tersebut menghasilkan cita rasa gurih dan pedas dengan sedikit
asam. Biasanya, sie reuboh disantap dengan sayur bening dan kerupuk. Hidangan ini sering
disajikan saat Ramadan dan hari raya.

Keumamah
Keumamah terbuat dari ikan tuna yang dimasak menyerupai abon dan memiliki rasa gurih.
Makanan khas Aceh ini dibuat menggunakan ikan yang direbus, dijemur, dan disuwir lalu
diaduk bersama bumbu bawang merah, bawang putih, cabai hijau, cabai rawit, jahe,
ketumbar, merica, gram, dan asam sunti. Kemudian semua bahan ditumis hingga kering.
Setelah kadar airnya berkurang, keumamah dapat bertahan sekitar satu bulan tanpa bahan
pengawet.
Baku Pinget
Baku pinget merupakan makanan khas Suku Alas di Aceh. Hidangan ini berbahan dasar ikan
lele dan pakis pakuk yang dimasak dengan bumbu bawang merah, bawang putih, cabai
merah, cabai rawit, kunyit, jahe, serai, lengkuas, kemiri dan santan. Agar semakin lezat,
belimbing wuluh, kecombrang, dan daun jeruk purut ditambahkan. Kombinasi bumbu dan
ikan menghasilkan cita rasa gurih dan segar. 

8. SENI KRIYA ACEH


Barang-barang Perhiasan

Berdasarkan fakta sejarah, tukang emas Aceh mulai ada antara abad ke-13 dan 15. Kerajaan
Samudra Pase telah menggunakan uang logam emas. Kemudian Sultan Iskandarmuda
memperkerjakan 300 orang tukang emas di istana kerajaan di Banda Aceh untuk kegiatan
pembuatan kerajinan emas dengan kualitas seni yang tinggi. kerajinan tangan dari bali bisa
anda jadikan sebagai informasi tambahan.
Kegemaran terhadap emas masih tinggi di Aceh dan mudah menemukan emas yang menarik
yang dikerjakan dengan desain tradisional, seperti “cucok sanggoi” (pin buket yang
disematkan disanggul), “klah takue” (lebar dengan pengaet yang keras), ”keutab lhee lapeh“
(kalung tiga tingkat), “teurapan bajee” (kerah emas), ”deureuham” (uang logam emas) yang
menyerupai bunga-bunga yang sedang mekar dikelilingi dengan manik-manik), ”enteuk”
(uang logam emas yang disimpan), “gleung jaro” (gelang tangan), “gleung gaki” (gelang
kaki) dan “talo keuieng” (tali pinggang emas).

Sulaman Benang Mas

Sulaman benang emas Aceh adalah jenis rajutan yang memakai dua jenis benang. Secara
tradisional digunakan benang sutra atau benang yang berwarna metalik (perak), tetapi
sekarang secara umum benang emas dicampur dengan bahan yang dasarnya katun.

Jenis benang lainnya adalah katun berwarna dengan motif yang telah didesain. Lapisan
sulaman ada yang dilapisi dengan kertas tebal agar menimbulkan kesan tiga dimensi. Untuk
menambah pernek-pernik kilauannya ditambah payet-payet.

Bordiran benang emas dipakai untuk mendekorasi ruang-ruang resepsi pada pesta
perkawinan, tatakan-tatakan, sprei-sprei (kain-kain alas tempat tidur), sarung-sarung bantal,
dekorasi diinding, kipas dan sebagainya.

Warna yang terkandung pada kasab terdiri dari 4 warna khusus, seperti pada tiree atau tirai
misalnya membentang beludu polos secara vertikal antara warna kuning, merah, hijau dan
hitam.

Ke empat warna tersebut mewakili status sosial masyarakat tradisional aceh mulai dari
kuning melambangkan raja, merah sebagai hulubalang atau panglima, hijau sebagai ulama
sementara hitam sebagai rakyat jelata. kerajinan tangan dari papua bisa dijadikan sebagai
informasi tambahan.
Tenunan Sutra

Awal abad ke-10 dan 11 semasa Dinasti Sung di Cina disebutkan bahwa tenunan sutra Pidie
merupakan produksi terkenal di dunia. Tenunan sutra Pidie telah diekspor ke India sampai
abad ke-16 dan dikabarkan kualitas serta harganya lebih tinggi dari pada tenunan sutra India.

9. TEMPAT WISATA ACEH


Masjid Raya Baiturrahman

Tempat wisata Aceh yang pertama dan paling utama ialah mengunjungi Masjid Raya
Baiturrahman yang sudah ada sejak tahun 1600-an.
Masjid Raya Baiturrahman Aceh dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda, dengan tujuan sebagai pusat pengajaran ilmu agama. Masjid ini mampu
menampung sebanyak 1900 jamaah, di bagian luar masjid terdapat taman yang indah.
Dan pada waktu terjadinya tsunami Aceh tahun 2004, Masjid Raya Baiturrahman merupakan
salah satu bangunan yang tetap kokoh berdiri dan dijadikan sebagai tempat pengungsian.

Masjid ini sudah mengalami renovasi hingga 5 kali serta beberapa perluasan area. Bahkan
masjid ini sempat menjadi tempat perlindungan masyarakat Aceh saat bencana tsunami
menyerang di tahun 2004 silam.

 Lokasi: Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh

Museum Tsunami

Museum Tsunami Aceh menyimpan nama – nama dari korban Tsunami Aceh tahun 2004.
Selain itu, ada pula 22 alat peraga, 7 maket, dan 26 foto mengenai tsunami.

Tahukah kamu, kalau Museum Tsunami ini didesain oleh Ridwan Kamil yang kala itu masih
berprofesi sebagai seorang arsitek.

Setiap tingkat dari Museum Tsunami memberikan suasana yang berbeda, ini merupakan
tempat wisata yang harus kamu kunjungi ketika berada di Aceh.

 Lokasi: Jl. Sultan Iskandar Muda, No. 3, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota
Banda Aceh, Aceh.
 Tiket masuk: Rp. 2.000,- hingga Rp. 10.000,-
 Jam buka: 09.00 – 16.00
Pantai Lhoknga

Pantai Lhoknga memiliki hamparan pasir berwarna putih serta laut yang berwarna biru,
pantai ini sering digunakan untuk bermain selancar air atau surfing.

Di sekitar lokasi Pantai Lhoknga terdapat penyewaan papan selancar, sehingga dapat
mempermudah kamu ketika hendak bermain surfing.

 Lokasi: kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.


 Tiket masuk: Rp. 15.000,-
 Jam buka: 07.00 – 17.00

Pulau Rubiah

Pulau Rubiah merupakan sebuah pulau yang terletak di Sabang, Aceh, dimana kamu akan
mendapatkan panorama alam yang sangat indah baik di daratan maupun lautannya.

Pulau Rubiah menjadi salah satu daya tarik bagi peserta Famtrip Konsulat Jenderal Republik
Indonesia Johor Bahru, Malaysia. Peserta Famtrip tersebut berasal dari kalangan pengusaha,
agen travel, pelaku industri, dan juga awak media untuk menikmati keindahan serta pesona
bawah lautnya.

Bagi kalian yang belum tahu, Famtrip (Familiarization Trip) merupakan perjalanan wisata
untuk mengenalkan wisata–wisata yang ada di Indonesia. Promosi wisata ini dilakukan oleh
Kementerian Pariwisata untuk menarik wisatawan Indonesia.

 Lokasi: Kota Sabang, Aceh.

10. PAHLAWAN NASIONAL


Cut Nyak Dhien
Salah satu srikandi Aceh yang terkenal di Nusantara adalah Cut Nyak Dhien, perempuan
yang lahir pada tahun 1948 di kampung Lampadang. Sebagai seorang keturunan bangsawan,
Cut Nyak Dhien memiliki sifat kepahlawanan yang diturunkan dari sang ayah yang juga
berjuang dalam perang Aceh melawan kolonial Belanda. Ia dikenal sebagai pejuang tangguh
dan mampu menghidupkan semangat teman seperjuangan dan pengikutnya. Hingga
menginjak usia senja, Cut Nyak Dhien dan pengikutnya terus bergerilya dan menolak untuk
menyerah. Pada 7 November 1905, Cut Nyak Dhien ditangkap oleh Pang Laot yang sudah
bersekutu dengan Belanda. Setelah ditangkap ia kemudian diasingkan ke Sumedang. Ia
akhirnya meninggal pada 6 November 1908 di tempat pengasingannya. Cut Nyak Dhien
secara resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964. 

Cut Meutia

Cut Meutia dilahirkan pada tahun 1870. Sang ayah bernama Teuku Ben Daud Pirak dan
ibunya bernama Cut Jah. Cut Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dari lima
bersaudara. Saat memasuki usia dewasa Cut Meutia dinikahkan dengan Teuku Syamsarif.
Namun sayangnya pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Cut Meutia akhirnya
membangun rumah tangga bersama Teuku Chik Tunong. Keduanya berjuang bersama
menjalankan siasat perang gerilya dan spionase yang diawali pada tahun 1901. Setelah Cik
Tunong dijatuhkan hukuman tembak mati oleh Belanda, Cut Meutia tetap melanjutkan
perjuangan bersama Pang Nanggroe hingga 25 September 1910. Pasca wafatnya Pang
Nanggroe pun, Cut Meutia tetap melakukan perlawanan bersenjata. Cut Meutia akhirnya
meninggal di medan perang pada 25 Oktober 1910. Cut Meutia kemudian ditetapkan sebagai
pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

Teuku Nyak Arif

Teuku Nyak Arif merupakan anak seorang Ulee Balang Panglima Sagi XXVI mukim, yang
lahir pada tanggal 17 Juli 1899 di Ulee Lheue 5 km dari Banda Aceh. Sejak kecil Teuku
Nyak Arif telah dikenal sebagai sosok yang pandai. Menginjak masa remaja rasa
nasionalisme kian meninggi. Pada tanggal 16 Mei 1927 Teuku Nyak Arif diangkat menjadi
anggota Dewan Rakyat (Volksraad), di samping tetap sebagai Panglima Sagi XXVI mukim.
Hal ini lantas digunakan oleh Teuku Nyak Arif untuk mengkritik pemerintah Belanda.
Begitupun ketika Jepang mulai memasuki Indonesia. Sikap berani yang ditunjukkan Teuku
Nyak Arif membuat sosoknya menjadi tokoh yang diperhatikan oleh Jepang. Pada Oktober
1945 Teuku Nyak Arif membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Aktivitas yang padat
kemudian membuatnya jatuh sakit. Pada 4 Mei.1946 ia pun meninggal dunia dan
dimakamkan di Desa  Lam Reung, Aceh Besar. Teuku Nyak Arif kemudian ditetapkan
sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 071 ffK!Tahun 197 4
tanggal 9 November 1974.

11. PUTRA DAERAH ACEH


Hamid Azwar, putra Aceh yang diusul jadi pahlawan nasional

Tiga kepala daerah di Provinsi Aceh mengusulkan Teuku Hamid Azwar ke pemerintah pusat
melalui gubernur Aceh untuk diberikan gelar pahlawan nasional asal daerah Tanah Rencong.
Ketua Tim Penyusun Naskah Usulan Pahlawan Nasional Zulkarnaini, Kamis, mengatakan
dua kepala daerah yang telah menerbitkan surat usulan pahlawan nasional ditujukan kepada
Gubernur Aceh yakni Wali Kota Banda Aminullah Usman dan Bupati Bireuen Muzakkar A
Gani.
"Untuk satu kabupaten lagi yaitu surat pengajuannya menyusul, dan bupati sudah komitmen,
tinggal menunggu diteken surat pengajuan," katanya di Banda Aceh.
Dia menjelaskan beberapa alasan Hamid Azwar diusul menjadi pahlawan nasional mengingat
telah banyak bukti yang tertulis dalam sejumlah buku bahwa sosok Hamid Azwar sangat
berperan besar sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka.
"Pangkat terakhir beliau Letkol Perwira TNI Komando Sumatera Teuku Hamid Azwar, disini
jelas bahwa beliau sudah mempertahankan negara Indonesia dari para penjajah," katanya.
Pria yang kerap disapa Syeh Joel itu menjelaskan Teuku Abdul Hamid Azwar merupakan
salah satu tokoh Aceh yang banyak berjasa sejak masa perjuangan melawan penjajahan,
awal-awal pendirian Republik hingga mengisi kemerdekaan. 
"Ia tidak hanya berkorban dengan nyawanya, tetapi juga dengan harta bendanya. Jejak-jejak
pengabdiannya bahkan masih bisa dilihat hingga saat ini," katanya.
Teuku Hamid Azwar lahir dari keluarga bangsawan. Dia merupakan keturunan ketujuh dari
Ulee Balang Samalanga, Tun Sri Lanang, tokoh penting dunia melayu nusantara abad ke-17
yang juga penasehat Kesultanan Aceh. 
"Darah Tun Sri Lanang ini mengalir lewat ayahnya, Teuku Chik Muhammad Ali Basyah
yang kemudian menikah dengan keturunan Cut Nyak Po, keturunan dari Teuku Nek
Meuraxa, Ulee Balang Meuraxa," ujarnya.
Meski berasal dari keluarga bangsawan, di dalam diri Teuku Hamid Azwar juga mengalir
deras darah pejuang. Neneknya, Pocut Meuligoe (Mahligai) adalah Panglima Perang
Samalanga. Pocut Meuligoe pernah membuat Jenderal Van der Heijden kalah dalam tiga kali
pertempuran. 
"Bahkan salah satu mata jendral tersebut buta terkena tembakan peluru sehingga kemudian
disebut sebagai Jenderal Mata Satu," kata Syeh Joel.
Selanjutnya, Teuku Hamid Azwar lahir pada tahun 1916. Pendidikan masa kecilnya
dihabiskan di Kutaraja untuk belajar agama dan menempuh pendidikan formal. Ia menjalani
pendidikan dasar di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Peunayong
yang dikhususkan untuk anak-anak golongan atas. Tamat dari HIS, Teuku Hamid
melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
"Di sekolah inilah ia bertemu dengan Syamaun Gaharu sebagai guru dan murid. Pribadi
Teuku Hamid merupakan pribadi yang unik, perpaduan antara jiwa saudagar, politikus, dan
pejuang," katanya.
Di usia yang masih muda, ia sudah menjadi pebisnis handal, melakukan perdagangan hasil
bumi serta mengelola pabrik penggilingan padi di Samalanga. Tetapi di saat bersamaan ia
juga seorang politikus dan terlibat dalam pendirian Partai Indonesia Raya (Parindra) di Aceh
dan juga sekolah pergerakan, ujarnya lagi.
Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan, bersama Syamaun Gaharu dan Perwira Giyu Gun
lainnya, Teuku Hamid mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API). Dalam
perkembangannya API berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), setelah itu
menjadi Tentara Republik Indonesia, dan akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia
(TNI).
Teuku Hamid mendapatkan kedudukan cukup tinggi sebagai dan penting sebagai Kepala Staf
Divisi V Aceh dengan pangkat Mayor dan Letkol. Ia memimpin pelucutan senjata tentara
Jepang serta mencegah Belanda untuk kembali menduduki Aceh saat agresi kedua.
"Ketika diangkat oleh Panglima Sumatera sebagai Kepala Staf SK 2A (Intendans) Komandan
Sumatera yang berkeduduk di Bukit Tinggi, Teuku Hamid mulai mendirikan perusahaan
dagang Central Trading Company (CTC) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan TNI,".
CTC tidak hanya memasok senjata, amunisi, dan obat-obatan kepada TNI, tetapi juga
melakukan pembelian pesawat AVRON ANSON untuk memperkuat Angkatan Udara dana
Kapal Laut PPB 58 LB untuk memperkuat angkatan laut Indonesia. 
Teuku Hamid juga mewakafkan tanahnya untuk pendirian Rumah Sakit Meuraxa dan
pendirian sekolah di Meuraxa. Dia juga mendirikan Yayasan Rumah Sakit Meuraxa dan
Pesantren Mu’had Al-Firdaus.
Tahun 1950, Teuku Hamid Azwar melepaskan tanda pangkatnya dalam militer dengan
pangkat terakhir sebagai Letnan Kolonel. Ia meninggal dunia dalam usia 80 tahun di
Singapura, pada 7 Oktober 1996.
Ia meninggal dunia tanpa mendapatkan bintang jasa dari pemerintah. Teuku Hamid
dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
"Dari sejumlah bukti yang terdapat dalam sejumlah buku, tim penyusun naskah juga sudah
bertemu ahliwaris untuk meminta izin pengajuan Alm Hamid Azwar sebagai pahlawan,
kemudian diperkuat kembali dengan kesaksian keluarga, para sejarawan dan juga para tokoh
bahwa Hamid Azwar layak diusul menjadi pahlawan nasional," katanya.
Bahkan, tim penyusun juga sudah mulai bekerja mengumpul bukti yang kuat agar lolos dalam
seminar bersama Tim Pengkaji dan Penilai Gelar Daerah (TP2GD).
"Jika menurut tim TP2GD layak, maka selanjutnya akan dinilai lagi oleh TP2GP, semoga
proses ini berjalan dengan lancar. Tentu dukungan semua elemen sangat kita butuhkan,"
katanya.
Ini bicara soal peranan Aceh dalam mempertahankan kemerdekaan dan sebelumnya,
disamping itu usulan pahlawan ini juga untuk meluruskan sejarah, maka menurut kami ini
sangat penting dan layak diusulkan menjadi pahlawan nasional sosok Hamid Azwar ini, kata
Syeh Joel.

Anda mungkin juga menyukai