Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA


“ACEH”

DISUSUN OLEH
Nama : Atifa Alichia Putri
Absen : 07
Kelas : XI IPS 1

GEOGRAFI

SMA NEGERI 2 PRINGSEWU 2023


Latar Belakang

Aceh (Jawi: ‫ )اچيه دارالسالم‬adalah sebuah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di
Banda Aceh. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai
daerah istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi khusus. Aceh terletak di ujung utara
pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Menurut hasil sensus
Badan Pusat Statistik tahun 2021, jumlah penduduk provinsi ini sekitar 5.333.733 jiwa. [13]
Letaknya dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut
Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala dan Laut Andaman di sebelah utara,
Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di
sebelah tenggara dan selatan.

Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan memainkan
peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Pada awal Th.710 M –1522 M, Kesultanan Samudera Pasai adalah status Wilayah protektorat
Kesultanan Utsmaniyah (1569–1903) lalu menjadi Kesultanan Aceh saat itu adalah negara
terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka.

Sejarah Aceh diwarnai oleh kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali orang
asing, termasuk bekas penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika dibandingkan dengan
dengan provinsi lainnya, Aceh adalah wilayah yang sangat konservatif (menjunjung tinggi
nilai agama).[14] Persentase penduduk Muslim-nya adalah yang tertinggi di Indonesia dan
mereka hidup sesuai syariah Islam.[15] Berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia,
Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri karena alasan sejarah.[16]

Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi dan gas alam.
Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam Aceh adalah yang terbesar di dunia.[14]
Aceh juga terkenal dengan hutannya yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari
Kutacane di Aceh Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional
bernama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh Tenggara.

Aceh adalah daratan yang paling dekat dengan episentrum gempa bumi Samudra Hindia
2004. Setelah gempa, gelombang tsunami menerjang sebagian besar pesisir barat provinsi ini.
Sekitar 170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut. [17] Bencana ini juga
mendorong terciptanya perjanjian damai antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM).

1. LETAK GEOGRAFIS WILAYAH BALI


Secara geografis Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terletak pada posisi 2 derajat –
6 derajat LU – 95 derajat – 98 derajat BT. Provinsi yang terletak di sebelah ujung
utara Pulau Sumatra ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
 Sebelah utara berbatasan dengan Laut Andaman
 Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara, dan
 Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (pasal 18),
menyebutkan bahwa Provinsi Aceh juga memiliki wilayah laut, yaitu laut teritorial
dan laut kepulauan. Luas wilayah daratan Aceh yang beribu kota di Banda Aceh
adalah 57.365,57 km persegi atau 5.736,557 ha. Adapun rincian penggunaan
lahannya, meliputi:
1. Perkampungan/pemukiman seluas 110.715,55 ha
2. Industri seluas 3.441,03 ha
3. Pertambangan seluas 516,29 ha
4. Persawahan seluas 289.122,47 ha
5. Pertanian tanah kering seluas 136.530,00 ha
6. Tanaman semusim seluas 329.852,03 ha
7. Perkebunan besar seluas 308.053,11 ha
8. Perkebunan kecil seluas 223.725,17 ha
9. Hutan seluas 3.946.317,56 ha
10. Perairan darat seluas 13.825,17 ha
11. Tanah terbuka seluas 18.930,64 ha
12. dan lain-lain seluas 13.825,17 ha
Provinsi Aceh juga memiliki 2 danau, 35 gunung, 73 sungai, dan 119 pulau.

2. RUMAH ADAT
1. Rumah Krong Bade

Rumah adat pertama yang perlu Anda kenali adalah Rumah Krong Bade. Konsep
bangunannya memakai rumah panggung, yang tingginya mencapai 2 sampai 3 meter. Lalu
hampir seluruh material bangunannya memakai bahan alami, yaitu berbagai jenis kayu.Lalu
untuk atapnya banyak memakai daun rumbia. Pada kolong rumah panggung, pemilik rumah
biasa menyimpan bahan makanan di sana. Lalu kegiatan masyarakat terutama ibu-ibu di sana
juga banyak dilakukan di bawah rumah panggung, seperti saat menenun.

2. Rumah Santeut

Rumah adat Aceh yang kedua yaitu Rumah Santeut. Rumah ini juga biasa disebut dengan
Tampong Limong. Bentuknya cukup sederhana, sebab masyarakat juga banyak memakai
desain rumah jenis ini. Tiang pada bangunannya juga dibuat sama, yaitu sekitar 1,5
meter.Lalu untuk material bangunan pada Tampong Limong ini juga jauh lebih murah
dibanding dengan Krong Bade. Atap rumahnya memakai daun rumbia, sementara untuk
lantai digunakan belahan bambu yang ditata atau di jajar rapat.

3. Rumah Rangkang

Rumah adat Aceh yang terakhir yaitu rumah Rangkang. Rumah ini bukanlah rumah tinggal
seperti sebelumnya, melainkan tempat untuk beristirahat bagi masyarakat atau disebut tempat
singgah. Rumah ini memang dibuat untuk orang-orang yang ingin bersinggah. Seperti mereka
yang ingin beristirahat saat sedang dalam perjalanan jauh. Bentuk rumahnya adalah rumah
berkonsep panggung. Karena hanya sebagai tempat singgah, maka biaya pembuatannya juga
cukup murah. Bahan yang dipakai biasanya berupa kayu biasa ditambah dengan daun rumbia
sebagai atapnya. Meski sederhana, namun rumah ini amat berguna bagi masyarakat Aceh.
Sebab saat lelah, mereka dapat memakai tempat ini untuk istirahat sejenak.

3. PAKAIAN ADAT BALI


Motif 1

Motif 2

Motif 3

4. UPACARA PERKAWINAN
Rangkaian prosesi upacara pernikahan adat Aceh terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut;
1. Jak ba ranup ( antar sirih )
Jak ba ranup merupakan prosesi paling awal sebelum pernikahan. Tujuannya adalah
meminang dan mendapat kesepakatan dari kedua keluarga. Jak ba ranup disebut juga
lamaran, yang dimulai ketika pihak mempelai pria membawa seserahan berupa sirih,
kue, dan lain-lain. Prosesi ini akan berlanjut ketika calon mempelai wanita yang
diberi kesempatan menjawab, bahwa ia bersedia untuk menikah dengan calon
mempelai pria.
2. Jak ba tanda ( antar tanda)
Jak ba tanda sama artinya dengan bertunangan, dan merupakan kelanjutan dari
meminang. Pada prosesi ini keluarga calon pengantin pria datang lagi ke kediaman
calon mempelai wanita sembari membahas pernikahan, jumlah mahar, waktu
pelaksanaan pernikahan, serta jumlah tamu undangan. Selain itu calon mempelai pria
membawa seserahan berupa ketan kuning, buah-buahan, seperangkat pakaian, dan
perhiasan sesuai kemampuan keluarga pria. Menurut Arby, (1980:6), dalam bukunya
yang berjudul Upacara Perkawinan Adat Aceh, menjelaskan maksud dari upacara
tersebut yaitu
“ Untuk memperkuat tanda jadi, biasanya calon mempelai pria membawa sirih
lengkap, dengan macam-macam bahan makanan kaleng, seperangkat pakaian yang
dinamakan lapek tanda dan perhiasan dari emas sesuai kemampuan calon mempelai
pria.”
3. Boh gaca (memakai inai) / malam inai
Malam inai atau malam boh gaca adalah malam menjelang pesta pernikahan yang
terdiri dari upacara peusijuek (pemberian tepung tawar) kepada dara baroe dan
peusijuek gaca, serta batee meupeh (batu giling yang berarti memberi dan menerima
restu serta mengharapkan keselamatan. Prosesi ini diadakan dengan harapan untuk
mendapatkan kebahagiaan pada kedua mempelai dan dimudahkan rezekinya. Acara
boh gaca biasanya dilaksanakan sampai tiga malam berturut-turut.
4. Ijab Kabul
Upacara adat nikah ijab Kabul merupakan syarat mutlak sahnya perkawinan menurut
agama Islam. Sebelum akad nikah dilakukan, teungku kadhi menanyakan keadaan
calon kedua mempelai, apakah keduanya sudah bersedia untuk menikah. Serta
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut soal rumah tangga dan peribadatan.
Sebelum akad nikah di mulai, Tengku Kadhi sebagai petugas Kuakec, beserta ahli
waris pihak laki-laki, memeriksa mahar/jeulamee (maskawin), yang diserahkan oleh
yang mewakili, yaitu orang tua ahli waris pihak mempelai pria. Bersama mahar
(jeulamee), diserahkan bermacam bawaan baik berupa pakaian, makanan, maupun
alat-alat kosmetik lainnya, yang dibungkus rapi dalam talam bertutup seuhap(kain
penutup motif aceh).
5. Tueng Linto Baroe/woe Linto
Prosesi ini merupakan salah satu upacara yang paling dinantikan, karena merupakan
acara puncak penyambutan linto baroe, dan diantar ke rumah dara baroe. Menurut
Arby (1989 :16) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul upacara perkawinan adat
Aceh, maksud dari upacara ini adalah sebagai berikut :
“ Dalam upacara ini mempelai wanita sudah dirias dan memakai busana adat Aceh
lengkap dengan sanggul dan cak cengnya (sunting). Sebelum bersanding, mempelai
wanita dibimbing menghadap kedua orang tua untuk melakukan sungkem kepada
kedua orang tua, kemudian baru di dudukkan di pelaminan menunggu mempelai pria
dan rombongan tiba. Begitu juga dengan linto baroe, setelah berpakaian lengkap
melakukan sungkem kepada kedua orang tua untuk mendapatkan restu barulah
berangkat ke rumah mempelai wanita”.
6. Tueng dara baroe (mengundang mempelai wanita)
Upacara tueng dara baro merupakan prosesi mengundang mempelai wanita beserta
rombongan ke rumah mertua (orang tua linto baroe). Upacara ini biasanya
dilaksanakan pada hari ke tujuh setelah upacara woe linto. Pada upacara ini dara
baroe di iringi satu atau dua orang tua adat, dan membawa kue-kue khas Aceh yang
ditempatkan dalam talam/dalong yang telah di hiasi dan ditutup dengan seuhap (kain
penutup sange/tudung saji yang disulam dengan benang emas/kasab.

5. TARIAN DAERAH
1. Tari Saman

Pertunjukan tari Saman di sekitar Candi Borobudur (Fajriboy/Creative Commons


Attribution-Share Alike 3.0 Unported).
2. Tari Ratéb Meuseukat

Tari Ratéb Meuseukat (Perpustakaan Digital Indonesia/Public domain Indonesia).


Nama tari Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab, yaitu ratéb asal kata ratib
(artinya ibadat) dan meuseukat asal kata sakat (artinya diam). Gerak dan gaya tarian
ini diciptakan oleh Wan Rakibah, anak perempuan dari ulama besar Al Qutb Wujud
Habib Abdurrahim bin Sayid Abdul Qadir Al-Qadiri Al-Jailani yang dikenal dengan
Habib Seunagan.(Nagan Raya), sedangkan ratéb-nya (syair) diciptakan oleh Teungku

Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke-XIX.
3. Tari Guel
Seorang bocah berkostum tari Guel (Fajriboy/Creative Commons Attribution-Share
Alike 3.0 Unported).
4. Tari Didong
Pementasan Didong diawali dengan penampilan didong jalu (dua kelompok Didong)
di suatu arena pertandingan. Tarian tersebut biasanya dipentaskan di tempat terbuka,
terkadang dilengkapi dengan tenda. Semalam suntuk kelompok yang bertanding akan
saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran. Para seniman
dalam hal ini akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah
lawannya.
5. Tari Seudati
Tari Seudati merupakan salah satu tarian tradisional yang biasanya ditarikan oleh
sekelompok penari laki-laki dengan gerakan yang khas dan enerjik. Tarian tersebut
diiringi oleh lantunan syair dan suara hentakan para penari. Tarian ini merupakan
salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Aceh dan sering
ditampilkan di berbagai acara, baik acara adat,
6. Tari Rapa’i Geleng
Tari Rapa’i Geleng merupakan sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah
Aceh Bagian Selatan tepatnya Manggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten
Aceh Barat Daya. Rapa’i Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Barat
Daya.
7. Tari Bines
Para penari Bines di Gayo Lues (Iwan IUI/Creative Commons Attribution-Share
Alike 4.0 International).
Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Aceh Tenggara
Tarian Bines berkembang di Aceh Tengah kemudian dibawa ke Aceh Timur. Menurut
sejarah tarian ini diperkenalkan oleh seorang ulama bernama “Syekh Saman” dari
Tanoh Alas dalam rangka berdakwah. Tari ini ditarikan oleh para wanita dengan cara
duduk berjajar sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi
pembangunan. Para penari melakukan gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-
angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.

6. MAKANAN DAERAH
1. Ungkot Kemamah
Kuliner yang wajib Anda coba satu ini merupakan makanan dengan bahan dasar ikan
tuna, yang sudah direbus kemudian dikeringkan. Ikan tuna selanjutnya dibumbui
dengan rempah rempah, sehingga rasanya begitu lezat.
2. Sate Matang
Banyak ditemukan di daerah Matang, sate matang tentu tidak boleh dilewatkan.
Bahan dari sate ini yaitu daging sapi atau kambing, yang sebelumnya diungkep
terlebih dahulu dengan bumbu khas lalu dibakar.
3. Kuah beulangong
Masih dengan bahan daging sapi atau kambing, Anda juga bisa menikmati kuah
beulangong. Di sini daging dimasak dengan sayur nangka dan balungan, banyak yang
menjadikannya sebagai hidangan di acara kenduri besar.
4. Sie Reuboh
Kuliner tradisional satu ini memiliki cita rasa yang otentik, di mana sie reuboh terbuat
dari bahan daging sapi rebus kemudian diberi bumbu khas Aceh. Empuknya daging
sapi yang berpadu kuah gurih, siap menggoyang lidah.
5. Dendeng Aceh
Bila dendeng umumnya terbuat dari daging sapi, maka dendeng satu ini menawarkan
daging rusa. Karena keunikannya, dendeng Aceh banyak dijadikan sebagai komoditi
oleh oleh daerah setempat.
6. Mie Aceh
Ikon makanan khas Aceh ini, tentu sudah tersohor di seantero negeri. Biasanya mie
ini disajikan dengan banyak topping seperti seafood, daging sapi, dan kepiting. Serta
ditawarkan dalam dua varian yaitu goreng dan kuah.
7. Kuah Sie Itek
Bagi Anda pecinta daging itik, tentu tidak boleh melewatkan kuah sie itek ini. Dengan
bumbu bumbu khas Aceh, pengalaman mengonsumsi gulai itik akan menjadi hal yang
baru.

7. SUKU YANG TERDAPAT ACEH

1. Suku Aceh.
2. Suku Tamiang.
3. Suku Gayo.
4. Suku Alas.
5. Suku Kluet.
6. Suku Julu.
7. Suku Pakpak.
8. Suku Aneuk Jamee.

8. BAHASA DAERAH

Bahasa-bahasa daerah yang terdapat di Aceh adalah:

 Bahasa Aceh.
 Bahasa Tamiang.
 Bahasa Gayo.
 Bahasa Alas.
 Bahasa Kluet.
 Bahasa Julu.
 Bahasa Pakpak.
 Bahasa Jamee.

9. KESENIAN DAERAH

1. Peusijuek

Upacara adat ini dilakukan oleh suku Aceh ketika mereka melakukan acara
perkawinan, kematian, berangkat haji, kelahiran, dan segala jenis selamatan lainnya.

Arti kata peusijuek adalah pendingin, yang berarti bertujuan untuk mendoakan yang
baik-baik agar tujuannya tercapai.

2. Sumang

Upacara adat ini sering diadakan oleh suku Aceh yang bertujuan agar manusia jadi
makhluk berpendidikan, dengan akhlak yang mulia dalam masyarakat.

3. Meugang

Upacara adat ini biasanya dilakukan untuk menyambut bulan Ramadan, Idulfitri, dan
Iduladha. Mereka akan berkumpul bersama-sama untuk memasak daging dan
dimakan bersama-sama.

4. Uroe Tulak Bala

Upacara adat ini dilakukan untuk menolak mara bahaya atau musibah dan meminta
Tuhan agar melindungi mereka.

Biasanya, upacara ini diadakan pada bulan Safar.


10. DESTINASI WISATA

Masjid Raya Baiturrahman

Wisata Aceh yang pertama adalah Masjid Raya Baiturrahman. Masjid ini menjadi
salah satu destinasi wisata religi yang tak boleh Anda lewatkan saat berada di Aceh.
Sudah dibangun sejak tahun 1612, masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda
ini menjadi bangunan yang sangat bersejarah bagi masyarakat Aceh.

Kini, Masjid Raya Baiturrahman ini menjadi ikon wisata di Aceh. Bangunannya
berwarna putih dengan kubah hitam. Di sekelilingnya terdapat tujuh pilar yang berdiri
dengan kubah hitam di atasnya. Kolam besar dengan pancuran air di depan masjid
semakin menambah kesan megah dan indah dari masjid ini.

Museum Tsunami

Wisata Aceh yang kedua yaitu Museum Tsunami. Siapa yang lupa dengan bencana
tsunami yang pernah melanda Aceh pada tahun 2004 silam? Bencana besar tersebut
telah menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan menghilang. Air laut yang naik juga
menghancurkan bangunan apa pun yang dilewatinya. Untuk mengenang peristiwa
kelam tersebut, terdapat Museum Tsunami yang bisa Anda kunjungi.
Ada banyak hal yang bisa Anda lihat dan rasakan selama berkeliling di museum.
Misalnya di Lorong Tsunami, di mana Anda dapat mendengar gemuruh air dan
kucuran air yang mengingatkan tentang peristiwa tsunami kala itu.

Kemudian ada Sumur Doa, yaitu ruangan yang berbentuk silinder dengan cahaya
remang. Tinggi ruangan ini sekitar 30 meter dan di dindingnya ada 2 ribu lebih nama
orang-orang yang menjadi korban dari bencana tsunami pada waktu itu.

Dan masih ada ruangan-ruangan lain yang mengingatkan dan menggambarkan


bagaimana peristiwa tsunami kala itu.

Advertisement

3 dari 4 halaman

Pantai Iboih

Wisata Aceh yang ketiga yakni Pantai Iboih. Menjadi salah satu pantai paling indah di
Aceh, destinasi wisata ini wajib ada dalam daftar kunjungan Anda. Pasir pantainya
yang putih dengan air pantainya berwarna hijau toska atau biru cerah, menciptakan
panorama cantik bak lukisan.

Suasana di sekitarnya juga tenang dan asri, sehingga pengunjung betah untuk
berlama-lama di pantai ini. Nuansa dan pemandangan pantai ini juga cocok bagi Anda
yang ingin menenangkan diri bersama keluarga atau pasangan.

Selain menikmati keindahan pantainya, Anda juga bisa menikmati keindahan bawah
lautnya melalui aktivitas snorkeling atau pun diving. Pantai Iboih ini terletak di tepi
barat Pulau Weh, tepatnya di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Sabang,
Provinsi Banda Aceh.

Pantan Terong

Wisata Aceh yang keempat ada Pantan Terong. Jika Anda ingin menikmati
pemandangan Aceh dari sisi berbeda, coba kunjungi Pantan Terong. Di tempat wisata
ini, Anda akan disuguhi dengan keindahan Aceh dari ketinggian. Tempat ini adalah
bukit yang memiliki ketinggian sekitar 1830 meter di atas permukaan laut.
Dari atas bukit ini, keindahan alam dan kota Aceh akan memukau mata Anda. Anda
juga akan mendapatkan pemandangan Danau Laut Tawar yang tampak seperti kuali
raksasa. Cantiknya panorama akan semakin bertambah dengan pemandangan
matahari terbit dan terbenam.

Jika Anda penasaran dengan tempat wisata ini, jangan lupa untuk membawa jaket
atau baju hangat karena udaranya yang cukup dingin. Pantan Terong dapat Anda
temui di puncak bukit Dataran Tinggi Gayo Takengon Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah.

Danau Laut Tawar

©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Wisata Aceh yang kelima ada Danau Laut Tawar. Dengan luas sekitar 5.472 hektar
dan lebar mencapai 3.219 km, wisata air di Aceh ini akan sayang jika Anda lewatkan.
Di danau ini, Anda dapat melakukan berbagai kegiatan, salah satunya tentu saja
berfoto dengan latar bentangan danau yang luas atau menikmati suasana danau

Tempat wisata di Aceh ini berada di Dataran Tinggi Gayo kabupaten Aceh Tengah.
Sebelah barat dari pantai ini adalah kota Takengon, yang merupakan ibukota dari
Aceh Tengah.

Pulau Rubiah

Wisata Aceh berikutnya ada Pulau Rubiah. Terletak di Sabang, di sebelah barat Pulau
Weh, Pulau Rubiah dikatakan mendapatkan namanya dari nisan yang ada di pulau
tersebut. Di pulau ini, Anda dapat menikmati keindahan bawah laut dengan aktivitas
diving dan snorkeling.

Anda akan menemui berbagai macam ikan tropis dengan keindahan terumbu karang
yang berwarna-warni di dasar laut. Pulau ini juga bisa Anda jadikan sebagai destinasi
berbulan madu, dan Anda akan mendapatkan pengalaman yang seru dan unik saat
berwisata bersama pasangan di sini.

Tugu Nol Kilometer

Wisata Aceh terakhir adalah Tugu Nol Kilometer. Jika Anda penasaran seperti apa
ujung dari negara kita, Anda bisa coba pergi ke Tugu Nol Kilometer. Sabang
merupakan kota paling barat di Indonesia, dan di sana kita bisa mengunjungi tugu
dengan tinggi sekitar 22,5 meter yang menjadi penanda geografis dari negara kita.

Tugu ini bukan sekadar penanda wilayah saja, tapi juga objek wisata yang penuh
dengan sejarah. Anda juga akan menemukan beberapa pesan-pesan kebangsaan di
tugu ini. Tak hanya itu, pemandangan laut lepas dari Samudra Hindia akan menjadi
pelengkap wisata Anda saat berkunjung ke tempat ini.

Jarak antara Tugu Nol Kilometer dan Kota Sabang sekitar 29 km dan membutuhkan
waktu kurang lebih 55 menit dengan kendaraan motor.

Anda mungkin juga menyukai