SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS TAMA
JAGAKARSA JAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik atau
malah membawa kehancuran suatu generasi jika tidak dapat membawa diri
segala sesuatu mulai dari ilmu pengetahuan sampai hal-hal yang bersifat
ini dapat dilihat dari semakin banyak dibicarakan oleh berbagai kalangan di
Indonesia. Hampir setiap media masa baik cetak maupun elektronik menyajikan
hal-hal yang berhubungan dengan kenakalan remaja. Hampir setiap orang yang
termasuk dalam komunitas suatu masyarakat diterpa oleh media masa, termasuk
delinquency itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari
remaja itu sendiri, Salah satunya adalah kendali diri atau kontrol diri yang lemah,
mengembangkan kontrol diri dalam tingkah laku remaja. Beberapa anak gagal
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
1
2
umumnya, bisa psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintregrasi
sebagai perilaku yang melanggar norma sosial, hukum, dan agama yang dilakukan
oleh orang yang belum dewasa (dibawah usia 18 tahun) dan Mulyono (2017) juga
remaja yang terbatas pada usia sekitar 13-15 tahun sampai usia 21 tahun
dengan pacar, dan terlibat penyalahgunaan narkoba. Hal itu terjadi sebagaimana
emosi-emosi remaja kuat dan tidak stabil, apabila mereka merasa tertekan maka
mereka menjadi murung. Emosi yang meningkat pada masa ini disebabkan oleh
membuang cara-cara lama dari masa anak-anak dan membentuk cara-cara baru.
Masa remaja merupakan masa yang benar-benar sulit tidak hanya bagi
(Semiun, 2019).
bentuk perilaku menyimpang, yang merupakan hasil dari pergolakan mental serta
emosi yang sangat labil dan defektif, sedangkan Sudarsono (2019), merumuskan
bahwa perilaku Delinquency memiliki arti yang luas, yaitu perbuatan yang
tergolong pidana umum maupun khusus. Antara lain, perbuatan yang bersifat anti
susila, yaitu durhaka kepada orang tua membantah, melawan, tidak patuh, tidak
untuk menertibkan para santri, seperti santri hanya boleh keluar pada jam-jam
sehingga tidak boleh mengakses sosial media. Pondok pesantren manapun sangat
rigid (kaku) terhadap aturan pemakaian smartphone dan gadget, saking kakunya
hukuman bagi siapapun yang melanggar ketentuan penggunaan gadget bisa sangat
masyarakat, sampai saat ini image masyarakat kepada pesantren adalah salah
satu lembaga terbaik yang bisa mendidik anak-anak mereka dengan akhlak yang
baik dan ketika sudah tamat belajar dipesantren maka mereka berharap anak-
anak mereka mempunyai jaminan akhlak mulia serta kemampuan yang tidak
banyak yang menaati peraturan yang telah ada. Hal tersebut tentunya dilakukan
karena para santri yang baru masuk dalam pesantren biasanya tidak biasa
dikekang atau mereka sudah biasa hidup dengan kebebasan. Aturan-aturan yang
begitu ketat di pondok pesantren ini membuat para santri remaja yang baru mulai
bolos diwaktu jam sekolah formal, pergi ke warnet untuk megakses internet,
tidak mengikuti kegiatan yang ada dan cara berpenampilan santri yang terkadang
mengikuti gaya yang sedang tren dikalangan selebriti, seperti halnya model
kemasyarakatan, dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada
pesantren disebut santri yang umumnya menetap dan tempat bagi santri yang
Pada saat ini dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik atau
malah membawa kehancuran suatu generasi jika tidak dapat membawa diri
segala sesuatu mulai dari ilmu pengetahuan sampai hal-hal yang bersifat
bentuk aturan yang harus dilaksanakan oleh setiap santri, diharapkan santri dapat
adanya perubahan mencolok pada dirinya, baik aspek fisik maupun psikis
sehingga menimbulkan reaksi emosional dan perilaku radikal. Selain itu, remaja
sebelum jadwal yang telah ditentukan. pola pengajaran yang dilakukan yaitu
sebagai pendidikan formal pada tingkat MTs dan SMK. Santri yang terdapat di
Pondok Pesantren berasal dari berbagai daerah. Santri akan di ajarkan pendidikan
sesuai, kewajiban berkomunikasi dalam bahasa Arab dan Inggris dalam kegiatan
peran serta fungsi pesantren yaitu dengan menciptakan kebijakan tertentu yang
dituangkan dalam bentuk peraturan yang wajib dipatuhi oleh santri, akan tetapi
tanpa izin. Koor. Kesantrian tersebutpun menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan
yang sangat jauh antara kenakalan remaja yang ada pada santri maupun dengan
Kontrol diri adalah suatu jihad melawan ego atau nafsu pribadi. Perjuangan
ini dilakukan karena nafsu diri memiliki cenderung untuk mencari berbagai
diperbudak oleh nafsunya itu. “Hal inilah yang menjadi salah satu alasan
mengapa Nabi SAW menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat
7
daripada jihad melawan musuh Terutama nafsu diri sendiri.” (Sutransa, 2013).
dorongan agresif, jika seorang remaja tidak mempunyai kontrol diri yang baik,
maka dia akan di kuasai oleh dorongan- dorongan nafsu yang akan menguasai
dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri. Sebagai salah satu sifat kontrol diri
pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri rendah.
Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku,
Semakin intens, pengendalian tingkah laku, semakin pula kontrol diri seseorang.
Kontrol diri adalah merupakan salah satu aspek psikologi yang selalu
berkembang sejak anak-anak hingga dewasa. Seorang anak pada umunya masih
belum mempunyai kontrol diri yang baik, sehingga apa saja yang di inginkan,
apa saja yang dipikirkan, dan apa saja yang di dalam hati, semua bisa
secara sosial. Kontrol diri memungkinkan remaja untuk berfikir atau berperilaku
dirinya secara benar dan tidak menyimpang dari norma-norma dan aturan-aturan
dalam berperilaku yang terarah dan dapat menyalurkan dorongan dari dirinya
sendiri secara benar dan tidak menyimpang dari perilaku Delinquency di Pondok
Pesantren. Dalam kaitan dengan santri mengontrol diri dan mengatur Perilaku
1. Tujuan Penelitian
Miftaahush Shuduur
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari judul penelitian ini ialah:
pihak pesantren baik itu Ustadz, Wali Asuh, maupun orang tua
D. Sistematis Penulisan
gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang ada
dalam skripsi ini, maka penelitian mengelompokan lima bab pembahasan, yaitu
sebagai berikut:
penelitian.
Perilaku Deliquency.
LANDASAN TEORI
penelitian yaitu definisi pengertian kontrol diri, jenis dan aspek kontrol diri, faktor
A. Kontrol Diri
faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri
10
12
kontrol diri yang terdapat pada seseorang memerlukan peranan penting interaksi
dengan orang lain dan lingkungannya agar membentuk kontrol diri yang matang,
perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan baik. (Tangney, 2004)
untuk melakukannya sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang positif bagi
perilaku yang tidak diinginkan dan menahan diri dari melakukan perilaku tersebut
mencermati fakta dan realita dilapangan pada saat sekarang ini, masih banyaknya
remaja (santri) yang sulit mengelola emosi dan mengontrol dirinya, apalagi santri
sedang berada pada kondisi yang sedang labil (Thalib, 2010). Oleh sebab itu
kontrol pada diri sangat perlu dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan
akan membuat peserta didik merasa bahagia, dapat menerima kelebihan dan
Bila seseorang sedang marah, maka paling mudah mengingat kejadian yang
mempertegas dendam itu sendiri, dimana pikiran menjadi sibuk dengan obyek
dalam dirinya secara benar serta tidak melanggar dari aturan-aturan yang berlaku
situasi dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan
sesuai untuk orang lain, menyenagkan orang lain, selalu konform dengan orang
yang dapat diterima secara sosial, dan pada perilaku yang tidak menimbulkan
keterampilan untuk mengelola diri dan mengendalikan diri baik terhadap emosi,
14
sampai pengelolaan perilaku yang akan ditimbulkan oleh emosi itu sendiri dan
diri sendiri. Sedangkan kontrol diri yang rendah yaitu, tidak bisa mengontrol
perilaku dengan baik, tidak bisa mengontrol kognitif atau cara berfikir yang baik,
tidak bisa mengambil keputusan dan tindakan untuk penyelesaian suatu masalah
yang terjadi.
Sebaliknya jika kontrol diri yang tinggi seorang individu akan mampu
a. Self-discipline
tetap mengerjakan tugasnya dengan baik serta menghindari hal- hal yang
b. Deliberate/Nonimpulsive
c. Healthy Habits
dampak positif bagi dirinya meski dampat tersebut tidak diterima secara
langsung.
d. Work Ethic
dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal diluar tugasnya meskipun hal
e. Reliability
Berdasarkan konsep kontrol diri yang dijelaskan diatas maka aspek kontrol
berperilaku secara sehat, work ethic sebagai kemampuan individu dalam menilai
terbagi menajdi 2 faktor terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
17
a. Faktor Internal
mengontrol dirinya.
b. Faktor Eksternal
B. Santri
1. Definisi Santri
Kata santri sendiri, menurut C. C Berg berasal dari bahasa India, shastri,
yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli
kitab suci agama Hindu. Sementara itu, A. H. John menyebutkan bahwa istilah
santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji (Suharto, 2011).
Menurut Indra (2016) santri adalah sekelompok orang baik-baik yang taat
tentang Agama Islam serta tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ulama. Karena
santri yang menjadi murid dan sekaligus menjadi pengikut serta pelanjut
perjuangan ulama yang setia. Santri adalah siswa atau mahasiswa yang dididik di
berumur antara dua belas sampai dua puluh lima tahun, namun ia juga pernah
menjumpai beberapa yang berumur enam tahun dan tiga puluh lima tahun. Karena
menjadi santri bukan merupakan penghidupan, maka kecuali kiai, jarang sekali
C. Perilaku Delinquency
sebagai semua tingkah laku remaja yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku
dalam masyarakat – yakni norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga, dan
sebagai tindakan remaja yang sengaja melanggar hukum dan bila diketahui oleh
laku yang menyimpang dari norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (2019)
menyebutkan bahwa Delinquency pada remaja adalah suatu tindakan anak muda
yang dapat merusak dan mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang
sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima
a. faktor lingkungan,
b. faktor pribadi.
yang berasal dari dalam diri remaja, yaitu faktor temperamen, cacat
2017).
(Sarwono, 2017).
yang diberikan bagi pendapat bahwa kontrol diri memainkan peran penting dalam
dalam dirinya secara benar serta tidak melanggar dari aturan-aturan yang berlaku
Delinquency dengan judul penelitian “Perilaku Sosial Santri Drop Out Studi
tentang perilaku sosial santri menyimpang yang dijatuhi sanksi drop out. Serta
pesantren tersebut dengan hukuman yang setara baik pelanggaran keras dan
ringan.
23
berada pada kategori tinggi. Sedangkan gambaran umum kenakalan remaja pada
kategori rendah jadi hubungan kontrol diri dengan kenakalan remaja di pondok
pesantren Daruttaubah Harapan Jaya Bekasi Utara memiliki korelasi yang lemah
Hubungan harga diri dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja,
remaja sangat signifikan dengan tingkat signifikan (0,000) (p < 0,01). Artinya
sebesar 0,714. Hal ini menujukkan bahwa semakin tingi konfomitas teman
korelasi product moment sebesar 0,666 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa
E. Kerangka Berpikir
F. Hipotesis Penelitian
sebagai berikut:
Miftaahush Shuduur.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Istilah variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi
sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan
B. Definisi Oprasional
diamati. Peneliti harus memilih dan menentukan definisi operasional yang paling
1. Kontrol Diri
27
26
menahan diri untuk melakukannya sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang
2. Perilaku Delinquency
kenakalan remaja. Kenakalan remaja ini merupakan tindakan oleh seseorang yang
belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu
sendiri bahwa jika perbuatannya tidak sempat diketahui oleh petugas hukum maka
laku yang menyimpang dari norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga,
1. Populasi
generalisasi hasil penelitian. Kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau
yang lain (Azwar, 2011). Adapun populasi yang diambil adalah seluruh santri
2. Sampel
akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi.
peluang yang sama bagi setiap umur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Dengan cara simple random sampling, yaitu teknik penentuan
sampel anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500. Sedangkan menurut Frankel dan Wallen dalam Amiyani (2016)
Maka, berdasarkan teori tersebut sampel yang menjadi acuan oleh peneliti
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
28
menggunakan 2 skala yaitu: skala kontrol diri dan skala Perilaku Delinquency.
Adapun jenis skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert, yaitu
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseroang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiono, 2017) Adapun skala likert
terdiri dari:
Shuduur” dalam hal ini ada dua skala yang digunakan yaitu skala Kontrol
sebagai berikut :
yang melawan status. Berikut ini adalah tabel blueprint skala Perilaku
Aitem
No Aspek Indikator Jumlah
F UF
1 Kenakalan yang Perkelahian, 1, 2, 3 4, 5, 6,
menimbulkan korban penganiayaan, 7, 8, 9 9
fisik pembunuhan
30
Aitem
No Aspek Indikator Jumlah
F UF
2 Kenakalan yang Perusak barang, 10, 11, 14, 15,
menimbulkan korban pencurian, 12, 13 16, 17, 1
Materi Pemerasan 18, 19 0
Teknik Penentuan skor pada skala Kontrol diri dan skala Perilaku
skala 1-4. Skoring pada kedua skala tersebut dilakukan dengan cara
Jawaban Nilai
Favorable Unfavorable
Sangat Sering 4 1
Sering (S) 3 2
Pernah (P) 2 3
Tidak Pernah(TP) 1 4
31
1. Uji Validitas
2. Reliabilitas
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
yang dapat dipercaya juga. Adapun metode uji reliabilitas dalam penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
32
harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Dalam
normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0.05. (Hasby Assidiqi,
2015).
b. Uji Linearitas
mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini
maka dianalisa dengan rumus Mean dan Standar Deviasi (SD) (Sugiono,
2012)
bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Teknik korelasi dua
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), koefisien korelasi dengan
simbol rho (𝜌) dan untuk sampel dengan simbol r. (Usman, H dan R.
Hasibuan, J.J, Dip. Ed, dan Moedjiono. (1997). Proses Belajar Mengajar.
http://pengertianpengertian.blogspot.com/2012/01/pengertian-santri.html
Pujawati Zulva. (2016). “Hubungan Kontrol Diri Dan Dukungan Orang Tua Dan
Utara”.
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
36