Anda di halaman 1dari 9

MENGEMBANGKAN SIKAP ADIL TERHADAP SESAMA

PADA DUNIA MAHASISWA DI LEMBAGA PERGURUAN


TINGGI

Disusun Oleh :

MUHAMAD FIRDAUS (23031410131)

Dosen Pengampuh :

Koja Iswanto M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PALEMBANG
2023

MENGEMBANGKAN SIKAP ADIL TERHADAP SESAMA PADA


DUNIA MAHASISWA DI LEMBAGA PERGURUAN TINGGI

MUHAMAD FIRDAUS

Firdaus.fc2005@gmail.com

Koja Iswanto M.Pd

Kojaiswanto15@gmail.com

A. PENDAHULUAN

Pancasila merupakan dasar Negara republik Indonesia yang pada dalamnya terdapat
5 sila sebagai etos bangsa Indonesia, Bangsa Indonesia ialah keliru satu asal berbagai
bangsa pada global yang memiliki sejarah dan prinsip atau ideologi di kehidupan yg tidak
sama menggunakan bangsa-bangsa lainnya. Pancasila dipilih menjadi ideologi bangsa
Indonesia karena nilai-nilainya asal dari kepribadian asli bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila memiliki fungsi serta kedudukan yang krusial di negara Indonesia yaitu
menjadi jati diri bangsa Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia, sebagai
dasar filsafat negara, serta sebagai asas persatuan bangsa Indonesia.

Mahasiswa jua mempunyai peran penting yaitu menjadi “agen of change’’ dan ‘’agen
of control atau social control”, sebagai akibatnya mahasiswa harus mampu menerapkan
nilai-nilai Pancasila di kehidupannya menjadi panduan hayati pada di kehidupan
bermasyarakat dan akademik. Keikutsertaan mahasiswa di program kampus mampu
membantu mahasiswa dalam menyebarkan kepribadian yang adil terhadap sesama
mahasiswa lainnya dapat dijadikan sebagai sebagai bekal pada kehidupan sehari-hari.
Pengembangan perilaku adil khususnya dibidang sosial serta moralitas harus dilandaskan
menggunakan nilai-nilai Pancasila.
pada perguruan tinggi, mengembangkan sikap adil terhadap sesama melalui Sila 5
Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia, merupakan suatu
langkah krusial. Prinsip ini bisa diimplementasikan melalui berbagai aspek kehidupan
kampus.Pertama-tama, pada penerimaan mahasiswa, universitas dapat mengedepankan
keadilan sosial memakai memperhatikan keberagaman serta menyampaikan kesempatan
setara bagi semua lapisan rakyat. Hal ini menghasilkan lingkungan kampus yg inklusif
serta mencerminkan keadilan pada akses pendidikan tinggi.

Selanjutnya, distribusi berasal daya mirip beasiswa, fasilitas, serta peluang penelitian
harus dilakukan secara adil. Perguruan tinggi bisa merancang kebijakan yang mendukung
mahasiswa asal grup ekonomi lemah, sebagai akibatnya kesenjangan sosial bisa
diminimalkan.Selain itu, penyelenggaraan aktivitas akademik dan ekstrakurikuler
usahakan memperhatikan keadilan di partisipasi. Mengakomodasi keberagaman budaya,
latar belakang, dan kemampuan mahasiswa akan membuat lingkungan yg menghargai
perbedaan dan menciptakan ruang bagi setiap individu buat berkembang.

Sinkron pemaparan di atas, ini beliau rumusan dilema yg akan di angkat di goresan
pena ini:

1. Bagaimana Kemampuan Mahasiswa menghasilkan lingkungan yang menghargai


perbedaan?

2. Bagaimana cara Mahasiswa membentuk Ruang bagi setiap individu buat berkembang?

B.PEMBAHASAN

1. SIKAP SOSIAL

Sikap secara bahasa berarti cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai
menggunakan sifat yang layak bagi manusia. Secara sosial berarti segala sesuatu perihal
warga atau kemasyarakatan. Sedangkan secara kata diartikan menjadi ini dia. perilaku
sosial ialah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau kebalikannya
dalam rangka memenuhi kebutuhan diri atau orang lain yg sesuai dengan tuntutan sosial.

Dari Elzabeth B. Hurlock (2003:262) perilaku sosial adalah aktifitas fisik serta psikis
seorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain
yg sinkron dengan tuntunan sosial. sebagai bukti bahwa insan pada memenuhi kebutuhan
hayati menjadi diri pribadi tak bisa melakukannya sendiri melainkan memerlukan donasi
asal orang lain. terdapat ikatan saling ketergantungan diantara satu orang menggunakan
yang lainnya. artinya bahwa kelangsungan hidup insan berlangsung dalam suasana saling
mendukung pada kebersamaan. buat itu insan dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tak menggangu hak orang lain, toleran pada hayati bermasyarakat.

Sedangkan dari W.A. Gerungan pada Didin Budiman ( 2016:28). sejak dilahirkan
manusia membutuhkan pergaulan menggunakan orang lain buat memenuhi kebutuhan
biologisnya. pada perkembangan menuju kedewasaan, hubungan socsial diantara insan
mampu merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini dikarenakan Bila tidak
ada timbal balik dari hubungan sosial maka manusia tidak dapat merealisasikan potensi-
potensinya menjadi sosok individu yg utuh sebagai yang akan terjadi interaksi sosial.
Potensi-potensi itu pada awalnya mampu diketahui berasal sikap kesehariannya. pada
ketika bersosialisasi maka yg ditunjukkan ialah sikap sosial. Pembentukan perilaku sosial
seseorang ditentukan oleh beberapa factor baik yang bersifat internal pula yang bersifat
eksternal. pada aspek eksternal situasi sosial memegang peranan yg sangat penting.
Situasi sosial diartikan menjadi tiap-tiap situasi pada mana terdapat saling hubungan
antara manusia yang satu memakai insan yg lain.

Menjadi makhluk sosial, individu akan menampilkan sikap tertentu diantaranya


interaksi individu menggunakan lingkungan fisik juga lingkungan sosialnya. di di
korelasi-korelasi sosial tersebut, akan terjadi insiden saling menghipnotis antara individu
yg satu menggunakan yg lain. yang akan terjadi dari insiden tersebut artinya sikap sosial.

2. Mahasiswa.
Mahasiswa merupakan kaum intelektual mudah yg sesungguhnya artinya individu yg
dipersiapkan buat menjadi pemimpin dimasa depan dan meyakini mempunyai potensi
kepempinan yang besar . tanda kepempinan tersebut dapat dipandang pada kemampuan
pada pengendalian diri, manajemen saat, juga memikul tanggungjawab, maupun
menghadapi duduk perkara, dan maupun merogoh keputusan atau tindakan yg
menyangkut kepentingan diri sendiri ataupun orang lain.

Namun demikian di awal masa individu sebagai seseorang mahasiswa, sifat-sifat


kepemimpinan diatas belum terlihat menggunakan kentara. Hal tadi dikarenakan individu
sekalipun telah disebut mahasiswa tetapi masih dalam kategori usia remaja, yaitu pada
usia antara 18-22 tahun. seperti yang dikemukan sang Muhibbin Syah (2000-50) bahwa
proses perkembangan di masa remaja lazimnya berlangsung selama lebih kurang 11
tahun, mulai usia 12- 21 tahun pada wanita dan 13-22 tahun di pria. Masa perkembangan
remaja yg panjang ini dikenal menjadi masa yg penuh kesukaran serta dilema, bukan
hanya bagi si remaja sendiri melainkan juga bagi pada orang tua, guru dan rakyat lebih
kurang. Bahkan, tidak sporadis para penegak hukumpun direpotkan oleh ulah dan
tindakan tanduknya yg dicermati menyimpang. Hal tadi dikarenakan individu remaja
sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak dan global dewasa.
Sehubungan menggunakan hal tersebut , hampir dapat dipastikan bahwa segala sesuatu
yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan) berasal suatu
keadaan membuahkan sangat jelek bahkan fatal.

oleh karena itu, agar mahasiswa mampu menjadi seorang pemimpin dimasa depan, maka
seorang mahasiswa harus bisa beradaptasi menggunakan lingkungannya, yakni
lingkungan akademik serta peraturan perguruan tinggi. korelasi sifat tersebut bersifat
timbal-pulang mengingat individu secara konsisten juga mempengaruhi mereka
(Satmoko, 2004:7).

Perjuangan penyesuian diri ini akan melibatkan unsur kepribadian serta perilaku
didalamnya, sehingga integrasi perkembangan serta kematangan kepribadian dan perilaku
merupakan kondisi absolut menjadi dasar penyesuain diri yg baik (Sunarto dan Hartono,
2002:75). Kepribadian yang dimaksud adalah susunan syaraf sistem psikofosok pada diri
individu yg memilih penyesuain yang unik terhadap lingkungannya. Sedangkan dinamis
adalah perubahan dalam kepribbadian, perubahan tersebut dapat trjadi pada kualitas sikap
seorang.

Perjuangan melakukan penyesuain diri merupakan tuntutan di pada lingkungan luar.


Penyesuian ialah tuntutan di pada lingkungan luar. Penyesuain diri tidak bisa tercapai
tanpa adanya ekuilibrium diri yang artinya manifestasi asal keselarasan antara individu
dan lingkungan (Sunarto serta Hartono, 2002:77).

Sesuai beberapa pendapat diatas, ditarik satu pengertian perihal penyesuain diri pada
mahasiswa, yaitu kemampuan mental mahasiswa didalam hubungan yg
berkesinambungan menggunakan orang lain dan lingkungan belajarnya, yakni akademik
dan peraturan perguruan tinggi. Adapun karakteristik penyesuian diri di mahasiswa
artinya:

a. Penyesuaian diri terhadap sahabat.

Lingkungan pada pergaulan menggunakan sahabat sebaya, termasuk pada perguruan


tinggi dihadapkan pada penerimaan serta penolakan terhadap kehadiran dirinya pada
lingkungan tadi.

b. Penyesuaian diri terhadap tata tertib serta peraturan perguruan

tinggi.

Mahasiswa dikatakan bisa menyesuaikan diri dengan rapikan tertib diperguruan tinggi,
bila mampu mentaati dan mengikuti setiap peraturan yg sudah disepakti. Demikian juga
sebaliknya individu dikatakan gagal mengikuti keadaan apabila sering melanggar rapikan
tertib dan peraturan yg sudah di untuk.

Penyesuaian diri tersebut sangat krusial dilakukan sang seseorang mahasiswa supaya
merasa nyaman berada di lingkungan yang baru. hal tersebut dikarenakan seseorang
mahasiswa melalui beberapa fase perkembangan mahasiswa ditandai menggunakan :

1) Mahasiswa mempunyai keinganan akbar buat mencoba yg belum diketahui, mereka


ingin mencoba apa yang dilakukan sang orang dewasa.
2) Sikap mahasiswa mempunyai keinganan mejelajah alam kurang lebih yang lebih luas
misalnya melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa dan sebagainya.

3) Menghayal serta berfantasi, inspirasi baru yg bisa membentuk sesuatu serta sebagainya
yg berkaitan menggunakan akademik.

4) Kegelisahan yaitu keadaan tidak hening yg menguasai mahasiswa. Mereka mempunyai


poly macam keinganan yg tak selalu dipenuhi. Disatu pihak ingin mencari pengalaman,
karena keperluan untuk menambah pengetahuan dan berperilaku, tetapi dilain pihak
mereka merasa diri belum bisa melakukan.

5) Aktifitas grup. Kebanyakan mahasiswa menemukan jalan keluar asal kesulitan-


kesulitan menggunakan berkumpulkumpul aktivitas bersama.

6) Idealisme. Mahasiswa memiliki ilham dan gagasan besar dan memiliki pendapat yg
bertenaga. di umumnya timbul perselisihan dan kontradiksi pendapat diantara mahasiswa.

oleh sebab itu dengan melihat fase perkembangan diri mahasiswa, maka bisa dikatakan
bahwa seseorang mahasiswa bisa menggunakan praktis terpengaruh oelh lingkungan
lebih kurang. apabila tak bisa memilah-milah halhal yg baik serta buruk dengan
bijaksana, maka seorang mahasiswa dapat terjerumus kedalam perbuatan negatif.

C. KESIMPULAN

Pancasila artinya dasar Negara republik Indonesia yg terdapat 5 sila menjadi etos
bangsa Indonesia, yg mempunyai sejarah dan prinsip atau ideologi di kehidupan yang
tidak sama menggunakan bangsa-bangsa lainnya. Pancasila dipilih sebagai ideologi
bangsa Indonesia sebab nilai-nilainya berasal berasal kepribadian orisinil bangsa
Indonesia sendiri. Pancasila mempunyai fungsi serta kedudukan yang penting di negara
Indonesia yang mempunyai jati diri bangsa Indonesia, ideologi bangsa dan negara
Indonesia, dasar filsafat negara, dan asas persatuan bangsa Indonesia.
Mahasiswa juga mempunyai peran krusial yg menjadi "agen of change" dan "agen of
control atau social control", menjadi akibatnya mahasiswa wajib menerapkan nilai-nilai
Pancasila pada kehidupannya menjadi panduan biologi pada kehidupan bermasyarakat
serta akademik. Keikutsertaan mahasiswa pada program kampus mampu membantu
mahasiswa pada berbagi kepribadian yg adil terhadap sesama mahasiswa lainnya dapat
dijadikan sebagai bekal di kehidupan sehari-hari. Pada perguruan tinggi, berbagi perilaku
adil terhadap sesama melalui Sila lima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi semua warga
Indonesia. Prinsip ini bisa diimplementasikan melalui banyak sekali aspek kehidupan
kampus.

Perilaku sosial berarti cara berbuat atau menjalankan sesuatu sinkron memakai sifat
yg layak bagi manusia. sikap sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seorang terhadap
orang lain atau kebalikannya pada rangka memenuhi diri atau orang lain yang sinkron
menggunakan tuntunan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elisabeth B. 2003 Psikologi Perkembangan. Erlangga Jakarta

Budiman, Didin dan Baron. 2016. Bahan Ajar M. K. Psikologi Anak dalam
Penjas PGSD. Universitas Islam Riau. Riau.

Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Satmoko, R.S. 2004. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan.


Semarang : IKIP Semarang Press.

Sunarto dan Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai