Dalam sejarah penyelenggaraan pendidikan di negara kita, tercatat sebanyak lima kali
perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berbarengan dengan
perubahan strategi belajar mengajar. Kurikulum pertama dirancang pada tahun 1968 yang
menekankan pada pentingnya pembinaan moral, budi pekerti, agama, kecerdasan dan
keterampilan, serta fisik yang kuat dan sehat (Sularto, 2005). Kurikulum 1968 dianggap
belum sempurna sekalipun penyusunannya berdasarkan hasil kajian mendalam terhadap
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Oleh karena itu, pemerintah, para ahli, dan praktisi pendidikan melakukan inovasi dan uji
coba terhadap model desain pembelajaran yang pada akhirnya terakumulasi dalam
perwujudan kurikulum 1975. Kurikulum 1975 pun dipandang belum mampu
mengakomodasi upaya menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yang berindikasi pada
pengembangan tiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka dirancanglah
kurikulum 1984 sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang menekankan pada
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di
Indonesia tiap kali ada penggantian kurikulum dengan pendekatannya. Pada tahun 1976
Kurikulum 1975 menggantikan kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini berorientasi pada
tujuan dan menggunakan pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional) yang dikembangkan melalui satuan pelajaran.
Pada tahun 1984 Kurikulum 1975 diganti dengan Kurikulum 1984 yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses yang pelaksanaannya menggunakan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif). Khusus untuk pelajaran bahasa digunakan pendekatan komunikatif
dan untuk mendukung pendekatan ini dimasukkan pokok bahasan pragmatik. Selanjutnya
Kurikulum 1984 diganti dengan Kurikulum 1994 disempurnakan dengan kurikulum 2004
(KBK), serta kurikulum 2006 (KTSP) yang berlaku sampai sekarang.
Setelah berjalan selama lebih kurang sepuluh tahun, implementasi kurikulum tahun 1984
terasa terlalu membebani guru dan murid mengingat jumlah materi yang terlalu banyak
jika dibandingkan dengan waktu yang tersedia. Dengan demikian, perubahan kembali
dilakukan dengan lahirnya kurikulum 1994 sebagai penyederhanaan kurikulum 1984.
Mutu pendidikan yang semakin terpuruk hingga berada pada level ke-12 dari 12 negara
di Asia seolah mengindikasikan hanya dengan perubahan kurikulum kemudian
keterpurukan itu dapat didongkrak ke arah yang lebih baik, maka lahirlah kurikulum
2004 yang dikenal dengan (KBK) yang terus berkembang menjadi KTSP.
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya kurikulum maka setiap kurun waktu
tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Departemen Pendidikan
Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkait dengan
kurikulum.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar
semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam dunia
pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama. Hal ini akan mengakibatkan suatu
generasi tidak dapat sejajar dengan generasi di belahan bumi lainnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain,
prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta
kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk
selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang
digunakan.
Indonesia yang merdeka pada tahun 1945 atau kurang lebih sudah 65 tahun lamanya,
tentu sudah mengalami berbagai macam perubahan kurikulum. Seperti apakah perubahan
kurikulum di Indonesia terjadi? Pertanyaan inilah yang akan dijawab dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini berusaha menjawab pertanyaan
1. Kapan dan berapa kali perubahan kurikulum di Indonesia?
2. Apa latar belakang perubahan kurikulum di Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik kurikulum hasil perubahan ?
C. Manfat
Manfat pembuatan makalah ini adalah untuk memaparkan seperti apa perkembangan
kurikulum di Indonesia.
BAB III
PERJALANAN KURIKULUM PENDIDIKAN INDONESIA
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dalam merealisasikannya.
F. Kurikulum 1994
1. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1994
Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994 adalah sebagai
berikut :
a. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.
b. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan
masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.
c. Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan
pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan
pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum
di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup
banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu
akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam
satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk
dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Menurut Mulyasa (2006: 153-167), terdapat tujuh strategi yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan KTSP di sekolah. Strategi-strategi tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Sosialisasi KTSP di sekolah
Sosialisasi KTSP terhadap seluruh warga sekolah bahkan terhadap masyarakat dan orang
tua peserta didik dapat meningkatkan pengenalan dan pemahaman warga sekolah
terhadap visi dan misi sekolah, serta KTSP yang akan dikembangkan. Hal ini bertujuan
agar KTSP dapat dilaksanakan secara optimal serta warga sekolah, masyarakat, dan
orang tua merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan KTSP.
4. Membina disiplin
Dalam pengembangan KTSP, guru harus mampu membina kedisiplinan peserta didik,
terutama disiplin diri (self- discipline). Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam
mengembangkan disiplin di sekolah menurut Mulyasa (2006 : 159-160) antara lain :
a. Konsep diri. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik,
menerima, hangat, terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan
perasaannya dalam memecahkan masalah.
b. Guru harus memiliki ketrampilan berkomunikasi secara efektif agar dapat mendorong
kepatuhan peserta didik.
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami. Guru disarankan menunjukkan secara tepat
perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik mengatasi perilakunya serta guru
dapat memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
d. Klarifikasi nilai. Ini dilakukan untuk membantu siswa mengetahui tentang nilai-nilai
dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Analisis transaksional. Dalam hal ini guru disarankan belajar sebagai orang dewasa,
terutama dalam menghadapi siswa yang bermasalah.
7. Memberdayakan Staf
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam pemberdayaan staf. Adapun fungsi manajemen staf yang harus dilakukan
kepala sekolah adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi staf guna
mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Perubahan kurikulum di setiap Negara perlu dilaksanakan setiap saat. Saat dilaksanakan
perubahan kurikulum manakala ada perubahan yang signifikan dalam sendi kehidupan.
Pada saat sekarang perubahan itu terjadi setiap saat. Dan kurikulum harus selalu mutakhir
agar lulusan dari sebuah lembaga pendidikan diterima oleh masyarakat. Maka yang harus
diperhatikan kurikulum harus siap menghadapi maa depan.
Kurikulum yang bagus adalah kurikulum yang mampu menyiapkan lulusan untuk siap
hidup di masyarakat pada saatnya. Oleh sebab itu, kurikulum harus mampu memprediksi
masa depan agar begitu seorang siswa lulus dari lembaga pendidikan dia bisa hidup layak
Perubahan kurikulum harus memperhatikan filosofi Negara tersebut dan memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Di Indonesia sejak merdeka tahun 1945 sampai sekarang sudah mengalami beberapa kali
perubahan kurikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, dan KTSP 2006. Setiap perubahan kurikulum memiliki ciri dan
karakter tersendiri. Namun kita yakin setiap perubahan kurikulum tujuannya baik.
B. Saran
Kita tidak boleh apriori ketika ada perubahan kurikulum. Istilah “ganti menteri ganti
kurikulum” merupakan pernyataan yang tidak tepat. Apalagi sekarang, setiap lima tahun
peradaban sangat berubah. Serta-merta kurikulum juga harus berubah. Jadi kita harus
selalu siap dengan perubahan. Tidak ada yang abadi di dunia ini, yang abadi adalah
perubahan itu sendiri. Setiap saat pasti ada perubahan. Manusia yang siap maju adalah
manusia yang siap dengan perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Manfat 1
BAB II LANDASAN TEORI 2
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2
BAB III 5
PERJALANAN KURIKULUM PENDIDIKAN INDONESIA 5
A. Rencana pelajaran 1947 5
B. Rencana Pelajaran Terurai 1952 6
C. Kurikulum 1968 7
D. Kurikulum 1975 7
1. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1975 7
2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975 8
3. Komponen Kurikulum 1975 8
E. Kurikulum 1984 10
1. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1984 10
2. Ciri-ciri Kurikulum 1984 10
3. Kebijakan Dalam Penyusunan Kurikulum 1984 11
F. Kurikulum 1994 12
1. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1994 12
2. Pokok Kurikulum 1994 13
G. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi Tahun 2002 dan 2004 15
H. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 19
BAB IV PENUTUP 25
A. Simpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26