Anda di halaman 1dari 8

HAKIKAT DAN PRINSIP

PENGEMBANGAN KURIKULUM

  BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
    Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu Curir yang berarti berlari dan
Curare yang artinya tempat berpacu. Dengan demikian, istilah kurikulum berasal dari dunia olah
raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian jarak yang harus
ditempuh pelari dari garis start sampai garis finish. Selanjutnya, istilah kurikulum ini digunakan
dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika
yang ada pada dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat
materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan
yang akan dicapai.
    Kurikulum disusun agar dunia pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang berkembang dalam
masyarakat. Jika masyarakatnya berubah, maka kurikulumnya juga harus ikut berubah. Jika
kurikulum tidak berubah, maka sebuah layanan pendidikan hanya akan menghasilkan produk
didik yang tidak dapat bersaing dan pada akhirnya akan ditinggalkan oleh masyarakat. Secara
teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu
kebutuhan yang harus diperhatikan kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta prilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semua itu
hendaknya tercermin dalam kurikulum setiap jenjang pendidikan yang ada. Munculnya undang-
undang baru membawa implikasi baru terhadap paradigm dalam dunia pendidikan. Kondisi yang
terjadi saat ini dan antisipasi terhadap keadaan masa yang menuntut berbagai penyesuaian dan
perubahan kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan  pembahasan di atas maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi masalah
sebagai berikut :
1.    Bagaimana konsep dasar pengembangan kurikulum?
2.    Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum?
3.    Apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui hakikat, konsep dasar, dan langkah-langkah
serta prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

BAB II PEMBAHASAN

HAKIKAT DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


A.    Konsep Dasar Kurikulum
    Diantara para ahli dan pelaksanaan kurikulum pendidikan belum ada keseragaman dalam
meartikan kata “ pengembangan” yang terdapat dalam pengertian pengembangan kurikulum
sebagian orang berpendapat bahwa jika berbicara tentang pengembangan tentu harus sudah ada
modal yang akan dikembangkan. Sebagian orang lain berpendapat bahwa pengembangan dapat
dimulai dari yang tidak ada, berarti mulai mengadakan yang baru, lalu secara bertahap
menyempurnakannya melalui evaluasi, revisi, evaluasi lagi, revisi lagi dan seterusnya, sampai
sesuai dengan harapan. Tampaknya sebagian besar ahli kurikulum cenderung kepemahaman
yang kedua ini.
    Menurut winarno surahmad, yang dimaksud dalam kegiatan pengembangan adalah
penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan.   Hendyat soetopo dan wasty
soemanto mengemukkan, istilah pengembangan menunjukakan pada suatu kegiatan
menghasilkan suatu alat atu cara yang baru. Selama kegiatan tersebut, penilain dan
penempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. Bila setelah mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan akhir nya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk
digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut.  Kegiatan
pengembangan kurikulum mencakup kegiatan penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan
disekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-
penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut
atas dasar hasil penilaian. Bila kurikulum itu dianggap sudah cukup mantap, setelah mengalami
penilai dan penyempurnaan, maka berakhirlah tugas pengembangan kurikulum tersebut untuk
kemuadian dilanjutkan dengan tugas pembinaan. Jadi, pengembangan kurikulum atau disebut
dengan curriculum development pada dasarnya adalah proses yang dimulai dari menyusun
kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memperbaiki sehingga diperoleh suatu
bentuk kurikulum yang dianggap ideal.

B.    Langkah-Langkah Dasar Kurikulum


    Agar usaha pengembangan kurikulum di sekolah dapat berhasil dengan baik, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum di sekolah. Langkah-langkah itu
mencakup melakukan penilaian umum tentang sekolah, seperti: dalam hal apa sekolah itu lebih
baik atau lebih rendah mutunya daripada sekolah lain; kesenjangan apa yang terjadi antara
kenyataan dengan apa yang diharapkan berbagai pihak; serta sumber-sumber apa yang tersedia
atau tidak tersedia. Kalau kita rinci dapat kita sajikan sebagai berikut.
1.    Selidiki berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan
kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
2.    Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi tentang
berbagai kebutuhan yang tersebut diatas, lalu memilih salah satu yang dianggap paling mendesak
diatasi.
3.    Mengajukan saran perbaikan, yang dapat didiskusikan bersama, apakah sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang berlaku, menilai maknanya bagi pengembangan sekolah, dan
menjelaskan makna serta implikasinya.
4.    Menyiapkan desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan
bahan pelajaran, metode penyampaian, percobaan, penilaian balikan, perbaikan, pelaksanaan,
dan seterusnya.
5.    Memilih anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-masing.
6.    Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah.
7.    Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas. Karena pekerjaan ini tidak mudah,
kepala sekolah hendaknya senantiasa menunjukkan penghargaannya terhadap pekerjaan semua
pihak yang terlibat dalam usaha pengembangan kurikulum.
8.    Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat direalisasikan, karena
apa yang indah di atas kertas belum tentu dapat diwujudkan.
9.    Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan dijadikan pedoman
selanjutnya.
    Pada taraf permulaan hendaknya diambik suatu proyek yang sederhana, yang memungkinkan
untuk dapat dilaksanakan dengan baik. Ketidakberhasilan akan menimbulkan kekecewaan dan
keengganan untuk mengadakan pengembangan di masa mendatang.
C.    Prinsip-Prinsip Pengembangan
Prinsip atau disebut juga dengan kaidah adalah suatu kebenaran yang dapat dipercaya pada suatu
masa tertentu, atau kebenaran fundamental untuk digunakan sebagai pedoman berpikir atau
melakukan kegiatan.  Prinsip dalam pengembangan kurikulum dimaksud adalah rambu-rambu
atau pedoman yang harus dipegangi dalam kegiatan pengembangan kurikulum agar hasil dapat
sesuai dengan harapan semua pihak yang disebutkan di atas. Prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum ini bukan suatu yang bersifat mutlak, dalam artian bisa berubah, ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian, adanya perbedaan prinsip yang
digunakan antara kurikulum yang satu dengan yang lain sangat dimungkinkan. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum dapat dirumuskan dengan bersumber pada filsafat, psikologi,
sosiologi, ekonomi, menejemn, agama, ideologi, dan sebagainya.  Dengan adanya prinsip
tersebut, setiap pengembangan kurikulum diikat olehketentuan atau hokum sehingga dalam
pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati.
Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan sejumlah prinsip berikut.
1.    Prinsip relevansi
    Dalam Oxford Advanced Dicionary kata relevance atau relevant mempunyai arti what is
happening, yakni kedekatan hubungan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, antara program
pendidikan dengan masyarakat {the needs o f society) harus memiliki keterkaitan yang erat
sehingga hasil pendidikan yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan peserta didik di
masyarakat..
Soetopo & Soemanto (dalam Idi, 2007) mengungkapkan beberapa konsep dari prinsip relevansi.
Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Ini berarti, isi atau muatan
kurikulum, seperti bahan pengajaran, hendaknya disesuaikan dengan kehidupan anak didik.
Sebagai contoh, sekolah yang berada di perkotaan, anak didiknya ditawarkan hal yang aktual,
seperti polusi pabrik, arus perdagangan yang ramai, kemacetan lalu lintas, dan lain-lain. Atau
sebaliknya, sekolah-sekolah yang berada di daerah pedesaan, tentu saja anak didiknya
ditawarkan hal-hal yang relevan. Misalnya, memperkenalkan pertanian kepada anak didik,
karena daerah tersebut merupakan daerah pedesaan yang subur akan pertanian. Begitu juga
dengan daerah pedesaan lain yang kaya akan perikanan, persawahan, kerajinan, dan lain-lain.
Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Materi atau bahan yang
diajarkan kepada anak didik hendaknya bermanfaat bagi masa depan mereka. Karenanya,
pengembangan harus bersifat antisipatif, yang memiliki nilai prediksi secara tajam. Ketiga,
relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orangtua mengharap-kan anaknya dapat bekerja
sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya. Begitu juga halnya dengan anak didik,
ia berharap agar dapat mandiri dan memiliki sumber daya ekonomi yang pantas dengan modal
ilmu pengetahuan yang diperoleh-nya. Karenanya, kurikulum dan proses pendidikan sedapat
mungkin dikaitkan dengan dunia kerja. Tentunya, sesuai dengan jenis pendidikannya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh peserta didik dapat diaplikasikan dengan baik dalam dunia kerja.
Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pendidikan juga membuat
maju ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak negara tadinya miskin sekarang menjadi kaya,
misalnya, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Semua ini disebabkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang bersumber dari penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
Karena itu, program pendidikan (kurikulum) hendaknya mampu memberi peluang kepada anak
didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak. cepat berpuas diri, serta
selalu siap menjadi pelopor dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

2.    Prinsip efektivitas


    Yang dimaksud dengan prinsip efektivitas adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat
dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam proses pendidikan, konsep
efektivitas dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, efektivitas mengajar pendidik, yang berkaitan
dengan tingkat keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang  direncanakan. Kedua, efektivitas
belajar anak didik, yang berhubungan dengan tingkat ketercapaian tujuan pengajaran melalui
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Ketidakefektifan pada salah satu dapat mengakibatkan tujuan pengajaran tidak tercapai.

3.    Prinsip efisiensi


    Prinsip efisiensi sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi, yang berbunyi: dengan
modal, tenaga, dan waktu yang sekecil-sekecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan. Efisiensi
proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan
dapat membuahkan proses dan hasil belajar yang optimal.

4.    Prinsip kesinambungan (kontinuitas)


    Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya keterkaitan
antara tingkat pendidikan, jenis dan program pendidikan, serta bidang studi. Konsep prinsip
kesinambungan memiliki beberapa makna. Pertama, kesinambungan di antara berbagai tingkat
sekolah yang menyangkut beberapa hal berikut.
a.    Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di
bawahnya.,
b.    Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak
diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, ketumpang-tindihan
dan keberulangan bahan pelajaran yang tidak perlu dapat dihindari.
    Kedua, kesinambungan di antara berbagai bidang studi, yang berkaitan dengan hubungan
antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, untuk mengubah angka
temperature Skala Celcius ke skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam
pengalian pecahan (Matematika). Karena itu, pelajaran mengenai bilangan pecahan tersebut
hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara mengubah temperatur.

5.    Prinsip fleksibilitas (keluwesan)


    Fleksibilitas berarti tidak kaku. Artinya, kurikulum yang dikembangkan harus memiliki ruang
gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Konsep 2 - 30 unit 2 fleksibilitas dalam
kurikulum dapat dimaknai dari dua sisi. Pertama, fleksibilitas dalam memilih program
pendidikan, yang berkaitan dengan pengadaan programprogram pilihan yang dapat berbentuk
jurusan, spesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan yang dapat dipilih atas
dasar kemampuan dan minat siswa. Kedua, fleksibilitas dalam pengem-bangan program
pembelajaran, yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada para pendidik dalam
mengembangkan sendiri program-program untuk pencapaian tujuan dan bahan pengajaran yang
bersifat umum.

6.    Prinsip berorientasi tujuan


    Prinsip berorientasi tujuan berarti langkah awal sebelum memilih dan mengembangkan
komponen-komponen kurikulum ialah menetapkan tujuan. Selanjutnya, pelbagai komponen
kurikulum lainnya dipilih dan dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dengan
demikian, isi atau bahan pelajaran, alokasi waktu, media/sumber belajar, kegiatan pembelajaran,
penilaian diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

7.    Prinsip Sinkronisasi


Adanya sifat yang serah dan setujuan dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh kurikulum.
Kegiatan-kegiatan kurikuler yang diinginkan, bukan saling menghambat kegiatan kurikuler yang
lain sehingga dapat mengganggu keterpaduan. Kurikulum sebagai suatu sistem, komponen-
komponen kurikulum harus bersifat padu dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Dengan
keterpaduan semua komponen yang ada dlam sistem itu, semua kegiatan yang diarahkan oleh
satu komponen dengan yang lain tidak bertentangan. Kurikulum yang bersifat sinkron, pada
gilirannya, akan memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
As-Syaibany mengemukakan tujuh prinsip, sebagai berikut.
a.    Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya.
Prinsip ini memberikan pengertian bahwa dalam pengembangan kurikulum, baik dalam
merumuskan tujuan, materi/isi, strategi, dan penilaian, harus berpedoman pada agama, harus
sesuai dengan jiwa agama.
b.    Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
Kalau tujuan-tujuannya harus meliputi segala aspek pribadi peserta didik, maka kandungan-
kandungannya harus meliputi juga semua yang berguna untuk membina pribadi peserta didik
yang berpadu dan membina akidah, akal, jasmaninya, begitu juga yang bermanfaat bagi
masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebidayaan, sosial, fisik, praktis, professional, dan
sebagainya.
c.    Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
Kalau kurikulum member perhatian yang besar pada perkembangan aspek spiritual dan ilmu-
ilmu syariat, maka aspek spiritual itu tidak boleh melampaui aspek-aspek penting lain dalam
kehidupan yang tak dapat tidak harus diadakan untuk individu dan masyarakat, demikian juga
ilmu-ilmu syariat. Hal ini karena agama Islam yang menjadi sumber ilham kurikulum dalam
menciptakan falsafah dan tujuan-tujuannya, menekankan kepentingan dunia dan akhirat dan
mengakui pentinya jasmani, akal, dan jiwa serta kebutuhan-kebutuhan tiap segi ini. Oleh sebab
itu, ia meminta kaum muslimin memilih jalan tengah, keseimbangan dan kesederhanaan dalam
segala sesuatu.
d.    Prinsip perkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan peserta
didik. Begitu juga dengan alam sekitar fisik dan Social tempat peserta didik itu hidup dan
berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan, kemahiran-kemahiran, pengalaman,
dan juga sikapnya. dengan memelihara prinsip ini kurikulum akan lebih sesuai dengan sifat
semula seseoran menjadi peserta didik, lebih memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan lebih
sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
e.    Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual di antara  peserta didik dalam bakat-
bakat, minat, kemampuan-kemampuan, kebutuhan-kebutuhan, dan masalh-masalahnya, dan juga
memelihara perbedaan-perbedaan di antara alam sekitar dan masyarakat. Pemeliharaan ini dapat
menambahkan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan
masyarakat.
f.     Prinsip perkembangan dan perubahan islam yang menjadi sumber falsafah , prinsip-prinsip,
dasar-dasar kurikulum, mencela keras sifat meniru (taklid) secar membabi buta dan membeku
pada yang kuno, yang diwarisi dan mengikuti tanpa penyelidikan. Islam menggalakkan
perkembangan yang membangun dan berguna, perubahan yang progresif dan bermanfaat
bermanfaat dan membolehkan sifat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan
yang berlaku dalam kehidupan. Oleh seba itu , menjadi kewajiban kaum Muslimin
mengembangkan dan mengubah kurikulum pendidikannya bila terasa bahwa mwenjadi maslahat
bagi masyarakat islam kalau pengembangan dan perubahan itu dijalankan.
g.    Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman Dan aktivitas yang
terkandung daklam kurikulum. Begitu juga dengan pertautan antara kandungan-kandungan
kurikulum Dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, kebutuhan-kebutuhan masyarakat, tuntutan-
tuntutan zaman tempat peserta didik itu berada. Begitu juga dengan perkembangan yang logis
yang tidak melupakan kebutuhan-kebutuhan, bakat-bakat, Dan minat peserta didik. Kalau
falsafah kurikulum pendidikan tidak menyetujui kurikulum yang beku, maka ia juga menentang
kurikulum yang yang kandungannya cearai berai yang tidak memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan peserta didik Dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dimana para peserat didik itu
hidup. Begitu juga kurikulum pendidikan Islam tidak setuju dengan kurikulum yang tidak
tersusun mata pelajaran, pengalaman, Dan aktivitas-aktivitasnya sesuai dengan perkembangan
usia peserta didik dan perkembangan logika Dan tahap –tahap pelajaran mereka. Begitu juga
dengan nilai ilmu-ilmu, pengalaman-pengalaman, Dan aktivitas-aktivitas yang terkandung dalam
kurikulum dari segi manfaatnya terhadap manusia, terutama dari segi agama Dan akhlak.
8.    Prinsip Belajar Seumur Hidup
Konsep belajar seumur hidup (long life learning) merupakan konsep pendidikan yang mengarah
pad aide pendidikan yamg memberikan kesempatan nagi setiap peserta didik untuk mempumyai
kesadaran dan kemauan untuk selalu membuka diri, mengembangkan kemampuan dan
kepribadian melalui kegiatan belajar. Belajar tidak harus terkait dengan system pendidikan
sekolah (pendidikan formal), melainkan secara belajar mandiri.
Prinsip belajar seumur hidup mengandung makna bahwa masa sekolah bagi anak bukanlah satu-
satunya masa umtuk belajar. Masa sekolah hanyalah merupakan sebagian waktu saja dari proses
belajar seumur hidup. Memang tidak dapat dimungkiri, bahwa masa sekolah adalah masa
strategis untuk menanamkan pengetahuan ,sikap,dan keterampilan bagi anak untuk menghadapi
masa depannya. Namun lebih dari itu yang penting adalah bagaimana membudayakan pada diri
anak untuk selalu belajar (learning how to learn). Peserta didik sesudah menyelesaikan sekolah
mampu mengembangkan dirinya dengan belajar sendiri untuk kepentingan hidupnya.
Belajar dalam kaitan ini, bagaimana seseorang itu belajar dihubungkan dengan kemampuan
untuk mengerti, merencanakan, menganalisis, mengatur, pengetahuan yang telah dimiliki ,
menanggapi hubungan antara yang abstrak dengan konkret, menghubungkan pengetahuan
dengan tindakan, dan mengooordinasikan latihan dengan informasi.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum atau disebut dengan curriculum development pada dasarnya adalah
proses yang dimulai dari menyusun kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan
memperbaiki sehingga diperoleh suatu bentuk kurikulum yang dianggap ideal.
Prinsip dalam pengembangan kurikulum dimaksud adalah rambu-rambu atau pedoman yang
harus dipegangi dalam kegiatan pengembangan kurikulum agar hasil dapat sesuai dengan
harapan semua pihak yang disebutkan di atas. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ini
bukan suatu yang bersifat mutlak, dalam artian bisa berubah, ditambah atau dikurangi sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
Agar usaha pengembangan kurikulum di sekolah dapat berhasil dengan baik, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum di sekolah. Langkah-langkah itu
mencakup penilaian umum tentang sekolah, seperti baik atau rendahnya mutu daripada sekolah
lain; kesenjangan yang terjadi antara kenyataan dengan apa yang diharapkan; serta sumber-
sumber apa yang tersedia atau tidak tersedia.

SARAN
Perubahan kurikulum yang senantiasa melibatkan perubahan manusia yang melaksanakannya.
Agar kurikulum berubah, maka guru sendiri harus berubah dan didorong untuk berubah. Untuk
itu kita harus banyak membaca tentang model pengetahuan kurikulum serta pendekatannya
dalam keperluan pengembangan kurikulum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, M., & Nurtain, H. (1991). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Pendidikan.
Ardhinoor. Landasan Dan Prinsip Pengembangan Kurikulum. http://ardhinoor.blogs.uny.ac.id
diakses tanggal 27/02/2017 jam 12:30.
Chamisijatin, L. (2009). Pengembangan Kurikulum SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sukiman. (2015). Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Widyastono, H. (2015). Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Yulaelawati, E. (2009). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya

Anda mungkin juga menyukai