Anda di halaman 1dari 26

PENDALAMAN MATERI

TEKNIK PENGECORAN LOGAM

INSPEKSI/PEMERIKSAAN HASIL PENGECORAN

i
INSPEKSI/PEMERIKSAAN HASIL PENGECORAN

A. Pendahuluan
1. Diskripsi singkat : Inspeksi Hasil Pengecoran adalah modul yang
menjelaskan prinsip dan cara melakukan inspeksi pada benda hasil pengecoran
logam. Setelah mempelajari modul ini peserta dapat mengidentifikasi cacat
pada benda coran dan mampu melakukan inspeksi hasil pengecoran.
2. Relevansi : Kedalaman materi modul ini setara dengan KKNI level 5. Capaian
pembelajaran modul dalam lingkup pengetahuan dan ketrampilan PPG vokasi
Teknik Mesin yang relevan dengan struktur kurikulum SMK. Kegiatan-
kegiatan belajar yang disajikan relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa, program keahlian Teknik
Mesin. Dengan dikuasainya materi Pembuatan Inspeksi hasil pengecoran maka
cukup signifikan dengan pekerjaan di industri bidang pengecoran.
3. Petunjuk belajar: Proses pembelajaran materi pengecoran yang sedang diikuti
sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti langkah-
langkah belajar sebagai berikut :
a. Bacalah dan pahami capaian pembelajaran dan sub capaian pembelajaran
kemudian catat bagian yang belum Anda kuasai dan yang sudah Anda
kuasai.
b. Bacalah uraian materi pada bagian yang belum Anda kuasai dan apabila
belum cukup dapat ditambah dengan sumber belajar lain dari buku bacaan
di daftar pustaka. Lakukan kajian terhadap proes pengecoran yang telah
ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda.
c. Setelah Anda menguasai semua tugas dan tes formatif pada keempat
kegiatan belajar, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan tugas akhir
dan tes akhir.

1
B. Inti

1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan
oleh DUDI

2. Sub Capaian Pembelajaran


Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan
teknik pembuatan pola (pembuatan pola Kayu dan inspeksi pola), pembuatan
cetakan dan inti (pembuatan cetakan pasir dan inti, dan inspeksi cetakan),
pengecoran manual dan mesin (penuangan manual, pembongkaran cetakan,
pembersihan produk, dan inspeksi hasil pengecoran) yang relevan dengan
kebutuhan DUDI.

3. Pokok-pokok Materi
a. Tujuan dan macam pemeriksaan coran
b. Pemeriksaan Rupa (Visual)
c. Pembongkaran cetakan
d. Pembersihan produk

4. Uraian Materi
Proses pemeriksaan bahan merupakan bagian dari tugas Quality Control
baik pada bahan baku produk yang diterima (incoming materials) maupun pada
produk yang telah selesai dikerjakan. Proses inspeksi ini lebih dititik beratkan pada
sifat physic dari bahan atau produk yang dihasilkan dari kemungkinan adanya cacat,
baik cacat luar maupun cacat dalam. Benda-benda logam atau baja yang telah

2
melalui proses perlakuan panas biasanya sangat mungkin akan terjadi keretakan
dibagian kulit, namun pada bahan-bahan tuangan atau casting biasanya cenderung
pada cacat dalam, seperti keropos atau berongga. Untuk proses lanjutan terutama
proses produksi pada benda benda tuangan (casting), seperti blank roda gigi, Pulley
serta bahan-bahan komponen lainya biasanya akan terdeteksi setelah proses
pekerjaan berlanjut, jika demikian ini akan sangat merugikan sekali terutama jika
pekerjaan itu mendekati penyelesaian, baik rugi waktu, biaya pengerjaan, biaya
listrik, tenaga kerja dan lain-lain.
Oleh karena itu pemeriksaan terhadap bahan baku khususnya bahan tuangan
(casting) diperlukan perhatian khusus serta metoda metoda pemeriksaan yang tepat.
Kendati demikian pemeriksaan ini tidak boleh mengakibatkan cacat atau kerusakan
selama atau setelah pemeriksaan berbeda dengan pengujian terhadap sifat mekanik
bahan yang disebut sebagai merusak (Destructive Testing of Materials/DT), oleh
karena itu pemeriksaan ini disebut sebagai pengujian yang tidak merusak (NDT =
Non-destructive Test).

a. Tujuan dan Macam Pemeriksaan Coran


Produk coran dibuat berdasarkan pesanan dan perencanan. Untuk
memastikan apakah produk cora sesuai dengan yang diinginkan maka dilakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan coran bertujuan untuk:
1) Menjamin dan memelihara kualitas produk coran
2) Penekanan biaya dengan mengetahui produk coran yang cacat seawal mungkin.
3) Sebagai data untuk menyempurnakan teknikpengecoran selanjutnya.

Pemeriksaan dan pengujian produk coran dapat dilakukan secara visual dan
dengan bantuan peralatan. Pada umumnya pemeriksaan dan pengujian produk
coran yang dilakukan meliputi :
1) Pemeriksaan rupa
2) Pemeriksaan ukuran
3) Pemeriksaan cacat dalam
4) Pemeriksaan struktur mikro
5) Pengujian sifat-sifat mekanis

3
b. Pemeriksaan Rupa (Visual)
Pemeriksaan rupa atau pemeriksaan visual hasil coran dapat dilakukan cepat
dan murah. Pemeriksaan visual yaitu proses pemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat indera mata tanpa alat bantu lain. Pemeriksaan langsung
dilakukan oleh penguji dengan melihat benda coran. Pemeriksaan ini terbatas pada
cacat-cacat permukaan yang dapat terlihat oleh alat indera mata. Dalam prosesnya
hasil yang dicapai tergantung dari ketelitian, ketrampilan dan pengalaman dari
penguji. Jenis cacat yang dapat diinspeksi dengan pemeriksaan visual antara lain :
1) cacat ekor tikus tak tentu dan kekasaran meluas
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan
mata. Bentuk cacat ini mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir
permukaan cetakan yang mengembang dan logam masuk kepermukaan
tersebut. Kekasaran yang meluas merupakan cacat pada permukaan yang
diakibatkan oleh pasir cetak yang tererosi. Bentuk cacat ekor tikus dan
kekasaran yang meluas dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Cacat ekor tikus dan kekasaran meluas


Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan
merencanakan pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
• Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak benyak
mengandung unsure lumpur.
• Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin
yang cukup dan pelapisan tipis yang merata.
• Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran,

4
• Mengecek temperature logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus
sesuai yang disyaratkan.
• Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu.
2) Lubang-lubang atau Porositas,
Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam. Bentuk cacat
lubang-lubang dapat dibedakan menjadi : a. Rongga udara, b. Lubang jarum,
c. Rongga gas oleh cil, d. Penyusutan dalam, e. Penyusutan luar dan f. Rongga
penyusutan. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat lubang-lubang dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Cacat porositas dan pencegahan.
Jenis cacat lubang Bentuk cacat Pencegahan

a) Rongga udara
1. Diusahakan pada saat
pencairan alas kokas
dijaga agar logam
tidak berada di daerah
oksidasi.
2. Temperature tuang
b) Lubang jarum logam sebelum
penuangan, dipastikan
sudah sesuai dan
penuangan dengan
cepat.
3. Pembuatan cetakan
yang teliti baik
permeabilitas,
pemadatan yang
cukup, lubang angin
yang cukup
4. Diusahakan tekanan di
atas dibuat tinggi

c) Penyusutan dalam 1. Diusahakan pada saat


pencairan alas kokas
dijaga agar logam
tidak berada di daerah
oksidasi.
2. Temperature tuang
logam sebelum

5
d) Penyusutan luar penuangan, dipastikan
sudah sesuai dan
penuangan dengan
cepat.
3. Perencanaan dan
e) Rongga penyusutan peletakan penambah
yang teliti.
4. Menghilangkan
sudut-sudut tajam
pada cetaan Mendsain
coran dengan radius
yang cukup.
5. Merencanakan sisitim
saluran yang teliti.
f) Rongga gas karena 1. Menggunakan bahan
cil yang tidak
cil menguap
2. Menghilangkan karat
pada bahan cil
3. Memastikan
permukaan cil betul-
betul kering sebelum
penuanga

3) Retakan,
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama
pembekuan. Bentuk cacat retakan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Cacat retakan


Upaya untuk mencegah cacat retakan adalah sebagai berikut:
a) Menyeragamkan proses pembekuan logam dengan memanfaatkan cil bila
perlu.
b) Pengisian logam cair dari beberapa tempat

6
c) Waktu penuangan harus sesingkat mungkin
d) Menghindakan coran yang memiliki sudut-sudut tajam
e) Menghindarkan perubahan mendadak pada dinding coran.
4) Salah alir,
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan.
Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku sebelum
mengisi rongga cetak secara keseluruhan. Bentuk cacat salah alir dapat dilihat
pada gambar 4.3.

Gambar 11.3. Cacat salah alir


Pencegahannya adalah sebagai berikut :
a) Temperatur tuang harus cukup tinggi
b) Kecepatan penuangan harus cukup tinggi
c) Perencanaan sistim saluran yang baik
d) Lubang angin harus ditambah
e) Menyempurnakan sistim penambah.

5) Inklusi pasir cetak,


Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke dalam
cairan logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau
pembekuan. Cacat struktur tidak seragam akan membentuk sebagian struktur
coran berupa struktur cil. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat inklusi dan
struktur tidak seragam dapat dilihat pada table 4.2.
Tabel 4.2. Cacat inklusi dan pencegahan.
Jenis inklusi Bentuk cacat inklusi Pencegahan
a) Inklusi terak 1. Menjaga logam cair tidak
teroksidasi
2. Penyingkiran terak sampai
bersih

7
3. Perencanaan saluran tuang
yang cermat dan teliti.
b) Inklusi pasir 1. Menggunakan bahan
pelapis ladel yang tahan
panasnya baik
2. Pembersihan bagian
dalam cetakan sebelum
penuangan
3. Menggunakan pasir
yang tahanan panasnya
tinggi
4. Pemadatan pasir harus
cukup

6) Deformasi atau melintir


Cacat deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan
akibat gaya yang timbul selama penuangan dan pembekuan. Bentuk, penyebab
dan pencegahan cacat deformasi dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Cacat deformasi dan pencegahan.
Jenis cacat deformasi Bentuk cacat inklusi Pencegahan
a) Pembengkakan 1. Meningkatkan
kekuatan tekan pasir
cetak
2. Pemadatan pasir
cetak dibuat seragam

b) Pergeseran 1. Cermat dan teliti


pada saat pembuatan
cetakan
2. Cermat dan telti pada
saat pemasangan inti.
3. Cermat pada saat
pemasangan kup dan
drag.
c) Perpindahan inti 1. Telapak inti diperkuat
2. Menggunakan
penyangga pada
pemasangan inti

d) Pelenturan Memperhitungkan bentuk


coran dengan cermat

8
c. Pemeriksaan Ukuran
Ukuran hasil coran umumnya mendekati hasil perencanaan. Jika terjadi
perbedaan ukuran yang jauh dari yang seharusnya, hal pasti dikarenakan kesalahan
pada perencanaan dan pembuatan pola. Jika kesalahan itu hanya sedikit hal itu
dikarenakan penyusutan, keausan pola, kesalahan penyusunan pola, pembuatan
cetakan dan deformasi dari cetakan selama proses penuangan.
Cacat kesalahan ukuran terjadi akibat kesalahan dalam pembuatan pola.
Pola yang dIbuat untuk membuat cetakan ukuranya tidak sesuai dengan ukuran
coran yang diharapkan. Selain itu kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan
yang mengembang atau penyusutan logam yang tinggi saat pembekuan.
Pencegahan kesalah ukuran adalah membuat pola dengan teliti dan cermat.
Menjaga cetakan tidak mengembang dan memperhitungkan penyusutan logam
dengan cermat, sehingga penambahan ukuran pola sesuai dengan penyusutan logam
yang terjadi saat pembekuan.
Pemeriksaan ukuran coran dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1) Menggunakan alat ukur
Alat-lat ukur yang dapat digunakan seperti : jangka sorong, jangka pengkur
diameter, pengukur dalam, micrometer dan lain-lain. Yang terpenting dalam
pengukuran adalah ketepatan dan kebenaran penggunaan alat ukur dan ketelitian
dalam membaca skala ukur. Contoh alat ukur yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Macam-macam alat ukur yang digunakan

9
2) Menggunakan jig pemeriksa
Pemeriksaan coran dengan jig adapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Pemeriksaan dengan jig umumnya digunakan untuk memeriksa coran dalam jumlah
yang besar atau produk masal. Jig umumnya dipasang pada meja dan ukuran-
ukuran sudah setting sesuai dengan bentuk dan ukuran coran yang di periksa.
Contoh pemeriksaan dengan jig dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pemeriksaan ukuran dengan jig.

3) Pengukuran dengan alat ukur elektronik


Untuk mengukur pada bagian yang susah dan lat ukur biasa tidak dapat
masuk maka digunakan alat ukur elektronik. Alat ukur ini dapat berupa alat ukur
dengan prinsip tahanan listrik dan alat ukur pantulan suara atau pengukur
supersonic. Alat ukur ini mempermudah dalam proses pengukuran dimensi namun
mahal. Contoh penggunaan alat ukur elektonic dapat dilihat pada gambar 4.3.

10
Gambar 4.3. Alat ukur elektronik.

d. Pemeriksaan Cacat Dalam


Untuk melakukan pengujian cacat dalam pada benda tuang memerlukan alat bantu,
tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Ada beberapa proses pengujian untuk
memeriksa cacat dalam pada benda tuang mulai dari yang sederhana sampai yang
modern. Diantaranya yaitu dengan metode serbuk dye-penetran, serbuk magnet,
ultrasonic dan radiograpi.
1) Pemeriksaan dengan Dye-Penetran
Pengujian dengan dye-penetran digunakan untuk memeriksa adanya cacat
atau retak halus yang terbuka terhadap permukaan bahan yang diperiksa.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memeriksa hasil coran bila pada
permukaannya terdapat retak halus yang tidak dapat dilihat dengan mata.
Pengujian dye-penetran dapat digunakan pada semua jenis logam, baik yang
magnetic maupun yang tidak magnetic. Pengujian ini dapat dibagi menjadi dua
yaitu cara fluorensen dan cara pemberian zat warna. Keduanya mempunyai
prosedur pengujian yang sama, perbedaannya hanya pada warna cairan penetran
dan developvernya.
Prinsip metode penetran yaitu bahan yang akan diperiksa dicelup atau diberi
cairan, yang mana cairan akan merembes dalam retakan. Selanjutnya pada
permukaan yang diuji diberi zat warna. Kemudian dengan menyinari permukaan
dengan sinar ultra violet, bila ada retakan maka akan terlihat dengan jelas.

11
Prosedur Pengujian dengan Dye-Penetran ditunjukkan pada Gambar 4.4
dengan rincian sebagai berikut:
a) Membersihkan permukaan benda tuang yang akan diperiksa dari karat, minyak
dan kotoran lainnya.
b) Pemberian cairan penetran dengan jalan dicelup atau dioleskan, atau
disemprotkan sehinggga menutupi semua permukaan yang akan diuji.
c) Benda uji dibiarkan selama 10 – 20 menit, agar cairan penetran meresap pada
retakan. Lamanya tergantung rekomendasi dari yang disarankan pada cairan
penetran.
d) Membersihkan permukaan benda tuang yang diuji denga jalan dilap dengan kain.
e) Memberikan cairan developver agar cairan penetran yang masuk pada retakan
dapat tertarik dan muncul kepermukaan. Ditunggu selama 5 – 10 menit untuk
memberi kesempatan cairan penetran tertarik cairan developver.
f) Memeriksa retak yang terlihat pada permukaan dengan menyinari permukaan
benda uji dengan sinar ultraviolet dalam ruangan gelap.

Gambar 4.4. Tahapan proses pemeriksaan Dye-Penetran (Leman, 2017).

12
2) Pemeriksaan dengan Serbuk Magnet.
Pengujian dengan serbuk magnet dapat digunakan untuk mengetahui cacat
coran yang ada dipermukaan atau dibawah permukaan seperti diperlihatkan
Gambar 4.5. Pengujian dengan serbuk magnet terbatas pada benda tuang yang
bersifat magnetic. Dengan pengujian serbuk magnet kita dapat melihat letak atau
lokasi cacat, tetapi tidak dapat melihat besar dan letak kedalaman cacat. Untuk
melihat lebih jauh dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonic atau radiograpi.
Prosedur pengujian dengan serbuk magnet adalah sebagai berikut:
a) Benda yang akan diuji dialiri listrik dengan amper yang tinggi, sehingga
menghasilkan medan magnet.
b) Permukaan benda uji ditaburi dengan serbuk besi.
c) Mengamati garis gaya manet yang terbentuk oleh serbuk besi. Bila pada benda
tuang terdapat cacat maka pada daerah tersebut akan timbul gaya tarik yang
magnet yang lebih kuat, sehingga serbuk mengumpul pada daerah tersebut.
d) Memberi tanda pada bagian yang cacat.

Gambar 4.5. Pemeriksan dengan serbuk magnet (Leman, 2017).

3) Pengujian dengan Ultrasonic


Pengujian ultrasonic merupakan pengujian yang memanfaatkan gelombang
suara frekuensi tinggi. Gelombang suara frekuensi tinggi tidak dapat didengar
dengan telinga manusia. Gelombang suara yang didapat didengar manusia yaitu
20.000 getaran tiap detik atau 20 kHz. Jika gelombang suara di atas 20 kHz manusia
tidak mampu mendengar.

13
Pemeriksaan cacat coran dengan ultrasonic menggunakan geombang suara
dengan frekuensi 250 kHz hingga 15.000 kHz. Jika gelombang suara dilalukan pada
benda tuang, maka bila menemui cacat, gelombang tersebut akan dipantulkan
kembali seperti ditunjukkan Gambar 4.7. Prinsip pemantulan inilah yang digunakan
untuk menentukan ada tidaknya cacat dalam benda tuang.

Gambar 4.7. Azas pemeriksaan dengan ultrasonik (Leman, 2017).

Prinsip kerja pengujian dengan Ultrasonik


Getaran-getaran yang dipancarkan oleh generator listrik disalurkan ke probe
pemancar melalui amplifier transmisi. Getaran listrik tersebut diubah menjadi
getaran mekanik oleh probe pemancar dan dipancarkan ke dalam benda tuang yang
diperiksa setelah melewati lapisan minyak.
Getaran-getaran mekanik setelah mencapai dasar dari bahan akan
dipantulkan kembali dan diterima oleh probe, kemudian diubah menjadi getaran
listrik yang diteruskan ketabung sinar katoda mealui echo. Bila pada benda tuang
terdapat cacat dalam maka getaran mekanik akan dipantulkan dan menghasilkan
sinyal pada tabung sinar katoda.
Cara Pemeriksaan dengan Ultrasonic.
a) Metode transmisi
Pada metode transmisi digunakan dua probe, yaitu probe transmisi yang
dipasang pada permukaan benda dan probe penerima yang dipasang pada sisi

14
sebaliknya. Probe transmisi dan penerima dipasang berhadapan lurus seperti
ditampilkan Gambar 4.8. Namun ada juga yang menggunakan model probe sudut
seperti ditunjukkan Gambar 4.9. Pada model ini pemasangan probe transmisi dan
penerima sama-sama pada permukaan benda kerja.

Gambar 4.8. Pemasangan probe lurus (Leman, 2017).

Gambar 4.9. Pemasangan probe sudut (Leman, 2017).

b) Metode pulsa echo


Pada metode ini hanya menggunakan satu probe yang berfungsi sebagai
transmisi dan penerima. Getaran suara dipancarkan dari probe kedalam benda
tuangkemudian setelah sampai sisi paling belakang getaran suara dipantulkan
kembali dan diterima probe seperti ditunjukkan Gambar 4.10. Pantulan gelombang
suara yang diterima probe selanjutnya diteruskan ketabung sinar katoda dan akan
terlihat gambar pulsa yang menunjukkan pantulan gelombang suara tersebut.

15
Jarak lokasi cacat dapat dihitung dengan rumus ; S = ½ c.t, dimana c adalah
kecepatan suara dan t adalah waktu.

Gambar 4.10. Inspeksi dengan pulsa echo (Leman, 2017).

4) Pengujian dengan Radiografi


Radiograpi digunakan untuk memeriksa cacat coran bagian dalam untuk
semua jenis logam. Pengujian dengan radiograpi menggunakan sinar x dan sinar
gamma. Sinar x dihasilakan dari electron sedangkan sinar gamma dihasilkan dari
sumber radio aktif. Kedua sinar ini mempunyai kesamaan dan keduanya
mempunyai karekter sebagai berikut.
• Dapat melalui bahan yang tebal.
• Memancar dalam gerak tegak lurus dan tidak dipengaruhi oleh listrik atau
medan magnet.
• Dapat mempengaruhi emulsi fotografi.
• Sinar ini berbahaya pada kehidupan sel, karena dapat mengurangi sel dalam
tubuh.
a) Pengujian radiografi dengan sinar X.
Sinar X dihasilkan oleh electron dengan kecepatan pancar yang tinggi.
Energi ini kemudian diubah menjadi panas dan menghasilkan sinar X seperti
ditampilkan Gambar 4.11. Elektron ini diarahkan kecermin dalam ruang hampa
sehingga memantul melalui lubang dan diteruskan menuju benda yang akan

16
diperiksa. Adapun cara pemeriksaan dengan radiografi sinar X adalah sebagai
berikut.
i) Menyiapkan benda tuang yang akan diuji. Benda tuang harus bersih dari minyak
dan kotoran.
ii) Memasang film pada tempatnya.
iii) Benda tuang yang diuji diletakkan diantara tabung sinar x dan film.
iv) Menghidupkan sinar x, sehingga mengenai benda tuang dan tembus ke film.
v) Melakukan pencucian film.
vi) Mengamati film dengan teliti. Jika benda tuang dalam keadaan utuh tanpa cacat
film akan menerima bayangan yang merata, jika terdapat cacat maka pada film
akan terlihat noda hitam.

Gambar 4.11. Pemeriksaan radiografi dengan sinar X.

b) Pengujian Radiografi dengan sinar Gamma.


Metode ini secara prinsip sama dengan cara sinar X, perbedaannya terletak
pada sumber cahayanya. Sinar gamma diperoleh dari isotop radio aktif dari sebuah
reactor nuklir seperti ditampilkan Gambar 4.12. Sebagai sumber energi dipakai
Cobal –60, Iridium –192, dan calsium 137. Sinar gamma dapat mengarah ke semua
arah, beda dengan sinar X yang mempunyai cahaya lurus.

17
Gambar 4.12. Pemeriksaan radiografi dengan sinar gamma (Leman, 2017).
Adapun cara pemeriksaan dengan sinar gamma adalah sebagai berikut.
i) Menyiapkan benda tuang yang akan diuji. Benda tuang harus bersih dari kotoran
dan minyak yang melekat.
ii) Memasang film pada sisi belakang benda kerja.
iii) Benda kerja diletakkan di antara dua kutup sinar.
iv) Mengaktifkan sinar gamma.
v) Mencuci film
Memeriksa bayangan pada film dengan teliti. Jika benda tuang dalam keadaan utuh
tanpa cacat film akan menerima bayangan yang merata, jika terdapat cacat maka
pada film akan terlihat noda hitam.

e. Pengujian Mekanis
Dalam proses pengecoran banyak factor-faktor yang menyebabkan cacat pada
benda tuang hasil coran. Untuk meyakinkan penyebab-penyebab cacat perlu
pengalaman. Untuk mengetahui lebih jauh tentang karakteristik benda tuang
terutama yang berhubungan dengan sifat mekanis dilakukan pengujian di
laboratorium. Pengujian sifat mekanis sifatnya merusak artinya setelah pengujian
pada benda uji akan mengalami cacat atau rusak. Proses pengujian merusak ini di
antaranya uji tarik, uji keras, dan uji impak.

1) Uji tarik

18
Uji tarik dilakukan dengan jalan memberikan beban tarik pada kedua ujung batang
uji secara perlahan-lahan sampai batang uji tersebut putus. Dengan pengujian tarik
akan diketahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, modulus elastisitas dan keuletan dari
material. Dari hasil pengujian tarik maka kita dapatkan grafik hubungan tegangan
dan regangan.

Spesimen uji tarik


Untuk besi cor ukuran spesimen tidak mengikuti batang uji proporsional,
sehingga tidak ada ketentuan perbandingan antara panjang ukur dan luas
penampang seperti pada bahan logam ulet. Ukuran spesimen uji tarik untuk bahan
besi tuang dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan Tabel 4.1.

19
Gambar 4.13 Spesimen uji tarik untuk benda tuang (Leman, 2017).

Tabel 4.1. Ukuran specimen uji tarik (Leman, 2017).

2) Uji kekerasan.
Kekerasan merupakan ketahanan suatu material terhadap perubahan yang
tetap. Pada dasarnya ada tiga cara penentuan kekerasan yaitu dengan cara goresan,
cara pantulan dan cara penekanan. Pengujian dengan cara penekanan ini banyak
digunakan. Berikut akan dijelaskan pengujian kekerasan yang banyak dilakukan
pada pengujian benda tuang yaitu dengan cara penekanan yang meliputi, cara
Brinell, dan cara Rockwell.

20
a) Pengujian kekerasan cara Brinell.
Pengujian kekerasan cara Brinell dilakukan dengan cara menekankan bola
baja pada permukaan material yang diuji. Besarnya beban yang digunakan
tergantung dari material dan diameter bola baja. Berikut disajikan Tabel 4.2 yang
memuat hubungan beban penekanan, material dan diameter indentor, sedang pada
Tabel 4.3 disajikan pengaruh jenis bahan.

Harga kekerasan Brinell dihitung dengan persamaan 4.1 sebagai berikut:

dengan: HB = Harga kekerasan brinell


F = Beban (kgf)
D = Diameter bola baja (mm)
d = Diameter bekas penekanan (mm)
π = konstanta nilainya 22/7 atau 3,14.
Tabel 4.2. Hubungan tebal bahan, diameter indentor dan gaya penekanan (Leman,
2017).

Tabel 4.3 Hubungan bahan dengan gaya penekanan (Leman, 2017).

21
b) Pengujian kekerasan cara Rockwell
Pengujian Rockwell didasarkan pada kedalaman masuknya penekan pada
benda uji. Makin keras benda yang diuji makin dangkal masuknya penekan. Cara
Rockwell sangat disukai karena cepat dapat diketahui kekerasan tanpa mengukur
dan menghitung. Nilai kekerasan dapat langsung dibaca pada skala indikator. Pada
besi tuang digunakan skala Rockwell E, dengan indentor penekan bola baja
berdiameter 1/16 inchi, beban 100 kgf dan pembacaan pada skala merah.
Sedangkan untuk besi tuang yang keras digunakan skala Rockwell C, dengan
indentor penekan kerucut intan (brale), dengan beban 150 kgf dan pembacaan pada
skala hitam.

3) Uji Impak
Uji impak diperlukan untuk mengetahui ketangguhan bahan terhadap beban
kejut. Prinsip pengujiannya adalah membuat tarikan pada benda uji sehingga
tegangan akan terkonsentrasi saat diaplikasikan beban yang dipukulkan secara tiba-
tiba. Dua cara pengujian impak yaitu cara Charpy (Gambar 4.13) dan cara Izod
(Gambar 4.14). Pada cara Charpy beban pendulum diarahkan pada bagian belakang
takikan, sedangkan pada cara izod beban pendulum diarah pada ujung batang uji
yang berjarak 22 mm dan takikan menghadap pendulum.

Gambar 4.13 Uji impak charpy (Leman, 2017).

22
Gambar 4.14 Uji impak izod (Leman, 2017).

4. Forum diskusi
1) Sebuah roda gigi yang dibuat dengan pengecoran invesmen akan di periksa
bagian dasar gigi-giginya terhadap retakan halus. Jenis pemeriksaan apakah
yang sesuai? Diskusikan secara kelompok prosedur pemeriksaannya!
2) Sebuah pabrik memproduksi velg mobil secara massal. Jenis pemeriksaan
ukuran apakah yang sebaiknya dilakukan? Diskusikan secara kelompok
prosedur pemeriksaannya!

C. Penutup

1. Rangkuman
a) Pemeriksaan coran bertujuan untuk: menjamin dan memelihara kualitas produk
coran, penekanan biaya dengan mengetahui produk coran yang cacat seawal
mungkin, dan sebagai data untuk menyempurnakan teknik pengecoran
selanjutnya.
b) Pemeriksaan dan pengujian produk coran dapat dilakukan secara visual dan
dengan bantuan peralatan. Pada umumnya pemeriksaan dan pengujian produk
coran yang dilakukan meliputi : pemeriksaan rupa, pemeriksaan ukuran,
pemeriksaan cacat dalam, pemeriksaan struktur mikro dan pengujian sifat-sifat
mekanis

23
c) Pemeriksaan rupa hasil coran dapat dilakukan cepat dan murah dengan
pemeriksaan visual dengan menggunakan alat indera mata tanpa alat bantu lain.
Pemeriksaan ini terbatas pada cacat-cacat permukaan yang dapat terlihat oleh
alat indera mata.
d) Perbedaan ukuran yang pada coran dikarenakan kesalahan pada perencanaan
dan pembuatan pola. J ika kesalahan itu hanya sedikit hal itu dikarenakan
penyusutan, keausan pola, kesalahan penyusunan pola, pembuatan cetakan dan
deformasi dari cetakan selama proses penuangan. Alat untuk memeriksa ukuran
dapat menggunakan alat ukur biasa, dengan jig dan alat ukur elektronik.
e) Untuk melakukan pengujian cacat dalam pada benda tuang memerlukan alat
bantu, tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Ada beberapa proses pengujian
untuk memeriksa cacat dalam pada benda tuang mulai dari yang sederhana
sampai yang modern. Diantaranya yaitu dengan metode serbuk dye-penetran,
serbuk magnet, ultrasonic dan radiograpi
f) Pengujian sifat mekanis sifatnya merusak artinya setelah pengujian pada benda
uji akan mengalami cacat atau rusak. Proses pengujian mekanis di antaranya uji
tarik, uji keras, dan uji impak.
g) Pengujian struktur makro yang dilakukan pad coran adalah untuk mengamati
besar butir kristal, warna dan aliran logam cor. Dari gambar struktur makro
dapat menegetahui kehomgenan dari struktur coran. Pemeriksaan struktur
mikro dilakukan dengan bantuan mikroskop, dan dapat diamati struktur mikro
besi cor, baik itu berupa besar butirnya, arah dan susunan butir dan fasa-fasa
yang ada di dalam kristal.

24
3. Daftar Pustaka

Amshori, N. C. (2014). Metalurgi. Dipetik Juli 24, 2016, dari Pola Pengecoran:
http://nandachoirul.blogspot.co.id/2014/10/proses-pengecoran-bagian-2-
pola.html
Leman, A. (2017). Pengecoran Logam, Yogyakarta: UNY Press.
Ngatiman. (2016). Modul Pengecoran Logam Aluminium. Yogyakarta:
Pendidikan Teknik Mesin, FT UNY.
Sudjana, H. (2008). Teknik pengecoran (Vol. 2). Jakarta: DP SMK, DirJen
Manajemen DikDasMen, Departemen Pendidikaan Nasional.
Supendi, V. (2012). Pola. Dipetik Juli 24, 2016, dari Jejak Metalurgis:
http://jejakmetalurgis.blogspot.co.id/2012/09/pola.html
Surdia, T., & Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT.
PRADNYA PARAMITA.

25

Anda mungkin juga menyukai