Anda di halaman 1dari 8

Tugas 11

Kurikulum IPS

Gallih arya mulyadi


19161011
Pascasarjana IPS UNP 2019

Model-model Pengembangan Kurikulum

Banyak model-model dari pengembangan kurikulum, mulai dari pengembangan kurikulum


Tyler yang berorientasi dari tujuan, Hilda Taba dengan model pendekatan akar rumputnya,
yang mengharuskan guru untuk ikut terlibat lebih baktif lagi dlam proses pengembangan
kurikulum jadi model pengembangan kurikulum seperti ini bersifat induktif. Kemudian juga
selanjutya dimodifikasi dengan pendekatan the demonstrasi model namun dalam model ini
diperaktekkan dan diaplikasikkan pada lingkungan yang lebih kecil. Selanjutnya juga dikenal
dengan model pengembanagn model Wheeler atau pengembangan model lingkaran dimna
elemnnya saling berhubungan satusamalain dan banyak lagi model model pengembngan
kurikulum lainnya.
Pertanyaannnya adlah model apakah yang dipedomamni bagi Indonesia dalam melakukkan
pengembangan kurikulum selama ini? Sepengetahuan saya dan apa yang saya coba
mencaritahuinya, Indonesia sudah sering melakukan beberpakali perubahan kurikulm dan
penyempurnaan kurikulm dalam pendidikan Indonesia. Berikut model kurikulum pendidikan
yang pernah di aplikasikkan di Indonesia

1. Rencana Pelajaran 1947

Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran
1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh
Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang
menjadi ciri utam kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum pertama yang lahir pada
masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana
pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi
pendidikan lebih bersifat politis dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya sangat jelas. Seorang guru mengajar satu
matapelajaran.

3. Rencana Pendidikan 1964


Menjelang tahun 1964 tepatnya di penghujung era Presiden Soekarno, pemerintah
kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di indonesia. Kali ini diberi nama
dengan Rentjana Pendidikan 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program
pancawardhana.

4. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan agar pendidikan
lebih efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan


proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

7. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.


Yakni ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara
pendekatan proses.

8. Kurikulum 2004

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.[3] Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan
dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih
banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan
kompetensi siswa.

9. KTSP 2006
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara
lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.[4]
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan.

Kurikulum 1994 dan yang di sempurnakan tahun 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.


Dalam kurikum ini sebenarnya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran,
lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga loka. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk
dalam kurikulum. Sehingga menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan  Soeharto
pada 1998,diikuti kehadiran suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada
menambah sejumlah materi. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan
mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan
bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Permasalaham dari kurikulum 1994 tadi kemudian menjadi pendorong para pembuat
kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu
diberlakukannya suplemen kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum.[5] Yakni sebagai berikut:

1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan


kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
tuntutan kebutuhan masyarakat.

2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat


antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan
keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi
materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.

4. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti


tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku
pelajaran.

5. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam


mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap,


yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

Kuriulum Berbasis Kompetensi

Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk
invovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah
melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon
terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik
sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.

Kurikulum 2004 yang merupakan perubahan dari kurikulum sebelumnya, karena kurikulum
1994 dinilai sudah tidak relevan dengan perkembangan dan tuntutan zaman, selanjutnya
dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Isi KBK lebih mengedepankan
kompetensi peserta didik agar setelah lulus dari pendidikan dasar, peserta didik memiliki
kecakapan hidup (life skill) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya atau terjun
ke dunia kerja. KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.[6]

Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)


tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta
didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggung jawab.

Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas adalah sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara  individual


maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang


bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.[7]

Kalau kita mencermati secara mendalam implementasi KBK pada tingkat grassroot, yakni
sekolah sebagai pelaksana dari KBK tersebut. Pada kenyataanya tidak setiap sekolah sudah
mampu melaksanakan KBK ini, bahkan mungkin sekolah tersebut masih taraf trial and error
terhadap KBK. Karena kurangnya dukungan dari SDM sekolah tersebut yang belum
menguasai tentang KBK.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL),
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan
pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan
pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)

Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari
kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum
yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang
puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru.
[8] Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi
manusia yang professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita
pakai sekarang ini masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya
tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP
dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru
dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan
prasarana yang dimillki oleh sekolah.

Kurikulum 2013

Adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini
merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-
2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku
selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun
2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. Pada tahun ajaran
2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan
secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar,
kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014,
Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII
dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah
sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki
empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi
yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Sudah dijelaskkan serta dipaparkan sejarah-sejarah kurikulm yang pernah ada dan
sedang diaplikasikan sampai sekarang. Mulai daari kurikulum rencana pembelajarjan 1947
yang memang disusun dan dirancang oleh belanda dan kemudian terus dilakukkan sampai
awal dari masa setelah kemerdekaan dan sampai pada kurikulum 2013 yang diaplikasikkan
sampai saat ini. Lalu model pengembangan seperti apa yang dipakai dalam oengembngan
kurikulum di Indonesia, dari telaah saya dengan melihat paparan dan sejarah kurikulm di
Indonesia, memang saat kurikulm pendidikan awal kemerdekaan yang mengadopsi langsung
kurikulm dari peninggalan belanda. Pergantian setiap kurikulum sepertinya memang selalu
bersifat politis, artinya memang tergantung dari arahan dan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin saat itu, contoh pada kurikulm 1968 yang saat itu lebih bertujujan untuk
menciptkkan siswa yang berjiwa pancasilais dan saat itu adalah zaman pemerintahan orde
baru.
Bila ditanya apa saja model pengembangan yang dilakukkan Indonesia? Saya
menjawabnya adalah semua model pengembangan sudah pernah dilakukkan, mulai dari
pengembangan model kurikulum dengan fokus ke tujuan pendidikan, model dengan
pengembngan akar rumput, seperti pada kurukulum 1994 yang sudah memsaukan muatan
lokak didalmnya, sampai juga pada model pengembngan kurikulum yang berbasis pada
proses dan pengalam belajar yang kemudian akan menciptakan hasli yang kompeten.
Semuanya itu sudah dilakukkan tetapi hasilnya tidak maksimal. Kemungkinan
ketidakmaksimalna itu karena ada banyak bebrapa faktor yang melatar belakaknginya salah
satunya adalah faktor politis. Karena faktor politis itulah kita sering kali mengganti
kurikulum dan pengembangannya yang tidak matang dari hasil penelitiiannya. Efek dari itu
semua adalah kebingungan dari para pengajar untuk menyampaikkan materi dan sangat
berefek pada hasil belajar dan kualitas peserta didi itu sendiri nantinya.
Untuk itu perlu banyak peran dalam pengembangan kurikulum di Indonesia ini.
Alangkah baiknya tetap memakai dan berorientasi tujuan dan akantetapi juga memakai model
pendekatan akar rumput yang terus di update perkembangannya, karena memang para guru
yang terjun langsung dilapangan lah yang mengetahui kondisii sesunggunhnya. Saya rasa
mengkombinasikan semua model pengembangan ini tentunya mengambil semua hal hal
positih dari seluruh model pengembangan tersebut dan kemudian dilakukkan dengan poyeksi
dan asumsi yang mendalam serta juga diikuti dengan perkembangan zaman saat ini tentunya
Indonesia kan mempunyai kurikulm pelajaran yang bersifat Power full dan Maning full.

Anda mungkin juga menyukai