Anda di halaman 1dari 113

usat Kurikulum adalah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementreian

Pendidikan Nasional, yang berkantor di Jalan Gunung Sahari Raya No. 4 Senen - Jakarta Pusat (eks.
Kompleks Siliwangi).

Sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009, Pusat Kurikulum
telah memfokuskan kegiatannya pada pelaksanaan bantuan teknis pengembangan kurikulum kepada
Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan Tim Pengembang Kurikulum Kabupaten/Kota, serta
pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan
kurikulumnya.

Bantuan Teknis Pengembangan Kurikulum kepada Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan
Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas tenaga daerah agar mampu menyusun dan
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerahnya masing-masing
dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Pengembangan model-model kurikulum
bertujuan untuk membantu satuan pendidikan dan atau para pelaksana pendidikan di lapangan dalam
meningkatkan wawasan terhadap kurikulum yang berdiversifikasi. Model-model kurikulum dapat
menjadi inspirasi para pelaksana pendidikan untuk selanjutnya diadopsi, diadaptasi, atau
diimplementasikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah.

Disamping itu, Pusat Kurikulum juga melakukan kajian kebijakan kurikulum. Kegiatan kajian kurikulum
dilakukan dalam bentuk seminar dan workshop yang difokuskan pada implementasi kurikulum saat ini
dan kebutuhan-kebutuhan kurikulum di masa depan. Hasil kegiatan kajian digunakan sebagai bahan
masukan bagi para pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan pengembangan Standar
Nasional Pendidikan.
Demikian kiranya, semoga segala upaya yang dilaksanakan oleh Pusat Kurikulum bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan di negara kita.

ALAMAT: http://www.puskur.net/

Perkembangan Kurikulum Indonesia 3


Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana
Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah
digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan
merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain.

Setelah rentjana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia


mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan


sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana
pendidikan 1964. yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan
pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
kerigelan dan jasmani.

Kurikulum 1968 merupakan pemabaharuan dari kurikulum 1964. Yaitu perubahan


struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pemabelajaran diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan fisik
yang sehat dan kuat

kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008)
Zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan itu penting. Kurikulum ini juga sering disebut
dengan kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebgai
subyek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,hingga
melaporkan. Model ini disebut dengan model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan (dalam
Dwitagama: 2008).

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan


sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan
mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan
yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya


sebagai berikut:
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi


yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban) dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan
akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman
konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama


sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi
(content oriented), di antaranya sebagai berikut:
Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/ substansi setiap mata pelajaran.
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.

Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini


mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.
Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu:
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan
kebutuhan masyarakat.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat
antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya.

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi


materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku
pelajaran.
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan


bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka
panjang. Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat
kurikulum. Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum.
Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural
dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai konsekuensi
logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.

Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat
peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan
dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.

Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:


Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu
klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK
yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan
bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah
ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi
lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan
prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian
pendidikan.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai


tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,
pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan
kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP
No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap
masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas
tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan
KBK tahun 2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu
pada standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan
muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan
silabusnya

A.Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh
siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2003: 16). Menurut
nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolahataupun diluar
sekolah termsuk kurikulum.

Menurut hemat saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan telah


menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun hal itu tidak
dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini terbukti dari
posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih kalah jauh dengan
negara tetangga yang notabene secara geografis negara kita lebih luas. Logikanya
semakin luas, jumlah pendudukpun semakin banyak, otomatis bannyak bakat-bakat
yang terdapat dalam setiap individu-individu bangsa Indonesia. Menurut Okta
(2007), Secara peringkat. Berdasarkan dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan,
peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130
negara di dunia. Mau tidak mau, itu menggambarkan bahwa kualitas pendidikan
kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot.

Jika melihat fakta ini sungguh ironis, tidak sebanding dengan fakta atas perubahan-
perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada tahun 1947, 1952,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di internet) negeri kita hanya
mampu menjadi bangsa “panjual” tenaga kerja murah di negeri orang. Dari
pendapt di atas dapat disimpulkan betapa gagalnya dunia pendidikan di negara kita
ini yang telah gagal dalam melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang mampu
bersaing dalam dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan
sebanyak 7 kali, atau bisa disebut berkali-kali.

Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas Negeri
Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan membenahi
dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di negara kita lebih
menitikberatkan pada perubahan konsep tertulisnya saja (berupa buku-
bukupelajran dan silabus saja) tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di
tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh
kurikulum pendidikan kita.

Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor apa saja yang
menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan kurikulum dari tahun 1947
hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu diantaranya: (1)
menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat kita lihat awal
perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran
terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada
kemudian dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan politis semata, hal ini sangat jelas terekam
dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara
matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006
hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan
sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa
membuktikan baik tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh
Bagus (2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis
saja, yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa dalam
perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1.Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2.Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3.Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4.Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai
dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan
kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots
approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang
direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-
instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke
bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu
yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak
guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-
sekolah lain.

Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan


perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada
saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh
masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini
menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional
yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini
masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak
lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP
dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP
seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2)
kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan kerikulum dari tahun
ketahun menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika diihat dari kontektual. Namun
hal itu tidak seiring dengan kenyataan di lapangan. Keadaan pendidikan mulai saat
perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini, kalau boleh saya bilang
kurikulumm Indonesia masih berjalan di Tempat artinya tidak berkembang hal bisa
dibuktikan dengan data yang menunjukkan pperingkat Indonesia masih berada
pada No 62 dari 130 negara yang ada. Hal ini merupakan PR bagi pemerintah
bagaimana langkah yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution. 1999. Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumari, kang. 2007. http:// kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-di-indoonesia-
pembahuruan.html. rabu. 8 januari 2009.
Dwitagama, dedi. 2007. //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-
pendidikan-kita. Html. Rabu januari 2009.
Bagus, andi. 2008. //andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm –pendidikan-di-
indonesia.html. 8 januari 2009.

ALAMAT : http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/perkembangan-kurikulum-
indonesia-dari.html
perkembangan kurikulum indonesia dari 1947-2006
Januari 14, 2010 · Disimpan dalam Uncategorized
A. Resume
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana
Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang
sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses
perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini
adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Setelah rentjana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia
mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi
nama dengan Rentjana pendidikan 1964. yang menjadi ciri dari kurikulum ini
pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pemabaharuan dari kurikulum 1964. Yaitu
perubahan struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pemabelajaran
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta
pengembangan fisik yang sehat dan kuat
kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam
Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum,
tujuan intruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan itu penting. Kurikulum ini juga sering
disebut dengan kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa
ditempatkan sebgai subyek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan,hingga melaporkan. Model ini disebut
dengan model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan
(dalam Dwitagama: 2008).
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian
waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:
• Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
• Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
• Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
• Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
• Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan
pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
• Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
• Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan
penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
• Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
• Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal
ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum
tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen
kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
• Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
• Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang
tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa,
dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
• Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran
substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan
siswa.
• Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku
pelajaran.
• Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum.
Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang
kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap
perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi
disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25
tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat
kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggungjawab.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:
• Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupu klasikal.
• Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
• Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
• Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk
implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi,
(2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang
ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi
(dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
• Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
• Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
• Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
• Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
• Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004
dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan
penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan
muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga
pengembangan silabusnya
A. komentar
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2003: 16).
Menurut nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman
sekolahataupun diluar sekolah termsuk kurikulum.
Menurut hemat saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan telah
menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun hal
itu tidak dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini
terbukti dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih
kalah jauh dengan negara tetangga yang notabene secara geografis negara
kita lebih luas. Logikanya semakin luas, jumlah pendudukpun semakin
banyak, otomatis bannyak bakat-bakat yang terdapat dalam setiap individu-
individu bangsa Indonesia. Menurut Okta (2007), Secara peringkat.
Berdasarkan dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang
pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang
dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari
58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Mau tidak mau, itu menggambarkan bahwa kualitas
pendidikan kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot.
Jika melihat fakta ini sungguh ironis, tidak sebanding dengan fakta atas
perubahan-perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di
internet) negeri kita hanya mampu menjadi bangsa “panjual” tenaga kerja
murah di negeri orang. Dari pendapt di atas dapat disimpulkan betapa
gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini yang telah gagal dalam
melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang mampu bersaing dalam
dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7
kali, atau bisa disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas
Negeri Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan
membenahi dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di
negara kita lebih menitikberatkan pada perubahan konsep tertulisnya saja
(berupa buku-bukupelajran dan silabus saja) tanpa mau memperbaiki proses
pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak
pernah mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita.
Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor apa saja
yang menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan kurikulum dari
tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu
diantaranya: (1) menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat
kita lihat awal perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi
renjtana pelajaran terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan
kurikulum yang ada kemudian dikembangkan lagi dengan lebih
menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan
politis semata, hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004
(KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum
2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2
tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan sebelum-sebelumnya.
Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik
tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh Bagus (2008),
menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja,
yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa
dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai
dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan
kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass
roots approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau
pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian
diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi
from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang
kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom
up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual
dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan
perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan
pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada
sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan
diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru.
Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar
digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntuk
kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih
banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak
lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam
menjabarkan KTSP dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru,
karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam
menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki
oleh sekolah.
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan kerikulum dari
tahun ketahun menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika diihat dari
kontektual. Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan di lapangan.
Keadaan pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga
saat ini, kalau boleh saya bilang kurikulumm Indonesia masih berjalan di
Tempat artinya tidak berkembang hal bisa dibuktikan dengan data yang
menunjukkan pperingkat Indonesia masih berada pada No 62 dari 130
negara yang ada. Hal ini merupakan PR bagi pemerintah bagaimana langkah
yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution. 1999. Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumari, kang. 2007. http:// kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-di-indoonesia-
pembahuruan.html. rabu. 8 januari 2009.
Dwitagama, dedi. 2007. //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.
Html. Rabu januari 2009.
Bagus, andi. 2008. //andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm –pendidikan-di-
indonesia.html. 8 januari 2009.
ALAMAT : http://ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kuriklum-
indonesia-dari-1947-2006/
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Posted on 31 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya


mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan
Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan
dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya,
sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu
pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip –
prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip
khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di
antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi
dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen
tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
(relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi
psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat
(relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar
yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar
yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang
di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang
pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada
secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta
disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran
yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali
terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah
perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam
pengembangan kurikulum.
ALAMAT: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-
kurikulum/
Tentang KURIKULUM Indonesia
Posted on March 24, 2008 by Dedi Dwitagama| 36 Comments

Deskripsi singkat tentang kurikulum apa saja yang pernah dikembangkan dalam
program pendidikan di negeri tercinta Indonesia. Salah satu konsep terpenting
untuk maju adalah “melakukan perubahan”, tentu yang kita harapkan adalah
perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai
dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar
tumbuh kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan Kurikulum Pendidikan
Kita:
RENCANA PELAJARAN 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris).
Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat
dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
“Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16
tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.
Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
KURIKULUM 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
KURIKULUM 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD
Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
KURIKULUM 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan
CBSA bermunculan.
KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara
pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
KURIKULUM 2004

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan
dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih
banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan
kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar
Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul
apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
ALAMAT : http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-
indonesia/
BAB II

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM


Model Pengembangan Kurikulum Rogers

Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang
paling sederhana sampai dengan yang berikutnya, sebenrnya merupakan penyempurnaan
dari model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut (ada empat model) dapat
dikemukakan sebagai berikut :

Model I. Model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan


pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan,
serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi, model tersebut merupakan
model tradisional yang masih dipergunakan. Model I ini mengabaikan cara-cara (metode)
dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau organisasi bahwa
pelajaran secara sistematis, suatu hal yang seharusnya dipertimbangkan juga.

Model II. Model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I dengan


menambahkan kedua jawaban pada pertanyaan (3 dan 4) tersebut, yaitu tentang metode
dan organisasi bahan pelajaran.

Dalam pengembangan kurikulum pada Model II di atas, sudah dipikirkan pemilihan


metode yang efektif bagi berlangsungnya proses pengajaran. Di samping itu, bahan
pelajaran juga sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan
juga memperhatikan luas dan dalamnya suatu bahan pelajaran. Akan tetapi, Model II
belum memperhatikan masalah teknologi pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan
kegiatan pengajaran. Teknologi pendidikan yang dimaksud adalah berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan :

1) Buku-buku pelajaran apakah yang harus dipegrunakan dalam suatu mata pelajaran?

2) Alat atau media pengakaran apa yang dapat dipergunakan dalam mata pelajaran
tertentu.
Model III. Pengembangan kurikulum ini merupakan penyempurnaan Model II yang
belum dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan 5 dan 6, yaitu dengan memasukkan
unsur teknologi pendidikan ke dalamnya.

Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran hanya akan


sampai pada Model III. Padahal masih ada satu lagi masalah pokok yang harus
diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan masalah tujuan.

Model IV. Merupakan penyempurnaan Model III, yaitu dengan memasukkan tujuan
ke dalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik
metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian
yang dilakukan.

ALAMAT : http://soegiartho.abatasa.com/post/detail/9925/model-model-pengembangan-
kurikulum

Rono Juga Mahasiswa

Berbagai hal yang di hadapi di dunia kampus dan pemikiran-pemikiran stategis


,pemberontakan atas pengekangan, perlawanan terhadap pembodohan masal yang
terstruktur.Bukan radikal atau reformis tapi hanya membahasakan apa yang dilihat
dan apa yang terpikirkan....

Wednesday, February 21, 2007

Kurikulum Terbaru ( RPP KTSP )

Seiring perkembangan zaman, maka dunia pendidikan juga mengalami perkembangan dan
perubahan, untung nya para pengambil keputusan dengan sigap untuk menyesuaikan output
pendidikan dengan tuntutan dan kebutuhan zaman nya.
Baru kemaren rasanya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di luncur kan dan skarang sudah
ada lagi penyempurnaan menjadi KTSP. Dengan cepat nya perubahan kebutuhan dunia kerja
atau dunia di luar pendidikan akan output pendidikan maka Guru atau pendidik sangat dituntut
untuk mengikuti dan menguasai setiap perubahan, khusus nya kurikulum untuk mencapai hasil
pembelajaran yang sesuai dengan zaman.

ALAMAT : http://rebel-mind.blogspot.com/2007/02/kurikulum-terbaru-rpp-ktsp.html

Spektrum Kurikulum SMK 2009

34 Votes

Teman saya adalah seorang guru Teknik Audio Video SMK. Beberapa waktu yang lalu dikirim
ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan penyusunan materi untuk KTSP SMK. Oleh-oleh dari
pelatihan itu adalah berupa spektrum kurikulum SMK yang nantinya diimplementasikan di
sekolah saya (SMK) dan juga sekolah SMK yang lain di seluruh Indonesia.
Isi kurikulum tersebut adalah perubahan kecil s.d. besar dari kurikulum yang berlaku saat ini
(sebelumnya). Contohnya, saat ini ada perubahan nama jurusan / program keahlian dari Teknik
Mekanik Otomotif menjadi Teknik Kendaraan Ringan. Teknik Pemanfaatan Energi Listrik
menjadi Teknik Instalasi Tenaga Listrik, dan sebagainya.
Namun jika dilihat dari KTSP yang “konon katanya”, materi pelajaran bisa diserahkan oleh
masing-masing sekolah (bisa ditambah atau dikurangi) asalkan masih dalam lingkup kurikulum
yang ada (KTSP), tapi pada spektrum kurikulum 2009 yang baru ini, masing-masing jurusan
WAJIB menerapkan spektrum kurikulum yang baru (khususnya kelas IX), yang isinya berbeda
dari kurikulum yang lama. Misalnya kata teman saya tersebut, sekolah belum siap menerapkan
spektrum kurikulum yang baru tersebut karena belum mempunyai peralatan praktek yang
dibutuhkan atau disyaratkan.
Khusus jurusan TKJ, kita masih bisa bernafas lega, karena spektrum tersebut tidak beda jauh
dengan kurikulum yang diajarkan saat ini. Walaupun ada penambahan materi (misalnya
Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Hidup), namun kiranya tidak begitu banyak yang
diubah dalam hal materi pembelajaran, alat praktek, dan sebagainya.
Dengan demikian SMK wajib menerapkan KTSP itu yang mengacu pada spektrum kurikulum
yang baru (2009) dengan beberapa perubahan, atau mungkinkah nanti akan dibuat kurikulum
yang baru pengganti KTSP seiring dengan pergantian Presiden dan kabinetnya? Semoga saja
apapun kurikulumnya, siap presidennya, siapa mendiknasnya, pendidikan di Indonesia menuju
pada kemajuan demi bangsa dan negara Indonesia.
ALAMAT : http://emhas.wordpress.com/2009/07/17/spektrum-kurikulum-smk-2009/

Menggali
Keunggulan
KTSP

Ditulis oleh Mujtahid

Sabtu, 06 Maret 2010 10:12

Oleh: Mujtahid*

Perubahan kurikulum sering dilakukan oleh pemerintah. Tujuannya untuk


meningkatkan mutu/kualitas pendidikan nasional. Sejak tahun 2006 lalu, KTSP
(kurikulum Tingkat Satuan pendidikan) merupakan kurikulum resmi yang harus
diimplementasikan para pendidik di sekolah/madrasah. Dengan munculnya
kebijakan kurikulum baru tersebut berarti para praktisi dan pengembang pendidikan
harus di update kembali agar mereka menyesuaikan diri dengan kebijakan mutakhir
tersebut.
Di tengah penerapan kurikulum baru tersebut, kini masih terjadi diskusi dan kajian
bagi para praktisi dan konseptor pendidikan. Mereka masih disibukkan
membicarakan tentang seluk-beluk KTSP. Model kurikulum ini akan memberi ruang
kepada sekolah untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya agar
implementasi kurikulum dan sasaran pembelajarannya sesuai kebutuhan
masyarakat dan stakeholders.
Sebagai sebuah produk kebijakan, KTSP memang butuh sosialisasi yang efektif
kepada semua lembaga pendidikan. Hal ini karena KTSP dipahami sebagai
implementasi Undang-undang Nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional yang
dijabarkan dalam sejumlah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Prinsip-prinsip Implementasi KTSP


Implementasi KTSP akan didasarkan tujuh prinsip. Pertama, didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk mengusai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.
Kedua, kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yakni
belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Belajar untuk
memahami dan menghayati, Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, Belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Ketiga, Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, atau percepatan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi
ketuhanan, individu, sosial, dan moral.
Keempat, Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat,
dengan tut-wuri handayani, ing-madya mangun karsa, ing ngarsa sung-tulada (di
belakang memberikan daya kekuatan, di tengah membangun semangat dan
prakarsa, di depan memberi contoh dan teladan).
Kelima, kurikulum diterapkan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip alam jadi guru. Artinya
semua yang tegelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan.
Keenam, kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
Ketujuh, kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta
jenjang pendidikan.
Bersadarkan prinsip-prinsip tersebut, KTSP dikonsep sesuai jenjang pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memperhatikan
tujuan pendidikan nasional. Yaitu meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia,
potensi, kecerdasan minat dan bakat peserta didik, keragaman potensi daerah dan
lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja,
perkembangan iptek dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Implementasi KTSP diharapkan memberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi
kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
peserta didik serta tuntutan masyarakat.
KTSP mendorong terwujudnya kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah dan tenaga pelaksana kurikulum merupakan pelaku yang memiliki
kemampuan dan integritas profesional yang harus ditunjang dengan tim-kerja
(team-work) yang kompak dan transparan, melibatkan komite sekolah dan dewan
pendidikan, serta dukungan partisipasi masyarakat dan orang tua.
Dengan melibatkan pihak tersebut di atas dalam pengembangan kurikulum,
diharapkan mampu membangkitkan gairah dan rasa memiliki (sense of belonging)
yang lebih tinggi, dan rasa tanggungjawab (sense of responbility) yang lebih besar
terhadap kurikulum, serta ikut memikirkan kualitas pendidikan (quality of
education).
Langkah mendesak yang perlu segera dipersiapkan yaitu bagaimana sekolah dan
satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga pendidik, dan penyediaan
sistem evaluasi serta informasi yang valid.

Keunggulan KTSP
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
mengamanatkan bahwa setiap sekolah atau madrasah harus mengambangkan KTSP
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman
kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP membuka peluang agar dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah/daerah,
sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Tujuan KTSP
yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Berkaitan dengan standar nasional pendidikan, pemerintah telah menetapkan
delapan aspek pendidikan yang harus distandarkan, dan yang sudah rampung baru
dua standar yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah disahkan menteri dengan
peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006. Sedangkan SKL di sahkan Mendiknas No.
23 Tahun 2006. Mendiknas juga telah mengeluarkan peraturan No. 24 Tahun 2006
tentang pelaksanaan Permen No. 22 dan 23 Tahun 2006 tersebut.
KTSP disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan memperhatikan tujuan pendidikan nasional. Yaitu
meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia, potensi, kecerdasan minat dan bakat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan iptek dan seni, agama,
dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam permendiknas No. 24 dikatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada
satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Implementasi KTSP diharapkan memberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi
kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
peserta didik serta tuntutan masyarakat.
KTSP juga menuntut adanya kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksanan kurikulum merupakan
pelaku yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Selain itu, demi
kesuksesan penerapan KTSP butuh tim-kerja (team-work) yang kompak dan
transparan dari berbagai pihak yang terlibat; seperti komite sekolah dan dewan
pendidikan, serta dukungan partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.
Keterlibatan pihak-pihak tersebut dalam pengembangan kurikulum, berdasarkan self
determination theory, dapat membangkitkan gairah dan rasa memiliki yang lebih
tinggi, serta tanggungjawab yang lebih besar terhadap kurikulum, yang diharapkan
dapat mendongkrak kualitas pendidikan.
Dengan tatanan konsep inilah memberi otonomi sekolah untuk memiliki “full
authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai
visi, misi, dan tujuannya. Namun, yang masih jadi pertanyaan adalah apakah semua
sekolah mampu mewujudkan impian tersebut di atas? Jawabannya tentu saja
kembali kepada kesiapan dan kemampuan sekolah untuk menangkap arah
perubahan kurikulum tersebut.
Upaya yang harus dipersiapkan yaitu bagaimana sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga pendidik, dan penyediaan sistem evaluasi serta informasi
yang valid.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

ALAMAT : http://www.uin-malang.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1356:menggali-keunggulan-ktsp&catid=35:artikel-
dosen&Itemid=210

RINSIP DASAR PENGEMBANGAN KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan menampilkan


kekhasan atau keunggulan masing-masing satuan pendidikan, sebelum
menyusun KTSP satuan pendidikan terlebih dahulu perlu melakukan kajian
atau analisis tentang potensi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang
dihadapi baik pada saat ini maupun masa datang. Hasil analisis ini akan
menjadi acuan dalam pengembangan visi, misi, strategi, dan program-program
pembelajaran yang relevan dengan kondisi, potensi dan kebutuhan peserta
didik serta daerah sekitarnya.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


pada bagian penjelasan mengamanatkan bahwa salah satu strategi
pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, arah proses pembelajarannya berupaya setiap
siswanya berpeluang belajar merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan
sikap secara utuh dalam kehidupan sehari-hari.
KTSP dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: (1) memiliki visi dan misi yang dikembangkan berdasarkan
potensi, kondisi, dan kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan, (2)
kegiatan belajar-mengajar berpusat pada peserta didik, megembangkan
kreativitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan, menantang dan
kontekstual, (3) penilian berbasis kelas yang bersifat internal sebagai bagian
dari proses pembelajaran dan berorientasi pada kompetensi serta patokan
ketuntasan belajar yang diperoleh melalui berbagai cara, tes dan non tes,
kumpulan kerja siswa, hasil karya, penugasan, unjuk kerja dan tes tertulis, (4)
pengelolaan satuan pendidikan lebih bersifat "school based management" untuk:
pencapaian visi dan misi sekolah, pengembangan perangkat kurikulum oleh
sekolah, pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumber daya lainnya, kolaborasi
secara horizontal dengan sekolah lain dan komite sekolah serta organisasi
profesi, serta kolaborasi secara vertikal dengan Dinas dan Dewan Pendidikan.

Guru sebagai pembuat dan pelaksana serta pengembang KTSP melakukan


koordinasi, kerjasama dengan semua unsure intern dan ekstern satuan
pendidikan. Koordinasi diperlukan dalam menyikapi inovasi pendidikan
khususnya mengimplementasikan KTSP. Prinsip dasar dalam koordinasi
adalah adanya “kesamaan visi” dan “kesamaan langkah” semua unsure intern
dan ekstern satuan pendidikan.

Prinsip manajemen yaitu P (Planning), O (Organizing), A (Actuating), dan C


(Controlling) serta R (Reporting) tetap diperlukan oleh guru sebagai
pengembang KTSP sebagai bahan pertimbangan memperbaiki KTSP tahun
pelajaran berikutnya. KTSP dievaluasi dan disempurnakan serta ditetapkan
setiap awal tahun pelajaran oleh Kepala Sekolah dan direkomendasi Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten.

Prinsip dasar KBM memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa,


mengembangkan inovasi dan kreativitas siswa, menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar
melalui berbuat, sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya
terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan
terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif.

Prinsip KBM di atas akan mencapai hasil yang maksimal dengan memadukan
berbagai metode dan teknik serta media pembelajaran yang memungkinkan
semua indera digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing pelajaran.

Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan


informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh
guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan
“mengukur apa yang hendak diukur” dari siswa. Prinsip penilaian
berbasis kelas tidak terpisahkan dari KBM, menggunakan acuan
patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan non tes),
mencerminkan kompetensi siswa secara komprehensif, berorientasi
pada kompetensi, valid, adil, terbuka, berkesinambungan,
bermakna, dan mendidik seta dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini
perlu dilakukan bersama karena hanya guru yang bersangkutan
yang paling tahu tingkat pencapaian belajar siswa yang diajarnya.

Setelah melakukan serangkaian penilaian yang sesuai dengan


prinsip-prinsip di atas, maka orang tua siswa akan menerima
laporannya secara komunikatif dengan menitik beratkan pada
kompetensi yang telah dicapai oleh anaknya di sekolah.

Pengelolaan KTSP mengacu pada “kesatuan dalam kebijaksanaan


dan keberagaman dalam pelaksanaan”, “kesatuan dalam
kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah-sekolah menggunakan
perangkat dokumen KTSP yang “sama” dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan “Keberagaman dalam
pelaksanaan” ditandai dengan keberagaman silabus yang akan
dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai dengan
karakteristik sekolahnya sehingga banyak pihak/instansi yang akan
berperanan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya,
misalnya: sekolah, kepala sekolah, guru, dinas pendidikan
kebupaten atau kota, dinas pendidikan propinsi dan DEPDIKNAS.

Prinsip keberagaman dalam pelaksanaan KTSP maka setiap sekolah


dan guru dilapangan mempunyai tanggung jawab untuk
menterjemahkan KTSP ke dalam bentuk silabus yang akan mereka
gunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Silabus yang dibuat
oleh masing-masing sekolah dan guru tersebut disusun berdasarkan
karakteristik sekolahnya, baik dari aspek kemampuan sekolah,
kemampuan guru, kemampuan siswa, sarana/prasarana yang
dimiliki sekolah dan sebagainya. Selain itu dalam menyusun silabus
tidak ada “acuan” baku mengenai format dan isinya sehingga guru
diberi keleluasaan yang besar untuk mengapresiasikan
kemampuannya menerjemahkan KTSP. Dalam penyusunan silabus
dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang
relevan di daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi
pemerintah, komite sekolah, dewan pendidikan, instansi swasta,
perusahaan, perindustrian, dan sebagainya.

Penyeragaman kurikulum dari Sabang sampai Merauke, tidak


melihat pada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi
keunggulan lokal. Sekolah di kota sama dengan sekolah di pelosok
pedalaman. Sekolah di daerah perindustrian sama dengan sekolah
yang daerah pesisir pantai, sekolah di pusat ibu kota sama dengan
di wilayah pedesaan berakibat kurikulum tersebut menjadi kurang
operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup
bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan daerahnya
sehingga para lulusan merasa kalah bersaing di dunia kerja dan
berimplikasi terhadap peningkatan angka pengangguran.

Keunggulan KTSP, di antaranya adalah memberikan keleluasaan


kepada guru dan sekolah untuk membuat kurikulum sendiri yang
disesuaikan dengan keadaan siswa, keadaan sekolah, dan keadaan
lingkungan. Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat
bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sekolah dapat
bermitra dengan stakeholder pendidikan, misalnya, dunia industri,
kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan
sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Melalui KTSP kiranya perbedaan guru dengan dosen mulai dikurangi


sedikit demi sedikit. Satu hal yang mulai ada kesamaan adalah
tentang keleluasaan dalam menyusun kurikulum, guru dan dosen
sama-sama memiliki otonomi. Dengan adanya otonomi guru,
kreativitas guru akan muncul karena guru dapat menjadi konseptor-
konseptor yang siap melahirkan berbagai pemikiran yang berkaitan
dengan kurikulum dan kemajuan siswa. (Ajisaka)

ALAMAT : http://ajisaka.sosblog.com/Ajis-b1/PRINSIP-DASAR-PENGEMBANGAN-KTSP-
b1-p21.htm

Menggali Keunggulan KTSP


Mujtahid*

PERUBAHAN kurikulum sering dilakukan oleh pemerintah. Tujuannya untuk


meningkatkan mutu/kualitas pendidikan nasional. Sejak tahun 2006 lalu, KTSP
(kurikulum Tingkat Satuan pendidikan) merupakan kurikulum resmi yang harus
diimplementasikan para pendidik di sekolah/madrasah. Dengan munculnya
kebijakan kurikulum baru tersebut berarti para praktisi dan pengembang
pendidikan harus di update kembali agar mereka menyesuaikan diri dengan
kebijakan mutakhir tersebut.
Di tengah penerapan kurikulum baru tersebut, kini masih terjadi diskusi dan kajian
bagi para praktisi dan konseptor pendidikan. Mereka masih disibukkan
membicarakan tentang seluk-beluk KTSP. Model kurikulum ini akan memberi ruang
kepada sekolah untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya agar
implementasi kurikulum dan sasaran pembelajarannya sesuai kebutuhan
masyarakat dan stakeholders.
Sebagai sebuah produk kebijakan, KTSP memang butuh sosialisasi yang efektif
kepada semua lembaga pendidikan. Hal ini karena KTSP dipahami sebagai
implementasi Undang-undang Nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional yang
dijabarkan dalam sejumlah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Prinsip-prinsip Implementasi KTSP


Implementasi KTSP akan didasarkan tujuh prinsip. Pertama, didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk mengusai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.
Kedua, kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yakni
belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Belajar untuk
memahami dan menghayati, Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, Belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Ketiga, Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, atau percepatan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi
ketuhanan, individu, sosial, dan moral.
Keempat, Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat,
dengan tut-wuri handayani, ing-madya mangun karsa, ing ngarsa sung-tulada (di
belakang memberikan daya kekuatan, di tengah membangun semangat dan
prakarsa, di depan memberi contoh dan teladan).
Kelima, kurikulum diterapkan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip alam jadi guru. Artinya
semua yang tegelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan.
Keenam, kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
Ketujuh, kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.
Bersadarkan prinsip-prinsip tersebut, KTSP dikonsep sesuai jenjang pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memperhatikan
tujuan pendidikan nasional. Yaitu meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia,
potensi, kecerdasan minat dan bakat peserta didik, keragaman potensi daerah dan
lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja,
perkembangan iptek dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Implementasi KTSP diharapkan memberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi
kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
peserta didik serta tuntutan masyarakat.
KTSP mendorong terwujudnya kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah dan tenaga pelaksana kurikulum merupakan pelaku yang memiliki
kemampuan dan integritas profesional yang harus ditunjang dengan tim-kerja
(team-work) yang kompak dan transparan, melibatkan komite sekolah dan dewan
pendidikan, serta dukungan partisipasi masyarakat dan orang tua.
Dengan melibatkan pihak tersebut di atas dalam pengembangan kurikulum,
diharapkan mampu membangkitkan gairah dan rasa memiliki (sense of belonging)
yang lebih tinggi, dan rasa tanggungjawab (sense of responbility) yang lebih besar
terhadap kurikulum, serta ikut memikirkan kualitas pendidikan (quality of
education).
Langkah mendesak yang perlu segera dipersiapkan yaitu bagaimana sekolah dan
satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga pendidik, dan penyediaan
sistem evaluasi serta informasi yang valid.

Keunggulan KTSP
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
mengamanatkan bahwa setiap sekolah atau madrasah harus mengambangkan
KTSP berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan
berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
KTSP membuka peluang agar dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah/daerah,
sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Tujuan KTSP
yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Berkaitan dengan standar nasional pendidikan, pemerintah telah menetapkan
delapan aspek pendidikan yang harus distandarkan, dan yang sudah rampung baru
dua standar yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah disahkan menteri dengan
peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006. Sedangkan SKL di sahkan Mendiknas No.
23 Tahun 2006. Mendiknas juga telah mengeluarkan peraturan No. 24 Tahun 2006
tentang pelaksanaan Permen No. 22 dan 23 Tahun 2006 tersebut.
KTSP disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan memperhatikan tujuan pendidikan nasional. Yaitu
meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia, potensi, kecerdasan minat dan bakat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan iptek dan seni, agama,
dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam permendiknas No. 24 dikatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada
satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Implementasi KTSP diharapkan memberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi
kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
peserta didik serta tuntutan masyarakat.
KTSP juga menuntut adanya kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksanan kurikulum merupakan
pelaku yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Selain itu, demi
kesuksesan penerapan KTSP butuh tim-kerja (team-work) yang kompak dan
transparan dari berbagai pihak yang terlibat; seperti komite sekolah dan dewan
pendidikan, serta dukungan partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.
Keterlibatan pihak-pihak tersebut dalam pengembangan kurikulum, berdasarkan
self determination theory, dapat membangkitkan gairah dan rasa memiliki yang
lebih tinggi, serta tanggungjawab yang lebih besar terhadap kurikulum, yang
diharapkan dapat mendongkrak kualitas pendidikan.
Dengan tatanan konsep inilah memberi otonomi sekolah untuk memiliki “full
authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai visi, misi, dan tujuannya. Namun, yang masih jadi pertanyaan adalah apakah
semua sekolah mampu mewujudkan impian tersebut di atas? Jawabannya tentu
saja kembali kepada kesiapan dan kemampuan sekolah untuk menangkap arah
perubahan kurikulum tersebut.
Upaya yang harus dipersiapkan yaitu bagaimana sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga pendidik, dan penyediaan sistem evaluasi serta informasi
yang valid.

*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang


Diposkan oleh Mujtahid di 14:04

Label: pendidikan

ALAMAT: http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/10/menggali-
keunggulan-ktsp.html

(Teams Games Tournaments)


Posted: Maret 28, 2008 by suhadinet in bahan bacaan
Tag:coopertive learning, kooperatif, model pembelajaran, TGT

9 Votes

Download Ebook: Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif


Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka memberikan efek
terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial-
ekonomi, dll.Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan
bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat
nanti lepas ke tengah masyarakat.
Ada 6 langkah utama di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, demikian diungkapkan
oleh Streeter, 1999. Keenam langkah itu adalah: pembelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini kemudian
diikuti oleh penyajian informasi baik berupa bahan bacaan maupun informasi verbal lainnya.
Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap ini selanjutnya
diikuti dengan bimbingan oleh guru pada saat siswa belajar dalam kelompok. Lalu, guru
memberikan evaluasi tentang hal-hal yang telah mereka pelajari dan kemudian memberikan
penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Menurut Saco (2006),
dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk
kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang
dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok
mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang
diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus
memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk
menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang
lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai
kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk
turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi
pembelajaran.
ALAMAT : http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-
kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/
Pengertian dan Penerapan Metode Jigsaw
Posted on 15 June 2009 by sunartombs

22 Votes

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini
adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian.

Setiap siswa yang ada di “kelompok awal”


mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian
bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain,
dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan
menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu
serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.
Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok
lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka
berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.
Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota
berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw
puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar – analogi dari setiap bagian
pengetahuan – adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir
Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini
mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para
peserta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh
karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang
sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama,
berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang
berbeda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang
lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses
analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk
bersama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang
telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama,
berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari
tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, memberikan
peserta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat
dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam
berbagi informasi.
ALAMAT : http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-
metode-jigsaw/

Metode Jigsaw
Posted on November 13, 2007 by kiranawati
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari
dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan
demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
ALAMAT : http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/27metode-jigsaw/
Masalah BOS Clear Minggu Ini
Jum'at, 18 Maret 2011 | 14:10 WIB

• Share5
• Tweet

Dok. Timlo.Net/Aryo

Suasana jumpa pers membahas dana BOS untuk kota Solo tahun 2011, Jumat
(18/3).

Solo - Pemerintah kota (pemkot) Surakarta memastikan masalah tersendatnya proses pencairan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di kota Surakarta Tahun 2011 akan selesai dalam pekan ini.
Hal ini ditandai dengan pernyataan resmi dari pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
(Dikpora) dan DPPKA bahwa BOS untuk seluruh siswa SD dan SMP akan segera dapat
dicairkan.
Sekretaris Disdikpora kota Surakarta, Joni Hari Sumantri, telah memastikan bahwa pekan ini
BOS dapat segera dicairkan melalui ketetapan dari DPPKA. Total anggaran untuk BOS tahun ini
yang berjumlah sebesar 45 miliar lebih, bakal segera dicairkan dan menjadi hak 220 sekolah baik
SD maupun SMP negeri dan swasta.
“Hari ini kami lakukan finalisasi untuk seluruh urusan proposal, terlebih kepada setiap SD yang
harus melalui UPTD di tiap Kecamatan terlebih dahulu. Untuk total anggara BOS tahun ini
sebesar 45,9 miliar rupiah yang akan menjadi hak dari 220 sekolah,” ungkapnya saat jumpa pers
di Balaikota, Jumat (18/3).
Pelaksanaan BOS untuk tahun ini tidak seperti pada tahun sebelumnya, yang dengan mudahnya
dana dapat diberikan kepada setiap sekolah tanpa melalui proses panjang. BOS tahun ini
terhambat masalah anggaran yang cair pada bulan Maret, padahal APBD di setiap daerah atau
kota digedok pada akhir tahun. Otomatis pemerintah pusat memberikan kelonggaran dengan
melalui proposal pengajuan dari dinas pengelolaan aset daerah masing-masing yang kemudian
disetujui oleh Ketua DPRD masing-masing.
“Untuk sekolah negeri menggunakan format belanja langsung yang ditransfer setelah APBD,
namun untuk tahun ini yang berbeda. Proposal permohonan cukup melalui persetujuan dari
Dewan,” lanjutnya.
Secara terpisah, Triyana, selaku perwakilan dari DPPKA, mengatakan bahwa mengenai BOS,
pihaknya sudah menyelesaikan permitt dari Dewan, begitu juga dengan perubahan Perwali untuk
menyelesaikan masalah BOS tahun ini. “Untuk yang SMP tanpa masalah, begitu juga SD yang
harus melalui proposal dahulu. Ya mudah-mudahan dapat berjalan dengan lancar,” katanya.
ALAMAT : http://pendidikan.timlo.net/baca/8126/masalah-bos-clear-minggu-ini

Rembuk Pendidikan Nasional Bahas Masalah BOS


Sabtu, 12/03/2011, 16:04 WIB
Rembuk Pendidikan Nasional Bahas Masalah BOS
Masalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menjadi salah satu bahasan penting dalam
Rembuk Pendidikan Nasional (RPN) yang akan digelar Kemendiknas, 16-18 Maret 2011.

'Ya pada pembahasan di Komisi tujuh tentang tata kelola akan dibahas tentang BOS,' kata Sekjen
Kemendiknas Dodi Nandika di kantor Kemendiknas, Jakarta, Sabtu (12/3).

Saat menjawab sanksi finansial yang disiapkan terhadap daerah yang lamban mencairkan BOS
pada waktu yang ditetapkan, Dodi menyatakaan sanksi finansial bisa dipercepat tahun ini.
Menurut dia, sanksi bisa diberlakukan karena masih ada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBNP) yang masih dibahas.

Di ranah APBNP inilah Kemendiknas dapat memberikan daftar daerah yang masih belum
mengelontorkan dana bantuan sekolah atau BOS kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
sebagai bahan pertimbangan pengurangan dana pembangunan untuk daerah.

Sebelumnya Mendiknas Mohammad Nuh mengatakan sanksi finansial baru akan diberlakukan
tahun depan karena anggaran tahun ini sudah diputuskan dan berjalan sesuai program yang
dijadwalkan. Sekjen sependapat dengan Mendiknas bahwa sanksi finansial lebih efektif daripada
surat teguran atau peringatan.

Ia menambahkan adanya sanksi finansial sebagai bagian dari reward and punishment yang harus
dijalankan dalam suatu pemerintahan yang baik. Apalagi BOS itu termasuk dana alokasi publik
yang semestinya dipertanggungjawabkan kembali ke masyarakat. Sehingga kalaupun ada sanksi
merupakan langkah wajar karena BOS tidak boleh disalahgunakan oleh aparatur pemerintahan.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendiknas, Ibnu Hamad mengatakan
Rembuk Nasional adalah kegiatan rutin tahunan Kemendiknas. 'Pembiayaan untuk perjalanan
ditanggung masing-masing peserta. Panitia hanya menyiapkan akomodasi dan komsumsi,' kata
Ibnu.
ALAMAT : http://www.siaganews.com/read/2011/03/25/19/5341/news.php?tgl=2011-
03-12&cat=19&id=4951

Rembuk Pendidikan Nasional Bahas Masalah BOS


JAKARTA--MICOM: Masalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menjadi salah
satu bahasan penting dalam Rembuk Pendidikan Nasional (RPN) yang akan digelar
Kemendiknas, 16-18 Maret 2011.

"Ya pada pembahasan di Komisi tujuh tentang tata kelola akan dibahas tentang
BOS," kata Sekjen Kemendiknas Dodi Nandika di kantor Kemendiknas, Jakarta,
Sabtu (12/3).

Saat menjawab sanksi finansial yang disiapkan terhadap daerah yang lamban
mencairkan BOS pada waktu yang ditetapkan, Dodi menyatakaan sanksi finansial
bisa dipercepat tahun ini. Menurut dia, sanksi bisa diberlakukan karena masih ada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) yang masih dibahas.

Di ranah APBNP inilah Kemendiknas dapat memberikan daftar daerah yang masih
belum mengelontorkan dana bantuan sekolah atau BOS kepada Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) sebagai bahan pertimbangan pengurangan dana
pembangunan untuk daerah.

Sebelumnya Mendiknas Mohammad Nuh mengatakan sanksi finansial baru akan


diberlakukan tahun depan karena anggaran tahun ini sudah diputuskan dan
berjalan sesuai program yang dijadwalkan. Sekjen sependapat dengan Mendiknas
bahwa sanksi finansial lebih efektif daripada surat teguran atau peringatan.

Ia menambahkan adanya sanksi finansial sebagai bagian dari reward and


punishment yang harus dijalankan dalam suatu pemerintahan yang baik. Apalagi
BOS itu termasuk dana alokasi publik yang semestinya dipertanggungjawabkan
kembali ke masyarakat. Sehingga kalaupun ada sanksi merupakan langkah wajar
karena BOS tidak boleh disalahgunakan oleh aparatur pemerintahan.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendiknas, Ibnu Hamad
mengatakan Rembuk Nasional adalah kegiatan rutin tahunan Kemendiknas.
"Pembiayaan untuk perjalanan ditanggung masing-masing peserta. Panitia hanya
menyiapkan akomodasi dan komsumsi," kata Ibnu. (Bay/OL-04)

Mediaindonesia.com, 12 Maret 2011

Berita

14 Mar 2011 | Komentar: 0

Patgulipat... Sekolah Siasati RSBI!


JAKARTA, KOMPAS.com -- Kualitas guru di sekolah berstatus rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) sebenarnya banyak yang belum memenuhi syarat,
terutama kemampuan dalam berbahasa Inggris. Meskipun demikian, sejumlah
sekolah menyiasatinya dengan beragam cara.

Sejumlah sekolah, misalnya, menyiasati rendahnya kemampuan guru berbahasa


Inggris dengan merekrut guru-guru honorer untuk mengajar berbagai mata
pelajaran dalam bahasa Inggris. Tenaga honorer yang lebih disukai umumnya
sarjana lulusan luar negeri karena lebih fasih berbahasa Inggris.

Di sekolah lainnya, guru yang seharusnya mengajar dalam bahasa Inggris hanya
menggunakan bahasa tersebut saat membuka pelajaran dan mengakhiri mata
pelajaran. Sementara pelajaran disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Dari penelitian dan evaluasi yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional


terungkap, lebih dari 80 persen guru dan kepala sekolah kemampuan bahasa
Inggrisnya sangat rendah. Berdasarkan hasil test of english for international
communication (TOEIC), para guru dan kepala sekolah berada di level novice (100-
250) dan elementry (255-400).

Kemampuan berbahasa Inggris yang rendah justru ada di guru-guru Matematika


dan sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Padahal, di RSBI seharusnya mereka
menyampaikan pelajaran dalam bahasa Inggris.

Dari sisi jenjang pendidikan, di tingkat SD kurang dari 50 persen kepala sekolah
yang berpendidikan S-2. Di tingkat SMP/SMA/SMK, sekitar 65-80 persen kepala
sekolah sudah S-2. Khusus guru, di tingkat SD baru sekitar 10 persen yang
berpendidikan S-2. Adapun guru SMP/SMA/SMK yang berpendidikan S-2 sebanyak
18-23 persen.

Meski RSBI banyak yang belum memenuhi syarat, kenyataannya sekolah yang
bermetamorfosis menjadi RSBI melonjak pesat. Dalam waktu kurang lima tahun,
sudah ada 1.329 SD, SMP, dan SMA/SMK berstatus RSBI.

Pengajuan baru

Lardi, Kepala Seksi Manajemen SMP dan SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta,
mengakui, masalah sumber daya guru di RSBI masih menghadapi kendala,
utamanya dalam penguasaan bahasa Inggris.

"Memang masih terbatas dalam penggunaan bahasa Inggris. Supaya murid tidak
bingung, saat menjelaskan konsep-konsep pelajaran menggunakan pengantar
bahasa Indonesia," ujarnya.
Pada kenyataannya, kendala tersebut tidak menghalangi Dinas Pendidikan DKI
memperbanyak RSBI. Hingga tahun 2010 sudah ada 40 sekolah RSBI. Pada tahun
ini, sebenarnya DKI mengajukan enam sekolah lagi, tetapi nasibnya tak jelas.

Untung Suwantoro, Kepala SD RSBI 11 Jakarta, mengatakan, sejak dibuka kelas


internasional untuk kelas 1-3 SD tahun 2007, minat orangtua murid, guru, dan
komite sekolah untuk mengembangkan RSBI sangat baik.

"Kemampuan guru dalam berbahasa Inggris memang harus ditingkatkan. Ini


tantangan buat kami," ujarnya.

M Nur, Kepala SMP RSBI 19 Jakarta, mengatakan, untuk mengatasi lemahnya


kemampuan guru berbahasa Inggris, guru-guru honorer yang fasih berbahasa
Inggris diangkat. (ELN)

ALAMAT : http://www.igi.or.id/2-view.php?
subaction=showfull&id=1300064478&archive=&start_from=&ucat=1&
Mendiknas Menjamin Tidak Akan Menarik Guru PNS Dari
Sekolah Swasta
December 30th, 2010

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menjamin, untuk sementara ini tidak akan ada
kebijakan menarik guru berstatus pegawai negeri sipil ( PNS) dari sekolah swasta. Mendiknas
mengakui, masalah ini cukup berat. Pasalnya, kenyataannya memang ada peraturan yang
mengatur bahwa pegawai negeri sipil (PNS) harus bekerja di bawah lembaga milik pemerintah.
“Kami berikan garansi kepada masyarakat bahwa Kemdiknas tidak punya kebijakan untuk
menarik guru negeri dari sekolah swasta,” ungkapnya di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Kamis
(30/12). Penegasan ini disampaikan, lanjut Mendiknas, lantaran dirinya banyak menerima
kritikan bahwa Kemdiknas yang sudah memberikan dana bantuan operasional sekolah (BOS)
kepada sekolah swasta, tetapi tidak bisa memberikan bantuan tenaga pendidik berupa guru
berstatus PNS.
Dijelaskan, jaminan itu bukan hanya untuk sekolah dasar dan menengah, tetapi juga terjadi di
lingkungan perguruan tinggi. Hingga saat ini masih cukup banyak dosen yang berstatus PNS
juga diperbantukan untuk mengajar di beberapa universitas atau perguruan tinggi swasta yang
dikoordinir oleh kopertis. Diakui, terkadang hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri.
“Untuk menjawab kondisi seperti ini, maka kami (Kemdiknas) masih melakukan pembahasan
dengan pihak Kementerian Pemeberdayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan-RB). Kami ingin merumuskan suatu kebijakan yang dapat memberikan suatu
pengecualian untuk guru atau tenaga pendidik. Saat ini pembahasan masih berlanjut. Namun
untuk sementara, kami tegaskan kembali tidak akan ada penarikan guru PNS dari sekolah-
sekolah swasta,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo
menyebutkan, beberapa tahun lalu memang ada surat edaran dari Kemenpan-RB yang intinya
melarang penempatan guru PNS di sekolah swasta. PGRI sudah lama menolak kebijakan itu,
tetapi tidak ada respons. Sejumlah pemerintah daerah ada yang mengikuti, ada yang masih
membiarkan,” ujar Sulistiyo.
Menurut Sulistiyo, sekolah-sekolah swasta, terutama SD dan SMP swasta kecil dan yang
kemampuannya keuangannya terbatas, tidak bisa sepenuhnya mengandalkan dana bantuan
operasional sekolah (BOS) dari pemerintah. Adanya bantuan guru PNS di sekolah swasta
mampu mengurangi biaya operasional sekolah sehingga bisa menggratiskan biaya pendidikan
dasar. (cha/jpnn)
ALAMAT: http://informasicpnsbumn.com/berita/mendiknas-menjamin-tidak-akan-
menarik-guru-pns-dari-sekolah-swasta.html
Dana BOS Akan Masuk APBD
January 7th, 2011

Pengucuran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), mulai tahun 2011, tidak lagi langsung ke
rekening sekolah melainkan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) setiap kabupaten dan kota dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU).
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Talkin. “Pada
hakekatnya sama, model pencairanya saja yang beda,” katanya, Kamis sore (6/1).
Talkin mengatakan tak tahu persis alasan pengalihan itu. Dia menduga, dengan dialihkanya
pencairan dana, kontrol dari pemerintah daerah bisa lebih maksimal.
Tahun ini Pemerintah Kabupaten Mojokerto mendapat dana BOS untuk 74.215 siswa tingkat
Sekolah Dasar (SD) dan 33.599 siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setiap siswa
mendapatkan Rp 33.085 setiap bulan untuk siswa SD dan Rp 49.000 setiap bulan untuk siswa
SMP.
Dalam satu bulan, total dana BOS mencapai Rp 4 miliar lebih. Namun dana dirapel, dan
dicairkan setiap tiga bulan sekali sebesar Rp 12 miliar lebih. Jadi, total dana BOS untuk siswa
SD dan SMP di Kabupaten Mojokerto dalam satu tahun mencapai Rp 48 miliar lebih.
Menurut Talkin, sebelumnya dana BOS yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) langsung dicairkan ke rekening sekolah. Saat itu, Dinas Pendidikan hanya
mendapat laporan dari pemerintah pusat. Namun tahun ini, dana terlebih dahulu masuk APBD
kabupaten dan kota.
Prosesnya, dana masuk APBD bersama daftar nama siswa dan sekolah penerima, juga rincian
uangnya. Setelah masuk APBD, dana dicairkan melalui Bank Jatim.
Proses pencairan juga melibatkan pengawas, di antaranya diisi oleh petugas dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten. Tak hanya itu,
masyarakat juga dilibatkan. Lembaga Swadaya Masyarakat dan wali murid bisa turut
mengontrol. “Karena ini terbuka,” ucapnya. Ref : Tempointeraktif
ALAMAT : http://informasicpnsbumn.com/pendidikan/dana-bos-akan-masuk-
apbd.html

UN 2011 Tidak Pakai Ulangan


January 4th, 2011
Sejumlah orangtua murid di Palu, Sulawesi Tengah, menyatakan setuju dengan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional yang akan menggunakan formasi baru dengan mengkombinasikan
nilai ujian nasional dan prestasi sekolah.
Eddy Lamandasa, orangtua murid di Palu, Selasa (4/1/2011), mengatakan kebijakan pemerintah
itu sudah tepat, sebab selama ini hasil Ujian Nasional yang hanya menggunakan nilai ujian
banyak merugikan siswa.
Karena itu, formasi baru dengan mengkombinasikan nilai ujian nasional dan prestasi sekolah
merupakan format yang tepat dan sangat membantu para siswa dalam pelaksanaan Ujian
Nasional nanti.
Menteri Pendidikan Nasional M Nuh mengatakan, Ujian Nasional 2011 menggunakan formulasi
baru dengan mengkombinasikan nilai ujian nasional dan prestasi sekolah.
“Kalau dulu hasil Ujian Nasional sendiri yang menentukan kelulusan siswa tapi pada 2011
dikombinasikan antara Ujian Nasional dengan prestasi sekolah,” kata Mendiknas M Nuh di
Jakarta, Kamis pekan lalu.
Saat menyampaikan konferensi pers mengenai refleksi akhir tahun tersebut, Mendiknas
mengatakan, sudah ada kesepakatan antara Kementerian Pendidikan Nasional dengan DPR
bahwa formula UN 2011 diperbaiki.
Formula yang digunakan adalah menggabungkan 60 persen hasil Ujian Nasional ditambah 40
persen prestasi sekolah terdiri dari nilai ujian dan rapor. Nilai setiap mata pelajaran minimum
4,00.
Bobot penilaian Ujian Nasional lebih tinggi karena jika prestasi sekolah yang lebih tinggi akan
sulit sebab tidak semua sekolah memiliki akreditasi dan kualitas yang sama.
Ia menambahkan, bagi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional dapat mengikuti ujian Paket C
untuk tingkat SMU dan SMK serta Paket B untuk tingkat SMP sebab tidak diadakan lagi ujian
ulang.
“Semangat perbaikan UN 2011 adalah untuk menghargai proses belajar mengajar yang dilalui
siswa,” kata Mendiknas.
Ujian Nasional yang dilaksanakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dan
menjadi pemetaan mutu program satuan pendidikan secara nasional. Ujian Nsional juga
bermanfaat sebagai pintu masuk untuk pembinaan dan perbaikan mutu pendidikan, baik ditingkat
satuan pendidikan maupun nasional. (Aef/At/Abd)-berita8
ALAMAT : http://informasicpnsbumn.com/general/un-2011-tidak-pakai-ulangan.html

Banyak Hasil Tes CPNS Daerah Tak Dilaporakan ke BKN


February 20th, 2011

Permintaan pemerintah (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi)


agar panitia seleksi CPNS memasukkan salinan hasil ujian ke Badan Kepegawaian Negara
(BKN), rupanya tidak diindahkan oleh semua daerah. Sebab nyatanya, masih ada Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) yang tidak memasukkan salinannya.
“Kami baru tahu kalau BKD tidak memasukkan, setelah ada laporan kecurangan CPNS di 40
daerah. Di mana dari 40 daerah tersebut, ada tiga kabupaten yang tidak memasukkan salinan
hasil ujiannya ke BKN,” tutur Deputi SDM bidang Aparatur Kementerian PAN & RB, Ramli
Naibaho, di kantornya, baru-baru ini.
Sebelumnya, Ramli mengatakan bahwa salinan hasil tes CPNS itu (diperlukan) untuk
mempermudah BKN dalam menilai apakah kelulusan yang diumumkan BKD murni atau tidak.
Sebab katanya, pemda bisa saja mengubah-ubah rangking CPNS, tapi BKN berhak
membatalkannya bila ternyata ada masalah.
“Inilah kelemahan sistem kita. Apalagi dengan era otda. Daerah seolah berpikir itu urusannya,
bukan pusat. Nanti kalau ada masalah, baru pusat dilibatkan,” tukasnya pula.
Meski baru tiga kabupaten yang ketahuan belum memasukkan salinan hasil tes CPNS, Ramli
memprediksikan jumlahnya akan bertambah. Mengingat katanya, ini masih bulan Februari.
Apalagi, belum semua daerah yang telah melakukan pemberkasan CPNS di BKN.
“Jumlahnya akan bertambah, karena masalah itu muncul ketika mulai pemberkasan,” ucap
Ramli, sembari menambahkan akan melakukan koordinasi dengan BKN untuk mendata, berapa
daerah yang (telah) memasukkan hasil ujian CPNS itu. (esy/jpnn)
ALAMAT : http://informasicpnsbumn.com/hasil-seleksi/banyak-hasil-tes-cpns-daerah-
tak-dilaporakan-ke-bkn.html

Pemerintah Menetapkan Jadwal UN Ujian Nasional 18 – 21 April


2011
January 4th, 2011

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan jadwal ujian
nasional (UN) tahun 2011. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan Nasional, Mansyur Ramli, UJian Nasional (UN) untuk tingkat SMA/MA/SMK
dijadwalkan pada tanggal 18 April hingga 21 April 2011.
Selain itu, pihak Mendiknas menjadwalkan UN susulannya pada tanggal 25-28 April 2011. Ujian
susulan hanya dapat diikuti oleh siswa yang berhalangan ikut UN seminggu sebelumnya.
Pengumuman hasil UN oleh sekolah dijadwalkan tanggal 16 Mei 2011. Bagi sekolah kejuruan
menurut Mansyur Ali, pihak sekolah harus melaksanakan Ujian Nasional Kompetensi keahlian
Kejuruan satu bulan sebelum UN dimulai.
Bukan hanya UN tingkat SMA, Kemendiknas juga merilis tanggal UN tingkat SMP/MTS yaitu
tanggal 25-28 April 2011. UN susulan bagi tingkat SMP akan diselenggarakan pada 3-6 Mei
2011. Pengumuman hasil UN tingkat SMP oleh sekolah yang bersangkutan paling lambat
tanggal 4 Juni.
Penetapan ini berdasarkan Peraturan menteri nomor 45 mengenai kriteria kelulusan dan nomor
46 Mengenai Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2010. Penetapan Peraturan Menteri nomo
45 dan 46 tahun 2010 sendiri telah ditanda tangani Menteri Pendidikan Mohammad Nuh. Meski
telah dijadwalkan tanggal UN, akan tetapi mata pelajaran yang akan di ujikan masih belum
ditetapkan urutan pastinya. Ref : republika
ALAMAT : http://informasicpnsbumn.com/general/pemerintah-menetapkan-jadwal-
un-ujian-nasional-18-21-april-2011.html

Sistem Pencairan BOS Menuai Masalah


• Kepala Sekolah Cari Talangan
KUDUS- Belum kunjung cairnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hingga
memasuki bulan ketiga, disinyalir berasal dari sistem pencairan yang sekarang
ditangani langsung oleh pejabat daerah.

Kemunculan kesan belum siap, karena kali pertama dilakukan.


Ketua Komisi D (bidang pendidikan) DPRD Kabupaten Kudus Sunarto mengatakan,
kekurangsiapan terlihat pada pencairan di triwulan awal ini. Pihaknya memaklumi
sistem baru yang dijalankan, tetapi jangan sampai menyepelekan.

"BOS sangat dibutuhkan oleh sekolah, jangan sampai sistem baru yang
diimplementasikan membuat BOS molor," katanya saat dihubungi Suara Merdeka,
kemarin.

Pihaknya meminta instansi pendidikan untuk mempercepat pencairan BOS serta


menyiapkan diri menghadapi pencairan tahap berikutnya. "Jangan sampai
pencairan berikutnya terkendala, ini harus menjadi pembelajaran bersama,"
ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kudus Sudjatmiko


mengaku sejauh ini kendala yang dihadapi adalah pada entri data ke sistem
informasi daerah (Simda).

Setiap berkas dari sebuah sekolah memakan waktu dua hingga tiga jam. Itu pun
bagi sekolah yang berkas Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Rincian Anggaran
Belanja (RAB) tidak bermasalah. Saat ini sekolah penerima BOS di Kudus mencapai
484 sekolah, terdiri atas 457 SD/MI dan 27 SLTP sederajat. "Sampai sekarang kami
kebut target entri data dari ratusan sekolah penerima BOS. Sejauh ini sudah
mencapai 30%," ujarnya.

Pihaknya menyiapkan pegawai khusus untuk entri data satu hari penuh. Ia
membagi tiga waktu dalam sehari, masing-masing waktu lima pegawai. "Kami tidak
menunda-nunda pencairan, sistemnya memang baru dan membutuhkan waktu.
Kalaupun bisa dicairkan sekarang, akan saya cairkan," tegasnya.
Cari Talangan Kepala Sekolah SMP Kanisius Kudus M Basuki Sugita mengatakan,
saat ini satuan pendidikan mencari dana talangan ke sejumlah pos keuangan
sekolah, seperti uang warung, uang piknik, pakai uang pribadi kepala sekolah atau
pinjam orang tua murid atau komite. ’’Setiap bulan sejak Januari kemarin, paling
tidak mencari talangan Rp 3 juta,’’ katanya.

Dana BOS yang diterima sekolahnya setiap triwulan berkisar Rp 28 juta. Pihaknya
sebagai kepala sekolah juga mengeluhkan jika sampai akhir Maret dana BOS belum
juga cair, hampir dipastikan roda pembelajaran terganggu.
Sebab, Maret ini banyak agenda kegiatan belajar mengajar seperti mid semester 2
dan ujian sekolah yang menyedot anggaran sekolah. ’’Tentu sekolah tidak akan
mengorbankan anak didiknya hanya masalah keuangan,’’ ujarnya.

Dana BOS yang diterima Pemkab Kudus tahun 2011 sekitar Rp 38 miliar. Jumlah ini
lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 24 miliar. Hal ini
disebabkan adanya penambahan kuota sekolah berupa Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Perincian dana tersebut untuk SMP sederajat
mencapai Rp 12,8 miliar, sedangkan untuk SD sederajat mencapai Rp 25,9 miliar.
(H74-75)

ALAMAT:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/03/03/138749/Sistem-
Pencairan-BOS-Menuai-Masalah
Rembuk Pendidikan Nasional Bahas Masalah BOS

14/03/2011 - 4:44pm

JAKARTA--MICOM:Masalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


menjadi salah satu bahasan penting dalam Rembuk Pendidikan Nasional (RPN) yang akan
digelar Kemendiknas, 16-18 Maret 2011.
"Ya pada pembahasan di Komisi tujuh tentang tata kelola akan dibahas tentang BOS," kata
Sekjen Kemendiknas Dodi Nandika di kantor Kemendiknas, Jakarta, Sabtu (12/3). Saat
menjawab sanksi finansial yang disiapkan terhadap daerah yang lamban mencairkan BOS pada
waktu yang ditetapkan, Dodi menyatakaan sanksi finansial bisa dipercepat tahun ini. Menurut
dia, sanksi bisa diberlakukan karena masih ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBNP) yang masih dibahas.
Di ranah APBNP inilah Kemendiknas dapat memberikan daftar daerah yang masih belum
mengelontorkan dana bantuan sekolah atau BOS kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
sebagai bahan pertimbangan pengurangan dana pembangunan untuk daerah.
Sebelumnya Mendiknas Mohammad Nuh mengatakan sanksi finansial baru akan diberlakukan
tahun depan karena anggaran tahun ini sudah diputuskan dan berjalan sesuai program yang
dijadwalkan. Sekjen sependapat dengan Mendiknas bahwa sanksi finansial lebih efektif daripada
surat teguran atau peringatan.
Ia menambahkan adanya sanksi finansial sebagai bagian dari reward and punishment yang harus
dijalankan dalam suatu pemerintahan yang baik. Apalagi BOS itu termasuk dana alokasi publik
yang semestinya dipertanggungjawabkan kembali ke masyarakat. Sehingga kalaupun ada sanksi
merupakan langkah wajar karena BOS tidak boleh disalahgunakan oleh aparatur pemerintahan.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendiknas, Ibnu Hamad mengatakan
Rembuk Nasional adalah kegiatan rutin tahunan Kemendiknas. "Pembiayaan untuk perjalanan
ditanggung masing-masing peserta. Panitia hanya menyiapkan akomodasi dan komsumsi," kata
Ibnu. (Bay/OL-04)
ALAMAT : http://118.98.232.58/rembuknasional/?q=view_berita/72

masalah Dana BOS


oleh Intitut Leadership Indonesia pada 21 Maret 2011 jam 18:49
EPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ombudsman Republik Indonesia siap memanggil Menteri
Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh, untuk menjelaskan aturan pengiriman dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) untuk tahun 2011. "Terkait pelaporan ICW (Indonesia Corruption
Watch), bahwa berdasarkan riset mereka, Permendiknas Nomor 37 tahun 2010 tentang petunjuk
teknis pengucuran dana BOS, justru menganggu percepatan pencairan dana tersebut," ungkap
Ketua Umum Ombudsman RI, Danang Girindrawardana, kepada Republika, Senin (21/3).

Laporan ICW tersebut yang diwakili Febri Hendri, Koordinator Divisi Pelayanan Publik ICW,
menyatakan Permendiknas Nomor 37 tahun 2010 ini merubah pola pengiriman dana BOS, dari
sebelumnya Kas Negara langsung ke sekolah, akan tetapi tahun ini dari Kas Negara melalui kas
daerah baru ditransfer ke sekolah. Ketidaksiapan daerah kemudian membuat pengucuran dana
BOS berjalan amat lambat.

Danang menjelaskan, berdasar rekomendasi dan laporan ICW, Ombudsman bisa


merekomendasikan kepada Menteri Pendidikan untuk merevisi aturan tersebut. Rekomendasi ini
berupa systemic review, dengan menilai kelayakan Permendiknas tersebut apa bisa dipakai atau
Ombdusman merekomendasikan untuk merevisi aturan tersebut.

Akan tetapi, Danang menjelaskan bahwa pihaknya harus melihat lagi apakah keterlambatan ini
benar akibat permendiknas No 37 tahun 2010 ataukah sebab lain. "keterlambatan ini kita lihat
lagi apakah benar karena aturan Permendiknas, dan ini baru pertama sehingga untuk yang kedua
akan kita lihat kembali, dan juga dibandingkan dengan waktu kemarin," ucapnya.

Akan tetapi, yang ia tekankan bahwa Ombudsman tak bisa memberikan sanksi kepada pejabat
politik seperti menteri atau gubernur. Akan tetapi, Ombudsman bisa memberikan sanksi kepada
pejabat birokrasi seperti Sekretaris jenderal atau sekretaris daerah.

Sementara anggota Ombudsman lainnya, Hendra Nurcahyo menyatakan bahwa berdasarkan


laporan ICW telah terjadi penyelewengan dana BOS secara sistematik. Kemudian
penyelewengan ini juga melibatkan kepala sekolah dan dinas pendidikan daerah. "BOS saat ini
menjadi ladang korupsi dan ini menjadi concern kami," ungkapnya.

Secepatnya, ia berusaha mengklarifikasi khususnya atas laporan ICW, yaitu maladministrasi


yang dilakukan Menteri pendidikan, Kepala Dinas daerah dan juga Kepala Sekolah. "Karena
kami punya otoritas untuk mengusulkan adanya perubahan aturan perundang-undangan,"
pungkasnya.

Terkait revisi Permendiknas Nomor 37 tahun 2010, Danang menyatakan hal itu bisa
direkomendasikan oleh pihaknya. Bukan hanya itu, saat ini sedang dilakukan revisi terhadap
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Otonomi Daerah. Menurutnya mekanisme
kewenangan daerah yaitu kabupaten/ kota saat ini termasuk pendidikan rawan penyelewengan.
"Menyangkut revisi 32, kami sebagai mitra DPR terus memetakan kewenangan dan pelayanan
publik khususnya pelayanan dana BOS, dana kecamatan, dana bantuan kesehatan pada
puskesmas," pungkasnya.
ALAMAT : http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=108096055938747

Tuntaskan Masalah Dana BOS, Kemendiknas Siap Bertemu


Kemendagri
MedanBisnis – Jakarta. Keterlambatan pencairan dana BOS di sejumlah daerah di Indonesia
telah menimbulkan gonjang-ganjing di dunia pendidikan. Terkait hal ini, Ombudsman RI akan
mempertemukan pihak-pihak yang terkait, terutama Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Dalam Negeri.
"Ya, siap. Pokoknya ini dibutuhkan komitmen dan inisiatif dari Pemda untuk melakukan
penerobosan supaya BOS cepat sampai ke sekolah," ujar Suyanto, Dirjen Pendidikan Dasar
Kemendiknas di Kantor Ombudsman RI, Jl Juanda, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3/2011).

Menurut Suyanto, Mendiknas M Nuh dan Mendagri Gamawan Fauzi sudah saling mendesak
untuk turun ke daerah demi menyelesaikan permasalahan pencairan dana BOS yang macet
karena lambatnya inisiatif dari Pemda setempat.
"Sudah saling mendesak. Hampir setiap saat Pak Menteri telepon Dirjen Dalam Negeri dan
Mendagri. Kita juga buat laporan khusus untuk Presiden. Kami minta kemendagri mencari solusi
supaya jangan saling menyalahkan," katanya seusai pertemuan antara Ombudsman RI dan
Kemdiknas terkait aduan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) tentang dana BOS.

Terkait sosialisasi peraturan baru BOS yang dianggap terburu-buru, Suyanto menyatakan bahwa
efektivitas dari sosialisasi tersebut tergantung dari sekolah yang bersangkutan.

"Yang disosialisasi materinya sama, dari Kemenkeu, Kemendagri dan Kemendiknas itu sama
semua. Buktinya ada juga kabupaten yang cepat. Artinya esensi cepat sampai, tapi memang ada
sekolah yang cepat mengerti, ada yang nggak," kata pria berkacamata ini.

Menurut Suyanto, permasalahan keterlambatan dana BOS ini terjadi karena tidak adanya inisiatif
dari masing-masing daerah penerima dana BOS.

"Ini terjadi karena daerah tidak memiliki inisiatif untuk komitmen agar dana BOS sampai ke
sekolah," katanya.

Bahkan, beberapa sekolah ada yang meminjam uang dari koperasi sekolah untuk menutupi
kekurangan dana yang seharusnya ditutupi oleh keberadaan dana BOS.

"Di sini ada kendala bagaimana menutupi BOS itu, sekolah-sekolah rata-rata meminjam duit dari
koperasi sebelum BOS datang," ujarnya.(dtc)

ALAMAT :
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/03/30/26365/tuntaskan_masalah
_dana_bos_kemendiknas_siap_bertemu_kemendagri/

Pendaftaran Mahasiswa Baru Prodi Pendidikan dan Evaluasi


Pendidikan (S2)
posted: 01.09.2010 10:01:46 by: Sugiyanto, dibaca: 18373 kali

Semarang, spmu.unnes.ac.id. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan


Nasional nomor 118/D/O/2010 tanggal 10 Agustus 2010 tentang Pemberian Ijin
Penyelenggaraan Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (S2) pada
Universitas Negeri Semarang, maka Unnes akan menyelenggarakan seleksi
penerimaan mahasiswa baru Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
jenjang program Pascasarjana (S2) tahun akademik 2010/2011 melalui jalur SPMU.
Pendaftaran dilaksanakan pada tanggal 01 s.d. 03 September 2010 dengan sistem
online. Informasi lengkap mengenai pendaftaran ini dapat dilihat pada
Pengumuman Pendaftaran
ALAMAT : http://spmu.unnes.ac.id/?
tf=hRoNFnq99anlVA0PW83WTl4jIGFG3PfHxrNr7q6c5yg=&i=d6Z2H1Y6K19uwhhccp
wnCyKwpclmd0SWKQFoy2UlN88=

Sistem Pendaftaran Online Mahasiswa Baru


PPs Unnes 2009/2010
Top of Form

Penilaian Pengunjung: /0

Terjelek Terbaik

Bottom of Form
Ditulis oleh Ahmad Mundzir
Selasa, 24 Maret 2009 14:59

Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan ini mengumumkan bahwa


pendaftaran Seleksi Penerimaan Mahasiswa UNNES (SPMU) untuk Program
Pascasarjana (Magister & Doktor) dengan sistem on line dilaksanakan dalam dua
tahap. (a). Gelombang I (BPPS & Non BPPS) Januari s.d 30 April 2009. (b).
Gelombang II (Non BPPS) 1 Mei s/d 25 Juli 2009.
Pendafataran untuk calon mahasiswa yang ingin memperoleh beasiswa BPPS
dimulai awal Januari sampai dengan akhir April 2009 (Gelombang I), Syarat untuk
memperoleh beasiswa BPPS adalah dosen PTN atau dosen tetap PTS.
Pendaftaran calon mahasiswa dengan biaya sendiri atau instansi dapat dilakukan
pada gelombang I dan atau Gelombang II (Januari - 25 Juli 2009) . Perkuliahan akan
dimulai pada September 2009
Calon peserta dapat mengisi formulir pendaftaran melalui situs SPMU UNNES
dengan alamat http://spmu.unnes.ac.id.

KETENTUAN UMUM
1. Bagi pelamar Program Magister (S2)
1. Memiliki Ijazah S1 jurusan dari PTN atau PTS dalam dan luar negeri
yang ijazahnya diakui oleh Depdiknas.
2. Berindeks Prestasi minimal 2,75 atau berpengalaman kerja yang
memadai.
2. Bagi pelamar Program Doktor (S3)
1. Memiliki ijazah S1 & S2 yang diakui oleh Depdiknas.
2. Berindeks Prestasi minimal 3,00 atau berpengalaman kerja yang
memadai.
3. Mengikuti seleksi masuk PPs Unnes
4. Memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar di UNNES.
5. Sehat Jasmani dan rohani, tidak memiliki ketunaan/cacat yang dapat
mengganggu kelancaran dalam melaksanakan tugas yang sesuai dengan
program studi pilihan.
6. Sanggup mematuhi Tata Tertib Kehidupan Kampus dan memenuhi semua
persyaratan sebagai Mahasiswa UNNES, termasuk menanggung biaya belajar
yang berupa uang kuliah, uang praktikum, dan lain-lain.
PROSEDUR PENDAFTARAN
1. Peserta mengisi formulir pendaftaran secara on line pada situs SPMU (dapat
diakses dari warnet, atau melalui komputer yang terhubung dengan jaringan
Internet, atau juga melalui jaringan komputer lokal UNNES yang disediakan
panitia di Gedung A Lantai I Kampus Bendan Ngisor, Semarang).
2. Setelah melakukan pengisian formulir dengan benar, peserta akan
memperoleh nomor PIN dan formulir pendaftaran yang harus dicetak melalui
printer (petunjuk pengisian formulir pendaftaran dapat dilihat di situs SPMU).
3. Selanjutnya peserta melakukan pembayaran biaya pendaftaran sesuai pilihan
program masing-masing: (a). Rp 200.000,- bagi peserta yang mendaftar
Program Magister (S2); (b). Rp 500.000,- bagi peserta yang mendaftar
Program Doktor (S3). Pembayaran dilakukan melalui transfer ke rekening
Rektor Unnes Nomor 0031410331 pada Bank BNI 46, Cabang Semarang Jl. MT
Haryono 16 Semarang dengan mencantumkan nama dan nomor PIN pada slip
bukti pembayaran.
4. Dengan membawa bukti cetak formulir pendaftaran dan bukti pembayaran,
peserta melakukan pendaftaran ulang (verifikasi) di meja pelayanan SPMU
PPs Unnes di Gedung A Lantai I Kampus Bendan Ngisor, Semarang, Jawa
Tengah dengan menyerahkan Kelengkapan Berkas yang di butuhkan.
5. Setelah dinyatakan lengkap peserta akan mendapatkan Nomor Tes
Pendaftaran.

KELENGKAPAN BERKAS (harus dibawa pada saat Verifikasi)


Program Magister (S2)
1. Salinan ijazah dan transkrip akademik S1 yang telah dilegalisir sebanyak 2
Lembar.
2. Pas photo berwarna kertas dof ukuran 3 x 4 sejumlah 4 lembar.
3. Surat Rekomendasi akademik dari 2 orang dosen yang pernah
membimbing/mengampu yang dapat didownload klik di sini.
4. Surat izin dari Pimpinan instansi/lembaga tempat bekerja. yang dapat
didownload klik di sini.
5. Surat keterangan Sumber Pembiayaan yang dapat didownload klik di sini.
6. Bagi Pelamar BPPS harus mengisi & melampirkan BLANGKO PENGAJUAN BPPS
yang dapat didownload klik di sini.
Program Doktor (S3)
1. Salinan ijazah dan transkrip akademik S1 & S2 yang telah dilegalisir
sebanyak 2 Lembar.
2. Pas photo berwarna kertas dof ukuran 3 x 4 sejumlah 4 lembar.
3. Surat Rekomendasi akademik dari 2 orang dosen yang pernah
membimbing/mengampu yang dapat didownload klik di sini.
4. Surat izin dari Pimpinan instansi/lembaga tempat bekerja (bagi calon yang
sudah bekerja). yang dapat didownload klik di sini.
5. Surat keterangan Sumber Pembiayaan yang dapat didownload klik di sini.
6. Menyerahkan Rancangan Usulan Disertasi sebanyak 5 eksemplar.
7. Bagi Pelamar BPPS harus mengisi & melampirkan BLANGKO PENGAJUAN BPPS
yang dapat didownload klik di sini.

PELAKSANAAN TES
1. Program Magister (S2)
• Tes Gelombang I :
• 5 Mei 2009 Tes Tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• Khusus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris setelah Tes Tertulis dilaksanakan Tes
Uraian (academic writing)
• Tes Gelombang II :
• 28 Juli 2009 Tes Tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• Khusus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris setelah Tes Tertulis dilaksanakan Tes
Uraian (academic writing)
2. Program Doktor (S3)
• Tes Gelombang I :
• 5 Mei 2009 Tes Tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• 6 Mei 2009 Tes Wawancara
• Tes Gelombang II :
• 28 Juli 2009 Tes tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• 29 Juli 2009 Tes Wawancara

LAIN-LAIN
1. Peserta SPMU PPs Unnes yang mendaftar langsung di sekretariat panitia
SPMU dilayani pada hari Senin s.d. Kamis (jam 08.00-15.00), dan Jumat (jam
08.00-11.00).
2. Informasi pendaftaran selengkapnya dan jumlah pendaftaran dapat dilihat di
situs SPMU http://spmu.unnes.ac.id.
3. Peserta yang, tidak melaksanakan daftar ulang (verifikasi) dinyatakan batal
menjadi peserta tes.
4. Peserta tes menyiapkan alas tulis, pencil 2B, dan karet penghapus untuk
menuliskan jawaban pada lembar jawab tes SPMU.
5. Informasi mengenai tempat dan jadwal tes dapat dilihat pada Kartu Peserta
SPMU.
6. Hasil seleksi akhir akan diumumkan pada tanggal 12 Mei 2009 (gelombang I)
dan tanggal 4 Agustus 2009 (Gelombang II) melalui Situs SPMU Unnes
http://spmu.unnes.ac.id
7. Peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi diwajibkan melakukan registrasi
pada tanggal 12 -16 Mei 2009 (bagi gelombang I) dan tanggal 10-15 Agustus
2009 (bagi gelombang II).
8. Peserta yang tidak lolos gelombang I diperbolehkan mengikuti seleksi
mahasiswa baru pada gelombang II sebagai pendaftar baru.
9. Peserta yang dinyatakan lulus seleksi pada suatu program studi tidak
diperkenankan untuk mengajukan permohonan pindah ke program studi lain.
10.Peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi melalui jalur SPMU akan
dinyatakan gugur apabila yang bersangkutan tidak hadir pada tanggal
registrasi
11.Selain SPP dan biaya pendidikan lain, mahasiswa Unnes berkewajiban
membayar Sumbangan Pengembangan Lembaga minimal sebesar Rp
5.700.000,- (Bagi S2) dan 7.200.000,- (Bagi S3) diangsur selama 3 semester
12.Apabila terjadi perubahan jadwal dan ketentuan lain, perubahan akan
diumumkan melalui Situs SPMU : http://spmu.unnes.ac.id

ALAMAT : http://pps.unnes.ac.id/pps1/index.php?
option=com_content&view=article&id=50:sistem-pendaftaran-onlile-pps-
unnes-20092010&catid=1:latest-news

Berita
Unnes Buka Pendaftaran SPMU untuk Daerah Tertinggal
posted: 07.08.2010 15:41:35 by: Sugiyanto, dibaca: 11649 kali
Semarang, spmu.unnes.ac.id. Berdasarkan Pengumuman Rektor Unnes Nomor
5239/H37/KM/2010 TENTANG SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA UNNES
BERBEASISWA UNTUK DAERAH TERTINGGAL (SPMU-DT) maka Unnes membuka
pendaftaran SPMU untuk Daerah tertinggal.
SPMU-DT adalah program penerimaan mahasiswa baru Universitas Negeri Semarang
melalui jalur khusus bagi lulusan SMA/SMK/MA tahun 2010 yang berasal dari
keluarga kurang mampu dan/atau berdomisili di daerah tertinggal. Peserta akan
memperoleh kemudahan melalui seleksi administratif dan uji kelayakan tanpa tes,
dan peserta akan menerima beasiswa berupa bantuan SPL, SPP, biaya pendidikan
dan biaya hidup selama menjadi mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Pendaftaran dilaksanakan pada tanggal 04 s.d. 10 Agustus 2010 dengan sistem
online. Peserta dapat mengisi formulir pendaftaran melalui situs SPMU Unnes
dengan alamat http: //spmu.unnes.ac.id, dengan ketentuan sebagai berikut.
PERSYARATAN PESERTA
1. Berijazah SMA/SMK/MA tahun 2010.
2. Memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar di Unnes.
3. Sehat jasmani dan rohani; tidak memiliki ketunaan/cacat yang dapat
mengganggu kelancaran belajar.
4. Memiliki kemampuan akademik untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di perguruan tinggi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
5. Berasal dari daerah tertinggal/terpencil di Jawa Tengah dan bersedia untuk
bekerja atau melaksanakan tugas di daerah asalnya.
6. Memiliki bakat khusus dan berprestasi di bidang akademik, seni, olahraga,
Lomba Keterampilan Siswa (LKS), atau Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR)
yang memenangkan kejuaraan minimal tingkat kota/kabupaten, untuk
dipertimbangkan diterima pada program studi yang relevan
7. Tidak pernah tinggal kelas.
8. Sanggup mematuhi Tata Tertib Kehidupan Kampus (Keputusan Rektor Nomor
92/O/ 2005) dan memenuhi semua persyaratan sebagai mahasiswa Unnes.
PROSEDUR PENDAFTARAN
1. Peserta mengisi formulir pendaftaran secara online pada situs SPMU (yang
dapat diakses dari warnet, melalui komputer yang terhubung dengan jaringan
internet di rumah).
2. Setelah melakukan pengisian formulir dengan benar, peserta akan
memperoleh nomor PIN dan formulir pendaftaran yang harus dicetak
(petunjuk pengisian formulir pendaftaran dapat dilihat di situs SPMU).
3. Selanjutnya peserta melakukan pembayaran biaya pendaftaran sebesar Rp
200.000,00. Pembayaran dapat ditransfer ke rekening Rektor Unnes Nomor
1051.000003 pada Bank Jateng Cabang Pembantu Unnes dengan
mencantumkan nama, asal sekolah, dan nomor PIN pada slip bukti
pembayaran.
4. Dengan membawa bukti cetak formulir pendaftaran dan bukti pembayaran,
peserta melakukan pendaftaran ulang (verifikasi) di meja pelayanan SPMU di
Gedung H Lantai I kampus Sekaran, Sub-Bagian Pendidikan dan Evaluasi
BAAKK Unnes, dengan membawa:
a. Surat pengantar pendaftaran SPMU-DT dari Kepala Sekolah; b.Surat
rekomendasi dari Bupati/Dinas Pendidikan setempat;
b. Surat Pernyataan dari Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa peserta
adalah lulusan siswa SMA, MA, SMK tahun 2010 yang berprestasi;
d.Formulir pendaftaran dan bukti pembayaran biaya pendaftaran;
c. Fotokopi ijazah bagi lulusan SMA/SMK/MA/Kesetaraan yang telah
diligalisasi Kepala Sekolah atau pejabat yang berwenang;
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 3X4 cm sebanyak 2 lembar;
e. Fotokopi piagam/sertifikat kejuaraan minimal tingkat kota/kabupaten
atas bakat khusus dan prestasi di bidang akademik, seni, olahraga
ataupun bidang lainnya.
f. Fotokopi rapor kelas I s.d. III (disahkan Kepala Sekolah);
g. Fotokopi nilai Ujian Nasional (disahkan Kepala Sekolah);
h. Fotokopi Kartu Keluarga atau daftar keluarga yang menjadi tanggungan
orang tua/wali.
i. Fotokopi bukti setoran rekening listrik untuk tiga bulan terakhir.

File PDF | Lihat Arsip Berita


About us | Contact us
ALAMAT : http://spmu.unnes.ac.id/?
tf=DUZWeqB7rZ2XcQUHcoZZWJVIq90yjezz9HhQClE3JiA=&i=OPNMtXj9zwXtKQGvlU2
1n1vfBAVNW@01Cry3yLFfcjY=

Pendaftaran Mahasiswa Unnes Jalur SPMU


Posted by Mifta Churohman pada 22 Januari 2009
Pendaftaran mahasiswa Unnes untuk jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Unnes (SPMU) tahun
2009, dilaksanakan pada tanggal 13 Januari – 13 Februari 2009 dengan sistem on line, seperti
juga tahun sebelumnya, sesuai dengan Pengumuman Rektor Unnes Nomor: 6193/H37/PP/2008
tanggal 22 November 2008 tentang Seleksi Penerimaan Mahasiswa Unnes (SPMU) 2009.
Ketentuan Umum
Kententuan yang ada antara lain, calon/peserta terdaftar sebagai siswa kelas III pada tahun ajaran
2008, atau lulusan 2006, 2007, dan 2008.
Program Studi yang dibuka adalah untuk jenjang Strata 1 (S-1) dan jenjang Diploma III (D-III),
peserta dapat memilih dua program studi.
Prosedur Pendaftaran Peserta pengisi pendaftaran secara on line pada situs SPMU Unnes
dengan alamat http://spmu.unnes.ac.id (bisa di-link dari situs ini);
setelah mengisi dengan benar maka peserta akan mendapat nomor PIN, formulir tersebut silakan
di cetak (sendiri), dan lakukan pembayaran/transfer ke Rekening Rektor Unnes nomor:
1051.000003 pada Bank Jateng Cabang Pembantu Unnes, adapun biaya pendaftaran adalah:
program studi kelompok selain olahraga atau seni, sebesar Rp 175.000,- dan untuk kelompok
olahraga atau seni sebesar Rp 200.000,-.
Peserta harus melakukan verifikasi (daftar ulang) ke Unnes (meja pelayanan SPMU Unnes
Gedung Rektorat Lantai Dasar (Lobby) Kampus Sekaran Gunungpati Semarang.
Verifikasi digunakan untuk menentukan NOMOR TES PESERTA dan Tempat
Pelaksanaan Tes; bagi Peserta yang tidak verifikasi maka dinyatakan BATAL menjadi
peserta tes (meskipun sudah membayar ke bank).
Pelaksanaan Tes Tes tertulis dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2009 (tempat ditentukan
pada saat verifikasi), pemilih program studi olahraga atau seni wajib tes keterampilan pada
tanggal 01 Maret 2009 (tempat Komplek Fakultas Bahasa dan Seni (Gedung B) untuk kelompok
seni, dan Komplek Fakultas Ilmu Keolahragaan (Gedung F – GOR) untuk kelompok olahraga.
Layanan SPMU 2009
Pelayanan SPMU sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan, untuk hari Senin – Kamis jam
08.00 – 15.00, untuk hari Jumat jam 08.00 – 11.00.
Ditempat pelayanan juga disediakan beberapa komputer yang dapat digunakan untuk melakukan
pendaftaran, tetapi kami sarankan pengisian formulir dilakukan ditempat masing-masing (terlebih
yang kolektif dari koordinator sekolah).
Layanan SPMU bertempat di Gedung Rektorat Unnes Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,
Ruang Lobby.
Pengumuman Hasil Seleksi
Hasil seleksi disampaikan melalui situs SPMU atau layanan SMS (Ketik UNNES, kirim ke 7890
pada waktu yang telah ditentukan (sesuai jadwal).
Hasil tes tertulis dan tes keterampilan diumumkan pada tanggal 17 Maret 2009, dan yang lulus tes
(17/03/2009) masih wajib mengikuti tes wawancara pada tanggal 29 Maret 2009.
SELEKSI AKHIR DIUMUMKAN PADA TANGGAL 05 MEI 2009, (tidak disediakan
pengumuman yang ditempel pada papan pengumuman).
Biaya SPP dan Lain-lain
Selain membayar SPP dan biaya lain pendidikan, mahasiswa baru Unnes berkewajiban
membayar Sumbangan Pengembangan Lembaga (SPL) minimal sebesar Rp 5.000.000,- (lima
juta rupiah), DAN SEMUA PEMBAYARAN TIDAK DAPAT DIBATALKAN KECUALI
PESERTA TIDAK LULUS UJIAN AKHIR NASIONAL ATAU UJIAN KESETARAAN.
Keterangan Lain
Apabila terjadi perubahan jadwal dan ketentuan lain, perubahan itu akan diumumkan melalui
situs SPMU.
Penjelasan yang benar adalah yang ada di Pengumuman Rektor Nomor 6193/H37/PP/2008
tanggal 24 November 2008 (cetakan), dan pada situs SPMU Unnes dengan alamat
http://spmu.unnes.ac.id.
Atau silakan menghubungi sekretariat panitia SPMU 2009, dengan alamat:
BAAK Unnes, Rektorat Unnes Gedung H Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229,
Telepon (024)-8508084, 8508092 (Hunting psw 25) Faks. (024)-8508084.
Website: http://spmu.unnes.ac.id
ALAMAT : http://miftachr.wordpress.com/2009/01/22/pendaftaran-mahasiswa-unnes-
jalur-spmu/

Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI ke-43 Tahun 2011


By p. Handaka | Filled under: General competition, Lomba ESSAY, STUDENT
competition
Deadline: 16 Mei 2011
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan AJB Bumiputera 1912 akan
menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-43 Tahun 2011. LKIR adalah ajang
kompetisi ilmiah bagi remaja Indonesia usia 12-19 tahun yang memiliki ketertarikan di dunia
penelitian, guna meningkatkan kesadaran dan kemampuan mereka dalam menganalisa
permasalahan dan mencari solusi yang tepat melalui penelitian dan aplikasi iptek. Setiap peserta
harus mengikuti semua persyaratan yang tercantum pada informasi di bawah ini sebelum
membuat scientific paper/karya tulis ilmiah. Rangkaian pelaksanaan lomba berupa:
1. Peserta mengirimkan proposal penelitian kepada panitia lomba : 16 Mei
2011
2. Proposal yang lolos seleksi akan dilakukan pembimbingan minimal 3 (tiga)
bulan oleh pembimbing (yang ditentukan LIPI) melalui komunikasi jarak jauh
seperti via electronic mail dan telepon : Juni-September 2011
3. Hasil akhir penelitian berupa karya tulis ilmiah akan diseleksi kembali untuk
diundang mengikuti presentasi/expose sebagai Finalis di Jakarta : 23
September 2011
4. Finalis melakukan presentasi hasil penelitian mereka dihadapan Dewan Juri
berupa paparan Power Point dan Poster hasil penelitian : 3 Oktober 2011
5. Pemenang akan diumumkan pada malam penganugerahan : 4 Oktober 2011
Pemenang akan mendapatkan uang tunai dari AJB Bumiputera 1912 dan Piala serta Piagam
Penghargaan dari LIPI
1. Pemenang I : Rp 12.000.000,- (Dua belas juta rupiah)
2. Pemenang II : Rp 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah)
3. Pemenang III : Rp 8.000.000,- (Delapan juta rupiah)
Panitia Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-43 Tahun 2011
Gedung Sasana Widya Sarwono Lt. 5
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10
Jakarta Selatan 12710
Telp (021) 5225711, ext. 273, 274, 276
Fax. (021) 52920839, 5251834
» Situs Biro Kerja sama dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
KONTAK
Panitia Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-43 Tahun 2011
Gedung Sasana Widya Sarwono Lt. 5
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10
Jakarta Selatan 12710
Telp (021) 5225711, ext. 273, 274, 276
ALAMAT : http://ajangkompetisi.com/tag/osn-2011

DKI Jakarta juara umum


OSN IX

Warta
AGUS ZULHAMIDI
WASPADA ONLINE

(WOL Photo/Hasnul Ramadhan)


MEDAN – Even Olympiade Sains Nasional (OSN) ke IX, yang digelar sejak 1-7
Agustus 2010 di Lapangan Merdeka Medan berlangsung sukses luar biasa. Dalam
even pendidikan tingkat nasional tersebut, DKI Jakarta mampu merebut juara
umum dengan perolehan medali 20 emas, 29 perak dan 41 perunggu.

Sedangkan tuan rumah Sumaetra Utara berhasil meraih peringkat kesembilan


dengan perolehan medali 1 emas, 4 perak dan 10 perunggu. Medali emas Sumut
disumbangkan siswa kelas VI SD Sutomo Medan, Bella Dodiva.

Sedangkan juara kedua diraih propinsi diraih Propinsi Jawa Tengah dengan
perolehan medali 14 emas, 39 perak dan 32 perunggu. Diperingkat dengan medali
9 emas, 15 perak, 7 perunggu diraih Banten.

Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Bahrumsyah, mengatakan kegiatan


selama OSN berjalan lancar, Bahrum juga menyampaikan rasa terima kasihnya
kepada seluruh pihak yang membantu pelaksanaan OSN.

“Selamat saya ucapkan kepada para jawara OSN IX, dan yang belum memiliki
kesempatan menjadi jawara semoga tetap giat belajar agar dapat meraih prestasi
yang lebih baik,” ujarnya kepada Waspada Online, tadi pagi.

Dikatakan, penutupan even OSN IX Sumut 2010 juga berlangsung semarak dan
meriah. Seluruh peserta, pendamping, pejabat Kemendiknas, pemerintah pusat,
Pemerintah Provinsi Sumut, Pemko Medan dan media pers nasional dari berbagai
daerah termasuk pers Sumut memadati panggung utama OSN yang terletak di
Lapangan Merdeka Medan.

ALAMAT : http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=135032:dki-jakarta-juara-umum-osn-
ix&catid=14:medan&Itemid=27

Hasil Osn 2010

Peserta OSN terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan antara lain sekolah luar biasa
(SLB), siswa sekolah dasar (SD), siswa sekolah menengah pertama (SMP), dan siswa
sekolah menengah umum (SMU), untuk berkompetisi di bidang fisika, kimia,
matematika, biologi astronomi dan ekonomi, serta ilmu-ilmu kebumian.

Berikut ini adalah Daftar Hasil OSN atau Olimpiade Sains Nasional tahun 2010
yang telah sukses diselengarakan di Medan, Sumatera Utara:

Juara Umum : Propinsi DKI Jakarta


Meraih 20 medali emas, 29 perak, serta 41 perunggu.

Juara Kedua: Provinsi Jawa Tengah


Meraih 14 medali emas, 39 perak, dan 32 perunggu.

Juara Ketiga: Provinsi Banten


Meraih 9 emas, 15 perak, dan 7 perunggu

Juara Keempat: Jawa Barat


Meraih 8 emas, 11 perak, dan 11 perunggu,

Juara Kelima: Jawa Timur


Meraih 6 emas, 15 perak, serta 35 perunggu.

Sebagai penulis, saya mengucapkan selamat kepada Propinsi DKI Jakarta Sebagai
Juara umum dari Hasil Osn 2010 yang berlangung di Medan.
ALAMAT : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/08/hasil-osn-2010.html

SN-PTI Kembali Digelar: Cerdas Bersama Pertamina

Written by Irwandi
Tuesday, 03 November 2009 07:00
Kembali digelar Olimpiade Sains Nasional Tingkat Perguruan Tinggi Indonesia (OSN-PTI)
2009.

Hari ini bertempat di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Direktur Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Dikti, Prof. ir. Suryo Hapsoro Tri Utomo, Ph.D
mewakili Dirjen Dikti secara resmi membuka Seleksi Daerah OSN- PTI 2009. Seleksi pusat
akan dilakukan pada 4-9 Desember 2009.

Kegiatan dilakukan atas kerjasama tiga lembaga yaitu Pertamina, Universitas Indonesia dan
Media Republika. Serta dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
OSN PTI 2009 mengambil tema “Cerdas bersama Pertamina”

Ada tiga bidang yang dilombakan yaitu Matematika, Fisika, dan Kimia. OSN-PTI ingin
menjaring mahasiswa-mahasiswa yang memiliki penguasaan sains secara komprehensif di tiga
bidang ini dan yang terbaik akan menjadi wakil Indonesia dalam kompetisi sains internasional.

Dalam sambutannya, bapak Hapsoro mengatakan ke depan OSN-PTI akan lebih lengkap lagi
kalau Biologi dimasukkan sebagai salah satu bidang yang dilombakan. Jadi ada empat bidang,
yaitu Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi

Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Bapak Fasli Jalal menyambut baik inisiatif Pertamina dalam
penyelenggaraan OSN-PTI kali ini. Ia berharap langkah ini diikuti oleh BUMN lain, dalam
mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia.

Apalagi program ini bermanfaat untuk memetakan potensi serta kompetensi sains perguruan
tinggi di Indonesia. Kegiatan ini akan memperlihatkan kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan sains.

Lebih lengkap silahkan mengunjungi website www.osnpti.com. Website tersebut memuat


informasi terkait registrasi, jadwal kegiatan, hadiah bagi peserta dan sebagainya. Penyebaran
informasi juga dilakukan dengan memanfaatkan mailing list himpunan organisasi mahasiswa
maupun organisasi profesi seperti Himpunan Fisika Indonesia, Himpunan Kimia Indonesia,
Himpunan Matematika Indonesia, mailist dosen dan perguruan tinggi seluruh Indonesia

ALAMAT: http://www.dikti.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=813:osn-pti-kembali-digelar-cerdas-bersama-
pertamina&catid=143:berita-harian

• About

Akuntabilitas dan Stigma Sekolah Mahal


Published on June 28, 2010 by Suhartoko · No Comments
Gresik (beritagresik.com) BARU saja dunia pendidikan dasar dan menengah menjalani
pergantian atau peningkatan jenjang sesuai tingkatan masing-masing, baik di level SD/MI,
SMP/MTs, maupun SMA/SMK/MA, termasuk pada pendidikan anak usia dini (play group dan
TK). Ini momentum tahunan yang tak jarang membuat para orang tua kelabakan. Selain harus
berburu sekolah favorit pascakelulusan, mereka juga menyongsong kenaikan kelas.
Konsekuensinya, dana ekstra pun harus disiagakan.
Meski tergolong klasik, masalah biaya sekolah tetap menjadi perhatian publik. Persepsi kerap
mengemuka terkait proses pendidikan adalah masalah tingginya biaya yang harus dipikul oleh
peserta didik/wali murid. Bahkan tak jarang stigma sekolah mahal yang diidentikkan dengan
komersialisasi pendidikan mencuat ke ranah publik. Munculnya persepsi tentang mahalnya biaya
pendidikan, mencerminkan kegelisahan sebagian wali murid dalam mengantarkan anak-anak
mereka menapaki jenjang pendidikan. Tak bisa dimungkiri, kendala biaya menjadi salah satu
penyebab masih tingginya angka putus atau gagal sekolah. Ini konsekuensi masih rendahnya
“daya beli” masyarakat untuk bisa menyekolahkan anak-anak mereka.
Bisa memasukkan anak ke lembaga pendidikan atau sekolah yang bermutu merupakan harapan
dan kebanggaan orang tua. Namun, ketika dihadapkan pada besarnya biaya pendidikan yang
ditetapkan pengelola sekolah, baik negeri maupun swasta, banyak orang tua yang harus mengelus
dada. Dan, bagi yang taraf ekonominya tergolong pas-pasan, stigma sekolah mahal tak bisa
dibantah.
Sebenarnya, mahal atau murah, tinggi atau rendahnya biaya pendidikan sangat relatif dan
bergantung pada sudut pandang atau kepentingan para pihak. Bagi pengelola sekolah, untuk bisa
memberikan layanan pendidikan yang bermutu, konsekuensi logis yang tidak bisa dihindari
adalah menyangkut besarnya biaya. Sebab, untuk merealisasikannya perlu dukungan fasilitas dan
infrastruktur yang memadai. Masalahnya, haruskah seluruh biaya pendidikan itu dibebankan
kepada peserta didik atau wali murid?
Kita memang tidak bisa menutup mata terhadap tingginya biaya pendidikan yang berlaku saat ini.
Karena itu, pepatah jer basuki mawa bea, berlaku dalam mengantarkan anak-anak kita dalam
mengenyam pendidikan. Tetapi, juga kurang sportif jika kita –secara membabi buta– mengklaim
biaya di sekolah tertentu mahal, tanpa mencermati spesifikasi layanan atau fasilitas yang
diberikan sekolah kepada peserta didik.
Transparansi Pengelolaan
Sangat mungkin, stigma sekolah mahal terbentuk karena publik tidak mendapatkan informasi
secara tuntas, terutama menyangkut pengelolaan anggaran pada institusi pendidikan. Ini terjadi
karena publik tidak selalu memiliki akses cukup memadai untuk mendeteksi aliran dana di
sekolah. Juga bisa jadi, pihak sekolah sengaja menutup akses informasi alias tidak transparan
dalam mengelola anggaran pendidikan.
Karena itu, untuk menghapus stigma sekolah mahal, sudah waktunya institusi atau lembaga-
lembaga pendidikan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran.
Karena itu, dalam menyusun rencana anggaran pendapatan dan biaya sekolah (RAPBS), pihak
sekolah juga harus melibatkan para orang tua/wali murid yang bisa direpresentasikan lewat
Komite Sekolah. Partisipasi aktif wali murid tidak saja menyangkut besaran nilai SPP atau uang
gedung, tetapi seluruh alur distribusi anggaran, termasuk pos-pos sumber dananya.
Untuk mengeliminasi kekhawatiran dan kecurigaan publik, secara periodik sekolah juga mesti
membuat laporan tertulis tentang pengelolaan anggaran sekolah yang secara mudah bisa diakses,
misalnya lewat penerbitan jurnal berkala atau web site. Kalau perlu, tiap tahun pengelola
melibatkan auditor independen untuk mengaudit kondisi keuangan sekolah.
Jika pola tersebut diterapkan, publik tentu tidak lagi mempertanyakan, atau bahkan mencurigai
pengelolaan keuangan di sekolah. Pada gilirannya, transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan sekolah, terutama menyangkut aliran dana, secara bertahap akan menghapus stigma
sekolah mahal. Sebab, publik akan bersikap objektif dan proporsional setelah mendapat
kepastian, bahwa pengelolaan sekolah tidak ada yang ditutup-tutupi. (*)
ALAMAT : http://beritagresik.com/?p=171
Memajukan Sekolah tanpa Diskriminasi
Top of Form

User Rating: /0

Poor Best
Bottom of Form
Sunday, 24 January 2010 00:00

SECARA ideal, sekolah adalah rumah kedua bagi anak didik. Namun dalam
realitasnya, tidak jarang sekolah justru menjadi tempat ''menakutkan'' yang
membuat siswa tidak nyaman di dalamnya. Tentu saja, ada banyak faktor yang
mengakibatkan kondisi yang memprihatinkan tersebut. Salah satu di antaranya
mungkin apa yang oleh Paulo Freire disebut dengan ''dehumanisasi pendidikan'',
yaitu tempat pendidikan layaknya penjara, yang memosisikan siswa sebagai objek
dan guru sebagai subjek.

Dalam bahasa yang lebih praktis, menurut penulis buku Sekolahnya Manusia ini,
model pendidikan yang demikian diistilahkan sebagai ''sekolah robot'', yang
indikasinya dapat dilihat pada proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah,
sampai pada sistem penilaiannya. Tetapi dalam buku ini, Munif Chatib hendak
mengembalikan sekolah pada maksud dan tujuan asalnya. Ikhtiar yang dia lakukan
adalah menggagas semacam paradigma baru, yang ia sebut sebagai sekolah
berbasis multiple intelligences (MI). Yakni, sekolah yang menghargai berbagai
kecerdasan siswa.

Kesadaran tersebut bersandar pada suatu teori kecerdasan yang mengalami puncak
perubahan paradigma pada 1983, saat Dr Howard Gardner -pemimpin Project Zero
Harvard University- mengumumkan perubahan makna kecerdasan dari pemahaman
sebelumnya. Implikasinya, teori MI yang banyak diikuti oleh psikolog dunia yang
berpikiran maju mulai menyita perhatian masyarakat. Betapa tidak, MI yang
awalnya adalah wilayah psikologi ternyata berkembang sampai wilayah edukasi.
Bahkan, telah merambah dunia profesional di perusahaan-perusahaan besar.
Tulisan Munif dalam buku ini tidak lagi menyadurkan setumpuk teori-teori
pendidikan, tetapi secara nyata merupakan kombinasi antara teori dan praktik yang
ia kembangkan dan terbukti telah berhasil, setidaknya di tempat ia melakukan
eksperimen di sejumlah sekolah di Jawa Timur. Antara lain, SMP YIMI Full Day School
Gresik dan salah satu MTs (madrasah tsanawiyah/SMP) dan MA (madrasah
aliyah/SMA) di Bondowoso.

Ada banyak contoh sekaligus motivasi bagi pengemban lembaga pendidikan yang
oleh Munif dibagikan dalam buku ini. Salah satu kisah nyata penuh haru yang tak
luput dari pewartaan Munif adalah soal bagaimana ia berusaha menghidupkan
(kembali) sekolah menengah di pelosok kota terpencil di Bondowoso, yang jika
ditempuh dari Surabaya memerlukan waktu kurang lebih 5 jam.

Konon, pada awalnya, dinas pendidikan setempat berencana menutup sekolah


tersebut karena kepercayaan masyarakat yang terus menipis. Tak terbayangkan,
untuk tingkat MTs/SMP dan MA/SMA, sekolah yang dibangun pada 1912 (jauh
sebelum Indonesia merdeka) itu rata-rata hanya mendapatkan dua siswa baru
setiap tahun, padahal jumlah gurunya 16 orang. Sekolah dengan dua siswa dan 16
guru sangatlah timpang. Dari fenomena yang memprihatinkan ini, setelah diamati
dan diteliti oleh Munif, ternyata ditemukan beberapa masalah. Di antaranya,
kompetisi guru yang kurang, problem internal yayasan, serta rendahnya
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah (hlm 6).

Karena itu, pengalaman-pengalaman empiris yang dikemukakan Munif sungguh


merupakan sumbangsih yang sangat berharga bagi pengembangan pendidikan
nasional ke depan. Salah satu terobosan yang dikonstruksi oleh Munif adalah
mengubah haluan tentang arti atau makna kecerdasan, yang tidak dibatasi oleh
hasil tes formal. Bagi Munif, kecerdasan itu multidimensi dan merupakan proses
discovering ability. Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak
hanya kecerdasan verbal (berbahasa) atau kecerdasan logika.

Gardner dengan cerdas memberikan label ''multiple'' (jamak atau majemuk) pada
luasnya makna kecerdasan. Gardner secara sengaja tidak memberikan label
tertentu pada makna kecerdasan seperti yang dilakukan oleh para penemu teori
kecerdasan lain, misalnya, Alferd Binet dengan IQ, emotional quotient oleh Daniel
Goleman, dan adversity quotient oleh Paul Scholtz. Dengan teori MI, ranah
kecerdasan tersebut memungkinkan terus berkembang (hlm 75).

Menurut Munif, sebenarnya tidak ada siswa yang bodoh dalam kegiatan belajar.
Seluruh siswa dipastikan pintar dan cerdas menurut kecenderungan masing-masing.
Lalu, bagaimana menguji teori ini? Di samping perlunya mengembangkan metode
belajar yang sesuai dengan paradigma MI bagi guru-gurunya -juga strategi
eksperimen yang dikembangkan Munif di tempat ia mencurahkan tenaga dan
pikirannya itu-adalah menerima seluruh siswa tanpa tes dan memilah-milah
kemampuan kognitif yang ditunjukkan dalam rapor sekolah sebelumnya.

Munif selalu menggelorakan kepada khalayak, termasuk di dalam buku ini, bahwa
sekolah unggul itu adalah sekolah yang memanusiakan manusia. Artinya,
menghargai setiap potensi yang ada pada diri siswa. Sekolah yang membuka
pintunya kepada semua siswa, bukan dengan menyeleksinya dengan tes-tes formal
yang memiliki interval nilai berupa angka-angka untuk menyatakan batasan
diterima atau tidak.

Indikator sekolah unggul bagi Munif adalah the best process, bukan the best input.
Artinya, sekolah unggul harus menerima siswa dalam kondisi kognitif yang beragam,
tidak harus menerima siswa yang pandai-pandai. Kondisi itu merupakan
konsekuensi logis dari teori MI yang di dalamnya memiliki metode discovering
ability. Yakni, menekankan proses menemukan kemampuan seseorang.

Di sini, guru sangat berperan dalam menemukan dimensi kecerdasan seorang anak
didik. Jika yang ditemukan adalah kelemahan dalam satu jenis kecerdasan,
kelemahan itu harus dimasukkan ke laci dan dikunci rapat-rapat. MI menyarankan
kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan
mengubur ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan itulah yang
menjadi kecerdasan seorang anak.

Akhirnya, dalam banyak hal, harus diakui bahwa Munif sesungguhnya berutang budi
kepada teori-teori yang dibangun Howard Gardner. Delapan kecerdasan yang
dikemukakan Gardner -kecerdasan lingusitik, matematis-logis, visual-spasial,
musikal, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis- merupakan dimensi-
dimensi kecerdasan yang selalu ada dalam diri setiap orang, tak peduli siapa dan di
mana ia tinggal. Selamat membaca. (*)

Judul buku: Sekolahnya Manusia


Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa (Kelompok Mizan)
Cetakan : I, 2009
Tebal : xxiii + 186 halaman
*) Lailiyatis Sa'adah, pustakawan AIDA di Jember dan guru PAUD di UIN Sunan
Kalijaga

[ Minggu, 10 Januari 2010 ] Sumber: JawaPos

ALAMAT : http://www.keluargaplus.com/component/content/article/108-buku/16-
memajukan-sekolah-tanpa-diskriminasi-
Sekolah Terpencil Memperlihatkan Prestasi Besar
Written by admin
(Purwakarta, MADINA): SDN 3 Cimahi salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan
Campaka Purwakarta, Jawa Barat, yang terletak di daerah terpencil yakni di
Kampung Cikempung Desa Cimahi. Namun dalam hal memajukan dunia pendidikan
SDN 3 Cimahi tak mau tertinggal oleh sekolah-sekolah yang ada di perkotaan.

Hal tersebut terbukti dari hasil ujian akhir utuk menentukan kelulusan para siwa
-siswi kelas enam dan kenaikan kelas, 100% semuanya lulus dan naik kelas di atas
nilai surat ketentun kelulusan (SKL). Dari jumlah murid 102 orang semuanya lulus
dan nik kelas . Hal ini tentunya menjadi kebanggan bagi orang tua murid yang
mayoritas adalah para petani.

Dibalik keberhasilan para siswa SDN 3 Cimahi dalam menentukan kelulusan dan
kenaikan kelas tiada lain dari hasil kerja keras para pendidik (Guru dan Kepala
Sekolah) untuk memacu para siswa dalam pendidikan untuk meraih prestasi yang
terbaik. Dengan jumlah guru 8 orang para pendidik tersebut berhasil memberikan
yang terbaik demi masa dpan para siswanya.

“kami sangat beryukur pada tahun ini siswa-siswi kami semuaya lulus dan naik
kelas. hal ini tentunya menjadi kebanggaan bagi kami para pendidik, karena
perjuangan kami selama ini tidak sia-sia” terang TB Rudi Hendayana, Kepala
Sekolah SDN 3 Cimahi ketika ditemui seusai menggelar pelapasn siswa kelas enam
dan kenaikan kelas, Senin pekan lalu.

Eti Hernati Pengawas TK,SD, UPTD Pendidikan Kecamatan Campaka ketika


berbincang mengatakan, dengan adanya kemajuan mutu pendidikan di SDN 3
Cimahi merupaka kebanggaan bagi semua pihak, “Karena kalau kita lihat SDN 3
Cimahi yang letaknya di derah terpencil dan mayoritas masyarakatnya awam
masalah pendidikan, ternyata mampuh mencetak siswa siswa yang
berprestasi,"ungkapnya.

Pada acara pelepasan siswa kelas enam dan kenaikan kelas yang dihadir para orang
tua murid tersebut, kepala sekolah, pengawas, dan para guru memberikan
penghargaan juara 1,2,dan 3 kepada para siswa-siswi yang berprestasi mulai dri
kelas satu sampai dengan kelas enam. (as)

ALAMAT : http://www.madina-sk.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=3388:sekolah-terpencil-memperlihatkan-
prestasi-besar&catid=3:daerah&Itemid=61

Sekolah Bantuan Pembaca Kompas


Sabtu, 19 Maret 2011 | 23:31 WIB

Bangunan SD/TK Tirtonadi, Padang ini Sabtu (19/3/2011) akan diresmikan Gubernur Sumatera Barat Prof DR H Irwan
Prayitno. Bangunan ini dan bangunan SDN 02 Gunung Sarik, Padang yang juga akan diresmikan pada hari yang sama,
dibangun oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) dengan menggunakan dana bantuan dari masyarakat dan
pembaca Kompas.

PADANG, KOMPAS.com - Gedung baru sekolah TK - SD Tirtonadi, Kota Padang Sumatera


Barat, Sabtu (19/3) diresmikan penggunaannya oleh Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas
Trias Kuncahyono dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang didampingi pula oleh Wakil
Walikota Padang MahyeldiAnsharullah . Bantuan pembaca Harian Kompas yang disalurkan lewat
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (YDKK) terdiri atas bangunan dua lantai dengan 16 ruang
kelas.
Kepala TK dan SD Tirtonadi, Natalia Aylinda Oetama, sebelumnya mereka menempati bangunan
lama dengan 12 ruang kelas. Bangunan lama itu rusak setelah diguncang gempa bumi
berkekuatan 7,9 skala Richter pada 30 September 2009 lalu. "Sekarang dengan bangunan baru
ini, sudah ada ruang multimedia untuk murid-murid TK, dan ruang IPA, ruang IPS, serta
workshop untuk murid-murid SD," kata Natalia.
Valencia Pangesti (11), salah seorang murid sekolah itu mengatakan dirinya sungguh senang bisa
kembali bersekolah dengan di bangunan yang baru. Ia mengatakan, dirinya merasa lebih aman
dan nyaman belajar di bangunan sekolah baru itu. "Sekarang sudah tidak takut lagi," kata
Valencia.
Ketua YDKK Mohammad Nasir mengatakan, SD Tirtonadi dibangun kembali dengan biaya
sekitar Rp 2,7 miliar. Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono dalam
kesempatan peresmian itu mengatakan gedung baru itu dibangun atas kemurahan hati masyarakat
pembaca Harian Kompas.
Menurut Trias, bantuan yang diberikan dari pembaca Harian Kompas yang disalurkan lewat
YDKK itu melintasi batas-batas agama, suku, ras, dan golongan. Ia juga meminta agar gedung
sekolah bantuan pembaca Harian Kompas itu dipelihara dengan baik.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang juga menghadiri peresmian itu mengatakan, bantuan itu
harus disyukuri karena menggembirakan semua pihak. Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi
Sumbar masih terus membutuhkan bantua n serupa untuk membangun kembali sejumlah sarana
dan prasaranan yang rusak diguncang gempa. (Ingki Rinaldi)
ALAMAT :
http://www1.kompas.com/dkkread/xml/2011/03/19/23310389/Sekolah.Bantuan.Pem
baca.Kompas...

Perubahan Kurikulum
Posted on 24 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
Kenapa kurikulum harus berubah ? demikian pertanyaan yang kerapkali dilontarkan
orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Jawabannya
pun sangat beragam, bergantung pada persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing.
Sepanjang sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada kesan di
masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”.
Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku
(current curriculum) dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan
perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali mengundang sejumlah
pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung resiko
yang sangat besar, apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang
singkat serta tanpa dasar yang jelas.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah justru perlu dilakukan
secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan
menyeluruh, namun bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau
beberapa aspek saja yang perlu dirubah.
Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak,
kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin diawali dengan “keterpaksaan”
demi mematuhi ketentuan yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan mungkin saja
belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata sekolah. Oleh karena itu, untuk
memperoleh model kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan – perbaikan yang
secara terus-menerus berdasarkan data evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model
kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kondisi nyata sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau saja suatu sekolah semenjak awal
memberlakukan KTSP hingga ke depannya tidak pernah melakukan perubahan-perubahan
apapun. Hampir bisa dipastikan sekolah yang demikian, sama sekali tidak menunjukkan
perkembangan alias stagnan.
Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai di sekolah, seyogyanya
di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas untuk memanage
kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus yang
menangani kurikulum (biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum). Namun pada umumnya
mereka cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan teknis saja,
seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang bersifat rutin
lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan
kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu diperhatikan.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum
mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh
lebih efektif dan efisien.
ALAMAT: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perubahan-kurikulum/
Antisipasi Perubahan Kurikulum
Pendidikan adalah satu-satunya upaya untuk membentuk manusia seutuhnya, bahkan maju
mundurnya suatu Negara ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan yang diberikan pada
masyarakat. Dalam hal ini sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis
merencanakan bermacam-macam lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai
kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai
kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong
dalam suatu kurikulum yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang selanjutnya disebut kurikulum 2004 mulai
diberlakukan secara berangsur-angsur tahun ajaran 2004-2005; pada sekolah jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Hal ini berarti, pada awal ajaran 2004, Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madarasah
Tsanawiyah (MTs), serta Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), sebagian
besar sudah mengikuti perubahan kurikulum. Sementara bagi sekolah yang belum siap, bisa tetap
melaksanakan kurikulum 1994 sambil mempersiapkan pelaksanaan kurikulum baru. Waktu yang
diberikan bagi sekolah yang belum siap ini sekitar tiga tahun ajaran. Dengan demikian, tahun
2007 - 2008 semua sekolah pada berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan baik negeri maupun
swasta diharapkan telah melaksanakan kurikulum 2004 secara utuh dan menyeluruh.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kamampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standard performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik untuk belajar
menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), serta memberanikan diri berperan
serta dalam berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di masyarakat. Sesuai dengan pengertian
di atas, maka perubahan kurikulum 2004 ini harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai
pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat
strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, yang akan ditentukan proses dan hasil
pendidikan.

Read more: http://kafeilmu.co.cc/2010/10/antisipasi-perubahan-


kurikulum#ixzz1IcNe0XnW

ALAMAT : http://kafeilmu.co.cc/2010/10/antisipasi-perubahan-kurikulum

KTI: Manajemen Sekolah Berbasis Perubahan Kurikulum


Abstrak: Perubahan kurikulum melalui manajemen berbasis sekolah didasarkan pada konsep
pengembangan efektivitas sekolah dengan berpedoman pada fungsi-fungsi sekolah yang
ditetapkan oleh pengambil kebijakan di sekolah.
Apabila perubahan kurikulum dibatasi pada tingkat sekolah, kurikulum dapat didefinisikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan dan konten pada level individu siswa, level program, atau level
sekolah sebagai bahan panduan guru untuk melakukan tugas mengajar dan siswa untuk
melakukan tugas belajar. Ada tiga pendekatan untuk melakukan perubahan kurikulum di sekolah,
yaitu: (1) perubahan kurikulum simplistik, (2) pengembangan kompetensi guru, dan (3)
perubahan kurikulum dinamis. Dalam melaksanakan setiap dari ketiga pendekatan tersebut
beberapa faktor harus diperhatikan, diantaranya perubahan alamiah atau kondisi, faktor atau
penyebab perubahan, cara memaksimumkan efektivitas, inisiatif perubahan, aturan guru, dan
kerangka waktu pelaksanaan.

Kata Kunci: manajemen berbasis sekolah, perubahan kurikulum simplistik, pengembangan


kompetensi guru, perubahan kurikulum dinamis

1. Pendahuluan

Pengembangan dan perubahan kurikulum adalah suatu kegiatan yang amat penting dalam
memperbaiki proses pendidikan. Pengelola, praktisi, dan peneliti pendidikan diharuskan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan dan perbaikan program-program efektivitas sekolah
secara seksama. Yang dimaksud efektivitas sekolah di sini adalah pengembangan konsep fungsi-
fungsi sekolah yang ditetapkan sebagai kapasitas sekolah untuk memaksimumkan pencapaian
pelaksanaan fungsi-fungsi sekolah sehingga sekolah mampu menampilkan kinerjanya apabila
diberikan sejumlah masukan.

Dalam perspektif model masukan (input) dan keluaran (output) pendidikan, efektifitas sekolah
sering diasumsikan sebagai suatu kombinasi atau perbandingan antara apa yang telah dihasilkan
sekolah (school output) dan apa yang telah dimasukkan ke dalam sekolah (school input).
Berdasarkan perspektif ini, Lockheed (1988) mengatakan jika masukan sekolah dan proses
sekolah (jumlah buku teks, organisasi kelas, strategi mengajar, profesional pelatihan guru, dsb)
ditetapkan sebagai non-monetary input, maka perbandingan antara fungsi keluaran sekolah dan
non-monetary input sekolah dapat disebut sebagai efektivitas sekolah. Hal ini berbeda dengan
efisiensi sekolah, yaitu jika masukan sekolah ditetapkan sebagai monetary input (biaya buku, gaji
guru/pengelola, biaya per siswa, dsb.), maka perbandingan antara fungsi keluaran sekolah dan
monetary input sekolah dapat disebut sebagai efisiensi sekolah.

ALAMAT : http://tunaspendidikan.blogspot.com/2009/11/abstrak-perubahan-
kurikulum-melalui.html

Peningkatan Mutu Sekolah Swasta Dijatah Rp 45 Juta,


Termasuk untuk Perpustakaan
By
Redaksi
– March 15, 2011Posted in: News
Share6

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG – Program


peningkatan mutu bagi SMP swasta di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mendapatkan jatah
kucuran anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 45 juta untuk setiap sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan (Diknas) Kabupaten Malang Suwandi, Senin (14/3) mengatakan, tahun
ini seluruh sekolah swasta mendapatkan jatah dana peningkatan mutu dari DAK sebesar Rp 45
juta setiap sekolah. Dana tersebut untuk pembelian paket buku.
“Peningkatan mutu dengan pembelian buku ini merupakan paket III dari program DAK. SMP
yang mendapatkan kucuran DAK paket III sebanyak 327 sekolah, sehingga anggaran yang
dibutuhkan mencapai Rp 10,3 miliar,” ujarnya.
Selain mendapatkan kucuran dana untuk program paket III, ada beberapa SMP yang juga
mendapatkan dana untuk rehab sedang sebanyak 17 sekolah dengan total dana sebesar Rp 1,7
miliar serta rehab berat untuk 17 sekolah senilai Rp 2,6 miliar. Kemudian, ada proyek
pembangunan ruang perpustakaan dua unit di dua sekolah dengan dana sebesar Rp 465 juta serta
pembangunan ruang kelas baru sebanyak 28 lokal di 21 sekolah senilai Rp 4,1 miliar.
Menurut dia, DAK yang bakal dikucurkan dalam waktu dekat ini adalah DAK 2010 sebesar Rp
52 miliar. Dan, saat ini pihaknya masih fokus menggarap DAK 2010 tersebut, sebab survei dan
pemetaan sekolah penerima sudah dituntaskan, sehingga tinggal merealisasikan saja.
Penerima program DAK 2010 mencapai ratusan sekolah SD dan SMP termasuk SMP swasta.
DAK 2010 tersebut lebih banyak tersedot untuk pelaksanaan program paket I dan II di SD. Sesuai
usulan lama, SD yang menjadi sasaran program paket I sebanyak 98 sekolah dan paket II
mencapai 10 sekolah.
Sekolah penerima program paket I mendapat dana sebesar Rp 260 juta dan paket II sebesar Rp
180 juta, sehingga anggaran untuk paket I dan II tersebut mencapai Rp 27,2 miliar. Sementara
unstuk usulan baru, lanjutnya, setiap unit sekolah akan mendapatkan dana sebesar Rp 305 juta
untuk paket I dan Rp 180 juta untuk paket II.
Jumlah sekolah penerima paket I sebanyak 75 sekolah dan paket II sebanyak 25 sekolah,
sehingga total anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 27,4 miliar. Usulan baru tersebut, katanya,
disesuaikan dengan perubahan usulan penetapan plafon DAK Pendidikan.
Pelaksanaan DAK 2010 tersebut sesuai dengan Permendiknas Nomor 5 Tahun 2010 dan utnuk
usulan baru sesuai dengan Permendiknas Nomor 18 Tahun 2010 (SD) serta Permendiknas Nomor
19 Tahun 2010 (SMP). Untuk realisasi DAK 2010 yang didikucurkan dari Pemerintah Pusat
sebesar Rp71 miliar belum bisa dilaksanakan, karena masih menunggu petunjuk teknis (juknis)
dari pusat.
Hanya saja, kemungkinan besar pelaksanaannya juga pada tahun ini (2011) pada pertengahan
semester mendatang. Sementara Bupati Malang Rendra Kresna sebelumnya meminta kepada
Pemerintah Pusat agar distribusi DAK dilakukan secara adil, karena selama ini kucuran DAK
kepada kota/kabupaten pada umumnya disamaratakan nominalnya.
Ia mengemukakan, maksud dari Pemerintah Pusat mungkin agar ada pemerataan dan keadilan,
namun faktanya justru tidak berkeadilan, sebab antara wilayah yang sangat luas dan padat
penduduk, DAK-nya sama dengan wilayah yang hanya memiliki beberapa kecamatan saja. Ia
mencontohkan, Kabupaten Malang yang memiliki 33 kecamatan dan 390 desa, DAK-nya sama
dengan Kota Mojokerto yang hanya memiliki 3 kecamatan saja.
DAK Kabupaten Malang tahun 2011 sebesar Rp 71 miliar dan Mojokerto sebesar Rp 60 miliar.
“Dilihat dari jumlah kecamatan saja sudah jelas terlihat kebutuhannya lebih besar Kabupaten
Malang. Saya berharap ke depan Pemerintah Pusat memberikan DAK ini secara proporsional,
jangan disamaratakan,” ucap Rendra.
Alamat : http://duniaperpustakaan.com/2011/03/15/peningkatan-mutu-sekolah-
swasta-dijatah-rp-45-juta-termasuk-untuk-perpustakaan/

Berita:Sekolah Swasta Diabaikan, Sampai Kapan


JAKARTA, - Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, sekolah swasta justru punya andil
luar biasa mencerdaskan kehidupan bangsa. Perguruan swasta atau sekolah-sekolah
yang didirikan masyarakat justru menjadi perintis lahirnya sekolah di negeri ini.

"Pemerintah tidak bisa begitu saja melupakan peran sekolah swasta di negeri ini. Ketika banyak
sekolah swasta yang butuh dukungan, pemerintah harus turun tangan. Tetapi ini tidak terjadi,"
kata Darmaningtyas, pengurus Majelis Luhur Perguruan Tamansiswa, di Jakarta, Senin
(22/11/2010).
Pemerintah, ujar Darmaningtyas, tidak boleh menutup pada pada sekolah-sekolah swasta kecil
atau gurem yang melayani anak-anak dari keluarga tidak mampu. "Kalau pemerintah tidak
sungguh-sungguh membantu sekolah swasta kecil atau pinggiran, berarti pemerintah telah sangat
diskriminatif pada anak-anak bangsa lainnya yang juga berhak menyelesaikan pendidikan dasar
berkualitas," kata Darmaningtyas.
Menurut Darmaningtyas, yang juga bergabung dalam Tim Advokasi Keadilan Pelayanan
Pendidikan Dasar Untuk Anak Bangsa, peran sekolah-sekolah swasta kini diabaikan dan tidak
ada keberpihakan pada sekolah swasta yang kontribusinya luar biasa bagi negeri ini.
Darmaningtyas mengatakan, kucuran dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk SD dan
SMP swasta tergantung political will dari pemerintah daerah. Untuk memperoleh BOS tidak
mudah, bahkan dana yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah siswa di sekolah swasta.
"Padahal, sekolah itu butuh karena memang kemampuan terbatas. Apalagi sekolah swasta yang
melayani anak-anak dari keluarga tidak mampu," kata Darmaningtyas.
Kesempatan untuk pengembangan diri para guru juga lebih dititikberatkan pada guru-guru
pegawai negeri sipil (PNS). Demikian juga dengan jatah sertifikasi guru, pemerintah memberikan
porsi yang kecil bagi guru swasta dibandingkan guru PNS.
Sumber : Kompas.com, Senin 22 November 2010
Alamat :
http://www.crayonpedia.org/mw/Berita:Sekolah_Swasta_Diabaikan,_Sampai_Kapan

Sekolah Swasta di Kota Magelang Terima BOS


Kota Magelang – Tahun 2011, Pemerintah Kota Magelang menerima kucuran dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat yang dialokasikan khusus
untuk sekolah swasta yang ada di Kota Magelang senilai Rp 2,005 miliar.
Walikota Magelang Ir Sigit Widyonindito MT menyerahkan secara simbolis bantuan tersebut
kepada pihak penerima, di ruang sidang lantai dua Setda Kota Magelang, Selasa (15/3). Ia
didampingi Wakil Walikota Joko Prasetyo SSos, Kepala Dinas Pendidikan Margiyono Dwi
Yuwono serta Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kota
Magelang Drs Hardi Siswantono.
Bantuan Operasional Sekolah dialokasikan kepada Kota dan Kabupaten untuk meringankan
beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang
bermutu. Dana ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses belajar dan mengajar
untuk jenjang SD sampai dengan SLTP selama 2011. “Mekanisme pencairan akan dilaksanakan
setiap triwulan,” ujar Kepala DPPKD Kota Magelang Drs Hardi Siswantono.
Menurutnya, dana BOS ini akan diberikan kepada sekolah swasta dengan mekanisme dana hibah.
Jumlah sekolah penerima bantuan sebanyak 24 sekolah. Masing masing untuk Sekolah Dasar
sebanyak 16 sekolah dengan total anggaran sejumlah Rp 1.252.400.000, serta ada delapan
Sekolah Menengah Pertama yang mendapat bantuan sebesar Rp 752.675.000.
Walikota Magelang mengatakan bantuan tersebut hendaknya digunakan untuk menunjang
kegiatan sekolah masing-masing. Ia juga berpesan bantuan yang memang dialokasikan untuk
kegiatan sekolah tersebut, bisa membantu meningkatkan kualitas sekolah yang layak jual.
“Magelang ini kota jasa, utamanya pendidikan. Jika ingin layak jual, sekolah-sekolah harus bisa
menunjukan kemampuan dan kinerjanya dengan baik,” katanya.
Dikatakan Sigit, sekolah negeri dan swasta harus sejajar terutama dari segi kualitas. Sekolah-
sekolah yang ada di Kota Magelang hampir sebagian besar siswanya berasal dari luar kota. Ia
berharap Kota Magelang menjadi rujukan sekolah utamanya di eks Karsidenan Kedu. “Jasa
Pendidikan harus diprioritaskan, ini bisa membantu menggerakan roda perekonomian yang ada di
Kota Magelang,” tandasnya. *Kontributor Humas_Anggit*
ALAMAT : http://www.magelangkota.go.id/publikasi/siaran-pers/sekolah-swasta-di-
kota-magelang-terima-bos
Harapan Sekolah Swasta se-kabupaten Malang: Bupati
Malang Segera Mengeluarkan BOS Daerah
Posted on Aug 30, 2010 | Leave a Comment

Begitu mendengar rencana bahwa Gubernur Jawa Timur akan


melaksanakan program wajar-diknas 9 tahun dimulai awal tahun 2010 nanti, maka
untuk memantau kesiapan sekolah swasta yang berada di Kabupaten Malang,
redaksi Media Pendidikan berhasil menemui bapak Rofi’i, S.Pd selaku Ketua
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP Swasta Kabupaten Malang.

Dalam paparan kepada Media Pendidikan, beliau menyatakan bahwa pada saat ini pemerintah
telah menggalak kan program pendidikan dengan dikeluarkannya surat Menteri Pendidikan
Nomor 186/MPN/KU/2008 tanggal 2 Desember 2008, dimana hal tersebut ditindak lanjuti
dengan pengalokasian ang garan pendidikan sebesar 20% dari APBN 2009 sebagai konsekwensi
logis atas keberhasilan perjuangan pengurus pusat PGRI meng ajukan gugatan ke Mahkamah
Konstitusi.
Kemudian saat ini juga pemerintah provinsi Jawa Timur telah mengadakan pengumpulan data
RAPBS / RAKS II dengan informasi akan mengeluarkan BOSDA Propinsi Jawa Timur. Untuk
wilayah Kabupaten Malang saja, jumlah SMP Negeri adalah 66 buah sedangkan jumlah SMP
Swasta telah mencapai 204 sekolah. Bila kebijakan ini dilaksanakan, maka posisi daya saing
sekolah swasta akan semakin kecil, mengingat SMP Negeri semua gurunya telah dibayar oleh
pemerintah dan sekitar 60% gurunya telah mendapatkan tunjang an sertifikasi. Karena guru di
SMP swasta dibayar sendiri oleh yayasan /pengelola sekolah dengan honorarium dibawah UMR.
Nah, kalau pemerintah Kabupaten Malang meng inginkan adanya penyeleng garaan pendidikan
di Kabupaten Malang yang berkualitas seyogyanya segera mereali sasikan anggaran pendidikan
(diluar gaji guru/PNS) se besar 20% dari APBD sesuai dengan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional, mau pun PP Nomor 48 Tahun 2008. Kucuran dana BOSDA Kabupaten
Malang nantinya akan lebih difocuskan untuk peningkatan kesejahteraan guru-guru swasta,
sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah sekolah swasta di Kabupaten Malang.
Lebih jauh dikatakan bahwa tanpa ada kucuran dana dari Kabupaten Malang untuk sekolah
swasta di Kabupaten Malang, maka dapat dipastikan perkem bangan pendidikan di Kabu paten
Malang akan menurun dipandang dari segi kwalitas. “Tapi kami selaku Ketua MKKS SMP
Swasta se Kabupaten Malang percaya bahwa PemKab Malang lebih tahu dan lebih mengerti
tentang kebutuhan yang diperlukan sekolah swasta dalam rangka wajar dikdas 9 tahun gratis yang
akan dilaksanakan pada tahun 2010 nanti, mas.” Katanya pada Media Pendidikan mengakhiri
wawancara. (MD/MP)
ALAMAT : http://www.mediapendidikan.info/2010/08/harapan-sekolah-swasta-se-
kabupaten.html
SD dan SMP Dapat Kucuran BOS Rp
105,8 Miliar

Rubrikasi - Nusantara

BANDUNG BARAT, publiknasional.com


Kabupaten Bandung Barat bakal mendapat kucuran dana bantuan operasional siswa (BOS)
senilai Rp 105,8 miliar untuk sekitar 224.900 siswa SD dan SMP. Dengan rincian Rp 36,8 miliar
lebih untuk SMP dan Rp 69 miliar lebih untuk SD.

Hal itu disampaikan Kasi Pendataan BOS Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
(Disdikpora) Kabupaten Bandung Barat, Asep Setia Permana, di Ngamprah, Kamis (20/1/2011).
Menurutnya, BOS yang akan diluncurkan akhir Januari 2011 ini tidak akan dicairkan sekaligus,
tapi dilakukan dalam empat kali pembayaran.

"Siswa SMP di Kabupaten Bandung Barat yang menerima BOS tahun ini sebanyak 52.905 orang
dan siswa SD sebanyak 172.000 lebih. Siswa SMP bakal menerima Rp 570.000/siswa/tahun.
Sedangkan siswa SD mendapat Rp 397.000/siswa/tahun," kata Asep.

Untuk tahun ini, ada perubahan mekanisme pencairan dana BOS. Kalau pada 2005 sampai 2010
penyaluran dana BOS dari pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi, baru kemudian
ditransfer ke rekening sekolah. Untuk tahun ini, dana BOS langsung disalurkan pemerintah pusat
ke kabupaten/kota untuk kemudian didistribusikan ke rekening sekolah.

Perubahan dalam penyaluran dana BOS ini untuk memberi kewenangan lebih kepada
pemerintah daerah dalam mengatur distribusi dana BOS, karena sekolah-sekolah berada
langsung di bawah pemerintah daerah, bukan di bawah pemerintah pusat.

"Jujur saja, perubahan mekanisme pencairan dana bos menjadi hal yang baru bagi Disdikpora
Kabupaten Bandung Barat. Kami berharap, dalam pelaksanaannya nanti dapat berjalan lancar
dan aman," tutur Asep.
Lebih jauh, Asep menerangkan, penggunaan dana BOS harus berpedoman pada panduan
pelaksanaan program BOS yang dikeluarkan pemerintah pusat. Antara lain untuk pembelian
buku teks, pembiayaan seluruh kegiatan siswa baru, ulangan harian, pembelian bahan-bahan
habis pakai, pembiayaan perawatan sekolah, pembayaran guru honorer, dan pengembangan
profesi guru.

"Juga pemberian biaya transportasi siswa miskin, pembiayaan pengelolaan alat tulis kantor, dan
pembelian komputer maksimum satu unit dalam satu tahun anggaran," tutur Asep, seraya
menjelaskan, apabila semua pengadaan sudah terpenuhi, maka sisanya dapat digunakan untuk
membeli alat peraga dan lain-lain.

Asep mengungkapkan, jumlah siswa miskin di Kabupaten Bandung Barat diperkirakan di atas
10 persen dan di bawah 30 persen. Siswa miskin mendapat bantuan biaya transportasi, masing-
masing yang jarak ke sekolahnya untuk SMP maksimal 6 kilometer dan SD paling jauh 3
kilometer.

Ditegaskan Asep, pihak sekolahan dilarang melakukan manipulasi jumlah siswa, daan
pengelolan BOS harus transparan. "Setiap pembelian barang harus ditandatangani komite
sekolah dan diumumkan di papan pengumuman. Sekolah harus bersedia diaudit oleh lembaga
berwenang, serta tidak diperkenankan menjadi distributor atau pengecer buku kepada siswa.
Apabila ditemukan terjadi pelanggaran, dapat dikenai sanksi hukum," katanya. (**)

Sumber: bandungbaratkab.go.id
ALAMAT: http://publiknasional.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=153:sd-dan-smp-dapat-kucuran-bos-rp-1058-
miliar&catid=51:nusantara

Sekolah berstandar internasional vs sekolah Jepang


3,960 views
Posted by Chief Editor on January 29th, 2009 9 Comments Printer-Friendly
-- Sponsored Ads

Ads by Value Media


Selama seminggu saya harus mendampingi rombongan kepsek
dari Jateng berkunjung ke sekolah-sekolah di Jepang sebaga translator. Kedatangan kepsek yang
sebagian besar adalah kepsek Rintisan SMA/SMP bertaraf internasional bertujuan untuk
menjajagi kerjasama dengan sekolah-sekolah di Jepang dalam bentuk sister school.
Saya pribadi berpendapat bahwa sister school bukan milik RSBI atau SBI semata, tetapi sekolah
dengan embel-embel nama apapun bebas untuk melakukannya. Saya mendapat kesan bahwa
Kepsek yang datang memang agak terbebani dengan keharusan untuk membentuk sister school
tersebut sebagai salah satu syarat RSBI.
Salah satu konsep RSBI yaitu mengacu kepada standar negara-negara OECD, termasuk Jepang
dianggap oleh sebagian pemikir Jepang sebagai konsep yang tidak jelas. Apalagi dengan
keinginan untuk mendapatkan akreditasi dari badan khusus di Jepang tentang status
keinternasioanalan RSBI tersebut mendapat tanggapan yang sangat kritis karena tidak ada Badan
Akreditasi Sekolah di Jepang atau lembaga akreditasi-akrediatasian di level pendidikan dasar dan
menengah, sebagaimana yg dikehendaki oleh pengelola RSBI. Pun tidak ada kurikulum
universitas semacam Cambridge yang bisa diadopsi dan dibeli hak patennya lalu lulusan RSBI
diakui setara dengan lulusan-lulusan sekolah yang menerapkan sistem Cambridge.
Jepang sama sekali tidak mengenal istilah sekolah internasional maupun nasional. Menurut
pandangan pakar pendidikan di sini, pendidikan bukanlah barang elit yang harus diberikan hanya
kepada sebagian anak yang pandai saja. Tetapi pendidikan adalah sebuah hak yang harus diterima
oleh semua anak dengan kualitas yang sama. Memang mereka mengakui bahwa anak yang pandai
peru difasilitasi secara lebih baik, tapi bukan dengan mendirikan sekolah berstandar internasional
mengikuti standar negara lain.
Seorang prof Jepang menceritakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini sama dengan
kondisi Jepang di tahun 60an-70an, saat itu APK SD dan SMP di Jepang telah mencapai 95-97%,
sementara APK SMA masih 50%. Yang dilakukan pemerintah Jepang bukanlah mendirikan
sekolah unggul tetapi membangun sekolah-sekolah dengan fasilitas yang sama yang bisa
mendidik anak-anak tanpa ada perbedaan. Yang karenanya dapat disaksikan fasilitas sekolah
Jepang hampir sama dengan kualitas yang memadai proses pembelajaran.
Professor tersebut kemudian menanyakan mengapa Indonesia tidak mencoba untuk
mempersiapkan pendidikan untuk semua warganya dengan kualitas yang sama seperti halnya
Jepang ? Seandainya dana negara sedikit, dana itu harus dinikmati bersama oleh rakyat.
Barangkali itu akan lebih baik bagi rakyat Indonesia, daripada membuat sekolah internasional.
Saya pribadi yang meneliti RSBI ini dari aspek latar belakang hukum dan penerapannya di
lapang, sungguh sepakat dengan ide beliau. Dana yang disalurkan pemerintah untuk proyek ini
sungguh besar semoga tidak menjadi sia-sia karena ketidakmatangan konsep yang kita punyai.
Saya merasa agak sedih bahwa pada kenyataannya konsep RSBI hanya menjadi pembicaraan
yang hanya dipahami oleh pembuat kebijakannya dan kepala sekolah di level pelaksana tidak
memahami latar belakang pemikiran dan apa makna kata pendidikan berstandar bagi warga
negara selain yang tertera di lembaran UU. Sedih sekali bahwa kepala sekolah ternyata belum
diberi otonomi luas selain hanya menjadi pengikut kebijakan pusat.
Kunjungan ke sekolah-sekolah Jepang yang dilakukan oleh para kepsek mudah-mudahan
menyadarkan kita bahwa sebuah sekolah yang menghasilkan lulusan yang baik di Jepang, ruang
kelasnya masih berpapantuliskan papan tulis kayu,dengan alat tulis kapur, dan tidak dilengkapi
dengan OHP. Bahwa setiap siswa belum mengakses internet secara bebas di sekolah, dan setiap
siswa tidak dapat membawa laptop sendiri-sendiri ke sekolah dan bebas mengakses internet. Di
seantero Jepang belum ada sekolah semacam ini, sebagaimana yang menjadi kriteria RSBI.
Tetapi tidak berarti bahwa pendidikan anak-anak Jepang tidak menginternasional, dan teknologi
serta kecanggihan IT tidak mereka pahami dengan baik. Dengan bangganya kita memamerkan
bahwa RSBI di Indonesia sudah memiliki ruang lab canggih, lab bahasa, pelajaran berbahasa
pengantar berbahasa Inggris, sementara guru-guru di Jepang dan pemikir di Jepang
mengernyitkan dahi, seperti apa gerangan pendidikan ala internasional itu ? Sebab fasilitas
sekolah di Jepang diadakan karena memang itu dibutuhkan, dan mereka beranggapan bahwa
fasilitas internet yang bebas akses tidak dibutuhkan di sekolah, maka tidak diadakan.
Saya menangkap kesan guru-guru di Jepang dan pemikir pendidikannya yang mendengarkan
uraian RSBI agak sulit memahami kelogisannya.
Para pemegang kebijakan di Indonesia barangkali dapat berpikir ulang tentang konsep RSBI
ini.Saya yakin bukan pendidikan mercu suar dan bukan pendidikan untuk orang berkantong tebal
yang kita usung lewat program RSBI (semoga keyakinan saya benar)
Perenungan mendalam dan rasa keberpihakan kepada anak-anak yang dididik harus kita lakukan.
Bahwa pendidikan itu adalah untuk anak-anak, agar mereka menjadi manusia dewasa dan
berakhlak di lingkungannya, bukan pendidikan agar negara diakui oleh negara lain sebagai negara
maju, atau agar diakui sebagai anggota OECD. Juga bukan barang jualan yang harus dijual mahal
kepada rakyat. Pendidikan adalah hak rakyat yang harus dipenuhi pemerintah yang didukung
sepenuhnya oleh masyarakat.
ALAMAT : http://indosdm.com/sekolah-berstandar-internasional-vs-sekolah-jepang
Sekolah Berstandar Internasional Reduksi Identitas Indonesia By admin
Monday, April 06, 2009 21:44:00 Clicks: 5081

Sekolah Berstandar Internasional Reduksi Identitas Indonesia

Senin, 06 April 2009 21:44 WIB


Penulis : Deri

JAKARTA--MI: Sekolah bertaraf internasional (SBI) muncul bak cendawan di musim


hujan. Bukan hanya pengelola swasta, sejumlah sekolah menengah pertama (SMP)
dan sekolah menengah atas (SMA) negeri juga membuat kelas internasional.

Ternyata penelitian menunjukkan sebagian besar siswa SBI memiliki aspek kognitif
keindonesian sangat rendah. Sekolah tidak mendorong tumbuhnya identitas sebagai
orang Indonesia, kata M Fajri Siregar, sarjana sosiologi Univeristas Indonesia yang
meneliti sejumlah SBI di Jakarta Selatan.

Pada diskusi publik yang bertajuk Membedah kebijakan sekolah bertaraf


internasional di Jakarta, Senin (6/4), Fajri juga mengatakan SBI telah membentuk
ketimpangan pendidikan antara mereka dari keluarga kaya dan keluarga miskin.
Fajri menjelaskan bahwa sebuah SBI yang ditelitinya selain menggunakan kurikulum
nasional, juga mengadopsi dari University of Cambridge International Examination.

Pengajarnya yang terdiri dari 37 pengajar, hanya enam orang yang berasal dari
lokal. Selain itu, jabatan kepala sekolahnya juga dipegang orang asing. Padahal
orang-orang asing yang mengajar di Indonesia belum ada peraturan dan belum diuji
kompetensi mereka. Guru Indonesia hanya pelajaran Indonesia studies, katanya.

Pakar pendidikan HAR Tilaar mengatakan SBI yang bermunculan sekarang


merupakan tempat pendidikan yang tidak nasionalis. SBI dan kelas internasional
lebih menjurus pada korporasi atau komersialisasi pendidikan, katanya.

Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu mengatakan munculnya SBI
dan kelas internasional menunjukkan pendidikan telah mengarah pada
neoliberalisme pendidikan. Sekarang pendidikan sudah menjadi komoditi yang
diperjualbelikan. Apalagi didukung Perpres No 7 Tahun 2007 mengenai investasi
asing dalam pendidikan nasional, katanya.

Kepala Sekolah Kanisius dan pengamat pendidikan Baskoro mengatakan bahwa SBI
sebenarnya 'sekolah bertarif internasional'. Pasalnya biaya SBI dan kelas
internasional itu mulai dari Rp 20 jutaan hingga Rp60 jutaan per tahun.

Baskoro menilai pemerintah yang mendorong pendirian SBI sebagai bentuk


perhatian pendidikan kepada segelintir orang. Padahal masih jutaan anak Indonesia
yang pendidikan masih tertinggal. Mereka itu yang seharusnya mendapat perhatian,
katanya.

Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Utomo Dananjaya menilai bahwa


pendidikan Indonesia telah terkooptasi Organization for Economoc Cooperation and
Development (OECD).Siswa SBI saat ditanya mereka lebih mengenal Barack Obama
dari pada calon presiden Indonesia, katanya.

Pendidikan Indonesia yang memunculkan SBI dan kelas internaional telah membelah
kelompok anak dari orang tua kaya dan orang tua miskin.

Padahal, katanya, Raden Mas Soewardi Surjadiningrat adalah orang hasil pendidikan
sekolah Belanda. Ketika rasa nasionalismenya muncul dan peduli pada rakyat kecil,
ia mendirikan perguruan Taman Siswa dan namanya diganti jadi Ki Hadjar
Dewantara. (Drd/OL-03)

Sumber: Media Indonesia Online


http://www.mediaindonesia.com/read/2009/04/04/68313/
88/14/Sekolah_Berstandar_Internasional_Reduksi_
Identitas_Indonesia_
ALAMAT : http://beritapendidikan.com/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=1533
Sekolah RSBI di Kota Bandung tak akan Naikkan Biaya Masuk
Selasa, 05/04/2011 - 04:11
• [View]
BANDUNG, (PRLM).- Dihapusnya bantuan pemerintah pusat untuk sekolah berstatus RSBI
pada tahun ajaran 2011-2012 tidak akan membuat sekolah menaikkan biaya masuk sekolah.
Sekolah-sekolah berstatus RSBI di Kota Bandung menyampaikan, bantuan tersebut selama ini
sifatnya hanya stimulus, sehingga pemenuhan kebutuhan sekolah tetap bersandar pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) yang sebagian besar dipenuhi oleh orang tua siswa.
Wakil Manajemen Mutu SMAN 3 Bandung Firmansyah Noor mengatakan, dihapusnya bantuan
pemerintah pusat untuk sekolah yang berstatus RSBI tidak akan terlalu berpengaruh, karena
selama ini bantuan tersebut sifatnya stimulus. Untuk tahun ajaran 2010-2011, SMAN 3 menerima
Rp 300 juta yang dialokasikan untuk peningkatan mutu guru. Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan yang lain dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).
SMAN 3 Bandung sendiri berstatus RSBI sejak 2006.
“Bantuan pemerintah pusat yang paling besar pada tahun ajaran 2009-2010, saat itu sekolah
menerima Rp 600 juta yang dialokasikan untuk sarana dan prasarana dan peningkatan mutu guru.
Selain dari pemerintah pusat, sekolah RSBI juga menerima bantuan dari provinsi, dialokasikan
untuk perlengkapan laboratorium dan membangun aula,” kata Firmansyah yang ditemui di
SMAN 3, Jln. Belitung, Kota Bandung, Senin (4/4).
Menurut Firmansyah, dengan dihapusnya bantuan pemerintah pusat, APBS harus menyokong
kebutuhan sekolah seutuhnya. Untuk biaya masuk SMAN 3 tahun ajaran 2011-2012 kendalinya
ada di tangan komite sekolah. Firmansyah menjanjikan, penghilangan bantuan pusat akan
disesuaikan, tapi tidak akan kenaikan biaya masuk, karena kegiatan yang tidak terlalu krusial
dikurangi.
Sementara itu, Kepala SMAN 5 Bandung Jumdiat Marzuki mengatakan, sekolahnya masih
menerima bantuan RSBI dari pemerintah pusat, karena SMAN 5 baru berstatus RSBI pada 2007.
Yang bantuannya dihentikan, kata Jumdiat, sekolah yang telah berstatus RSBI pada 2006 atau
sudah lima tahun. Untuk tahun ini, SMAN 5 mendapat bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp
300 juta bantuan yang dialokasikan untuk beasiswa dan peningkatan mutu guru.
“Untuk tahun ini kami tidak akan menaikkan biaya masuk SMAN 5. Sumbangan penerimaan
peserta didik baru akan sama dengan tahun lalu yaitu Rp 5 juta dan SPP Rp 500 ribu,” ungkap
Jumdiat.
Kepala SMPN 2 Bandung Tata Kusnadi mengatakan, bantuan pemerintah pusat untuk sekolahnya
akan tetap ada, karena SMPN 2 baru berstatus RSBI sejak 2008 atau baru tiga tahun berjalan. Jika
nanti bantuan pemerintah pusat dihapus, kenaikan biaya sekolah akan sangat tergantung pada
kebutuhan. Selain itu, semuanya akan dimusyawarahkan dengan komite sekolah.
Humas SMPN 5 Bandung, Nandang Sutisna mengatakan, sekolahnya berstatus RSBI sejak 2007
atau belum lima tahun. Oleh karena itu, masih akan menerima bantuan dari pemerintah pusat.
Saat ini, kata Nandang, sudah 16 kelas yang berstatus RSBI. Untuk soal kenaikan biaya akan
dimusyawarahkan dengan komite sekolah. Saat ini, yang diprioritas sarana dan prasarana untuk
kelas yang RSBI. Pada Juni mendatang akan diverifikasi. (A-187/das)***
ALAMAT : http://www.pikiran-rakyat.com/node/140537
PEMKAB BIAK SEGERA CAIRKAN DANA BOS
Biak Numfor, 5/4/2011 (Kominfo-Newsroom) Pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah
untuk SD dan SMP di Pememerintah Kabupaten Biak Numfor akhirnya menemui titik terang,
setelah sempat mendapat sorotan dari berbagai kalangan.

“Dana BOS di Pemkab Biak Numfor, minggu ini sudah harus tersalurkan ke setiap sekolah,”
kata Sekertaris Dinas Pendidikan Biak Numfor Kamaruddin, SPd usai mengikuti upacara awal
bulan di halaman kantor Bupati Biak Numfor, Senin (4/4).
Kamaruddin menjelaskan, untuk tahun anggaran 2011 Biak Numfor mendapatkan dana BOS
dari pemerintah pusat sebesar Rp13,7 miliar dengan rincian pengalokasian untuk sekolah dasar
sebesar Rp386.000/siswa pertahun, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama sebesar
Rp570.000/siswa pertahun.
Salah satu faktor keterlambatan pencairan dana BOS adalah adanya aturan baru dari
BPKAD yang mengharuskan RKA disusun secara rinci, sedangkan sebagian besar sekolah-
sekolah sebagai pengguna anggaran belum punya pengalaman dalam menyusun RKA.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Frengki Korwa
mengungkapkan, dari sebanyak 100 SD yang akan menerima dana BOS, baru 40 sekolah yang
melaporkan administrasinya.
Ia meminta kepada seluruh pengelola dana BOS segera melaporkan administrasinya ke
BPKAD. “Setelah administrasinya sudah terlapor di BPKAD, maka hari itu juga dananya
langsung kita transfer ke rekening mereka masing-masing,” katanya. (MC Biak/Mustakim/toeb)

ALAMAT : http://www.bipnewsroom.info/index.php?
_language=Indonesia&_mainNo=11&_subNo=&_insideSubNo=&newsid=74192&_lin
k=loadnews.php
Danamon Cari Guru Teladan

Nurhadi/Fajar
UNTUKMU GURU. Andrew Wongjaya (kanan) menyerahkan cenderamata kepada
Ketua PGRI Sulsel, Muhammad Asmin di Kantor Bank Danamon, Senin 4 April.

Berita Terkait:
» Ujian Kompetensi Tentukan Penempatan Guru

» Dewan Merespons Tuntutan Guru

» PGSI Protes Pembayaran Tunjangan Sertifikasi

» Guru PAUD Diperjuangkan Jadi PNS

» DPPKD Minta Disdikpora Revisi Data Guru Kontrak

MAKASSAR -- Bank Danamon menunjukkan aprsiasinya terhadap guru-guru melalui


program "Penghargaan Bagi Hati yang Mulia". Bank umum ini mencari 12 guru
teladan melalui seleksi ketat yang dimulai April ini.
Pemimpin Danamon Wilayah 4 Makassar Andrew Wongjaya mengatakan,
penghargaan guru teladan diberikan kepada kepala sekolah, guru, dan pengawas
sekolah tingkat SD sampai SMA. Masing-masing mendapat kuota tiga guru teladan
dengan total hadiah Rp36 juta.

"Makassar menjadi pilot project program nasional Bank Danamon memberikan


penghargaan kepada guru teladan. Apresiasi kepada guru sekaligus memperingati
Hari Pendidikan Nasional 5 Mei dan ulang tahun Bank Danamon ke-55 pada 16 Juli
nanti," tutur Andrew pada peluncuran "Penghargaan Bagi Hati yang Mulia" di kantor
Bank Danamon Wilayah IV, Senin 4 April.

Selain penghargaan kepada guru teladan, Bank Danamon juga memberikan bantuan
120 unit komputer ke sekolah dan kantor Dinas Pendidikan Makassar. Masing-
masing kepala sekolah yang terpilih sebagai guru teladan berhak pula mendapatkan
uang tunai sebesar Rp10 juta.

Namun, bantuan hadiah uang tunai Rp10 juta bukan untuk pribadi kepala sekolah.
Andrew mengatakan, bantuan untuk peningkatan kualitas pendidikan dengan
peruntukan pengadaan perpustakaan atau buku bacaan.

Bantuan pengadaan perpustakaan dan buku bacaan setelah pihak Danamon


melakukan survei di beberapa tempat. Peninjauan lapangan memperlihatkan masih
banyak sekolah yang tidak memiliki perpustakaan layak.

Untuk penilaian guru teladan, Bank Danamon menyerahkan seluruh mekanisme dan
tahapan kepada Dinas Pendidikan Makassar dan PGRI. Bank Danamon juga
menggandeng media Harian FAJAR untuk sosialisasi beragam program yang
dikhususkan bagi para guru.

Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, penghargaan guru teladan
sebagai bentuk kepedulian Bank Danamon kepada guru dan dunia pendidikan.
"Kami sangat mengapresiasinya, karena Pemkot Makassar menempatkan
pendidikan pada prioritas utama lima program pembangunan Makassar Kota Dunia,"
ujarnya. (rif)

ALAMAT : http://www.fajar.co.id/read-20110404201213-danamon-cari-guru-teladan
Lagi, Pemerintah Janji Perketat UN
Editor: Latief
Selasa, 5 April 2011 | 10:37 WIB

Dibaca: 253

Komentar: 0
DHONI SETIAWAN/KOMPAS IMAGES ILUSTRASI: Tahun lalu masih saja ditemukan
kebocoran soal dan lembar jawaban seperti terjadi di dua SMA di Sumatera Utara.
Kebocoran terjadi mulai dari percetakan sehingga kedua sekolah itu harus menjalani
ujian ulangan.
TERKAIT:
• "Jangan Khawatir dengan 5 Paket Soal!"
• Awas, Pencuri Naskah UN Gentayangan!
• Pengawas UN Bersumpah atas Nama Agama
• Lima Paket Soal Bikin Susah "Nyontek"
• Panitia UN Diambil Sumpah Kejujuran
JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini pemerintah kembali menegaskan akan memperketat
pelaksanaan ujian nasional (UN). Pengawasan diperketat mulai dari distribusi soal, penyimpanan
soal di setiap rayon, hingga hari pelaksanaan UN SMA pada 18 April.

Semua titik yang berpotensi menyimpang akan semakin diperketat. Kalau sampai
tidak tahu, tandanya tidak tahu medan.
-- Mohammad Nuh

"Semua titik yang berpotensi menyimpang akan semakin diperketat. Kalau sampai tidak tahu,
tandanya tidak tahu medan," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh seusai temu
media Forum ACCESS America Higher Education di Jakarta, Senin (4/4/2011) kemarin.
Tahun lalu masih saja ditemukan kebocoran soal dan lembar jawaban seperti terjadi di dua SMA
di Sumatera Utara. Kebocoran soal terbukti terjadi mulai dari percetakan sehingga kedua sekolah
itu harus menjalani ujian ulangan.
Tahun lalu pula Nuh menjamin tidak akan ada kebocoran soal dan lembar jawaban. Bahkan,
sekolah-sekolah yang terindikasi curang mendapat pengawasan khusus dengan menambah jumlah
pengawas.
Untuk memastikan UN berjalan baik, Kementerian Pendidikan Nasional akan menugaskan
pejabat eselon 1 dan 2 memeriksa secara mendadak ke semua wilayah. Untuk distribusi soal UN,
Nuh menegaskan sepenuhnya percaya kepada daerah. (LUK)
ALAMAT :
http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/05/10374071/Lagi.Pemerintah.Janji.Perket
at.UN

Sebanyak 122.139 Pelajar SMA Ikuti UN


Penulis: Sabrina Asril | Editor: Inggried
Senin, 4 April 2011 | 19:40 WIB

Dibaca: 565

Komentar: 0
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO ILUSTRASI: Berdasarkan catatan Kompas.com, tingkat
kelulusan siswa SMA dan SMK di Jakarta pada UN 2010 lalu hanya mencapai 90,672
persen, jauh lebih rendah daripada tahun 2009 yang mencapai 95,8 persen.
TERKAIT:
• Awas, Pencuri Naskah UN Gentayangan!
• Soal UN DKI Didistribusikan 17 April
• Stop, Jangan Intervensi Pengawas UN!
• Hasil Uji Coba UN Masih Menyedihkan
• Bimbel Bisa Seharga Belasan Juta Rupiah
JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 122.139 siswa tingkat SMA di DKI Jakarta akan
menghadapi ujian nasional (UN) yang akan digelar serentak pada Senin (18/4/2011). Ribuan
siswa tersebut terdiri atas siswa SMA sebanyak 53.937 siswa, madrasah aliyah (MA) sebanyak
4.679 siswa, SMK sebanyak 63.382 siswa, dan SMA luar biasa (SMALB) sebanyak 141 siswa.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudhi Mulyanto, Senin (4/4/2011), mengatakan,
saat ini pihaknya tengah melakukan proses pencetakan lembar soal. Menurut Teguh, DKI Jakarta
menargetkan angka kelulusan mencapai 100 persen.
"Setelah lulus Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), proses pencetakan telah mencapai 75
persen. Target kami tahun ini 100 persen lulus," ujar Taufik saat dihubungi wartawan.
Tak berbeda dari tahun sebelumnya, untuk mencapai kelulusan setiap siswa harus memperoleh
nilai minimal 5,5 dari enam mata pelajaran yang diujikan. Standar ini diakui Taufik mampu
dilampaui siswa-siswi SMA di Jakarta. Untuk mencapai target kelulusan 100 persen, sejumlah
langkah telah dilakukan, misalnya dengan menyelenggarakan ujian kompetensi yang dimulai
sejak awal tahun untuk siswa.
Sebanyak empat kali ujian dilakukan, dengan rincian dua kali diselenggarakan pihak sekolah dan
sisanya diselenggarakan Disdik DKI.
"Selain siswa, pendidik juga sudah kami bekali pemebedahan kompetensi kelulusan. Semoga
upaya ini cukup untuk menyiapkan siswa di UN nanti," ujar Taufik.
Sementara itu, untuk mempersiapkan penyelenggaraan UN, Disdik DKI Jakarta telah menyiapkan
lima jenis soal yang berbeda sehingga dalam satu kelas, siswa tidak bisa saling mencontek.
"Jika dalam satu kelas ada 20 siswa, berarti hanya ada empat siswa yang memiliki soal yang
sama," katanya.
ALAMAT :
http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/04/19401213/Sebanyak.122.139.Pelajar.S
MA.Ikuti.UN

Dinas Pendidikan Jateng Siap Melaksanakan UN


suarasurabaya.net| Dinas Pendidikan Jawa Tengah siap melaksanakan Ujian Nasional (UN) dan
menjamin tidak ada kebocoran soal. Pada tahun ini jumlah siswa yang mengikuti UN mulai
tingkat SD sampai SMA di Jawa Tengah sebanyak 1.396.017 siswa.

KUNTO NUGROHO Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah seperti dilaporkan MARTHA dari
Radio Idola Semarang, Selasa (05/04), mengatakan, pelaksanaan UN tahun ini dilaksanakan
mulai April hingga Mei 2011. Untuk tingkat SD, UN dilaksanakan pada 10-12 Mei, SMP 25-28
April dan SMA mulai 18-21 April 2011.

Berdasarkan hasil koordinasi kepala dinas pendidikan kabupaten/kota di Jawa Tengah, kata
KUNTO, UN siap dilaksanakan. Tahun ini akan ada perubahan pada naskah ujian. Kalau
sebelumnya hanya ada 2 macam sekarang jadi 5 macam.

Hal ini dilakukan guna menghindari siswa melakukan kerjasama. KUNTO menambahkan untuk
menentukan kelulusan tidak hanya menggunakan UN tapi juga pembagian dengan nilai rapor
semesteran. Dengan demikian, tidak ada lagi protes dari wali murid dan siswa maupun guru yang
siswanya banyak yang tidak lulus UN. (tin)
ALAMAT : http://kelanakota.suarasurabaya.net/?
id=39af81d10e0703649b156bd8cd902f3d201190971
Dinas Pendidikan Jamin Tidak Ada Manipulasi Nilai Jelang
Ujian Nasional
Imam Wahyudiyanta - detikSurabaya

<p>Your browser does not support iframes.</p>


<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?
n=aca95ca9&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?
zoneid=159&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=aca95ca9'
border='0' alt='' /></a>
Surabaya - Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA/SMK akan diselenggarakan secara
serentak di Jawa Timur pada 18-21 April. Untuk tingkat SMP/MTs akan dilaksanakan
25-28 April.

Untuk penentuan kelulusan pada UN yang akan digelar April mendatang digunakan
formula baru yakni nilai gabungan antara nilai UN dengan ujian sekolah serta nilai
rapor.

Dinas Pendidikan Jawa Timur menjamin nilai hasil ujian sekolah serta rapor yang ikut
menentukan kelulusan, aman dari bentuk intervensi maupun manipulasi.

"Kita tidak akan mentolerir kecurangan yang dilakukan pihak sekolah yang berbuat
curang dengan merubah nilai rapor serta nilai ujian sekolah," kata Kepala Dinas
Pendidikan Jatim, Harun kepada wartawan usai memimpin Rapat Koordinasi
Pengamanan Ujian Nasional di ruang Sabhanugara di Gedung Dinas Pendidikan
Jatim, Senin (4/4/2011).

Harun berjanji akan memberikan sanksi adiministratif kepada sekolah maupun


kepala sekolah jika ditemukan indikasi kecurangan yakni merubah nilai sekolah dan
nilai ujian sekolah agar siswanya bisa lulus.

Sanksi yang akan diberikan, kata harun bisa berupa usulan penundaan
pengangkatan jabatan hingga pencopotan jabatan. Oleh karena itu, Harun berharap
dalam hal ini dirinya meminta kepada kepala sekolah maupun guru serta siswa agar
mengedepankan kejujuran.

"Dalam hal ini kejujuran kepala sekolah, guru dan siswa sangat kita harapkan untuk
dikedepankan," harapnya.
Selain itu Harun menjelaskan, komposisi penggabungan nilai kelulusan, nilai ujian
sekolah mempunyai persentase 40 persen. Sedangkan sisanya, 60 persen diambil
dari nilai hasil UN.
ALAMAT :
http://surabaya.detik.com/read/2011/04/04/135533/1608111/466/dinas-
pendidikan-jamin-tidak-ada-manipulasi-nilai-jelang-ujian-nasional?
881104465

Bupati: Jangan Jadikan UN Momok Bagi Murid

Wonogiri, CyberNews. Ujian Nasional (UN) jangan


dijadikan momok yang menakutkan bagi murid. Sebab
bila murid dikondisikan takut menghadapi UN, ini akan
menjadikan mereka phobia dan lemah semangat, serta
merasa kalah sebelum bertanding. Yakinkan siswa
berkemampuan menghadapi UN, tanpa harus disertai
rasa panik dan khawatir.
Bupati menambahkan, menghadapi waktu menjelang
pelaksanaan UN yang semakin dekat, harus dibuat dalam
iklim yang dapat membuat enjoy bagi para pelajar, utamanya siswa yang akan maju UN.
"Yakinkan kepada mereka, bahwa dengan pembelajaran yang dijalani selama ini, para siswa
memiliki kemampuan untuk mengerjakan soal UN, bahkan memiliki kemampuan untuk lulus dan
berprestasi," tegasnya.
Dalam sistem pembelajaran di sekolah, tambah Danar, hendaknya dikondisikan hubungan murid
dengan guru secara profesional edukatif. Bukan zamannya lagi guru berpenampilan galak agar
ditakuti siswanya. "Tapi ciptakan simbiose mutualistis antara siswa dan guru dalam proses
pembelajaran di sekolah. Sehingga tidak tercipta rasa senang murid, ketika jam guru yang galak
kosong tidak dapat mengajar," ujar Bupati Danar.
Terpisah, Kepala Disdik Wonogiri, Drs Suparno MPd, mengatakan, pelaksanaan UN tahun
2010/2011 untuk SLTA, akan dimulai tanggal 18 April 2011. Kemudian UN SLTP mulai tanggal
25 April 2011, dan UN SD akan dimulai tanggal 10 Mei 2011 mendatang.
ALAMAT :
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/04/05/82080/Bupati-Jangan-
Jadikan-UN-Momok-Bagi-Murid
4.320 Siswa SMA Ikuti UN di Kediri
Selasa, 05 April 2011 10:14 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Sebanyak 4.320 siswa sekolah menengah atas atau yang
sederajat di Kediri, Jawa Timur, berencana mengikuti ujian nasional yang berlangsung 18-21
April 2011. Kepala Seksi Pendidikan SMA/SMK/MA Dinas Pendidikan Kota Kediri, Sulaiman,
Selasa (5/4) mengemukakan, telah melakukan persiapan khusus menjelang ujian nasional (UN)
yang kurang dua pekan ini.

Pihaknya sudah melakukan berbagai macam latihan khusus mengerjakan soal-soal ujian. "Anak-
anak sudah dilatih mengerjakan soal lewat 'try out'. Jika dari pemerintah sudah dua kali, tetapi
biasanya dari pihak sekolah sendiri juga mengadakan 'try out' sendiri," paparnya.

Untuk 'try out' yang dilakukan pemerintah berlangsung pada 7 Februari dan 7 Maret 2011 lalu,
dengan hasil dari ujian itu juga cukup bagus. Nilai yang ada akan digunakan untuk menguji
kesiapan siswa mengikuti UN. Ia menyebut, untuk tahun 2011 ini berbeda dengan UN tahun lalu.
Dimana tahun ini pemerintah tidak akan memberikan kesempatan untuk ujian ulang bagi yang
gagal mengikuti UN.

Para peserta didik dianjurkan mengikuti UN tahun depan di sekolah yang sama maupun langsung
mengikuti ujian kejar paket C. Masalah lulusan sendiri, pihaknya belum bisa memprediksi tingkat
ketidaklulusan. Tetapi, dimungkinkan tingkat ketidaklulusan minim.
Sistem dalam UN tahun 2011 ini juga berbeda dari tahun sebelumnya, dimana nilai UN mereka
diambilkan dari hasil nilai rapot, ujian sekolah, dan nilai UN. "Nilai UN mereka kan diambilkan
dari nilai rapot 40 persen dan nilai UN 60 persen. Belum bisa diprediksi tingkat ketidaklulusan,
dilihat nanti saja," ucapnya.

Masalah naskah ujian sendiri, Sulaiman mengatakan soal dibuat hingga lima naskah berbeda
mulai dari kode A, B, C. D, dan E. Setiap anak mendapatkan satu naskah soal dengan kode
berbeda, dan mereka dipisahkan agak menjauh dengan teman lainnya.

Saat ujian, mereka juga akan didampingi dua orang guru pengawas. Bahkan, ada juga pengawas
dari unsur dosen dari beberapa universitas di Kediri, tetapi statusnya sebagai pengawas
'independen'. "Para guru pengawas pun, bukan pengajar mata pelajaran yang diujikan saat itu.
Jadinya, kami yakin anak-anak akan mengerjakan soal sesuai kemampuan mereka," tuturnya.

Menyinggung dengan pengambilan naskah, Sulaiman mengatakan sesuai dengan rencana naskah
akan diambil 13 April 2011 dan akan diinapkan di kantor polisi. Naskah itu dijaga polisi hingga
24 jam, sebelum didistribusikan ke 25 sekolah SMA/MA/SMK yang akan mengikuti UN.
Pihaknya berharap, peserta didik di Kediri dapat lulus hingga 100 persen.
ALAMAT : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-
pendidikan/11/04/05/lj5t0w-4320-siswa-sma-ikuti-un-di-kediri

Soal UN DKI Didistribusikan 17 April


Penulis: Indra | Editor: Latief
Senin, 4 April 2011 | 18:56 WIB

Dibaca: 248

Komentar: 0

KOMPAS/HERU SRI KUMORO ILUSTRASI: Soal UN tersebut baru akan didistribusikan


ke Sekolah pada 17 April 2011 mendatang.
TERKAIT:
• Stop, Jangan Intervensi Pengawas UN!
• Hasil Uji Coba UN Masih Menyedihkan
• "Kami Beri Amunisi, Mereka yang Perang!"
• "Try Out" UN di Bekasi Menyedihkan
JAKARTA, KOMPAS.com — DKI Jakarta siap menggelar ujian nasional. Sampai pada Senin
(4/4/2011), soal ujian nasional yang disusun oleh Pusat Pendidikan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Puspendik Balitbang Kemdiknas) sudah mulai
dicetak sejak lebih dari satu minggu lalu.

Soal UN itu disusun Puspendik, sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta,
dan sudah dicetak sejak pekan lalu.
-- Agus Suradika

"Soal ujian nasional (UN) itu disusun Puspendik, sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan DKI
Jakarta dan sudah dicetak sejak pekan lalu," kata Wakil Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta Agus Suradika, Senin (4/4/2011) di Jakarta.
Agus menambahkan, soal UN tersebut baru akan didistribusikan ke sekolah pada 17 April 2011.
"Soal kami distribusikan 1 hari sebelum hari H. Soal kami serahkan ke rayon, dan diteruskan ke
sekolah. DKI siap tanpa kendala berarti," tambah Agus.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Dinas Pendidikan DKI
Jakarta Budiana menilai, para siswa telah siap menghadapi UN.
"Saya rasa para siswa juga telah siap karena telah kami beri kisi-kisi UN sejak Januari lalu," kata
Budi.
Budi melanjutkan, nilai rata-rata dari hasil try out di sekolah juga semakin meningkat.
"Itu artinya, tingkat kelulusan akan semakin naik," ungkap Budi.
ALAMAT :
http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/04/1856562/Soal.UN.DKI.Didistribusikan.1
7.April
1.541.683 Siswa Jatim Siap Ikuti UN 2010/2011
suarasurabaya.net| Sebanyak 1.541.683 siswa sekolah dasar hingga menengah di Jawa Timur
akan mengikuti Ujian Nasional (UN) 2010/2011 pada April dan Mei mendatang. Sejauh ini
persiapan menjelang pelaksanaan UN sudah hampir 100 persen.

Secara rinci, jumlah peserta UN tahun 2011 ini adalah 633.184 siswa SD/MI/SDLB, 550.355
siswa SMP,/Mts/SMPLB dan 358.153 siswa SMA/MA/SMALB. Mereka akan mengikuti UN di
35.329 lembaga penyelenggara dan gabungan yang tersebuar di seluruh Jawa Timur.

HARUN Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur mengatakan pihaknya menargetkan tingkat
kelulusan UN pada tahun ini bisa mencapai 100 persen. Meski demikian, ia pun menyadari target
itu tidak selalu terpenuhi karena pada hari pelaksanaannya, selalu ada siswa yang sakit.

“Kita ada toleransi sedikit. Tapi optimis kalau tingkat kelulusan semakin tahun semakin bnaik,
dari segi kualitas dan kuantitasnya,” kata HARUN yang ditemui usai memimpin Rapat
Koordinasi Pengamanan Pelaksanaan UN 2010/2011 di Ruang Sabha Nugraha Dinas Pendidikan
Jatim, Senin (04/04).

Sementara itu, pelaksanaan UN sendiri dipastikan HARUN sudah hampir siap. Saat ini, naskah
soal sudah disimpan di Gudang Jalayaja Jl. Sarwa Jala, Pethekan, Ujung Surabaya. Pada H-5
pelaksanaan UN, naskah soal tersebut akan didistribusikan ke kabupaten/kota Jawa Timur.

HARUN juga memastikan tidak akan ada kebocoran soal, mengingat pengawalan dan
pengamanan yang diberikan selama proses pembuatan, percetakan hingga distribusi soal ke
sekolah penyelenggara UN. Pengawalan dilakukan Dinas Pendidikan Jatim bekerjasama dengan
kepolisian, Universitas Negeri Surabaya, Kementerian Agama dan Dewan Pendidikan.

Untuk SMA/MA/SMALB/SMK, UN dilaksanakan pada 18-20 April 2011, disusul dengan UN


SMP/Mts/SMPLB pada 25-27 April dan 10-12 Mei.(git)
ALAMAT : http://www.suarasurabaya.net/v06/kelanakota/?
id=db3306cf7b4b8cb0f1dd38547e830404201190935

Anda mungkin juga menyukai