Pendidikan Nasional, yang berkantor di Jalan Gunung Sahari Raya No. 4 Senen - Jakarta Pusat (eks.
Kompleks Siliwangi).
Sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009, Pusat Kurikulum
telah memfokuskan kegiatannya pada pelaksanaan bantuan teknis pengembangan kurikulum kepada
Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan Tim Pengembang Kurikulum Kabupaten/Kota, serta
pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan
kurikulumnya.
Bantuan Teknis Pengembangan Kurikulum kepada Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan
Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas tenaga daerah agar mampu menyusun dan
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerahnya masing-masing
dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Pengembangan model-model kurikulum
bertujuan untuk membantu satuan pendidikan dan atau para pelaksana pendidikan di lapangan dalam
meningkatkan wawasan terhadap kurikulum yang berdiversifikasi. Model-model kurikulum dapat
menjadi inspirasi para pelaksana pendidikan untuk selanjutnya diadopsi, diadaptasi, atau
diimplementasikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah.
Disamping itu, Pusat Kurikulum juga melakukan kajian kebijakan kurikulum. Kegiatan kajian kurikulum
dilakukan dalam bentuk seminar dan workshop yang difokuskan pada implementasi kurikulum saat ini
dan kebutuhan-kebutuhan kurikulum di masa depan. Hasil kegiatan kajian digunakan sebagai bahan
masukan bagi para pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan pengembangan Standar
Nasional Pendidikan.
Demikian kiranya, semoga segala upaya yang dilaksanakan oleh Pusat Kurikulum bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan di negara kita.
ALAMAT: http://www.puskur.net/
kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008)
Zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat
peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan
dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK
yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan
bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah
ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi
lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan
prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian
pendidikan.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan
KBK tahun 2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu
pada standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan
muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan
silabusnya
A.Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh
siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2003: 16). Menurut
nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolahataupun diluar
sekolah termsuk kurikulum.
Jika melihat fakta ini sungguh ironis, tidak sebanding dengan fakta atas perubahan-
perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada tahun 1947, 1952,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di internet) negeri kita hanya
mampu menjadi bangsa “panjual” tenaga kerja murah di negeri orang. Dari
pendapt di atas dapat disimpulkan betapa gagalnya dunia pendidikan di negara kita
ini yang telah gagal dalam melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang mampu
bersaing dalam dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan
sebanyak 7 kali, atau bisa disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas Negeri
Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan membenahi
dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di negara kita lebih
menitikberatkan pada perubahan konsep tertulisnya saja (berupa buku-
bukupelajran dan silabus saja) tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di
tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh
kurikulum pendidikan kita.
Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor apa saja yang
menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan kurikulum dari tahun 1947
hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu diantaranya: (1)
menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat kita lihat awal
perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran
terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada
kemudian dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan politis semata, hal ini sangat jelas terekam
dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara
matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006
hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan
sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa
membuktikan baik tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh
Bagus (2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis
saja, yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa dalam
perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1.Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2.Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3.Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4.Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai
dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan
kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots
approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang
direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-
instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke
bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu
yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak
guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-
sekolah lain.
ALAMAT : http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/perkembangan-kurikulum-
indonesia-dari.html
perkembangan kurikulum indonesia dari 1947-2006
Januari 14, 2010 · Disimpan dalam Uncategorized
A. Resume
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana
Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang
sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses
perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini
adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Setelah rentjana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia
mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi
nama dengan Rentjana pendidikan 1964. yang menjadi ciri dari kurikulum ini
pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pemabaharuan dari kurikulum 1964. Yaitu
perubahan struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pemabelajaran
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta
pengembangan fisik yang sehat dan kuat
kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam
Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum,
tujuan intruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan itu penting. Kurikulum ini juga sering
disebut dengan kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa
ditempatkan sebgai subyek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan,hingga melaporkan. Model ini disebut
dengan model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan
(dalam Dwitagama: 2008).
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian
waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:
• Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
• Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
• Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
• Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
• Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan
pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
• Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
• Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan
penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
• Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
• Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal
ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum
tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen
kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
• Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
• Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang
tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa,
dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
• Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran
substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan
siswa.
• Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku
pelajaran.
• Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum.
Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang
kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap
perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi
disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25
tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat
kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggungjawab.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:
• Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupu klasikal.
• Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
• Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
• Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk
implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi,
(2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang
ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi
(dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
• Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
• Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
• Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
• Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
• Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004
dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan
penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan
muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga
pengembangan silabusnya
A. komentar
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2003: 16).
Menurut nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman
sekolahataupun diluar sekolah termsuk kurikulum.
Menurut hemat saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan telah
menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun hal
itu tidak dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini
terbukti dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih
kalah jauh dengan negara tetangga yang notabene secara geografis negara
kita lebih luas. Logikanya semakin luas, jumlah pendudukpun semakin
banyak, otomatis bannyak bakat-bakat yang terdapat dalam setiap individu-
individu bangsa Indonesia. Menurut Okta (2007), Secara peringkat.
Berdasarkan dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang
pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang
dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari
58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Mau tidak mau, itu menggambarkan bahwa kualitas
pendidikan kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot.
Jika melihat fakta ini sungguh ironis, tidak sebanding dengan fakta atas
perubahan-perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di
internet) negeri kita hanya mampu menjadi bangsa “panjual” tenaga kerja
murah di negeri orang. Dari pendapt di atas dapat disimpulkan betapa
gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini yang telah gagal dalam
melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang mampu bersaing dalam
dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7
kali, atau bisa disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas
Negeri Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan
membenahi dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di
negara kita lebih menitikberatkan pada perubahan konsep tertulisnya saja
(berupa buku-bukupelajran dan silabus saja) tanpa mau memperbaiki proses
pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak
pernah mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita.
Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor apa saja
yang menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan kurikulum dari
tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu
diantaranya: (1) menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat
kita lihat awal perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi
renjtana pelajaran terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan
kurikulum yang ada kemudian dikembangkan lagi dengan lebih
menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan
politis semata, hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004
(KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum
2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2
tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan sebelum-sebelumnya.
Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik
tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh Bagus (2008),
menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja,
yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa
dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai
dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan
kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass
roots approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau
pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian
diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi
from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang
kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom
up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual
dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan
perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan
pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada
sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan
diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru.
Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar
digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntuk
kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih
banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak
lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam
menjabarkan KTSP dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru,
karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam
menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki
oleh sekolah.
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan kerikulum dari
tahun ketahun menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika diihat dari
kontektual. Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan di lapangan.
Keadaan pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga
saat ini, kalau boleh saya bilang kurikulumm Indonesia masih berjalan di
Tempat artinya tidak berkembang hal bisa dibuktikan dengan data yang
menunjukkan pperingkat Indonesia masih berada pada No 62 dari 130
negara yang ada. Hal ini merupakan PR bagi pemerintah bagaimana langkah
yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution. 1999. Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumari, kang. 2007. http:// kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-di-indoonesia-
pembahuruan.html. rabu. 8 januari 2009.
Dwitagama, dedi. 2007. //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.
Html. Rabu januari 2009.
Bagus, andi. 2008. //andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm –pendidikan-di-
indonesia.html. 8 januari 2009.
ALAMAT : http://ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kuriklum-
indonesia-dari-1947-2006/
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Posted on 31 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
Deskripsi singkat tentang kurikulum apa saja yang pernah dikembangkan dalam
program pendidikan di negeri tercinta Indonesia. Salah satu konsep terpenting
untuk maju adalah “melakukan perubahan”, tentu yang kita harapkan adalah
perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai
dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar
tumbuh kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan Kurikulum Pendidikan
Kita:
RENCANA PELAJARAN 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris).
Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat
dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
“Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16
tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.
Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
KURIKULUM 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
KURIKULUM 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD
Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
KURIKULUM 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan
CBSA bermunculan.
KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara
pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
KURIKULUM 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan
dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih
banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan
kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar
Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul
apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
ALAMAT : http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-
indonesia/
BAB II
Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang
paling sederhana sampai dengan yang berikutnya, sebenrnya merupakan penyempurnaan
dari model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut (ada empat model) dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Buku-buku pelajaran apakah yang harus dipegrunakan dalam suatu mata pelajaran?
2) Alat atau media pengakaran apa yang dapat dipergunakan dalam mata pelajaran
tertentu.
Model III. Pengembangan kurikulum ini merupakan penyempurnaan Model II yang
belum dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan 5 dan 6, yaitu dengan memasukkan
unsur teknologi pendidikan ke dalamnya.
Model IV. Merupakan penyempurnaan Model III, yaitu dengan memasukkan tujuan
ke dalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik
metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian
yang dilakukan.
ALAMAT : http://soegiartho.abatasa.com/post/detail/9925/model-model-pengembangan-
kurikulum
Seiring perkembangan zaman, maka dunia pendidikan juga mengalami perkembangan dan
perubahan, untung nya para pengambil keputusan dengan sigap untuk menyesuaikan output
pendidikan dengan tuntutan dan kebutuhan zaman nya.
Baru kemaren rasanya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di luncur kan dan skarang sudah
ada lagi penyempurnaan menjadi KTSP. Dengan cepat nya perubahan kebutuhan dunia kerja
atau dunia di luar pendidikan akan output pendidikan maka Guru atau pendidik sangat dituntut
untuk mengikuti dan menguasai setiap perubahan, khusus nya kurikulum untuk mencapai hasil
pembelajaran yang sesuai dengan zaman.
ALAMAT : http://rebel-mind.blogspot.com/2007/02/kurikulum-terbaru-rpp-ktsp.html
34 Votes
Teman saya adalah seorang guru Teknik Audio Video SMK. Beberapa waktu yang lalu dikirim
ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan penyusunan materi untuk KTSP SMK. Oleh-oleh dari
pelatihan itu adalah berupa spektrum kurikulum SMK yang nantinya diimplementasikan di
sekolah saya (SMK) dan juga sekolah SMK yang lain di seluruh Indonesia.
Isi kurikulum tersebut adalah perubahan kecil s.d. besar dari kurikulum yang berlaku saat ini
(sebelumnya). Contohnya, saat ini ada perubahan nama jurusan / program keahlian dari Teknik
Mekanik Otomotif menjadi Teknik Kendaraan Ringan. Teknik Pemanfaatan Energi Listrik
menjadi Teknik Instalasi Tenaga Listrik, dan sebagainya.
Namun jika dilihat dari KTSP yang “konon katanya”, materi pelajaran bisa diserahkan oleh
masing-masing sekolah (bisa ditambah atau dikurangi) asalkan masih dalam lingkup kurikulum
yang ada (KTSP), tapi pada spektrum kurikulum 2009 yang baru ini, masing-masing jurusan
WAJIB menerapkan spektrum kurikulum yang baru (khususnya kelas IX), yang isinya berbeda
dari kurikulum yang lama. Misalnya kata teman saya tersebut, sekolah belum siap menerapkan
spektrum kurikulum yang baru tersebut karena belum mempunyai peralatan praktek yang
dibutuhkan atau disyaratkan.
Khusus jurusan TKJ, kita masih bisa bernafas lega, karena spektrum tersebut tidak beda jauh
dengan kurikulum yang diajarkan saat ini. Walaupun ada penambahan materi (misalnya
Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Hidup), namun kiranya tidak begitu banyak yang
diubah dalam hal materi pembelajaran, alat praktek, dan sebagainya.
Dengan demikian SMK wajib menerapkan KTSP itu yang mengacu pada spektrum kurikulum
yang baru (2009) dengan beberapa perubahan, atau mungkinkah nanti akan dibuat kurikulum
yang baru pengganti KTSP seiring dengan pergantian Presiden dan kabinetnya? Semoga saja
apapun kurikulumnya, siap presidennya, siapa mendiknasnya, pendidikan di Indonesia menuju
pada kemajuan demi bangsa dan negara Indonesia.
ALAMAT : http://emhas.wordpress.com/2009/07/17/spektrum-kurikulum-smk-2009/
Menggali
Keunggulan
KTSP
Oleh: Mujtahid*
Keunggulan KTSP
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
mengamanatkan bahwa setiap sekolah atau madrasah harus mengambangkan KTSP
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman
kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP membuka peluang agar dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah/daerah,
sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Tujuan KTSP
yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Berkaitan dengan standar nasional pendidikan, pemerintah telah menetapkan
delapan aspek pendidikan yang harus distandarkan, dan yang sudah rampung baru
dua standar yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah disahkan menteri dengan
peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006. Sedangkan SKL di sahkan Mendiknas No.
23 Tahun 2006. Mendiknas juga telah mengeluarkan peraturan No. 24 Tahun 2006
tentang pelaksanaan Permen No. 22 dan 23 Tahun 2006 tersebut.
KTSP disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan memperhatikan tujuan pendidikan nasional. Yaitu
meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia, potensi, kecerdasan minat dan bakat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan iptek dan seni, agama,
dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam permendiknas No. 24 dikatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada
satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Implementasi KTSP diharapkan memberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi
kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
peserta didik serta tuntutan masyarakat.
KTSP juga menuntut adanya kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksanan kurikulum merupakan
pelaku yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Selain itu, demi
kesuksesan penerapan KTSP butuh tim-kerja (team-work) yang kompak dan
transparan dari berbagai pihak yang terlibat; seperti komite sekolah dan dewan
pendidikan, serta dukungan partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.
Keterlibatan pihak-pihak tersebut dalam pengembangan kurikulum, berdasarkan self
determination theory, dapat membangkitkan gairah dan rasa memiliki yang lebih
tinggi, serta tanggungjawab yang lebih besar terhadap kurikulum, yang diharapkan
dapat mendongkrak kualitas pendidikan.
Dengan tatanan konsep inilah memberi otonomi sekolah untuk memiliki “full
authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai
visi, misi, dan tujuannya. Namun, yang masih jadi pertanyaan adalah apakah semua
sekolah mampu mewujudkan impian tersebut di atas? Jawabannya tentu saja
kembali kepada kesiapan dan kemampuan sekolah untuk menangkap arah
perubahan kurikulum tersebut.
Upaya yang harus dipersiapkan yaitu bagaimana sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga pendidik, dan penyediaan sistem evaluasi serta informasi
yang valid.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
ALAMAT : http://www.uin-malang.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1356:menggali-keunggulan-ktsp&catid=35:artikel-
dosen&Itemid=210
Prinsip KBM di atas akan mencapai hasil yang maksimal dengan memadukan
berbagai metode dan teknik serta media pembelajaran yang memungkinkan
semua indera digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing pelajaran.
ALAMAT : http://ajisaka.sosblog.com/Ajis-b1/PRINSIP-DASAR-PENGEMBANGAN-KTSP-
b1-p21.htm
Keunggulan KTSP
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
mengamanatkan bahwa setiap sekolah atau madrasah harus mengambangkan
KTSP berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan
berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
KTSP membuka peluang agar dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah/daerah,
sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Tujuan KTSP
yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Berkaitan dengan standar nasional pendidikan, pemerintah telah menetapkan
delapan aspek pendidikan yang harus distandarkan, dan yang sudah rampung baru
dua standar yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah disahkan menteri dengan
peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006. Sedangkan SKL di sahkan Mendiknas No.
23 Tahun 2006. Mendiknas juga telah mengeluarkan peraturan No. 24 Tahun 2006
tentang pelaksanaan Permen No. 22 dan 23 Tahun 2006 tersebut.
KTSP disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan memperhatikan tujuan pendidikan nasional. Yaitu
meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia, potensi, kecerdasan minat dan bakat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan iptek dan seni, agama,
dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam permendiknas No. 24 dikatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada
satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Implementasi KTSP diharapkan memberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi
kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
peserta didik serta tuntutan masyarakat.
KTSP juga menuntut adanya kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksanan kurikulum merupakan
pelaku yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Selain itu, demi
kesuksesan penerapan KTSP butuh tim-kerja (team-work) yang kompak dan
transparan dari berbagai pihak yang terlibat; seperti komite sekolah dan dewan
pendidikan, serta dukungan partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.
Keterlibatan pihak-pihak tersebut dalam pengembangan kurikulum, berdasarkan
self determination theory, dapat membangkitkan gairah dan rasa memiliki yang
lebih tinggi, serta tanggungjawab yang lebih besar terhadap kurikulum, yang
diharapkan dapat mendongkrak kualitas pendidikan.
Dengan tatanan konsep inilah memberi otonomi sekolah untuk memiliki “full
authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai visi, misi, dan tujuannya. Namun, yang masih jadi pertanyaan adalah apakah
semua sekolah mampu mewujudkan impian tersebut di atas? Jawabannya tentu
saja kembali kepada kesiapan dan kemampuan sekolah untuk menangkap arah
perubahan kurikulum tersebut.
Upaya yang harus dipersiapkan yaitu bagaimana sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga pendidik, dan penyediaan sistem evaluasi serta informasi
yang valid.
Label: pendidikan
ALAMAT: http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/10/menggali-
keunggulan-ktsp.html
9 Votes
22 Votes
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini
adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian.
Metode Jigsaw
Posted on November 13, 2007 by kiranawati
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari
dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan
demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
ALAMAT : http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/27metode-jigsaw/
Masalah BOS Clear Minggu Ini
Jum'at, 18 Maret 2011 | 14:10 WIB
• Share5
• Tweet
Dok. Timlo.Net/Aryo
Suasana jumpa pers membahas dana BOS untuk kota Solo tahun 2011, Jumat
(18/3).
Solo - Pemerintah kota (pemkot) Surakarta memastikan masalah tersendatnya proses pencairan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di kota Surakarta Tahun 2011 akan selesai dalam pekan ini.
Hal ini ditandai dengan pernyataan resmi dari pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
(Dikpora) dan DPPKA bahwa BOS untuk seluruh siswa SD dan SMP akan segera dapat
dicairkan.
Sekretaris Disdikpora kota Surakarta, Joni Hari Sumantri, telah memastikan bahwa pekan ini
BOS dapat segera dicairkan melalui ketetapan dari DPPKA. Total anggaran untuk BOS tahun ini
yang berjumlah sebesar 45 miliar lebih, bakal segera dicairkan dan menjadi hak 220 sekolah baik
SD maupun SMP negeri dan swasta.
“Hari ini kami lakukan finalisasi untuk seluruh urusan proposal, terlebih kepada setiap SD yang
harus melalui UPTD di tiap Kecamatan terlebih dahulu. Untuk total anggara BOS tahun ini
sebesar 45,9 miliar rupiah yang akan menjadi hak dari 220 sekolah,” ungkapnya saat jumpa pers
di Balaikota, Jumat (18/3).
Pelaksanaan BOS untuk tahun ini tidak seperti pada tahun sebelumnya, yang dengan mudahnya
dana dapat diberikan kepada setiap sekolah tanpa melalui proses panjang. BOS tahun ini
terhambat masalah anggaran yang cair pada bulan Maret, padahal APBD di setiap daerah atau
kota digedok pada akhir tahun. Otomatis pemerintah pusat memberikan kelonggaran dengan
melalui proposal pengajuan dari dinas pengelolaan aset daerah masing-masing yang kemudian
disetujui oleh Ketua DPRD masing-masing.
“Untuk sekolah negeri menggunakan format belanja langsung yang ditransfer setelah APBD,
namun untuk tahun ini yang berbeda. Proposal permohonan cukup melalui persetujuan dari
Dewan,” lanjutnya.
Secara terpisah, Triyana, selaku perwakilan dari DPPKA, mengatakan bahwa mengenai BOS,
pihaknya sudah menyelesaikan permitt dari Dewan, begitu juga dengan perubahan Perwali untuk
menyelesaikan masalah BOS tahun ini. “Untuk yang SMP tanpa masalah, begitu juga SD yang
harus melalui proposal dahulu. Ya mudah-mudahan dapat berjalan dengan lancar,” katanya.
ALAMAT : http://pendidikan.timlo.net/baca/8126/masalah-bos-clear-minggu-ini
'Ya pada pembahasan di Komisi tujuh tentang tata kelola akan dibahas tentang BOS,' kata Sekjen
Kemendiknas Dodi Nandika di kantor Kemendiknas, Jakarta, Sabtu (12/3).
Saat menjawab sanksi finansial yang disiapkan terhadap daerah yang lamban mencairkan BOS
pada waktu yang ditetapkan, Dodi menyatakaan sanksi finansial bisa dipercepat tahun ini.
Menurut dia, sanksi bisa diberlakukan karena masih ada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBNP) yang masih dibahas.
Di ranah APBNP inilah Kemendiknas dapat memberikan daftar daerah yang masih belum
mengelontorkan dana bantuan sekolah atau BOS kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
sebagai bahan pertimbangan pengurangan dana pembangunan untuk daerah.
Sebelumnya Mendiknas Mohammad Nuh mengatakan sanksi finansial baru akan diberlakukan
tahun depan karena anggaran tahun ini sudah diputuskan dan berjalan sesuai program yang
dijadwalkan. Sekjen sependapat dengan Mendiknas bahwa sanksi finansial lebih efektif daripada
surat teguran atau peringatan.
Ia menambahkan adanya sanksi finansial sebagai bagian dari reward and punishment yang harus
dijalankan dalam suatu pemerintahan yang baik. Apalagi BOS itu termasuk dana alokasi publik
yang semestinya dipertanggungjawabkan kembali ke masyarakat. Sehingga kalaupun ada sanksi
merupakan langkah wajar karena BOS tidak boleh disalahgunakan oleh aparatur pemerintahan.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendiknas, Ibnu Hamad mengatakan
Rembuk Nasional adalah kegiatan rutin tahunan Kemendiknas. 'Pembiayaan untuk perjalanan
ditanggung masing-masing peserta. Panitia hanya menyiapkan akomodasi dan komsumsi,' kata
Ibnu.
ALAMAT : http://www.siaganews.com/read/2011/03/25/19/5341/news.php?tgl=2011-
03-12&cat=19&id=4951
"Ya pada pembahasan di Komisi tujuh tentang tata kelola akan dibahas tentang
BOS," kata Sekjen Kemendiknas Dodi Nandika di kantor Kemendiknas, Jakarta,
Sabtu (12/3).
Saat menjawab sanksi finansial yang disiapkan terhadap daerah yang lamban
mencairkan BOS pada waktu yang ditetapkan, Dodi menyatakaan sanksi finansial
bisa dipercepat tahun ini. Menurut dia, sanksi bisa diberlakukan karena masih ada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) yang masih dibahas.
Di ranah APBNP inilah Kemendiknas dapat memberikan daftar daerah yang masih
belum mengelontorkan dana bantuan sekolah atau BOS kepada Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) sebagai bahan pertimbangan pengurangan dana
pembangunan untuk daerah.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendiknas, Ibnu Hamad
mengatakan Rembuk Nasional adalah kegiatan rutin tahunan Kemendiknas.
"Pembiayaan untuk perjalanan ditanggung masing-masing peserta. Panitia hanya
menyiapkan akomodasi dan komsumsi," kata Ibnu. (Bay/OL-04)
Berita
Di sekolah lainnya, guru yang seharusnya mengajar dalam bahasa Inggris hanya
menggunakan bahasa tersebut saat membuka pelajaran dan mengakhiri mata
pelajaran. Sementara pelajaran disampaikan dalam bahasa Indonesia.
Dari sisi jenjang pendidikan, di tingkat SD kurang dari 50 persen kepala sekolah
yang berpendidikan S-2. Di tingkat SMP/SMA/SMK, sekitar 65-80 persen kepala
sekolah sudah S-2. Khusus guru, di tingkat SD baru sekitar 10 persen yang
berpendidikan S-2. Adapun guru SMP/SMA/SMK yang berpendidikan S-2 sebanyak
18-23 persen.
Meski RSBI banyak yang belum memenuhi syarat, kenyataannya sekolah yang
bermetamorfosis menjadi RSBI melonjak pesat. Dalam waktu kurang lima tahun,
sudah ada 1.329 SD, SMP, dan SMA/SMK berstatus RSBI.
Pengajuan baru
Lardi, Kepala Seksi Manajemen SMP dan SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta,
mengakui, masalah sumber daya guru di RSBI masih menghadapi kendala,
utamanya dalam penguasaan bahasa Inggris.
"Memang masih terbatas dalam penggunaan bahasa Inggris. Supaya murid tidak
bingung, saat menjelaskan konsep-konsep pelajaran menggunakan pengantar
bahasa Indonesia," ujarnya.
Pada kenyataannya, kendala tersebut tidak menghalangi Dinas Pendidikan DKI
memperbanyak RSBI. Hingga tahun 2010 sudah ada 40 sekolah RSBI. Pada tahun
ini, sebenarnya DKI mengajukan enam sekolah lagi, tetapi nasibnya tak jelas.
ALAMAT : http://www.igi.or.id/2-view.php?
subaction=showfull&id=1300064478&archive=&start_from=&ucat=1&
Mendiknas Menjamin Tidak Akan Menarik Guru PNS Dari
Sekolah Swasta
December 30th, 2010
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menjamin, untuk sementara ini tidak akan ada
kebijakan menarik guru berstatus pegawai negeri sipil ( PNS) dari sekolah swasta. Mendiknas
mengakui, masalah ini cukup berat. Pasalnya, kenyataannya memang ada peraturan yang
mengatur bahwa pegawai negeri sipil (PNS) harus bekerja di bawah lembaga milik pemerintah.
“Kami berikan garansi kepada masyarakat bahwa Kemdiknas tidak punya kebijakan untuk
menarik guru negeri dari sekolah swasta,” ungkapnya di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Kamis
(30/12). Penegasan ini disampaikan, lanjut Mendiknas, lantaran dirinya banyak menerima
kritikan bahwa Kemdiknas yang sudah memberikan dana bantuan operasional sekolah (BOS)
kepada sekolah swasta, tetapi tidak bisa memberikan bantuan tenaga pendidik berupa guru
berstatus PNS.
Dijelaskan, jaminan itu bukan hanya untuk sekolah dasar dan menengah, tetapi juga terjadi di
lingkungan perguruan tinggi. Hingga saat ini masih cukup banyak dosen yang berstatus PNS
juga diperbantukan untuk mengajar di beberapa universitas atau perguruan tinggi swasta yang
dikoordinir oleh kopertis. Diakui, terkadang hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri.
“Untuk menjawab kondisi seperti ini, maka kami (Kemdiknas) masih melakukan pembahasan
dengan pihak Kementerian Pemeberdayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan-RB). Kami ingin merumuskan suatu kebijakan yang dapat memberikan suatu
pengecualian untuk guru atau tenaga pendidik. Saat ini pembahasan masih berlanjut. Namun
untuk sementara, kami tegaskan kembali tidak akan ada penarikan guru PNS dari sekolah-
sekolah swasta,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo
menyebutkan, beberapa tahun lalu memang ada surat edaran dari Kemenpan-RB yang intinya
melarang penempatan guru PNS di sekolah swasta. PGRI sudah lama menolak kebijakan itu,
tetapi tidak ada respons. Sejumlah pemerintah daerah ada yang mengikuti, ada yang masih
membiarkan,” ujar Sulistiyo.
Menurut Sulistiyo, sekolah-sekolah swasta, terutama SD dan SMP swasta kecil dan yang
kemampuannya keuangannya terbatas, tidak bisa sepenuhnya mengandalkan dana bantuan
operasional sekolah (BOS) dari pemerintah. Adanya bantuan guru PNS di sekolah swasta
mampu mengurangi biaya operasional sekolah sehingga bisa menggratiskan biaya pendidikan
dasar. (cha/jpnn)
ALAMAT: http://informasicpnsbumn.com/berita/mendiknas-menjamin-tidak-akan-
menarik-guru-pns-dari-sekolah-swasta.html
Dana BOS Akan Masuk APBD
January 7th, 2011
Pengucuran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), mulai tahun 2011, tidak lagi langsung ke
rekening sekolah melainkan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) setiap kabupaten dan kota dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU).
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Talkin. “Pada
hakekatnya sama, model pencairanya saja yang beda,” katanya, Kamis sore (6/1).
Talkin mengatakan tak tahu persis alasan pengalihan itu. Dia menduga, dengan dialihkanya
pencairan dana, kontrol dari pemerintah daerah bisa lebih maksimal.
Tahun ini Pemerintah Kabupaten Mojokerto mendapat dana BOS untuk 74.215 siswa tingkat
Sekolah Dasar (SD) dan 33.599 siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setiap siswa
mendapatkan Rp 33.085 setiap bulan untuk siswa SD dan Rp 49.000 setiap bulan untuk siswa
SMP.
Dalam satu bulan, total dana BOS mencapai Rp 4 miliar lebih. Namun dana dirapel, dan
dicairkan setiap tiga bulan sekali sebesar Rp 12 miliar lebih. Jadi, total dana BOS untuk siswa
SD dan SMP di Kabupaten Mojokerto dalam satu tahun mencapai Rp 48 miliar lebih.
Menurut Talkin, sebelumnya dana BOS yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) langsung dicairkan ke rekening sekolah. Saat itu, Dinas Pendidikan hanya
mendapat laporan dari pemerintah pusat. Namun tahun ini, dana terlebih dahulu masuk APBD
kabupaten dan kota.
Prosesnya, dana masuk APBD bersama daftar nama siswa dan sekolah penerima, juga rincian
uangnya. Setelah masuk APBD, dana dicairkan melalui Bank Jatim.
Proses pencairan juga melibatkan pengawas, di antaranya diisi oleh petugas dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten. Tak hanya itu,
masyarakat juga dilibatkan. Lembaga Swadaya Masyarakat dan wali murid bisa turut
mengontrol. “Karena ini terbuka,” ucapnya. Ref : Tempointeraktif
ALAMAT : http://informasicpnsbumn.com/pendidikan/dana-bos-akan-masuk-
apbd.html
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan jadwal ujian
nasional (UN) tahun 2011. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan Nasional, Mansyur Ramli, UJian Nasional (UN) untuk tingkat SMA/MA/SMK
dijadwalkan pada tanggal 18 April hingga 21 April 2011.
Selain itu, pihak Mendiknas menjadwalkan UN susulannya pada tanggal 25-28 April 2011. Ujian
susulan hanya dapat diikuti oleh siswa yang berhalangan ikut UN seminggu sebelumnya.
Pengumuman hasil UN oleh sekolah dijadwalkan tanggal 16 Mei 2011. Bagi sekolah kejuruan
menurut Mansyur Ali, pihak sekolah harus melaksanakan Ujian Nasional Kompetensi keahlian
Kejuruan satu bulan sebelum UN dimulai.
Bukan hanya UN tingkat SMA, Kemendiknas juga merilis tanggal UN tingkat SMP/MTS yaitu
tanggal 25-28 April 2011. UN susulan bagi tingkat SMP akan diselenggarakan pada 3-6 Mei
2011. Pengumuman hasil UN tingkat SMP oleh sekolah yang bersangkutan paling lambat
tanggal 4 Juni.
Penetapan ini berdasarkan Peraturan menteri nomor 45 mengenai kriteria kelulusan dan nomor
46 Mengenai Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2010. Penetapan Peraturan Menteri nomo
45 dan 46 tahun 2010 sendiri telah ditanda tangani Menteri Pendidikan Mohammad Nuh. Meski
telah dijadwalkan tanggal UN, akan tetapi mata pelajaran yang akan di ujikan masih belum
ditetapkan urutan pastinya. Ref : republika
ALAMAT : http://informasicpnsbumn.com/general/pemerintah-menetapkan-jadwal-
un-ujian-nasional-18-21-april-2011.html
"BOS sangat dibutuhkan oleh sekolah, jangan sampai sistem baru yang
diimplementasikan membuat BOS molor," katanya saat dihubungi Suara Merdeka,
kemarin.
Setiap berkas dari sebuah sekolah memakan waktu dua hingga tiga jam. Itu pun
bagi sekolah yang berkas Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Rincian Anggaran
Belanja (RAB) tidak bermasalah. Saat ini sekolah penerima BOS di Kudus mencapai
484 sekolah, terdiri atas 457 SD/MI dan 27 SLTP sederajat. "Sampai sekarang kami
kebut target entri data dari ratusan sekolah penerima BOS. Sejauh ini sudah
mencapai 30%," ujarnya.
Pihaknya menyiapkan pegawai khusus untuk entri data satu hari penuh. Ia
membagi tiga waktu dalam sehari, masing-masing waktu lima pegawai. "Kami tidak
menunda-nunda pencairan, sistemnya memang baru dan membutuhkan waktu.
Kalaupun bisa dicairkan sekarang, akan saya cairkan," tegasnya.
Cari Talangan Kepala Sekolah SMP Kanisius Kudus M Basuki Sugita mengatakan,
saat ini satuan pendidikan mencari dana talangan ke sejumlah pos keuangan
sekolah, seperti uang warung, uang piknik, pakai uang pribadi kepala sekolah atau
pinjam orang tua murid atau komite. ’’Setiap bulan sejak Januari kemarin, paling
tidak mencari talangan Rp 3 juta,’’ katanya.
Dana BOS yang diterima sekolahnya setiap triwulan berkisar Rp 28 juta. Pihaknya
sebagai kepala sekolah juga mengeluhkan jika sampai akhir Maret dana BOS belum
juga cair, hampir dipastikan roda pembelajaran terganggu.
Sebab, Maret ini banyak agenda kegiatan belajar mengajar seperti mid semester 2
dan ujian sekolah yang menyedot anggaran sekolah. ’’Tentu sekolah tidak akan
mengorbankan anak didiknya hanya masalah keuangan,’’ ujarnya.
Dana BOS yang diterima Pemkab Kudus tahun 2011 sekitar Rp 38 miliar. Jumlah ini
lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 24 miliar. Hal ini
disebabkan adanya penambahan kuota sekolah berupa Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Perincian dana tersebut untuk SMP sederajat
mencapai Rp 12,8 miliar, sedangkan untuk SD sederajat mencapai Rp 25,9 miliar.
(H74-75)
ALAMAT:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/03/03/138749/Sistem-
Pencairan-BOS-Menuai-Masalah
Rembuk Pendidikan Nasional Bahas Masalah BOS
14/03/2011 - 4:44pm
Laporan ICW tersebut yang diwakili Febri Hendri, Koordinator Divisi Pelayanan Publik ICW,
menyatakan Permendiknas Nomor 37 tahun 2010 ini merubah pola pengiriman dana BOS, dari
sebelumnya Kas Negara langsung ke sekolah, akan tetapi tahun ini dari Kas Negara melalui kas
daerah baru ditransfer ke sekolah. Ketidaksiapan daerah kemudian membuat pengucuran dana
BOS berjalan amat lambat.
Akan tetapi, Danang menjelaskan bahwa pihaknya harus melihat lagi apakah keterlambatan ini
benar akibat permendiknas No 37 tahun 2010 ataukah sebab lain. "keterlambatan ini kita lihat
lagi apakah benar karena aturan Permendiknas, dan ini baru pertama sehingga untuk yang kedua
akan kita lihat kembali, dan juga dibandingkan dengan waktu kemarin," ucapnya.
Akan tetapi, yang ia tekankan bahwa Ombudsman tak bisa memberikan sanksi kepada pejabat
politik seperti menteri atau gubernur. Akan tetapi, Ombudsman bisa memberikan sanksi kepada
pejabat birokrasi seperti Sekretaris jenderal atau sekretaris daerah.
Terkait revisi Permendiknas Nomor 37 tahun 2010, Danang menyatakan hal itu bisa
direkomendasikan oleh pihaknya. Bukan hanya itu, saat ini sedang dilakukan revisi terhadap
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Otonomi Daerah. Menurutnya mekanisme
kewenangan daerah yaitu kabupaten/ kota saat ini termasuk pendidikan rawan penyelewengan.
"Menyangkut revisi 32, kami sebagai mitra DPR terus memetakan kewenangan dan pelayanan
publik khususnya pelayanan dana BOS, dana kecamatan, dana bantuan kesehatan pada
puskesmas," pungkasnya.
ALAMAT : http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=108096055938747
Menurut Suyanto, Mendiknas M Nuh dan Mendagri Gamawan Fauzi sudah saling mendesak
untuk turun ke daerah demi menyelesaikan permasalahan pencairan dana BOS yang macet
karena lambatnya inisiatif dari Pemda setempat.
"Sudah saling mendesak. Hampir setiap saat Pak Menteri telepon Dirjen Dalam Negeri dan
Mendagri. Kita juga buat laporan khusus untuk Presiden. Kami minta kemendagri mencari solusi
supaya jangan saling menyalahkan," katanya seusai pertemuan antara Ombudsman RI dan
Kemdiknas terkait aduan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) tentang dana BOS.
Terkait sosialisasi peraturan baru BOS yang dianggap terburu-buru, Suyanto menyatakan bahwa
efektivitas dari sosialisasi tersebut tergantung dari sekolah yang bersangkutan.
"Yang disosialisasi materinya sama, dari Kemenkeu, Kemendagri dan Kemendiknas itu sama
semua. Buktinya ada juga kabupaten yang cepat. Artinya esensi cepat sampai, tapi memang ada
sekolah yang cepat mengerti, ada yang nggak," kata pria berkacamata ini.
Menurut Suyanto, permasalahan keterlambatan dana BOS ini terjadi karena tidak adanya inisiatif
dari masing-masing daerah penerima dana BOS.
"Ini terjadi karena daerah tidak memiliki inisiatif untuk komitmen agar dana BOS sampai ke
sekolah," katanya.
Bahkan, beberapa sekolah ada yang meminjam uang dari koperasi sekolah untuk menutupi
kekurangan dana yang seharusnya ditutupi oleh keberadaan dana BOS.
"Di sini ada kendala bagaimana menutupi BOS itu, sekolah-sekolah rata-rata meminjam duit dari
koperasi sebelum BOS datang," ujarnya.(dtc)
ALAMAT :
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/03/30/26365/tuntaskan_masalah
_dana_bos_kemendiknas_siap_bertemu_kemendagri/
Penilaian Pengunjung: /0
Terjelek Terbaik
Bottom of Form
Ditulis oleh Ahmad Mundzir
Selasa, 24 Maret 2009 14:59
KETENTUAN UMUM
1. Bagi pelamar Program Magister (S2)
1. Memiliki Ijazah S1 jurusan dari PTN atau PTS dalam dan luar negeri
yang ijazahnya diakui oleh Depdiknas.
2. Berindeks Prestasi minimal 2,75 atau berpengalaman kerja yang
memadai.
2. Bagi pelamar Program Doktor (S3)
1. Memiliki ijazah S1 & S2 yang diakui oleh Depdiknas.
2. Berindeks Prestasi minimal 3,00 atau berpengalaman kerja yang
memadai.
3. Mengikuti seleksi masuk PPs Unnes
4. Memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar di UNNES.
5. Sehat Jasmani dan rohani, tidak memiliki ketunaan/cacat yang dapat
mengganggu kelancaran dalam melaksanakan tugas yang sesuai dengan
program studi pilihan.
6. Sanggup mematuhi Tata Tertib Kehidupan Kampus dan memenuhi semua
persyaratan sebagai Mahasiswa UNNES, termasuk menanggung biaya belajar
yang berupa uang kuliah, uang praktikum, dan lain-lain.
PROSEDUR PENDAFTARAN
1. Peserta mengisi formulir pendaftaran secara on line pada situs SPMU (dapat
diakses dari warnet, atau melalui komputer yang terhubung dengan jaringan
Internet, atau juga melalui jaringan komputer lokal UNNES yang disediakan
panitia di Gedung A Lantai I Kampus Bendan Ngisor, Semarang).
2. Setelah melakukan pengisian formulir dengan benar, peserta akan
memperoleh nomor PIN dan formulir pendaftaran yang harus dicetak melalui
printer (petunjuk pengisian formulir pendaftaran dapat dilihat di situs SPMU).
3. Selanjutnya peserta melakukan pembayaran biaya pendaftaran sesuai pilihan
program masing-masing: (a). Rp 200.000,- bagi peserta yang mendaftar
Program Magister (S2); (b). Rp 500.000,- bagi peserta yang mendaftar
Program Doktor (S3). Pembayaran dilakukan melalui transfer ke rekening
Rektor Unnes Nomor 0031410331 pada Bank BNI 46, Cabang Semarang Jl. MT
Haryono 16 Semarang dengan mencantumkan nama dan nomor PIN pada slip
bukti pembayaran.
4. Dengan membawa bukti cetak formulir pendaftaran dan bukti pembayaran,
peserta melakukan pendaftaran ulang (verifikasi) di meja pelayanan SPMU
PPs Unnes di Gedung A Lantai I Kampus Bendan Ngisor, Semarang, Jawa
Tengah dengan menyerahkan Kelengkapan Berkas yang di butuhkan.
5. Setelah dinyatakan lengkap peserta akan mendapatkan Nomor Tes
Pendaftaran.
PELAKSANAAN TES
1. Program Magister (S2)
• Tes Gelombang I :
• 5 Mei 2009 Tes Tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• Khusus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris setelah Tes Tertulis dilaksanakan Tes
Uraian (academic writing)
• Tes Gelombang II :
• 28 Juli 2009 Tes Tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• Khusus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris setelah Tes Tertulis dilaksanakan Tes
Uraian (academic writing)
2. Program Doktor (S3)
• Tes Gelombang I :
• 5 Mei 2009 Tes Tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• 6 Mei 2009 Tes Wawancara
• Tes Gelombang II :
• 28 Juli 2009 Tes tertulis dengan materi TPA dan Bahasa Inggris.
• 29 Juli 2009 Tes Wawancara
LAIN-LAIN
1. Peserta SPMU PPs Unnes yang mendaftar langsung di sekretariat panitia
SPMU dilayani pada hari Senin s.d. Kamis (jam 08.00-15.00), dan Jumat (jam
08.00-11.00).
2. Informasi pendaftaran selengkapnya dan jumlah pendaftaran dapat dilihat di
situs SPMU http://spmu.unnes.ac.id.
3. Peserta yang, tidak melaksanakan daftar ulang (verifikasi) dinyatakan batal
menjadi peserta tes.
4. Peserta tes menyiapkan alas tulis, pencil 2B, dan karet penghapus untuk
menuliskan jawaban pada lembar jawab tes SPMU.
5. Informasi mengenai tempat dan jadwal tes dapat dilihat pada Kartu Peserta
SPMU.
6. Hasil seleksi akhir akan diumumkan pada tanggal 12 Mei 2009 (gelombang I)
dan tanggal 4 Agustus 2009 (Gelombang II) melalui Situs SPMU Unnes
http://spmu.unnes.ac.id
7. Peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi diwajibkan melakukan registrasi
pada tanggal 12 -16 Mei 2009 (bagi gelombang I) dan tanggal 10-15 Agustus
2009 (bagi gelombang II).
8. Peserta yang tidak lolos gelombang I diperbolehkan mengikuti seleksi
mahasiswa baru pada gelombang II sebagai pendaftar baru.
9. Peserta yang dinyatakan lulus seleksi pada suatu program studi tidak
diperkenankan untuk mengajukan permohonan pindah ke program studi lain.
10.Peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi melalui jalur SPMU akan
dinyatakan gugur apabila yang bersangkutan tidak hadir pada tanggal
registrasi
11.Selain SPP dan biaya pendidikan lain, mahasiswa Unnes berkewajiban
membayar Sumbangan Pengembangan Lembaga minimal sebesar Rp
5.700.000,- (Bagi S2) dan 7.200.000,- (Bagi S3) diangsur selama 3 semester
12.Apabila terjadi perubahan jadwal dan ketentuan lain, perubahan akan
diumumkan melalui Situs SPMU : http://spmu.unnes.ac.id
ALAMAT : http://pps.unnes.ac.id/pps1/index.php?
option=com_content&view=article&id=50:sistem-pendaftaran-onlile-pps-
unnes-20092010&catid=1:latest-news
Berita
Unnes Buka Pendaftaran SPMU untuk Daerah Tertinggal
posted: 07.08.2010 15:41:35 by: Sugiyanto, dibaca: 11649 kali
Semarang, spmu.unnes.ac.id. Berdasarkan Pengumuman Rektor Unnes Nomor
5239/H37/KM/2010 TENTANG SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA UNNES
BERBEASISWA UNTUK DAERAH TERTINGGAL (SPMU-DT) maka Unnes membuka
pendaftaran SPMU untuk Daerah tertinggal.
SPMU-DT adalah program penerimaan mahasiswa baru Universitas Negeri Semarang
melalui jalur khusus bagi lulusan SMA/SMK/MA tahun 2010 yang berasal dari
keluarga kurang mampu dan/atau berdomisili di daerah tertinggal. Peserta akan
memperoleh kemudahan melalui seleksi administratif dan uji kelayakan tanpa tes,
dan peserta akan menerima beasiswa berupa bantuan SPL, SPP, biaya pendidikan
dan biaya hidup selama menjadi mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Pendaftaran dilaksanakan pada tanggal 04 s.d. 10 Agustus 2010 dengan sistem
online. Peserta dapat mengisi formulir pendaftaran melalui situs SPMU Unnes
dengan alamat http: //spmu.unnes.ac.id, dengan ketentuan sebagai berikut.
PERSYARATAN PESERTA
1. Berijazah SMA/SMK/MA tahun 2010.
2. Memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar di Unnes.
3. Sehat jasmani dan rohani; tidak memiliki ketunaan/cacat yang dapat
mengganggu kelancaran belajar.
4. Memiliki kemampuan akademik untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di perguruan tinggi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
5. Berasal dari daerah tertinggal/terpencil di Jawa Tengah dan bersedia untuk
bekerja atau melaksanakan tugas di daerah asalnya.
6. Memiliki bakat khusus dan berprestasi di bidang akademik, seni, olahraga,
Lomba Keterampilan Siswa (LKS), atau Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR)
yang memenangkan kejuaraan minimal tingkat kota/kabupaten, untuk
dipertimbangkan diterima pada program studi yang relevan
7. Tidak pernah tinggal kelas.
8. Sanggup mematuhi Tata Tertib Kehidupan Kampus (Keputusan Rektor Nomor
92/O/ 2005) dan memenuhi semua persyaratan sebagai mahasiswa Unnes.
PROSEDUR PENDAFTARAN
1. Peserta mengisi formulir pendaftaran secara online pada situs SPMU (yang
dapat diakses dari warnet, melalui komputer yang terhubung dengan jaringan
internet di rumah).
2. Setelah melakukan pengisian formulir dengan benar, peserta akan
memperoleh nomor PIN dan formulir pendaftaran yang harus dicetak
(petunjuk pengisian formulir pendaftaran dapat dilihat di situs SPMU).
3. Selanjutnya peserta melakukan pembayaran biaya pendaftaran sebesar Rp
200.000,00. Pembayaran dapat ditransfer ke rekening Rektor Unnes Nomor
1051.000003 pada Bank Jateng Cabang Pembantu Unnes dengan
mencantumkan nama, asal sekolah, dan nomor PIN pada slip bukti
pembayaran.
4. Dengan membawa bukti cetak formulir pendaftaran dan bukti pembayaran,
peserta melakukan pendaftaran ulang (verifikasi) di meja pelayanan SPMU di
Gedung H Lantai I kampus Sekaran, Sub-Bagian Pendidikan dan Evaluasi
BAAKK Unnes, dengan membawa:
a. Surat pengantar pendaftaran SPMU-DT dari Kepala Sekolah; b.Surat
rekomendasi dari Bupati/Dinas Pendidikan setempat;
b. Surat Pernyataan dari Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa peserta
adalah lulusan siswa SMA, MA, SMK tahun 2010 yang berprestasi;
d.Formulir pendaftaran dan bukti pembayaran biaya pendaftaran;
c. Fotokopi ijazah bagi lulusan SMA/SMK/MA/Kesetaraan yang telah
diligalisasi Kepala Sekolah atau pejabat yang berwenang;
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 3X4 cm sebanyak 2 lembar;
e. Fotokopi piagam/sertifikat kejuaraan minimal tingkat kota/kabupaten
atas bakat khusus dan prestasi di bidang akademik, seni, olahraga
ataupun bidang lainnya.
f. Fotokopi rapor kelas I s.d. III (disahkan Kepala Sekolah);
g. Fotokopi nilai Ujian Nasional (disahkan Kepala Sekolah);
h. Fotokopi Kartu Keluarga atau daftar keluarga yang menjadi tanggungan
orang tua/wali.
i. Fotokopi bukti setoran rekening listrik untuk tiga bulan terakhir.
Warta
AGUS ZULHAMIDI
WASPADA ONLINE
Sedangkan juara kedua diraih propinsi diraih Propinsi Jawa Tengah dengan
perolehan medali 14 emas, 39 perak dan 32 perunggu. Diperingkat dengan medali
9 emas, 15 perak, 7 perunggu diraih Banten.
“Selamat saya ucapkan kepada para jawara OSN IX, dan yang belum memiliki
kesempatan menjadi jawara semoga tetap giat belajar agar dapat meraih prestasi
yang lebih baik,” ujarnya kepada Waspada Online, tadi pagi.
Dikatakan, penutupan even OSN IX Sumut 2010 juga berlangsung semarak dan
meriah. Seluruh peserta, pendamping, pejabat Kemendiknas, pemerintah pusat,
Pemerintah Provinsi Sumut, Pemko Medan dan media pers nasional dari berbagai
daerah termasuk pers Sumut memadati panggung utama OSN yang terletak di
Lapangan Merdeka Medan.
ALAMAT : http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=135032:dki-jakarta-juara-umum-osn-
ix&catid=14:medan&Itemid=27
Peserta OSN terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan antara lain sekolah luar biasa
(SLB), siswa sekolah dasar (SD), siswa sekolah menengah pertama (SMP), dan siswa
sekolah menengah umum (SMU), untuk berkompetisi di bidang fisika, kimia,
matematika, biologi astronomi dan ekonomi, serta ilmu-ilmu kebumian.
Berikut ini adalah Daftar Hasil OSN atau Olimpiade Sains Nasional tahun 2010
yang telah sukses diselengarakan di Medan, Sumatera Utara:
Sebagai penulis, saya mengucapkan selamat kepada Propinsi DKI Jakarta Sebagai
Juara umum dari Hasil Osn 2010 yang berlangung di Medan.
ALAMAT : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/08/hasil-osn-2010.html
Written by Irwandi
Tuesday, 03 November 2009 07:00
Kembali digelar Olimpiade Sains Nasional Tingkat Perguruan Tinggi Indonesia (OSN-PTI)
2009.
Hari ini bertempat di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Direktur Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Dikti, Prof. ir. Suryo Hapsoro Tri Utomo, Ph.D
mewakili Dirjen Dikti secara resmi membuka Seleksi Daerah OSN- PTI 2009. Seleksi pusat
akan dilakukan pada 4-9 Desember 2009.
Kegiatan dilakukan atas kerjasama tiga lembaga yaitu Pertamina, Universitas Indonesia dan
Media Republika. Serta dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
OSN PTI 2009 mengambil tema “Cerdas bersama Pertamina”
Ada tiga bidang yang dilombakan yaitu Matematika, Fisika, dan Kimia. OSN-PTI ingin
menjaring mahasiswa-mahasiswa yang memiliki penguasaan sains secara komprehensif di tiga
bidang ini dan yang terbaik akan menjadi wakil Indonesia dalam kompetisi sains internasional.
Dalam sambutannya, bapak Hapsoro mengatakan ke depan OSN-PTI akan lebih lengkap lagi
kalau Biologi dimasukkan sebagai salah satu bidang yang dilombakan. Jadi ada empat bidang,
yaitu Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Bapak Fasli Jalal menyambut baik inisiatif Pertamina dalam
penyelenggaraan OSN-PTI kali ini. Ia berharap langkah ini diikuti oleh BUMN lain, dalam
mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia.
Apalagi program ini bermanfaat untuk memetakan potensi serta kompetensi sains perguruan
tinggi di Indonesia. Kegiatan ini akan memperlihatkan kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan sains.
ALAMAT: http://www.dikti.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=813:osn-pti-kembali-digelar-cerdas-bersama-
pertamina&catid=143:berita-harian
• About
User Rating: /0
Poor Best
Bottom of Form
Sunday, 24 January 2010 00:00
SECARA ideal, sekolah adalah rumah kedua bagi anak didik. Namun dalam
realitasnya, tidak jarang sekolah justru menjadi tempat ''menakutkan'' yang
membuat siswa tidak nyaman di dalamnya. Tentu saja, ada banyak faktor yang
mengakibatkan kondisi yang memprihatinkan tersebut. Salah satu di antaranya
mungkin apa yang oleh Paulo Freire disebut dengan ''dehumanisasi pendidikan'',
yaitu tempat pendidikan layaknya penjara, yang memosisikan siswa sebagai objek
dan guru sebagai subjek.
Dalam bahasa yang lebih praktis, menurut penulis buku Sekolahnya Manusia ini,
model pendidikan yang demikian diistilahkan sebagai ''sekolah robot'', yang
indikasinya dapat dilihat pada proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah,
sampai pada sistem penilaiannya. Tetapi dalam buku ini, Munif Chatib hendak
mengembalikan sekolah pada maksud dan tujuan asalnya. Ikhtiar yang dia lakukan
adalah menggagas semacam paradigma baru, yang ia sebut sebagai sekolah
berbasis multiple intelligences (MI). Yakni, sekolah yang menghargai berbagai
kecerdasan siswa.
Kesadaran tersebut bersandar pada suatu teori kecerdasan yang mengalami puncak
perubahan paradigma pada 1983, saat Dr Howard Gardner -pemimpin Project Zero
Harvard University- mengumumkan perubahan makna kecerdasan dari pemahaman
sebelumnya. Implikasinya, teori MI yang banyak diikuti oleh psikolog dunia yang
berpikiran maju mulai menyita perhatian masyarakat. Betapa tidak, MI yang
awalnya adalah wilayah psikologi ternyata berkembang sampai wilayah edukasi.
Bahkan, telah merambah dunia profesional di perusahaan-perusahaan besar.
Tulisan Munif dalam buku ini tidak lagi menyadurkan setumpuk teori-teori
pendidikan, tetapi secara nyata merupakan kombinasi antara teori dan praktik yang
ia kembangkan dan terbukti telah berhasil, setidaknya di tempat ia melakukan
eksperimen di sejumlah sekolah di Jawa Timur. Antara lain, SMP YIMI Full Day School
Gresik dan salah satu MTs (madrasah tsanawiyah/SMP) dan MA (madrasah
aliyah/SMA) di Bondowoso.
Ada banyak contoh sekaligus motivasi bagi pengemban lembaga pendidikan yang
oleh Munif dibagikan dalam buku ini. Salah satu kisah nyata penuh haru yang tak
luput dari pewartaan Munif adalah soal bagaimana ia berusaha menghidupkan
(kembali) sekolah menengah di pelosok kota terpencil di Bondowoso, yang jika
ditempuh dari Surabaya memerlukan waktu kurang lebih 5 jam.
Gardner dengan cerdas memberikan label ''multiple'' (jamak atau majemuk) pada
luasnya makna kecerdasan. Gardner secara sengaja tidak memberikan label
tertentu pada makna kecerdasan seperti yang dilakukan oleh para penemu teori
kecerdasan lain, misalnya, Alferd Binet dengan IQ, emotional quotient oleh Daniel
Goleman, dan adversity quotient oleh Paul Scholtz. Dengan teori MI, ranah
kecerdasan tersebut memungkinkan terus berkembang (hlm 75).
Menurut Munif, sebenarnya tidak ada siswa yang bodoh dalam kegiatan belajar.
Seluruh siswa dipastikan pintar dan cerdas menurut kecenderungan masing-masing.
Lalu, bagaimana menguji teori ini? Di samping perlunya mengembangkan metode
belajar yang sesuai dengan paradigma MI bagi guru-gurunya -juga strategi
eksperimen yang dikembangkan Munif di tempat ia mencurahkan tenaga dan
pikirannya itu-adalah menerima seluruh siswa tanpa tes dan memilah-milah
kemampuan kognitif yang ditunjukkan dalam rapor sekolah sebelumnya.
Munif selalu menggelorakan kepada khalayak, termasuk di dalam buku ini, bahwa
sekolah unggul itu adalah sekolah yang memanusiakan manusia. Artinya,
menghargai setiap potensi yang ada pada diri siswa. Sekolah yang membuka
pintunya kepada semua siswa, bukan dengan menyeleksinya dengan tes-tes formal
yang memiliki interval nilai berupa angka-angka untuk menyatakan batasan
diterima atau tidak.
Indikator sekolah unggul bagi Munif adalah the best process, bukan the best input.
Artinya, sekolah unggul harus menerima siswa dalam kondisi kognitif yang beragam,
tidak harus menerima siswa yang pandai-pandai. Kondisi itu merupakan
konsekuensi logis dari teori MI yang di dalamnya memiliki metode discovering
ability. Yakni, menekankan proses menemukan kemampuan seseorang.
Di sini, guru sangat berperan dalam menemukan dimensi kecerdasan seorang anak
didik. Jika yang ditemukan adalah kelemahan dalam satu jenis kecerdasan,
kelemahan itu harus dimasukkan ke laci dan dikunci rapat-rapat. MI menyarankan
kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan
mengubur ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan itulah yang
menjadi kecerdasan seorang anak.
Akhirnya, dalam banyak hal, harus diakui bahwa Munif sesungguhnya berutang budi
kepada teori-teori yang dibangun Howard Gardner. Delapan kecerdasan yang
dikemukakan Gardner -kecerdasan lingusitik, matematis-logis, visual-spasial,
musikal, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis- merupakan dimensi-
dimensi kecerdasan yang selalu ada dalam diri setiap orang, tak peduli siapa dan di
mana ia tinggal. Selamat membaca. (*)
ALAMAT : http://www.keluargaplus.com/component/content/article/108-buku/16-
memajukan-sekolah-tanpa-diskriminasi-
Sekolah Terpencil Memperlihatkan Prestasi Besar
Written by admin
(Purwakarta, MADINA): SDN 3 Cimahi salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan
Campaka Purwakarta, Jawa Barat, yang terletak di daerah terpencil yakni di
Kampung Cikempung Desa Cimahi. Namun dalam hal memajukan dunia pendidikan
SDN 3 Cimahi tak mau tertinggal oleh sekolah-sekolah yang ada di perkotaan.
Hal tersebut terbukti dari hasil ujian akhir utuk menentukan kelulusan para siwa
-siswi kelas enam dan kenaikan kelas, 100% semuanya lulus dan naik kelas di atas
nilai surat ketentun kelulusan (SKL). Dari jumlah murid 102 orang semuanya lulus
dan nik kelas . Hal ini tentunya menjadi kebanggan bagi orang tua murid yang
mayoritas adalah para petani.
Dibalik keberhasilan para siswa SDN 3 Cimahi dalam menentukan kelulusan dan
kenaikan kelas tiada lain dari hasil kerja keras para pendidik (Guru dan Kepala
Sekolah) untuk memacu para siswa dalam pendidikan untuk meraih prestasi yang
terbaik. Dengan jumlah guru 8 orang para pendidik tersebut berhasil memberikan
yang terbaik demi masa dpan para siswanya.
“kami sangat beryukur pada tahun ini siswa-siswi kami semuaya lulus dan naik
kelas. hal ini tentunya menjadi kebanggaan bagi kami para pendidik, karena
perjuangan kami selama ini tidak sia-sia” terang TB Rudi Hendayana, Kepala
Sekolah SDN 3 Cimahi ketika ditemui seusai menggelar pelapasn siswa kelas enam
dan kenaikan kelas, Senin pekan lalu.
Pada acara pelepasan siswa kelas enam dan kenaikan kelas yang dihadir para orang
tua murid tersebut, kepala sekolah, pengawas, dan para guru memberikan
penghargaan juara 1,2,dan 3 kepada para siswa-siswi yang berprestasi mulai dri
kelas satu sampai dengan kelas enam. (as)
ALAMAT : http://www.madina-sk.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=3388:sekolah-terpencil-memperlihatkan-
prestasi-besar&catid=3:daerah&Itemid=61
Bangunan SD/TK Tirtonadi, Padang ini Sabtu (19/3/2011) akan diresmikan Gubernur Sumatera Barat Prof DR H Irwan
Prayitno. Bangunan ini dan bangunan SDN 02 Gunung Sarik, Padang yang juga akan diresmikan pada hari yang sama,
dibangun oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) dengan menggunakan dana bantuan dari masyarakat dan
pembaca Kompas.
Perubahan Kurikulum
Posted on 24 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
Kenapa kurikulum harus berubah ? demikian pertanyaan yang kerapkali dilontarkan
orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Jawabannya
pun sangat beragam, bergantung pada persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing.
Sepanjang sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada kesan di
masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”.
Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku
(current curriculum) dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan
perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali mengundang sejumlah
pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung resiko
yang sangat besar, apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang
singkat serta tanpa dasar yang jelas.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah justru perlu dilakukan
secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan
menyeluruh, namun bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau
beberapa aspek saja yang perlu dirubah.
Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak,
kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin diawali dengan “keterpaksaan”
demi mematuhi ketentuan yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan mungkin saja
belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata sekolah. Oleh karena itu, untuk
memperoleh model kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan – perbaikan yang
secara terus-menerus berdasarkan data evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model
kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kondisi nyata sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau saja suatu sekolah semenjak awal
memberlakukan KTSP hingga ke depannya tidak pernah melakukan perubahan-perubahan
apapun. Hampir bisa dipastikan sekolah yang demikian, sama sekali tidak menunjukkan
perkembangan alias stagnan.
Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai di sekolah, seyogyanya
di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas untuk memanage
kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus yang
menangani kurikulum (biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum). Namun pada umumnya
mereka cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan teknis saja,
seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang bersifat rutin
lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan
kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu diperhatikan.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum
mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh
lebih efektif dan efisien.
ALAMAT: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perubahan-kurikulum/
Antisipasi Perubahan Kurikulum
Pendidikan adalah satu-satunya upaya untuk membentuk manusia seutuhnya, bahkan maju
mundurnya suatu Negara ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan yang diberikan pada
masyarakat. Dalam hal ini sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis
merencanakan bermacam-macam lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai
kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai
kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong
dalam suatu kurikulum yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang selanjutnya disebut kurikulum 2004 mulai
diberlakukan secara berangsur-angsur tahun ajaran 2004-2005; pada sekolah jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Hal ini berarti, pada awal ajaran 2004, Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madarasah
Tsanawiyah (MTs), serta Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), sebagian
besar sudah mengikuti perubahan kurikulum. Sementara bagi sekolah yang belum siap, bisa tetap
melaksanakan kurikulum 1994 sambil mempersiapkan pelaksanaan kurikulum baru. Waktu yang
diberikan bagi sekolah yang belum siap ini sekitar tiga tahun ajaran. Dengan demikian, tahun
2007 - 2008 semua sekolah pada berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan baik negeri maupun
swasta diharapkan telah melaksanakan kurikulum 2004 secara utuh dan menyeluruh.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kamampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standard performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik untuk belajar
menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), serta memberanikan diri berperan
serta dalam berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di masyarakat. Sesuai dengan pengertian
di atas, maka perubahan kurikulum 2004 ini harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai
pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat
strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, yang akan ditentukan proses dan hasil
pendidikan.
ALAMAT : http://kafeilmu.co.cc/2010/10/antisipasi-perubahan-kurikulum
1. Pendahuluan
Pengembangan dan perubahan kurikulum adalah suatu kegiatan yang amat penting dalam
memperbaiki proses pendidikan. Pengelola, praktisi, dan peneliti pendidikan diharuskan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan dan perbaikan program-program efektivitas sekolah
secara seksama. Yang dimaksud efektivitas sekolah di sini adalah pengembangan konsep fungsi-
fungsi sekolah yang ditetapkan sebagai kapasitas sekolah untuk memaksimumkan pencapaian
pelaksanaan fungsi-fungsi sekolah sehingga sekolah mampu menampilkan kinerjanya apabila
diberikan sejumlah masukan.
Dalam perspektif model masukan (input) dan keluaran (output) pendidikan, efektifitas sekolah
sering diasumsikan sebagai suatu kombinasi atau perbandingan antara apa yang telah dihasilkan
sekolah (school output) dan apa yang telah dimasukkan ke dalam sekolah (school input).
Berdasarkan perspektif ini, Lockheed (1988) mengatakan jika masukan sekolah dan proses
sekolah (jumlah buku teks, organisasi kelas, strategi mengajar, profesional pelatihan guru, dsb)
ditetapkan sebagai non-monetary input, maka perbandingan antara fungsi keluaran sekolah dan
non-monetary input sekolah dapat disebut sebagai efektivitas sekolah. Hal ini berbeda dengan
efisiensi sekolah, yaitu jika masukan sekolah ditetapkan sebagai monetary input (biaya buku, gaji
guru/pengelola, biaya per siswa, dsb.), maka perbandingan antara fungsi keluaran sekolah dan
monetary input sekolah dapat disebut sebagai efisiensi sekolah.
ALAMAT : http://tunaspendidikan.blogspot.com/2009/11/abstrak-perubahan-
kurikulum-melalui.html
"Pemerintah tidak bisa begitu saja melupakan peran sekolah swasta di negeri ini. Ketika banyak
sekolah swasta yang butuh dukungan, pemerintah harus turun tangan. Tetapi ini tidak terjadi,"
kata Darmaningtyas, pengurus Majelis Luhur Perguruan Tamansiswa, di Jakarta, Senin
(22/11/2010).
Pemerintah, ujar Darmaningtyas, tidak boleh menutup pada pada sekolah-sekolah swasta kecil
atau gurem yang melayani anak-anak dari keluarga tidak mampu. "Kalau pemerintah tidak
sungguh-sungguh membantu sekolah swasta kecil atau pinggiran, berarti pemerintah telah sangat
diskriminatif pada anak-anak bangsa lainnya yang juga berhak menyelesaikan pendidikan dasar
berkualitas," kata Darmaningtyas.
Menurut Darmaningtyas, yang juga bergabung dalam Tim Advokasi Keadilan Pelayanan
Pendidikan Dasar Untuk Anak Bangsa, peran sekolah-sekolah swasta kini diabaikan dan tidak
ada keberpihakan pada sekolah swasta yang kontribusinya luar biasa bagi negeri ini.
Darmaningtyas mengatakan, kucuran dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk SD dan
SMP swasta tergantung political will dari pemerintah daerah. Untuk memperoleh BOS tidak
mudah, bahkan dana yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah siswa di sekolah swasta.
"Padahal, sekolah itu butuh karena memang kemampuan terbatas. Apalagi sekolah swasta yang
melayani anak-anak dari keluarga tidak mampu," kata Darmaningtyas.
Kesempatan untuk pengembangan diri para guru juga lebih dititikberatkan pada guru-guru
pegawai negeri sipil (PNS). Demikian juga dengan jatah sertifikasi guru, pemerintah memberikan
porsi yang kecil bagi guru swasta dibandingkan guru PNS.
Sumber : Kompas.com, Senin 22 November 2010
Alamat :
http://www.crayonpedia.org/mw/Berita:Sekolah_Swasta_Diabaikan,_Sampai_Kapan
Dalam paparan kepada Media Pendidikan, beliau menyatakan bahwa pada saat ini pemerintah
telah menggalak kan program pendidikan dengan dikeluarkannya surat Menteri Pendidikan
Nomor 186/MPN/KU/2008 tanggal 2 Desember 2008, dimana hal tersebut ditindak lanjuti
dengan pengalokasian ang garan pendidikan sebesar 20% dari APBN 2009 sebagai konsekwensi
logis atas keberhasilan perjuangan pengurus pusat PGRI meng ajukan gugatan ke Mahkamah
Konstitusi.
Kemudian saat ini juga pemerintah provinsi Jawa Timur telah mengadakan pengumpulan data
RAPBS / RAKS II dengan informasi akan mengeluarkan BOSDA Propinsi Jawa Timur. Untuk
wilayah Kabupaten Malang saja, jumlah SMP Negeri adalah 66 buah sedangkan jumlah SMP
Swasta telah mencapai 204 sekolah. Bila kebijakan ini dilaksanakan, maka posisi daya saing
sekolah swasta akan semakin kecil, mengingat SMP Negeri semua gurunya telah dibayar oleh
pemerintah dan sekitar 60% gurunya telah mendapatkan tunjang an sertifikasi. Karena guru di
SMP swasta dibayar sendiri oleh yayasan /pengelola sekolah dengan honorarium dibawah UMR.
Nah, kalau pemerintah Kabupaten Malang meng inginkan adanya penyeleng garaan pendidikan
di Kabupaten Malang yang berkualitas seyogyanya segera mereali sasikan anggaran pendidikan
(diluar gaji guru/PNS) se besar 20% dari APBD sesuai dengan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional, mau pun PP Nomor 48 Tahun 2008. Kucuran dana BOSDA Kabupaten
Malang nantinya akan lebih difocuskan untuk peningkatan kesejahteraan guru-guru swasta,
sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah sekolah swasta di Kabupaten Malang.
Lebih jauh dikatakan bahwa tanpa ada kucuran dana dari Kabupaten Malang untuk sekolah
swasta di Kabupaten Malang, maka dapat dipastikan perkem bangan pendidikan di Kabu paten
Malang akan menurun dipandang dari segi kwalitas. “Tapi kami selaku Ketua MKKS SMP
Swasta se Kabupaten Malang percaya bahwa PemKab Malang lebih tahu dan lebih mengerti
tentang kebutuhan yang diperlukan sekolah swasta dalam rangka wajar dikdas 9 tahun gratis yang
akan dilaksanakan pada tahun 2010 nanti, mas.” Katanya pada Media Pendidikan mengakhiri
wawancara. (MD/MP)
ALAMAT : http://www.mediapendidikan.info/2010/08/harapan-sekolah-swasta-se-
kabupaten.html
SD dan SMP Dapat Kucuran BOS Rp
105,8 Miliar
Rubrikasi - Nusantara
Hal itu disampaikan Kasi Pendataan BOS Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
(Disdikpora) Kabupaten Bandung Barat, Asep Setia Permana, di Ngamprah, Kamis (20/1/2011).
Menurutnya, BOS yang akan diluncurkan akhir Januari 2011 ini tidak akan dicairkan sekaligus,
tapi dilakukan dalam empat kali pembayaran.
"Siswa SMP di Kabupaten Bandung Barat yang menerima BOS tahun ini sebanyak 52.905 orang
dan siswa SD sebanyak 172.000 lebih. Siswa SMP bakal menerima Rp 570.000/siswa/tahun.
Sedangkan siswa SD mendapat Rp 397.000/siswa/tahun," kata Asep.
Untuk tahun ini, ada perubahan mekanisme pencairan dana BOS. Kalau pada 2005 sampai 2010
penyaluran dana BOS dari pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi, baru kemudian
ditransfer ke rekening sekolah. Untuk tahun ini, dana BOS langsung disalurkan pemerintah pusat
ke kabupaten/kota untuk kemudian didistribusikan ke rekening sekolah.
Perubahan dalam penyaluran dana BOS ini untuk memberi kewenangan lebih kepada
pemerintah daerah dalam mengatur distribusi dana BOS, karena sekolah-sekolah berada
langsung di bawah pemerintah daerah, bukan di bawah pemerintah pusat.
"Jujur saja, perubahan mekanisme pencairan dana bos menjadi hal yang baru bagi Disdikpora
Kabupaten Bandung Barat. Kami berharap, dalam pelaksanaannya nanti dapat berjalan lancar
dan aman," tutur Asep.
Lebih jauh, Asep menerangkan, penggunaan dana BOS harus berpedoman pada panduan
pelaksanaan program BOS yang dikeluarkan pemerintah pusat. Antara lain untuk pembelian
buku teks, pembiayaan seluruh kegiatan siswa baru, ulangan harian, pembelian bahan-bahan
habis pakai, pembiayaan perawatan sekolah, pembayaran guru honorer, dan pengembangan
profesi guru.
"Juga pemberian biaya transportasi siswa miskin, pembiayaan pengelolaan alat tulis kantor, dan
pembelian komputer maksimum satu unit dalam satu tahun anggaran," tutur Asep, seraya
menjelaskan, apabila semua pengadaan sudah terpenuhi, maka sisanya dapat digunakan untuk
membeli alat peraga dan lain-lain.
Asep mengungkapkan, jumlah siswa miskin di Kabupaten Bandung Barat diperkirakan di atas
10 persen dan di bawah 30 persen. Siswa miskin mendapat bantuan biaya transportasi, masing-
masing yang jarak ke sekolahnya untuk SMP maksimal 6 kilometer dan SD paling jauh 3
kilometer.
Ditegaskan Asep, pihak sekolahan dilarang melakukan manipulasi jumlah siswa, daan
pengelolan BOS harus transparan. "Setiap pembelian barang harus ditandatangani komite
sekolah dan diumumkan di papan pengumuman. Sekolah harus bersedia diaudit oleh lembaga
berwenang, serta tidak diperkenankan menjadi distributor atau pengecer buku kepada siswa.
Apabila ditemukan terjadi pelanggaran, dapat dikenai sanksi hukum," katanya. (**)
Sumber: bandungbaratkab.go.id
ALAMAT: http://publiknasional.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=153:sd-dan-smp-dapat-kucuran-bos-rp-1058-
miliar&catid=51:nusantara
Ternyata penelitian menunjukkan sebagian besar siswa SBI memiliki aspek kognitif
keindonesian sangat rendah. Sekolah tidak mendorong tumbuhnya identitas sebagai
orang Indonesia, kata M Fajri Siregar, sarjana sosiologi Univeristas Indonesia yang
meneliti sejumlah SBI di Jakarta Selatan.
Pengajarnya yang terdiri dari 37 pengajar, hanya enam orang yang berasal dari
lokal. Selain itu, jabatan kepala sekolahnya juga dipegang orang asing. Padahal
orang-orang asing yang mengajar di Indonesia belum ada peraturan dan belum diuji
kompetensi mereka. Guru Indonesia hanya pelajaran Indonesia studies, katanya.
Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu mengatakan munculnya SBI
dan kelas internasional menunjukkan pendidikan telah mengarah pada
neoliberalisme pendidikan. Sekarang pendidikan sudah menjadi komoditi yang
diperjualbelikan. Apalagi didukung Perpres No 7 Tahun 2007 mengenai investasi
asing dalam pendidikan nasional, katanya.
Kepala Sekolah Kanisius dan pengamat pendidikan Baskoro mengatakan bahwa SBI
sebenarnya 'sekolah bertarif internasional'. Pasalnya biaya SBI dan kelas
internasional itu mulai dari Rp 20 jutaan hingga Rp60 jutaan per tahun.
Pendidikan Indonesia yang memunculkan SBI dan kelas internaional telah membelah
kelompok anak dari orang tua kaya dan orang tua miskin.
Padahal, katanya, Raden Mas Soewardi Surjadiningrat adalah orang hasil pendidikan
sekolah Belanda. Ketika rasa nasionalismenya muncul dan peduli pada rakyat kecil,
ia mendirikan perguruan Taman Siswa dan namanya diganti jadi Ki Hadjar
Dewantara. (Drd/OL-03)
“Dana BOS di Pemkab Biak Numfor, minggu ini sudah harus tersalurkan ke setiap sekolah,”
kata Sekertaris Dinas Pendidikan Biak Numfor Kamaruddin, SPd usai mengikuti upacara awal
bulan di halaman kantor Bupati Biak Numfor, Senin (4/4).
Kamaruddin menjelaskan, untuk tahun anggaran 2011 Biak Numfor mendapatkan dana BOS
dari pemerintah pusat sebesar Rp13,7 miliar dengan rincian pengalokasian untuk sekolah dasar
sebesar Rp386.000/siswa pertahun, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama sebesar
Rp570.000/siswa pertahun.
Salah satu faktor keterlambatan pencairan dana BOS adalah adanya aturan baru dari
BPKAD yang mengharuskan RKA disusun secara rinci, sedangkan sebagian besar sekolah-
sekolah sebagai pengguna anggaran belum punya pengalaman dalam menyusun RKA.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Frengki Korwa
mengungkapkan, dari sebanyak 100 SD yang akan menerima dana BOS, baru 40 sekolah yang
melaporkan administrasinya.
Ia meminta kepada seluruh pengelola dana BOS segera melaporkan administrasinya ke
BPKAD. “Setelah administrasinya sudah terlapor di BPKAD, maka hari itu juga dananya
langsung kita transfer ke rekening mereka masing-masing,” katanya. (MC Biak/Mustakim/toeb)
ALAMAT : http://www.bipnewsroom.info/index.php?
_language=Indonesia&_mainNo=11&_subNo=&_insideSubNo=&newsid=74192&_lin
k=loadnews.php
Danamon Cari Guru Teladan
Nurhadi/Fajar
UNTUKMU GURU. Andrew Wongjaya (kanan) menyerahkan cenderamata kepada
Ketua PGRI Sulsel, Muhammad Asmin di Kantor Bank Danamon, Senin 4 April.
Berita Terkait:
» Ujian Kompetensi Tentukan Penempatan Guru
Selain penghargaan kepada guru teladan, Bank Danamon juga memberikan bantuan
120 unit komputer ke sekolah dan kantor Dinas Pendidikan Makassar. Masing-
masing kepala sekolah yang terpilih sebagai guru teladan berhak pula mendapatkan
uang tunai sebesar Rp10 juta.
Namun, bantuan hadiah uang tunai Rp10 juta bukan untuk pribadi kepala sekolah.
Andrew mengatakan, bantuan untuk peningkatan kualitas pendidikan dengan
peruntukan pengadaan perpustakaan atau buku bacaan.
Untuk penilaian guru teladan, Bank Danamon menyerahkan seluruh mekanisme dan
tahapan kepada Dinas Pendidikan Makassar dan PGRI. Bank Danamon juga
menggandeng media Harian FAJAR untuk sosialisasi beragam program yang
dikhususkan bagi para guru.
Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, penghargaan guru teladan
sebagai bentuk kepedulian Bank Danamon kepada guru dan dunia pendidikan.
"Kami sangat mengapresiasinya, karena Pemkot Makassar menempatkan
pendidikan pada prioritas utama lima program pembangunan Makassar Kota Dunia,"
ujarnya. (rif)
ALAMAT : http://www.fajar.co.id/read-20110404201213-danamon-cari-guru-teladan
Lagi, Pemerintah Janji Perketat UN
Editor: Latief
Selasa, 5 April 2011 | 10:37 WIB
Dibaca: 253
Komentar: 0
DHONI SETIAWAN/KOMPAS IMAGES ILUSTRASI: Tahun lalu masih saja ditemukan
kebocoran soal dan lembar jawaban seperti terjadi di dua SMA di Sumatera Utara.
Kebocoran terjadi mulai dari percetakan sehingga kedua sekolah itu harus menjalani
ujian ulangan.
TERKAIT:
• "Jangan Khawatir dengan 5 Paket Soal!"
• Awas, Pencuri Naskah UN Gentayangan!
• Pengawas UN Bersumpah atas Nama Agama
• Lima Paket Soal Bikin Susah "Nyontek"
• Panitia UN Diambil Sumpah Kejujuran
JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini pemerintah kembali menegaskan akan memperketat
pelaksanaan ujian nasional (UN). Pengawasan diperketat mulai dari distribusi soal, penyimpanan
soal di setiap rayon, hingga hari pelaksanaan UN SMA pada 18 April.
Semua titik yang berpotensi menyimpang akan semakin diperketat. Kalau sampai
tidak tahu, tandanya tidak tahu medan.
-- Mohammad Nuh
"Semua titik yang berpotensi menyimpang akan semakin diperketat. Kalau sampai tidak tahu,
tandanya tidak tahu medan," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh seusai temu
media Forum ACCESS America Higher Education di Jakarta, Senin (4/4/2011) kemarin.
Tahun lalu masih saja ditemukan kebocoran soal dan lembar jawaban seperti terjadi di dua SMA
di Sumatera Utara. Kebocoran soal terbukti terjadi mulai dari percetakan sehingga kedua sekolah
itu harus menjalani ujian ulangan.
Tahun lalu pula Nuh menjamin tidak akan ada kebocoran soal dan lembar jawaban. Bahkan,
sekolah-sekolah yang terindikasi curang mendapat pengawasan khusus dengan menambah jumlah
pengawas.
Untuk memastikan UN berjalan baik, Kementerian Pendidikan Nasional akan menugaskan
pejabat eselon 1 dan 2 memeriksa secara mendadak ke semua wilayah. Untuk distribusi soal UN,
Nuh menegaskan sepenuhnya percaya kepada daerah. (LUK)
ALAMAT :
http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/05/10374071/Lagi.Pemerintah.Janji.Perket
at.UN
Dibaca: 565
Komentar: 0
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO ILUSTRASI: Berdasarkan catatan Kompas.com, tingkat
kelulusan siswa SMA dan SMK di Jakarta pada UN 2010 lalu hanya mencapai 90,672
persen, jauh lebih rendah daripada tahun 2009 yang mencapai 95,8 persen.
TERKAIT:
• Awas, Pencuri Naskah UN Gentayangan!
• Soal UN DKI Didistribusikan 17 April
• Stop, Jangan Intervensi Pengawas UN!
• Hasil Uji Coba UN Masih Menyedihkan
• Bimbel Bisa Seharga Belasan Juta Rupiah
JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 122.139 siswa tingkat SMA di DKI Jakarta akan
menghadapi ujian nasional (UN) yang akan digelar serentak pada Senin (18/4/2011). Ribuan
siswa tersebut terdiri atas siswa SMA sebanyak 53.937 siswa, madrasah aliyah (MA) sebanyak
4.679 siswa, SMK sebanyak 63.382 siswa, dan SMA luar biasa (SMALB) sebanyak 141 siswa.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudhi Mulyanto, Senin (4/4/2011), mengatakan,
saat ini pihaknya tengah melakukan proses pencetakan lembar soal. Menurut Teguh, DKI Jakarta
menargetkan angka kelulusan mencapai 100 persen.
"Setelah lulus Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), proses pencetakan telah mencapai 75
persen. Target kami tahun ini 100 persen lulus," ujar Taufik saat dihubungi wartawan.
Tak berbeda dari tahun sebelumnya, untuk mencapai kelulusan setiap siswa harus memperoleh
nilai minimal 5,5 dari enam mata pelajaran yang diujikan. Standar ini diakui Taufik mampu
dilampaui siswa-siswi SMA di Jakarta. Untuk mencapai target kelulusan 100 persen, sejumlah
langkah telah dilakukan, misalnya dengan menyelenggarakan ujian kompetensi yang dimulai
sejak awal tahun untuk siswa.
Sebanyak empat kali ujian dilakukan, dengan rincian dua kali diselenggarakan pihak sekolah dan
sisanya diselenggarakan Disdik DKI.
"Selain siswa, pendidik juga sudah kami bekali pemebedahan kompetensi kelulusan. Semoga
upaya ini cukup untuk menyiapkan siswa di UN nanti," ujar Taufik.
Sementara itu, untuk mempersiapkan penyelenggaraan UN, Disdik DKI Jakarta telah menyiapkan
lima jenis soal yang berbeda sehingga dalam satu kelas, siswa tidak bisa saling mencontek.
"Jika dalam satu kelas ada 20 siswa, berarti hanya ada empat siswa yang memiliki soal yang
sama," katanya.
ALAMAT :
http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/04/19401213/Sebanyak.122.139.Pelajar.S
MA.Ikuti.UN
KUNTO NUGROHO Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah seperti dilaporkan MARTHA dari
Radio Idola Semarang, Selasa (05/04), mengatakan, pelaksanaan UN tahun ini dilaksanakan
mulai April hingga Mei 2011. Untuk tingkat SD, UN dilaksanakan pada 10-12 Mei, SMP 25-28
April dan SMA mulai 18-21 April 2011.
Berdasarkan hasil koordinasi kepala dinas pendidikan kabupaten/kota di Jawa Tengah, kata
KUNTO, UN siap dilaksanakan. Tahun ini akan ada perubahan pada naskah ujian. Kalau
sebelumnya hanya ada 2 macam sekarang jadi 5 macam.
Hal ini dilakukan guna menghindari siswa melakukan kerjasama. KUNTO menambahkan untuk
menentukan kelulusan tidak hanya menggunakan UN tapi juga pembagian dengan nilai rapor
semesteran. Dengan demikian, tidak ada lagi protes dari wali murid dan siswa maupun guru yang
siswanya banyak yang tidak lulus UN. (tin)
ALAMAT : http://kelanakota.suarasurabaya.net/?
id=39af81d10e0703649b156bd8cd902f3d201190971
Dinas Pendidikan Jamin Tidak Ada Manipulasi Nilai Jelang
Ujian Nasional
Imam Wahyudiyanta - detikSurabaya
Untuk penentuan kelulusan pada UN yang akan digelar April mendatang digunakan
formula baru yakni nilai gabungan antara nilai UN dengan ujian sekolah serta nilai
rapor.
Dinas Pendidikan Jawa Timur menjamin nilai hasil ujian sekolah serta rapor yang ikut
menentukan kelulusan, aman dari bentuk intervensi maupun manipulasi.
"Kita tidak akan mentolerir kecurangan yang dilakukan pihak sekolah yang berbuat
curang dengan merubah nilai rapor serta nilai ujian sekolah," kata Kepala Dinas
Pendidikan Jatim, Harun kepada wartawan usai memimpin Rapat Koordinasi
Pengamanan Ujian Nasional di ruang Sabhanugara di Gedung Dinas Pendidikan
Jatim, Senin (4/4/2011).
Sanksi yang akan diberikan, kata harun bisa berupa usulan penundaan
pengangkatan jabatan hingga pencopotan jabatan. Oleh karena itu, Harun berharap
dalam hal ini dirinya meminta kepada kepala sekolah maupun guru serta siswa agar
mengedepankan kejujuran.
"Dalam hal ini kejujuran kepala sekolah, guru dan siswa sangat kita harapkan untuk
dikedepankan," harapnya.
Selain itu Harun menjelaskan, komposisi penggabungan nilai kelulusan, nilai ujian
sekolah mempunyai persentase 40 persen. Sedangkan sisanya, 60 persen diambil
dari nilai hasil UN.
ALAMAT :
http://surabaya.detik.com/read/2011/04/04/135533/1608111/466/dinas-
pendidikan-jamin-tidak-ada-manipulasi-nilai-jelang-ujian-nasional?
881104465
Pihaknya sudah melakukan berbagai macam latihan khusus mengerjakan soal-soal ujian. "Anak-
anak sudah dilatih mengerjakan soal lewat 'try out'. Jika dari pemerintah sudah dua kali, tetapi
biasanya dari pihak sekolah sendiri juga mengadakan 'try out' sendiri," paparnya.
Untuk 'try out' yang dilakukan pemerintah berlangsung pada 7 Februari dan 7 Maret 2011 lalu,
dengan hasil dari ujian itu juga cukup bagus. Nilai yang ada akan digunakan untuk menguji
kesiapan siswa mengikuti UN. Ia menyebut, untuk tahun 2011 ini berbeda dengan UN tahun lalu.
Dimana tahun ini pemerintah tidak akan memberikan kesempatan untuk ujian ulang bagi yang
gagal mengikuti UN.
Para peserta didik dianjurkan mengikuti UN tahun depan di sekolah yang sama maupun langsung
mengikuti ujian kejar paket C. Masalah lulusan sendiri, pihaknya belum bisa memprediksi tingkat
ketidaklulusan. Tetapi, dimungkinkan tingkat ketidaklulusan minim.
Sistem dalam UN tahun 2011 ini juga berbeda dari tahun sebelumnya, dimana nilai UN mereka
diambilkan dari hasil nilai rapot, ujian sekolah, dan nilai UN. "Nilai UN mereka kan diambilkan
dari nilai rapot 40 persen dan nilai UN 60 persen. Belum bisa diprediksi tingkat ketidaklulusan,
dilihat nanti saja," ucapnya.
Masalah naskah ujian sendiri, Sulaiman mengatakan soal dibuat hingga lima naskah berbeda
mulai dari kode A, B, C. D, dan E. Setiap anak mendapatkan satu naskah soal dengan kode
berbeda, dan mereka dipisahkan agak menjauh dengan teman lainnya.
Saat ujian, mereka juga akan didampingi dua orang guru pengawas. Bahkan, ada juga pengawas
dari unsur dosen dari beberapa universitas di Kediri, tetapi statusnya sebagai pengawas
'independen'. "Para guru pengawas pun, bukan pengajar mata pelajaran yang diujikan saat itu.
Jadinya, kami yakin anak-anak akan mengerjakan soal sesuai kemampuan mereka," tuturnya.
Menyinggung dengan pengambilan naskah, Sulaiman mengatakan sesuai dengan rencana naskah
akan diambil 13 April 2011 dan akan diinapkan di kantor polisi. Naskah itu dijaga polisi hingga
24 jam, sebelum didistribusikan ke 25 sekolah SMA/MA/SMK yang akan mengikuti UN.
Pihaknya berharap, peserta didik di Kediri dapat lulus hingga 100 persen.
ALAMAT : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-
pendidikan/11/04/05/lj5t0w-4320-siswa-sma-ikuti-un-di-kediri
Dibaca: 248
Komentar: 0
Soal UN itu disusun Puspendik, sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta,
dan sudah dicetak sejak pekan lalu.
-- Agus Suradika
"Soal ujian nasional (UN) itu disusun Puspendik, sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan DKI
Jakarta dan sudah dicetak sejak pekan lalu," kata Wakil Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta Agus Suradika, Senin (4/4/2011) di Jakarta.
Agus menambahkan, soal UN tersebut baru akan didistribusikan ke sekolah pada 17 April 2011.
"Soal kami distribusikan 1 hari sebelum hari H. Soal kami serahkan ke rayon, dan diteruskan ke
sekolah. DKI siap tanpa kendala berarti," tambah Agus.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Dinas Pendidikan DKI
Jakarta Budiana menilai, para siswa telah siap menghadapi UN.
"Saya rasa para siswa juga telah siap karena telah kami beri kisi-kisi UN sejak Januari lalu," kata
Budi.
Budi melanjutkan, nilai rata-rata dari hasil try out di sekolah juga semakin meningkat.
"Itu artinya, tingkat kelulusan akan semakin naik," ungkap Budi.
ALAMAT :
http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/04/1856562/Soal.UN.DKI.Didistribusikan.1
7.April
1.541.683 Siswa Jatim Siap Ikuti UN 2010/2011
suarasurabaya.net| Sebanyak 1.541.683 siswa sekolah dasar hingga menengah di Jawa Timur
akan mengikuti Ujian Nasional (UN) 2010/2011 pada April dan Mei mendatang. Sejauh ini
persiapan menjelang pelaksanaan UN sudah hampir 100 persen.
Secara rinci, jumlah peserta UN tahun 2011 ini adalah 633.184 siswa SD/MI/SDLB, 550.355
siswa SMP,/Mts/SMPLB dan 358.153 siswa SMA/MA/SMALB. Mereka akan mengikuti UN di
35.329 lembaga penyelenggara dan gabungan yang tersebuar di seluruh Jawa Timur.
HARUN Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur mengatakan pihaknya menargetkan tingkat
kelulusan UN pada tahun ini bisa mencapai 100 persen. Meski demikian, ia pun menyadari target
itu tidak selalu terpenuhi karena pada hari pelaksanaannya, selalu ada siswa yang sakit.
“Kita ada toleransi sedikit. Tapi optimis kalau tingkat kelulusan semakin tahun semakin bnaik,
dari segi kualitas dan kuantitasnya,” kata HARUN yang ditemui usai memimpin Rapat
Koordinasi Pengamanan Pelaksanaan UN 2010/2011 di Ruang Sabha Nugraha Dinas Pendidikan
Jatim, Senin (04/04).
Sementara itu, pelaksanaan UN sendiri dipastikan HARUN sudah hampir siap. Saat ini, naskah
soal sudah disimpan di Gudang Jalayaja Jl. Sarwa Jala, Pethekan, Ujung Surabaya. Pada H-5
pelaksanaan UN, naskah soal tersebut akan didistribusikan ke kabupaten/kota Jawa Timur.
HARUN juga memastikan tidak akan ada kebocoran soal, mengingat pengawalan dan
pengamanan yang diberikan selama proses pembuatan, percetakan hingga distribusi soal ke
sekolah penyelenggara UN. Pengawalan dilakukan Dinas Pendidikan Jatim bekerjasama dengan
kepolisian, Universitas Negeri Surabaya, Kementerian Agama dan Dewan Pendidikan.