Anda di halaman 1dari 4

KILAS BALIK: KURIKULUM INDONESIA DARI MASA KE MASA (19472016)

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu bentuk perencanaan dalam
implementasi pencapaian tujuan pendidikan tertuang dalam kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional). Sehingga, keberadaan
kurikulum memiliki peran penting dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan.

Sejak merdeka (17 Agustus 1945), Kurikulum di Indoensia telah mengalami


perkembangan. Sebagai bangsa yang pernah di jajah dalam waktu yang lama,
penerapan kurikulum di Indonesia juga sedikit banyaknya juga terpengaruh oleh
kurikulum pendidikan dari Negara jajahan. Namun, dari masa ke masa kurikulum
di Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang. Berikut ini
merupakan perubahan-perubahan kurikulum di Indonesia dari tahun 1947-2016.

Kurikulum 1947: Rentjana Pelajaran 1947


Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan tercipta pada Tahun 1947 yang
disebut dengan Rentjana Pelajaran atau yang dikenal dalam bahasa Belanda leer
plan. Rentjana Pelajaran 1947 merupakan wujud pengganti dari sistem
pendidikan kolonial Belanda. Rentjana Pelajaran 1947 ini baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Sehingga, beberapa kalangan menyebutkan bahwa sejarah
perkembangan kurikulum di Indonesia dimulai pada Tahun 1950. Orientasi
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran, melainkan:
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan

pendidikan jasmani. Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu: (a) Daftar mata
pelajaran dan jam pengajarannya, (b) Garis-garis besar pengajaran.

Kurikulum 1952: Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum 1952 merupakan bentuk penyempurnaan dari Kurikulum 1947 yang
disebut dengan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu sistem pendidikan nasional. Kurikulum ini lebih merinci untuk setiap
mata pelajaran. Selain itu, perubahan mendasar dalam kurikulum 1952 ini
adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kurikulum 1964: Rentjana Pendidikan 1964


Pokok pikiran yang menjadi ciri kurikulum Rentjana Pendidikan 1964 ini adalah
keinginan pemerintah dalam memberikan bekal pengetahuan akademik pada
jenjang SD. Pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan
jasmani (Hamalik, 2004). Mata pelajaran yang digunakan telah diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi (sesuai Program Pancawardhana). Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 sebagai bentuk pembaruan dari kurikulum 1964. Terdapat
perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran meliputi:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Dengan menitik beratkan unsur kesesuaian materi yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan jenjang pendidikan.

Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
dan menghasilkan satuan pelajaran. satuan pelajaran merupakan rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam
bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Sehingga Guru dituntut untuk terampil dalam menulis rincian yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran.

Kurikulum 1984: Kurikulum 1975 yang Disempurnakan


Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 dengan
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.

Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning
(SAL).

Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan memadukan
kurikulum sebelumya. Pelaksanaan Kurikulum 1994 sebagai wujud implementasi
dari Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Perubahan mendasar terjadi pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu
perubahan dari sistem semester ke sistem caturwulan. Tujuan pengajaran
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal
dan pemecahan masalah. Muatan materi terdiri dari muatan materi nasional dan
lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah. Perpaduan
tujuan dan proses serta muatan materi menyebabkan beban belajar siswa dinilai
terlalu padat. Sedangkan kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 lebih pada
menambah sejumlah materi.

Kurikulum 2004: Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok,
yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan
pembelajaran.
Pendidikan
berbasis
kompetensi
menitikberatkan
pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap mata pelajaran dirinci
berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa. Perbedaan KBK 2004
dengan kurikulum 1999 sebelunya diantaranya adalah sebagai berikut.

PERBEDAAN
Pengambilan
Keputusan
Pusat
Perhatian
Proses
Hasil
Pendidikan
Evaluasi
Pedoman

KURIKULUM 1999
Semua aspek kurikulum
ditentukan oleh pusat
Penyampaian materi
pelajaran oleh guru
Berpusat pada guru
Menekankan pada aspek
kognitif
Acuan norma dan tes
obyektif
Memadukan kurikulum
kurikulum sebelumnya.

KURIKULUM 2004 (KBK)


Pembagian wewenang dalam
menentukan kurikulum
Kompetensi dasar yang dikuasai siswa
Berpusat pada siswa
Menekankan pada keutuhan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik
Acuan kriteria, tes, dan portofolio
Diurai berdasarkan kompetensi

Kurikulum 2006: Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (UU No. 24
Tahun 2006). KTSP disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22, 23, dan 24 tahun 2006.

Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

KTSP pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari KBK. Perbedaan yang


menonjol pada KTSP terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi
sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modifikasi dan pemutakhiran dari
kurikulum sebelumnya. Prinsip utama pengembangan kurikulum 2013 adalah
didasarkan model kurikulum berbasis kompetensi dengan standar kompetensi
lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan dan
program pendidikan. Selain memiliki prinsip utama, kurikulum 2013 memiliki
empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan
aspek sikap dan perilaku. Penilaian untuk kompetensi pengetahuan dan
kompetensi keterampilan menggunakan huruf dan angka dengan skala 1,00 (D) 4,00 (A).

Sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara


terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah
Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK. Tahun 2014,
Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP
Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah
perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan,


nomor 60 tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013
dihentikan dan sekolah-sekolah untuk sementara kembali menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan
menengah yang sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan
pendidikan usia dini, dan satuan pendidikan khusus. Penghentian tersebut
bersifat sementara, paling lama sampai tahun pelajaran 2019/2020.

Anda mungkin juga menyukai