Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1

Nama : Veronica Lapeng


NIM : 8420219010
Prodi : Pendidikan Matematika
Semester : 6 (enam)
Mata Kuliah : Telaah Kurikulum Sekolah
Menengah

1. Sejarah kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sebagai berikut:

Sejarah kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan

diantaranya sebagai berikut:

a) Kurikulum 1947 “Renjana Pelajaran 1947”


Kurikulum yang berjalan pada saat itu dikenal dengan sebutan “Renjana
Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Bentuk dari
kurikulum ini memuat dua hal yaitu
 Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
 Garis-garis besar pengajaran

Pada saat itu, kurikulum di Indonesia masih dipengaruhi oleh sistem


pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang
pernah digunakan sebelumnya. “Renjana Pelajaran 1947” boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Orientasi “Renjana
Pelajaran 1947” tidak menekankan pada pendidikan pikiran melainkan
pendidikan watak serta kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani.

b) Kurikulum 1952 “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikaan nasional. Ciri
yang paling menonjol dari kurikulum ini adalah setiap rencana pembelajaran
harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
c) Kurikulum 1964 “ Rentjana Pendidikan 1964”
Pokok –pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat memperoleh
pengetahuan akademik sebagai bekal pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keprigelan dan
jasmani.
d) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi
pelajaran, kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Muatan materi
bersifat teoritis dan tidak dikaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
e) Kurikulum 1975
Kurikulum ini menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efektif dan
efisien. Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam prosedur
pengembangan sistem instruksional.
f) Kurikulum 1984 “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”
Kurikulum ini mengutamakan pendekatan proses dengan siswa sebagai subyek
belajar. Proses yang dimaksud meliputi mengamati, mengelompokkan,
mendiskusikan dan melaporkan.
g) Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
Kurikulum ini dianggap sebagai kurikulum yang memberikan beban belajar
kepada siswa sehingga banyak menerima kritikan.
h) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi”
Kurikulum ini berbasis kompetensi yang mengandung tiuga unsur pokok
yaitu pemilihan kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dan
pengembangan pembelajaran.
i) Kurikulum 2006 “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas , namun pada awal tahun 2006 uji
terbatas tersebut dihentikan. Selanjutnya, dengan diterbitkannya permen
nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen No. 22 Tahun 2006
tentang standar isi kurikulum dan permen No. 23 Tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan
kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dan desentralisasi sistem
pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar dan guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam
bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi daerah dan daerahnya.
Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran kemudian dihimpun menjadi
perangakat yang disebut KTSP
j) Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 berbasis mkompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu,
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria keberhasilan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru dituntut
secara profesional untuk merancang pembelajaran secara efektif dan
bermakna, mengorganisir pembelajaran , memilih pendekatan pembelajaran
yang tepat, menetukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi
secara efektif serta menetapkan kriteria keberhasilan.
2. Perubahan konsep kurikulum dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa perkembangan
dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia tidak terlepas dari perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni dan budaya. Perubahan kurikulum dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pendidikan nasional termasuk menyempurnakan kurikulum untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan
perubahan. Selain itu, perubahan konsep kurikulum juga disebabkan oleh sifat ilmu
pengetahuan yang selalu dinamis. Perubahan kurikulum dilakukan karena
menyesuaikan dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
Perubahan kurikulum akan baik jika diiringi dengan perubahan dari seluruh
masyarakat pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan kurikuum
tersebut.
3. Perubahan kurikulum dari waktu kewaktu tidak lain adalah untuk mengembangkan
kurikulumsesuai dengan tujuan yang diharapkan, namun sejatinya dalam proses
pengembangan atau perubahan tersebut terdapat masalah-masalah atau kendala yang
dihadapi dan ditemukan pada berbagai pihak seperti:
Guru : Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum karena kurang waktu, kurang cocok
pendapat baik dengan sesama guru mauun kepala
sekolah karena faktor pengetahuan.
Masyarakat : Kurangnya dukungan dari masyarakat baik dalam
pembiayaan maupun umpan balik dari sistem
pendidikan atau kurikulum itu sendiri
Masalah biaya : Untuk mengembangkan atau mengubah kurikulum
diperlukan biaya untuk kegiatan eksperimen
Borokrasi : Kurangnya kerja sama dalam birokrasi.

Selain itu, seiring dengan perubahan kurikulum, banya masalah-masalah yang muncul
seperti SDM peserta didik yang belum optimal dalam menyambut atau melaksanakan
pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. Fasilitas di sekolah yang kurang memadai
pastinya akan menghambat pembelajaran terlebih khusus untuk sekolah-sekolah di
pelosok.
4. Hubungan kurikulum dalam pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
karena kurikulum merupakan usaha untuk mensukseskan tujuan pendidikan.
Kurikulum sangat diperlukan untuk pengelolaan, penataan dan pengaturan ataupun
kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan pendidikan guna mengembangkan
sumber daya manusia agar dapat memenuhi tujuan pendidikan seoptimal mungkin.
Dengan kata lain, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif
dan bahkan bisa keluar dari tujuan yang dirumuskan. Sebaliknya kurikulum tanpa
pembelajaran tidak akan berguna.
Dalam proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman
dalam menyususn target dalam proses belajar mengajar.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
walaupun keduaya memiliki posisi yang berbeda, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta isi yang arus
dipelajari, sedangkan pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar
dan mengajar antara guru dan siswa. Kurikulum dan pembelajaran mempunyai
kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan pendidikan. Kurikulum akan sangat
bermakna jika diimplementasikan dengan baik dan tepat dalam setiap pembelajaran
serta dapat berjalan efektif dan efisien.

5. Pelaksanaan kurikulum berbasis pengembangan berpikir


Pelaksanaan kurikulum berbasis pengembangan berpikir dilakukan sebagai upaya
untuk memperbaharui cara lama yang hanya mendorong siswa untuk menghafal
menjadi cara baru yang menekankan pada kemampuan siswa untuk berpikir atau
bernalar secara aktif. Pelaksanaan kurikulum berbasis pengembangan berpikir ini
diharapkan dapat mengubah pandangan dalam pembelajaran seperti dibaawah ini:
Dari pandangan Ke Arah Pandangan
Kelas sebagai kumpulan individu Kelas sebagai masyarakat
Melayani siswa secara serupa untuk Melayani siswa sesuai dengan minat,
keseluruhan kekuatan, harapan, dan kebutuhan
masing-masing
Mengikuti kurikulum secara kaku Seleksi penyesuaian kurikulum secara
fleksibel
Guru sebagai pemegang otoritas yang Membimbing ke arah logika dan berpikir
benar
Guru sebagai instruktur Guru sebagai pendidik, motivator,
fasilitator dan manajer belajar
Penekanan pada menghafal penyelesaian Penekanan pada pemahaman, penalaran
dan perolehan informasi dan proses menemukan ide secara aktif
Penekanan pada enemukan jawaban Penekanan pada menyusun, menemukan
secara mekanistik dan memecahkan masalah
Kebiasaan guru bekerja sendiri Kerjasama antarguru untuk memajukan
kemampuan
Suasana kompetitif yang kurang sehat Siswa belajar dengan bekerja sama dan
tanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai