Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Sebagaimana sudah menjadi rahasia umum bahwa system pendidikan nasiomal kita telah berkali – kali
mengadakan perubahan. Perubahan yang paling esensial dalam pendidikan nasional ini adalah perubahan
kurikulum. Kurikulum pendidikan nasional telah berkali – kali mengalami perubahan, sudah Sembilan kali
terjadi perubahan kurukulum dari Indonesia merdeka sampai sekarang. tiga kali perubahan yang terakhir
adalah mulai dari kurikulum 19994, kurikulum 2004 yang terkenal dengan Kurikulum Berbasis kompetensi
(KBK) dan kurikulum 2006 dikenal dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).
Perubahan – perubahan kurikulum yang terjadi dalam system pendidikan nasionmal tidak jarang membawa
implikasi – implikasi yang beragam, baik negative maupun positif. Pada kenyataannya, implikasi perubahan
kurikulum itu membawa sekian banyak problem yang tidak mudah untuk dipecahkan. Problem prolem ini
tidak hanya dialami oleh para penyelengara di pusat, akan tetapi juga di tingkat daerah. Masyarakatpun pada
umumnya menanggapi dengan nada sinis dan negative. Sehingga terkesan pendidikan kita adalah pendidikan
produk penguasa, ketika ada pergantian menteri berganti pula kurikulum, kebijakan kurikulum yang
dilaksanakan belum tuntas sudah berganti lagi dengan kurikulum yang baru.
Perubahan Kurikulum sembilan kali tersebut menurut banyak pengamat sampai detik ini belum mampu
untuk menjadi formulasi yang tepat untuk dijadikan pengatur pendidikan di Indonesia. Untuk itu marilah kita
kaji bersama-sama mengenai perjalanan orientasi kurikulum yang telah berjalan dan berlaku di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah mengenai Perjalanan Orientasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimanakah Praktik Orientasi Pengembangan Kurikulum di Indonesia?
C. PEMBAHASAN
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah
menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat
satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada
mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah
pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada
tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Menurut Majid (2004), bahwa orientasi kurikulum tersebut tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, di
antaranya yaitu:
a. Aspek tujuan; lebih menitikberatkan pada pencapaian target kompetensi, berupa pengetahuan dengan
memperhatikan keragaman potensi ruhani agar dapat memaksimalkan kompetensi religiusnya.
b. Aspek isi; menekankan pada hal-hal yang bersifat tematik dan menggali sumber-sumber belajar yang
bersifat kenyataan di lingkungan siswa. Materi disusun secara sistematis, mudah dipahami, dan terhindar
dari pengulangan materi atau tumpang tindih.
c. Aspek metode; mentransmisikan nilai-nilai ke dalam bentuk kompetensi secara utuh. Kurikulum bertujuan
membekali peserta didik memiliki kesadaran baik secara normatif maupun historis empiris.
d. Aspek guru; tenaga pendidik lebih berperan sebagai fasilitator (guru tidak dominan) dan memanfaatkan
banyak sumber belajar serta mengadakan kerjasama yang terpadu dengan lingkungan sekitarnya.
e. Aspek siswa; peserta didik lebih ditempatkan sebagai subjek, berperan aktif menggali potensi ruhaninya
sendiri untuk lebih menyadari fungsi dan kedudukannya.
f. Aspek penilaian; kegiatan pembelajaran dinilai secara komprehensif, tidak hanya pada satu aspek saja dari
suatu materi tetapi juga dengan materi-materi yang berhubungan dengan kegiatan religiusnya. Hasil
penilaian berorientasi untuk melihat perkembangan potensi siswa untuk mengembangkan kecakapan
hidupnya sebagai seorang muslim yang ideal.
Kurikulum 2006 merupakan kurikulum yang memiliki muatan untuk menciptakan suatu lingkungan
pendidikan yang relevan dengan kondisi suatu masyarakat tertentu. Selain itu, juga menjunjung tinggi nilai-
nilai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini lahir sebagai jawaban terhadap berbagai
kritikan masyarakat terhadap kurikulum sebelumnya, yang kurang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa
dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. Selanjutnya, KTSP pun
diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan
dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan.
KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-
prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan misalnya,
melalui CTL, inkuiri, pembelajaran porto folio dan lain sebagainya. Demikian secra tegas dalam struktur
kurikulum terdapat komponen pengembangan diri.
Ada 3 orientasi:
1. Orientasi Pada Bahan Pelajaran
Orientasi pada bahan pelajaran yakni masalah bahan pelajaran sangat di tekankan dan dijadikan pangkal
kerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan ini mengajarkan materi pelajaran dahulu dan setelah
itu menjabarkannya ke dalam pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan yang nantinya akan diajarkan kepada
siswa.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan bahan-bahan pelajaran didasarkan pada:
a. Penting atau tidaknya bahan pelajaran tersebut untuk diajarkan di sekolah tertentu.
b. Manfaat dari bahan tersebut.
c. Kerelevansianya dengan kebutuhan anak setelah nantinya terjun ke masyarakat.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran yang dipentingkan adalah apa materi atau
bahan yang disajikan, bukan pada apa tujuannya, sebab tujuan dapat ditentukan setelah jelas bahan
pelajaranya.
Dalam referensi lain pun diterangkan bahwasanya perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasar
materi atau bahan ajar inilah yang mula-mula dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh
pemilihan materi. Pembahasan mengenai pembaharuan kurikulum terutama hanya membahas bagaimana
sumber bahan dapat berkembang.
Kelebihannya:
Adanya kebebasan dan keluwesan dalam memilih dan menentukan bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkan sebab tidak ada tujuan-tujuan yang membuatnya terikat.
Kelemahannya:
Bahan pelajaran yang disusun kurang jelas arah dan tujuannya. Kurang adanya pegangan yang pasti untuk
menentukan cara atau metode yang cocok untuk dipakai menyajikan materi tersebut. Kurang jelas segi apa
yang harus dinilai pada murid setelah berakhirnya kegiatan dan bagaimana cara menilainya.
Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di atasnya.
Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan
terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada,
selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang menganut
pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan pertama
adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar
mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup
aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan
semacam ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang diinginkan
dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia
adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah
bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Kelebihannya:
a. Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis kegiatan juga jelas
dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang jelas maka memudahkan penilaian- penilaian
untuk mengukur hasil kegiatan.
b. Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan perbaikan-
perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.
Kekurangannya:
a. Sulit
b. Merumuskan, apalagi jika merumuskan secara operasional setiap kali melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
3. Orientasi Pada Keterampilan Proses
Dalam pendekatan ini yang lebih di tekankan adalah masalah kegiatan proses belajar mengajar apa yang
harus dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukan proses harus di pikirkan dan dikembangkan.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. Titik
berat yakni memikirkan, merencanakan, dan melaksanakan bagaimana, cara dan langkah-langkah agar siswa
menguasai keterampilan serta memahami ilmu pengetahuan. Pengembangan kurikulum di Indonesia yang
menganut orientasi tersebut adalah kurikulum 1984. Pendekatan ini menurut keaktifan keduanya, baik guru
maupun siswa. guru secara aktif merencanakan, memilih, menentukan, membimbing, menyerahi kegiatan,
sedang siswa harus terlibat baik secara fisik, mental, maupun emosional, serta mereka harus menemukan
sendiri, mengelola, mempergunakan serta mengkomunikasikan segala hal yang di temukan dalam proses
belajar.
Kelebihan:
a. Pendekatan lebih mengutamakan siswa dapat menguasai keterampilan “ bagaimana cara belajar” ( how
learn to learn) daripada hasilnya.
b. Dapat mempergunakan dan mengembangkan sendiri keterampilan yang telah didapat. Jadi dengan
pendekatan ini diharapkan siswa akan berlatih mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri masalah-
masalah pengetahuan, dalam hal ini guru harus menciptakan suasana yang baik dan diperlukan kemampuan
untuk bertanya, membuat siswa aktif menjawab pertanyaan siswa serta mengorganisasi kelas.
Kekurangan:
Sulitnya mengorganisasi kelas, sebab dalam hal ini guru dituntut aktif secara dapat membuat siswa ikut aktif.
D. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda karya. 2008.
Dakir, H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE. 1988.
Soetopo, Henyat, Soemanto, Wasty, Pembinaan Pengembanga Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan (Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada
Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia). Cet II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun. 1999. Kurikulum & Pengajara. Cet III. Bandung: Bumi Aksara.
_____________. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Cet V. Bandung: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2002. Pembinaan & Pengembangan Kurikulum Disekolah. Cet IV. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sanjaya, wina. 2009. Kurikulum dan pembelajaran :teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Jakarta : kencana
http://kesadaransejarah.blogspot.com/2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.html
http://education-indonesia.blogspot.com/2007/05/kurikulum-beridentitas-kerakyatan.html
http://re-searchengines.com/0607agung.html
http://gperangin.blogspot.com/orientasi pengembangan kurikulum.html
http://www.khalian21.blogspot.com2008/03/orientaskurikulumdarimasaprakemerdekaan.html
Iklan