Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Sebagaimana sudah menjadi rahasia umum bahwa system pendidikan nasiomal kita telah berkali – kali
mengadakan perubahan. Perubahan yang paling esensial dalam pendidikan nasional ini adalah perubahan
kurikulum. Kurikulum pendidikan nasional telah berkali – kali mengalami perubahan, sudah Sembilan kali
terjadi perubahan kurukulum dari Indonesia merdeka sampai sekarang. tiga kali perubahan yang terakhir
adalah mulai dari kurikulum 19994, kurikulum 2004 yang terkenal dengan Kurikulum Berbasis kompetensi
(KBK) dan kurikulum 2006 dikenal dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).
Perubahan – perubahan kurikulum yang terjadi dalam system pendidikan nasionmal tidak jarang membawa
implikasi – implikasi yang beragam, baik negative maupun positif. Pada kenyataannya, implikasi perubahan
kurikulum itu membawa sekian banyak problem yang tidak mudah untuk dipecahkan. Problem prolem ini
tidak hanya dialami oleh para penyelengara di pusat, akan tetapi juga di tingkat daerah. Masyarakatpun pada
umumnya menanggapi dengan nada sinis dan negative. Sehingga terkesan pendidikan kita adalah pendidikan
produk penguasa, ketika ada pergantian menteri berganti pula kurikulum, kebijakan kurikulum yang
dilaksanakan belum tuntas sudah berganti lagi dengan kurikulum yang baru.
Perubahan Kurikulum sembilan kali tersebut menurut banyak pengamat sampai detik ini belum mampu
untuk menjadi formulasi yang tepat untuk dijadikan pengatur pendidikan di Indonesia. Untuk itu marilah kita
kaji bersama-sama mengenai perjalanan orientasi kurikulum yang telah berjalan dan berlaku di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah mengenai Perjalanan Orientasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimanakah Praktik Orientasi Pengembangan Kurikulum di Indonesia?
C. PEMBAHASAN

A. Sejarah Perjalanan Orientasi Kurikulum di Indonesia


Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dua tahun sebelum pendidikan di Indonesia di katakan
berjalan walaupun masih apa adanya. Pendidikan tidak akan lepas dari prosesi pembelajaran yang harus
dilalui dalam setiap jenjang pendidikan, atau yang biasa disebut dengan kurikulum pendidikan. Begitu pula
pada awal berdirinya pendidikan di Indonesia, kurikulumnya pun masih bias dikatakan belum rapi. Dari
waktu kewaktu kurikulum pendidikan di Indonesia selalu berusaha untuk disempurnakan,
Perubahan kurikulum dimaksudkan mengarah pada penyempurnan. Orientasi setiap kurikulum yang berlaku
dalam pendidikan di Indonesia berbeda-beda, yang kesemuanya itu tak lepas dari konsep perancang awal
kurikulum tersebut. Maka dari itu perlu kiranya pemaparan tentang orientasi setiap kurikulum yang berlaku
di Indonesia secara parsial.
Adapun Perjalanan Kurikulum Di Indonesia, antara lain :
1. Rencana Pembelajaran Tahun 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda,
artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi
pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Rencana Pembelajaran Terurai Tahun 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus
mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur
Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD
Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
3. Rencana Pendidikan Tahun 1964
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum
pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang,. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism. Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan, diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah
kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum ini bernuansa politik, mengganti produk orde lama menjadi produk orde baru. Tujuan
kurikulum ini adalah pada pembentukan manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 ini menekankan
pendekatan organisaasi materi pelajaran, kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan
pengetahuan khusus. Jumlah materi yang diajukan adalah 9 buah.
Kurikulum ini disebut kurikulum bulat. Kurikulum yang hanya memuat mata pelajaran pokok saja. Muatan
pelajarannya-pun bersifat teoritis, tidak mengaitkan materi pelajaran dengan permasalahan factual
dilapangan. Titik tekan terberat hanya pada materi apa yang tepat yang harus diberikan kepada siswa
disetiap jenjang yang harus dilalui.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968, menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efektif
dan efisien. Yang melatar belakangi berdirinya kurikulum ini adalah pengaruh konsep managemen, yaitu
managemen obyektifitas. Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam prosedur Pengembangan
Prosedur Sistem Intruksional (PPSI).
Pada kurikulum ini dikenal dengan istilah satuan pengajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi, yaitu : petunjuk umum, Tujuan Intruksional Khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi.
Kurikulum ini banyak menuai kritikan, dikarenakan guru terlalu disibukkan menulis rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya sebagai berikut:
a. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang berlum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah.
b. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampan anak didik.
c. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaanya di sekolah.
d. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan di setiap jenjang.
e. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan
kerja.
Atas dasar perkembangan itu, maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan
ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi. Oleh
karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap
kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah
tujuan apa yang harus dicapai siswa dan melakukan pendekatan ketrampilan proses.
Kurikulum 1984 mengusung proses pendekatan ktrampilan (skill approach). Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan suatu kegiatan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL).
Konsep CBSA sangat baik secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Tapi dalam praktiknya, banyak lem baga
pendidikan yang belum mampu menafsirkan CBSA secara tepat sesuai lingkungannya. Sehingga yang muncul
saat pembelajaran adalah suasana gaduh di ruang kelas saat siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Sehingga keberadaan CBSA mulai
digugat oleh praktisi pendidikan.
Jadi orientasi CBSA adalah agar siswa mampu dan terampil dalam memahami dan mempraktekkan suatu
teori; juga memiliki ketrampilan proses atau metodologi dalam menemukan masalah. Dengan demikian
pengajaran tidak hanya pada tujuan penguasaan materi (Subject Matter Orinted) melainkan juga memiliki
penguasaan terhadap metodologi. Pada akhirnya, seorang anak didik diharapkan tidak hanya memperoleh
ikan melainkan juga menguasai cara bagaimana mendapatkan ikan yang banyak. Sehingga apabila suatu
ketika ikannya habis, ia akan bisa mencarinya sendiri.
Melalui pengajaran CBSA seorang siswa diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, kreatif,
inovatif, serta kritis. Cara pembelajaran seperti ini ditawarkan untuk menggantikan metode pengajaran
sebelumnya yang dianggap cenderung berpusat pada guru (Teacher sentris) dan kurang berpusat pada murid
(Student sentris) atau lebih dikenal dengan istilah DDCH, yaitu: datang, duduk, catat dan hafalkan. Metode
seperti ini kurang mampu menggali potensi anak didik dalam mengembangkan kreatifitasnya.

7. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999


Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran
yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini
terjadi karena berkesesuaian suasana pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun
lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic
Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa
materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti
pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Kurikulum 1994
dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk
dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi).
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di
seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat
mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa
aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban) dan penyelidikan.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari
kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi
setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir
siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Kurikulum 1994 ini bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumya. kurikulum ini
memiliki jiwa yang ingin mengombinasikan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, antara pendekatan
tujuan dan proses pembelajaran. namun, perpaduan tujuan dan proses pembelajaran tersebut belum menuai
hasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. dari muatan nasional hingga lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dsesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyaarakat juga mendesak agar isu-isu tertenatu masuk dalam kurikulum. Dengan adanya desakan tersebut
akhgirnya kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Kejatuhan rezim Soeharto pada tahun 1998, diikuti dengan kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 membuat
perubahan pada kurikulum ini. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang
dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang
kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam
pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22
dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.

Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:


a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
[[
Untuk itu, agar KBK mampu konsisten dan valid dalam operasionalnya, terdapat beberapa asumsi-asumsi
yang mampu tercapainya hal tersebut:
a. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru professional dan tidak mampu melaksanakan pembelajaran
secara optimal.
b. Banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar
diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
c. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi,
tetapi dalam hal lain, mungkin biasa saja, bahkan rendah.
d. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan yang membantu peserta didik mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki secara optimal.
e. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun
secara sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik.

9. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang standar nasional pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu:
a. Standar isi
b. Standar proses
c. Standar kompetensi lulusan
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
e. Standar sarana dan prasarana
f. Standar pengelolaan, standar pembiayaan
g. Standar penilaian pendidikan.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah
menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat
satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada
mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah
pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada
tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Menurut Majid (2004), bahwa orientasi kurikulum tersebut tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, di
antaranya yaitu:
a. Aspek tujuan; lebih menitikberatkan pada pencapaian target kompetensi, berupa pengetahuan dengan
memperhatikan keragaman potensi ruhani agar dapat memaksimalkan kompetensi religiusnya.
b. Aspek isi; menekankan pada hal-hal yang bersifat tematik dan menggali sumber-sumber belajar yang
bersifat kenyataan di lingkungan siswa. Materi disusun secara sistematis, mudah dipahami, dan terhindar
dari pengulangan materi atau tumpang tindih.
c. Aspek metode; mentransmisikan nilai-nilai ke dalam bentuk kompetensi secara utuh. Kurikulum bertujuan
membekali peserta didik memiliki kesadaran baik secara normatif maupun historis empiris.
d. Aspek guru; tenaga pendidik lebih berperan sebagai fasilitator (guru tidak dominan) dan memanfaatkan
banyak sumber belajar serta mengadakan kerjasama yang terpadu dengan lingkungan sekitarnya.
e. Aspek siswa; peserta didik lebih ditempatkan sebagai subjek, berperan aktif menggali potensi ruhaninya
sendiri untuk lebih menyadari fungsi dan kedudukannya.
f. Aspek penilaian; kegiatan pembelajaran dinilai secara komprehensif, tidak hanya pada satu aspek saja dari
suatu materi tetapi juga dengan materi-materi yang berhubungan dengan kegiatan religiusnya. Hasil
penilaian berorientasi untuk melihat perkembangan potensi siswa untuk mengembangkan kecakapan
hidupnya sebagai seorang muslim yang ideal.
Kurikulum 2006 merupakan kurikulum yang memiliki muatan untuk menciptakan suatu lingkungan
pendidikan yang relevan dengan kondisi suatu masyarakat tertentu. Selain itu, juga menjunjung tinggi nilai-
nilai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini lahir sebagai jawaban terhadap berbagai
kritikan masyarakat terhadap kurikulum sebelumnya, yang kurang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa
dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. Selanjutnya, KTSP pun
diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan
dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan.
KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-
prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan misalnya,
melalui CTL, inkuiri, pembelajaran porto folio dan lain sebagainya. Demikian secra tegas dalam struktur
kurikulum terdapat komponen pengembangan diri.

B. ORIENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


Dalam usaha mengefektifkan implementasi kurikulum pendidikan harus memperhatikan prinsip dasar salah
satunya yaitu, prinsip orientasi pada tujuan. Artinya agar seluruh kurikulum terarah, perlu diarahkan pada
tujuan pendidikan yang tersusun sebelumnya. Selain itu, perlu adanya persiapan khusus bagi penyelenggara
pendidikan untuk menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik seiring dengan tugas
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah (Muhaimin, 1993: 193-194).
Perubahan kurikulum dari masa ke masa ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(a) lebih menitik beratkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) daripada penguasaan.
(b) lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
(c) memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. (Prinsip Dan Orientasi
Kurikulum PAI Oleh Mujtahid)
Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu
orientasi pada pelestarian nilai-nilai, prientasi pada kebutuhan sosial (social demand), orientasi pada tenaga
kerja, orientasi pada peserta didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam)
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan
kebudayaan, sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun
perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal ini karena kehidupan adalah berkembang, tanpa
perkembangan berarti tidak ada kehidupan. Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi
positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu
menjawab dan mengejawantahkan masalahmasalah yang dihadapi mayarakat.
Orientasi kurikulum model ini pernah dikembangkan oleh Olson, yang dikutip oleh Suntari Imam Barnadib,
dengan menawarkan sekolah masyarakat (community centered school) yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1) memusatkan tujuan pendidikan pada perhatian dan kebutuhan masyarakat;
2) menggunakan buku-buku dan sumber-sumber dari masyarakat sebanyak-banyaknya;
3) mempraktikkan dan menghargai paham demokrasi;
4) menyusun kurkiulum berdasarkan kehidupan manusia;
5) memupuk jiwa pemimpin dalam lapangan kehidupan masyarakat; dan
6) mendorong peserta didik untuk aktif bekerja sama dan saling mengerti antar sesama.

Orientasi Pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu :


1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya , hendak dibawa ke mana siswa yang
kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak. Apakah anan dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
3. Pandangan tentang proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai proses
transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah prilaku.
4. Pandangan tentang lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas
yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peran guru . Apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau
guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
6. Evaluasi belajar. Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.
Orientasi pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki
penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para pengembang kurikulum
maupun para pelaksana di sekolah.

Ada 3 orientasi:
1. Orientasi Pada Bahan Pelajaran
Orientasi pada bahan pelajaran yakni masalah bahan pelajaran sangat di tekankan dan dijadikan pangkal
kerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan ini mengajarkan materi pelajaran dahulu dan setelah
itu menjabarkannya ke dalam pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan yang nantinya akan diajarkan kepada
siswa.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan bahan-bahan pelajaran didasarkan pada:
a. Penting atau tidaknya bahan pelajaran tersebut untuk diajarkan di sekolah tertentu.
b. Manfaat dari bahan tersebut.
c. Kerelevansianya dengan kebutuhan anak setelah nantinya terjun ke masyarakat.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran yang dipentingkan adalah apa materi atau
bahan yang disajikan, bukan pada apa tujuannya, sebab tujuan dapat ditentukan setelah jelas bahan
pelajaranya.
Dalam referensi lain pun diterangkan bahwasanya perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasar
materi atau bahan ajar inilah yang mula-mula dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh
pemilihan materi. Pembahasan mengenai pembaharuan kurikulum terutama hanya membahas bagaimana
sumber bahan dapat berkembang.

Kelebihannya:
Adanya kebebasan dan keluwesan dalam memilih dan menentukan bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkan sebab tidak ada tujuan-tujuan yang membuatnya terikat.

Kelemahannya:
Bahan pelajaran yang disusun kurang jelas arah dan tujuannya. Kurang adanya pegangan yang pasti untuk
menentukan cara atau metode yang cocok untuk dipakai menyajikan materi tersebut. Kurang jelas segi apa
yang harus dinilai pada murid setelah berakhirnya kegiatan dan bagaimana cara menilainya.

2. Orientasi Pada Tujuan


Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempati rumusan atau penetapan tujuan yang hendak
dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Seperti tertera pada Hirarki Tujuan Pendidikan Indonesia terdiri atas :
a. Tujuan Nasional-Tujuan Pendidikan Nasional.
b. Tujuan Institusional-Tujuan Kurikuler.
c. Tujuan Instruksional, yang terbagi lagi menjadi Tujuan Instruksional umum, dan Tujuan Instruksional
Khusus.

Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di atasnya.
Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan
terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada,
selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang menganut
pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan pertama
adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar
mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup
aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan
semacam ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang diinginkan
dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia
adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah
bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Kelebihannya:
a. Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis kegiatan juga jelas
dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang jelas maka memudahkan penilaian- penilaian
untuk mengukur hasil kegiatan.
b. Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan perbaikan-
perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.

Kekurangannya:
a. Sulit
b. Merumuskan, apalagi jika merumuskan secara operasional setiap kali melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
3. Orientasi Pada Keterampilan Proses
Dalam pendekatan ini yang lebih di tekankan adalah masalah kegiatan proses belajar mengajar apa yang
harus dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukan proses harus di pikirkan dan dikembangkan.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. Titik
berat yakni memikirkan, merencanakan, dan melaksanakan bagaimana, cara dan langkah-langkah agar siswa
menguasai keterampilan serta memahami ilmu pengetahuan. Pengembangan kurikulum di Indonesia yang
menganut orientasi tersebut adalah kurikulum 1984. Pendekatan ini menurut keaktifan keduanya, baik guru
maupun siswa. guru secara aktif merencanakan, memilih, menentukan, membimbing, menyerahi kegiatan,
sedang siswa harus terlibat baik secara fisik, mental, maupun emosional, serta mereka harus menemukan
sendiri, mengelola, mempergunakan serta mengkomunikasikan segala hal yang di temukan dalam proses
belajar.
Kelebihan:
a. Pendekatan lebih mengutamakan siswa dapat menguasai keterampilan “ bagaimana cara belajar” ( how
learn to learn) daripada hasilnya.
b. Dapat mempergunakan dan mengembangkan sendiri keterampilan yang telah didapat. Jadi dengan
pendekatan ini diharapkan siswa akan berlatih mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri masalah-
masalah pengetahuan, dalam hal ini guru harus menciptakan suasana yang baik dan diperlukan kemampuan
untuk bertanya, membuat siswa aktif menjawab pertanyaan siswa serta mengorganisasi kelas.

Kekurangan:
Sulitnya mengorganisasi kelas, sebab dalam hal ini guru dituntut aktif secara dapat membuat siswa ikut aktif.

D. PENUTUP

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan :


1. Bahwa sejarah perjalanan kurikulum di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Rencana Pembelajaran Tahun 1947
b. Rencana Pembelajaran Terurai Tahun 1952
c. Rencana Pendidikan Tahun 1964
d. Kurikulum 1968
e. Kurikulum 1975
f. Kurikulum 1984
g. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
h. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
i. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

2. Bahwa Orientasi Kurikulum Pendidikan yang pernah dipakai di Indonesia adalah :

a. Orientasi Pada Bahan Pelajaran


Orientasi pada bahan pelajaran yakni masalah bahan pelajaran sangat di tekankan dan dijadikan pangkal
kerja. Serta dapat dikatakan bahwa pendekatan ini mengajarkan materi pelajaran dahulu dan setelah itu
menjabarkannya ke dalam pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan yang nantinya akan diajarkan kepada
siswa.

b. Orientasi Pada Tujuan


Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan
terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada,
selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang menganut
pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional.

c. Orientasi Pada Keterampilan Proses


Dalam pendekatan ini yang lebih di tekankan adalah masalah kegiatan proses belajar mengajar apa yang
harus dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukan proses harus di pikirkan dan dikembangkan.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. Titik
berat yakni memikirkan, merencanakan, dan melaksanakan bagaimana, cara dan langkah-langkah agar siswa
menguasai keterampilan serta memahami ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda karya. 2008.
Dakir, H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE. 1988.
Soetopo, Henyat, Soemanto, Wasty, Pembinaan Pengembanga Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan (Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada
Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia). Cet II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun. 1999. Kurikulum & Pengajara. Cet III. Bandung: Bumi Aksara.
_____________. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Cet V. Bandung: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2002. Pembinaan & Pengembangan Kurikulum Disekolah. Cet IV. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sanjaya, wina. 2009. Kurikulum dan pembelajaran :teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Jakarta : kencana

http://kesadaransejarah.blogspot.com/2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.html
http://education-indonesia.blogspot.com/2007/05/kurikulum-beridentitas-kerakyatan.html
http://re-searchengines.com/0607agung.html
http://gperangin.blogspot.com/orientasi pengembangan kurikulum.html
http://www.khalian21.blogspot.com2008/03/orientaskurikulumdarimasaprakemerdekaan.html
Iklan

Anda mungkin juga menyukai