Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum


Dosen pengampu :
Astri Rosyidah S.Pd. M.Pd

Disusun oleh:
Nama NPM
Abdul Mutholib 1884202001
Ica Monica 1884202002

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Sejarah Kurikulum di Indonesia
1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kehasan, kondisi, potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Alhamuddin Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2,
Oktober 2014 50 bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini
lebih popular dibanding istilah “curriculum”3 (bahasa Inggris). Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan
saat itu dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan
pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum
diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata
pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi
ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran.
Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus
mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata
pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana4 , yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/ artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana
berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan
dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9
pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat
mata pelajaran pokok saja," . Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 19755 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien. latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan
instruksional umum(TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

6. Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di
sekolahsekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi,
di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara
tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan
oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan
lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,
misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi pelajaran
saja.

8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”


Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)6. Suatu program pendidikan berbasis
kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang
sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK
ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan
dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran
tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa
yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level
ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil
belajar yang diharapkan?”

9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”


Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar
isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah
kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa
dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal
ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan
penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari
semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung
jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah
setempat.

10. Kurikulum 2013


Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan
acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan
jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh
peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk
membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi
minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai
dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus
diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan
belajar masing-masing.7 Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut,
dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang
pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
KURIKULUM 2013 MATEMATIKA SMP KELAS VII
PENDAHULUAN

1. Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagaipedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,
ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi
kedua dimensi tersebut.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan
tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan
yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar saranadan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-
14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini
akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar
sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang
terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris
dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC),
dan ASEAN Free Trade Area(AFTA).Tantangan eksternal juga terkait dengan
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu,
investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam
studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam
beberapa kali laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang
ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap
materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran


interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media
lainnya);
a. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet)
b. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari(pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains)
c. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
d. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia
e. pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki
setiap peserta didik
f. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
g. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar
matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.
Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai
berikut

1)tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;

2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan


kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran

5. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi peserta didik

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal)

4. Tujuan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
KERANGKA DASAR KURIKULUM

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang
akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan pesertadidik dengan masyarakat dan lingkungan alam
di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi
pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013
dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama
suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta
didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi
kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang
peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang
harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional
dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan
bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran
disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama
dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan
berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013
bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam
berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat,
dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas,
berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang
peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

B. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-


based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-
based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional
sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum)
dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas,
dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

KURIKULUM 2013 MATEMATIKA SMP KELAS VII

Pembelajaran matematika diarahkan agar peserta didik mampu berpikir rasional dan kreatif,
mampu berkomunikasi dan bekerjasama, jujur, konsisten, dan tangguh menghadapi masalah
serta mampu mengubah masalah menjadi peluang. Pembelajaran matematika dapat
mempertimbangkan koneksi matematika dengan masalah nyata, bidang ilmu lain, dan antar
materi matematika. Dalam kajian konmsep matematika sangat tergantung semesta
pembicaraan yang disepakati dan pertimbangan jangkauan kognitif peserta didik disetiap
jenjang pendidikan. Pola pikir deduktif dengan pendekatan pembelajaran induktif,
matematika yang bersifat abstrak dengan pendekatan konkrit, sifat hirarkis dan konsistensi,
serta penggunaan variabel atau simbol yang kosong dari arti, merupakan karakteristik
matematika yang harus menjadi bahan pertimbangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas.
Berikut ini contoh RPP :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(SATU PERTEMUAN)
Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/Satu

Jumlah Pertemuan seluruhnya : 7 pertemuan

Alokasi Waktu seluruhnya : 17 jam @ 40 menit

Pertemuan ke : 1 dari 7 pertemuan


Alokasi Waktu Pertemuan ke-1 : 2 jam @ 40 menit

A. Kompetensi Dasar:
1. Menunjukkan perilaku ingin tahu dalam melakukan aktivitas di rumah, sekolah, dan
masyarakat sebagai wujud implementasi penyelidikan tentang persamaan dan
pertidaksamaan linear.
2. Menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
3. Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. menunjukkan rasa ingin tahu dalam melakukan penyelidikan tentang persamaan dan
pertidaksamaan linear
2. bertanggungjawab dalam kelompok belajarnya
3. mengidentifikasi unsur-unsur bentuk aljabar
4. menyusun bentuk aljabar
5. melakukan operasi bentuk aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
perpangkatan)
6. menentukan nilai variabel dari suatu persamaan linear satu variabel;
7. membuat model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear
satu variabel
8. menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan
linier satu variabel
9. menentukan nilai variabel dari suatu pertidaksamaan linear satu variabel
10. membuat model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan pertidaksamaan
linier satu variabel
11. menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan
dan pertidaksamaan linier satu variabel
C. Tujuan Pembelajaran

Melalui pengamatan, tanya jawab, penugasan individu dan kelompok, diskusi


kelompok, siswa dapat: mengembangkan rasa ingin tahu dan tanggungjawab kelompok
dalam:

Pertemuan-1(2 × 40 menit)
1. menunjukkan ingin tahu selama mengikuti proses pembelajaran
2. bertanggungjawab terhadap kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
3. mengidentifikasi unsur-unsur bentuk aljabar yang melibatkan peristiwa sehari-hari;
4. mengidentifikasi unsur-unsur bentuk aljabar yang melibatkan konsep matematika;
5. menyusun bentuk aljabar yang melibatkan peristiwa sehari-hari;
6. menyusun bentuk aljabar yang melibatkan konsep matematika.
Pertemuan-2 (3× 40 menit)
1. menunjukkan ingin tahu selama proses pembelajaran
2. bertanggung jawab terhadap kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
3. mengidentifikasi suku-suku sejenis dan tidak sejenis;
4. melakukan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar;
5. melakukan perkalian dan pembagian bentuk aljabar;
6. melakukan perpangkatan bentuk aljabar.
Pertemuan-3(2 × 40 menit)
1. menunjukkan ingin tahu selama proses pembelajaran
2. bertanggungjawab dalam kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
3. menyusun persamaan linear satu variabel yang melibatkan konsep matematika;
4. menyelesaikan suatu persamaan linear satu variabel.
Pertemuan-4(3 × 40 menit)
1. menunjukkan ingin tahu selama proses pembelajaran
2. bertanggung jawab terhadap kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
3. membuat model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear satu
variabel;
4. merumuskan masalah nyata berdasarkan model matematika yang berkaitan dengan
persamaan linear satu variabel;
5. menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear satu
variabel.
Pertemuan-5 (2 × 40 menit)
1. menunjukkan ingin tahu selama proses pembelajaran
2. bertanggungjawab terhadap kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
3. menyusun pertidaksamaan linear satu variabel yang melibatkan konsep matematika;
4. menyelesaikan suatu pertidaksamaan linear satu variabel.
Pertemuan-6(3 × 40 menit)
1. menunjukkan ingin tahu selama proses pembelajaran
2. bertanggung jawab terhadap kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
3. membuat model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear
satu variabel;
4. merumuskan masalah nyata berdasarkan model matematika yang berkaitan dengan
pertidaksamaan linear satu variabel;
5. menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear
satu variabel.

Pertemuan-7(2 × 40 menit)
Ulangan harian dan pembahasan.

1. Materi Ajar Pertemuan Ke-1:

Siswa SMP/MTs mempelajari Aljabar untuk pertama kali adalah pada Kompetensi Dasar
(KD) ini. KD ini dipelajari dalam beberapa kali pertemuan. Ada beberapa tahapan
kemampuan berurutan yang harus dilalui siswa dalam mempelajari KD ini, yaitu:

1. mengidentifikasi unsur-unsur bentuk aljabar (variabel, konstanta, suku, suku-suku sejenis dan
tidak sejenis, koefisien) dan menyusun bentuk aljabar;
2. melakukan operasi bentuk Aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
perpangkatan);
3. menyelesaikan persamaan linear satu variabel;
4. menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel.
Kemampuan-kemampuan tersebut berhubungan hirarkis, sehingga tahapan nomor-1 harus
ditempuh sebelum mempelajari tahapan nomor 2, tahapan nomor 2 harus ditempuh sebelum
mempelajari tahapan nomor 3, dan seterusnya.

RPP ini adalah rancangan pembelajaran yang terkait tahapan nomor 1.

Materi ajar yang dipelajari siswa selama pertemuan pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan RPP ini adalah: Pengertian Aljabar, Simbol Aljabar, Variabel Aljabar,
Konstanta Aljabar, Bentuk Aljabar, Suku Aljabar, Koefisien Aljabar.

1. Aljabar: Aljabar adalah cabang dari matematika yang mempelajari penyederhanaan dan
pemecahan masalah dengan menggunakan “simbol”

2. Simbol atau Lambang Aljabar:


Simbol adalah huruf atau tanda yang digunakan untuk menyatakan unsur, senyawa, sifat,
atau satuan matematika (KBBI). Simbol bilangan disebut angka. Angka 5 merupakan
simbol untuk menyatakan hasil dari mencacah benda sebanyak 5 buah atau hasil
menghitung frekuensi kemunculan suatu peristiwa sebanyak 5 kali.
Simbol Aljabar adalah simbol yang mewakili (menunjuk) sebarang bilangan. Simbol
Aljabar dapat terdiri dari huruf, tanda tertentu, atau bilangan. Pada sebarang simbol
Aljabar dapat diberikan nilai (bilangan) tertentu sesuai persyaratan yang dikehendaki.
Contoh-1:
”Banyaknya pohon jati milik Pak Amir 10 batang kurangnya dari pohon milik Pak Budi.
Berapakah kemungkinan pohon Pak Amir dan Pak Budi?”. Pembahasan:
1. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dimisalkan banyak pohon Pak Amir diwakilkan
kepada simbol Aljabar p, sehingga p ini adalah banyak pohon milik Pak Amir. Dengan
demikian berarti banyak pohon Pak Budi p + 10 batang.
2. Karena tidak ada petunjuk berapa banyak pohon Pak Amir atau Pak Budi, maka p dapat
diganti dengan sebarang bilangan yang menunjukkan banyak pohon. Boleh
jadi p mewakili bilangan 10, sehingga banyak pohon Pak Amir ada 10 batang dan pohon
Pak Budi ada 10+10 atau 20 batang. Boleh jadip mewakili 15, sehingga banyak pohon
Pak Amir ada 15 batang dan pohon Pak Budi ada 15+10 atau 25 batang.
3. Masih banyak bilangan lain yang dapat diwakili oleh p, dengan syarat p dan p+10
mewakili bilangan banyak pohon yang mungkin dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini
tidak mungkin seseorang sampai memiliki satu triliun pohon.
4. Kesimpulan: p dapat mewakili bilangan tertentu dengan persyaratan bahwa p dan p+10
adalah banyak pohon yang memungkinkan untuk dimiliki oleh Pak Amir dan Pak Budi.
Semesta pembicaraan adalah banyak pohon yang memungkinkan dimiliki oleh Pak Amir
dan Pak Budi.
Contoh-2:
”Tahun ini umur Dika dua kali umur Syauki, sedangkan umur Santi 1 tahun lebih tua
dari Dika. Berapakah kemungkinan umur Dika, Syauki, dan Santi tahun ini?”.
Pembahasan:
1. Umur seseorang dalam tahun menunjukkan hasil mencacah satu kali dalam setahun
secara berurutan sejak lahir sampai tahun terakhir kehidupan orang tersebut. Dengan
demikian umur menunjukkan bilangan.
2. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka umur Syauki tahun ini dapat diwakilkan
kepada simbol Aljabar U, sehingga U ini mewakili bilangan umur Syauki. Ini berarti
tahun ini umur Syauki U tahun, umur Dika 2×U atau 2U tahun, sedangkan umur Santi
(2U+1) tahun.
3. Karena tidak ada petunjuk berapa umur Syauki, Dika dan Santi pada tahun ini
maka U dapat diganti dengan sebarang bilangan yang menunjukkan umur manusia.
Boleh jadi U mewakili bilangan 1, sehingga tahun ini umur Syauki 1 tahun, umur Dika
2×1 atau 2 tahun, dan umur Santi 2+1 atau 3 tahun. Boleh jadi U mewakili 5, sehingga
tahun ini umur Syauki 5 tahun, umur Dika 2×5 atau 10 tahun dan umur Santi 10+1atau
11 tahun. Masih banyak bilangan lain yang dapat diwakili oleh U, dengan
syarat U mewakili bilangan umur manusia dan mengakibatkan U, 2U dan 2U + 1 juga
mewakili bilangan umur manusia.
4. Kesimpulan: U dapat mewakili sebarang bilangan dengan persyaratan
bahwa U, 2U, 2U+1 adalah bilangan umur manusia yang memungkinkan saat ini
Semesta pembicaraan kejadian tesebut adalah bilangan umur manusia yang
memungkinkan saat ini.
Contoh-3:
Toko buah KURNIA milik Pak Arif mengemas apel dalam kotak-kotak. Setiap kotak
berisi beberapa biji apel yang sama banyak. Beberapa kotak apel dikemas dalam satu
dos besar. Berapa banyak butir apel yang mungkin dalam satu kotak ? Berapa banyak
butir apel yang mungkin dalam satu dos besar?Berapa banyak butir apel yang mungkin
dalam dua dos besar?Pembahasan:
1. Misalkan banyak apel dalam satu kotak ada a apel, maka dalam dua kotak ada a + a atau
2a apel, dalam 3 kotak ada a+a+a atau 3a Jika satu kotak berisi 10 apel, dua kotak berisi
20 apel, dan 3 kotak berisi 30 apel. Ini berarti a mewakili 10 apel.
2. Bila ada a2 apel, berarti ada a kotak apel yang masing-masing kotak
berisi a Alasan: a2 berarti a×a atau (a+a+a+a+…+a) sebanyak a. Jika tiap satu kotak
berisi 10 apel, berarti ada 10 kotak apel, sehingga banyaknya apel dalam a2apel ada
10×10 apel atau ada 100 apel.
3. Misalkan satu dos besar dapat memuat n kotak apel, berarti n mewakili banyak kotak
apel dalam dos besar. Jika ada 2 dos besar berarti dalam 2 dos besar tersebut ada
2×n kotak apel.
4. Karena dalam satu kotak apel ada a butir apel, dan dalam satu dos besar ada n kotak apel,
maka dalam satu dos besar ada n×a butir apel dan dalam 2 dos besar ada 2×n×a.
Kesepakatan:
3. Tanda operasi kali tidak ditulis. Contoh: 3×d atau 3.d dan ditulis 3d , A + A = 2. A = 2A
4. Simbol Aljabar yang berdekatan diartikan sebagai perkalian. Contoh: pq berarti p×q atau
berarti q
5. p2 berarti p×p atau berarti p, dan dapat ditulis pp, dengan p adalah simbol Aljabar.
6. p2p4 berarti p2×p4 atau berarti p2.p4, atau berarti (p).(p.p.p.p) atau berarti
(p×p)×(p×p×p×p), dan dapat ditulis (pp)(pppp)dengan p adalah simbol Aljabar.
7. Istilah-istilah yang tergolong simbol Aljabar antara lain adalah variabel (peubah),
konstanta, suku, koefisien, dan bentuk Aljabar. Dalam matematika, istilah-istilah tersebut
selanjutnya disebut variabel (peubah), kontanta, bentuk Aljabar, suku, koefisien.

3. Variabel (Peubah)
Variabel (peubah) adalah simbol Aljabar atau gabungan simbol Aljabar yang mewakili
sebarang bilangan dalam semestanya.

1. Simbol Aljabar p pada contoh-1, U pada contoh-2, dan a pada contoh-3 dalam uraian di
atas adalah contoh variabel karena p mewakili banyak pohon yang mungkin dimiliki Pak
Amir, U mewakili sebarang bilangan umur manusia dan a mewakili banyak butir apel
dalam satu kotak.
2. Variabel (peubah) umumnya disimbolkan dengan huruf kecil atau huruf besar
.
4. Konstanta Aljabar:
Konstanta adalah sebuah simbol atau gabungan simbol yang mewakili atau menunjuk
anggota tertentu pada suatu semesta pembicaraan.

1. Dalam contoh-1 uraian di atas, p adalah variabel dengan p mewakili bilangan yang
menunjukkan banyak pohon Pak Amir. p+10 adalah simbol aljabar untuk mewakili
bilangan yang menunjukkan banyak pohon milik Pak Budi. Dalam hal ini 10 disebut
konstanta karena 10 tersebut menunjuk banyak pohon tertentu, yaitu 10 pohon.
2. Dalam contoh-2 uraian di atas, U adalah variabel dengan U mewakili bilangan yang
menunjukkan umur Syauki. 2U adalah simbol aljabar untuk mewakili bilangan yang
menunjukkan umur Dika. 2U+1 adalah simbol aljabar untuk mewakili bilangan yang
menunjukkan umur Santi. Dalam hal ini 1 disebut konstanta karena 1 tersebut menunjuk
umur tertentu, yaitu 1 tahun.
3. Catatan: Bila dijumpai konstanta negatif, misalnya dalam bentuk x– 100, dengan konstanta
-100, maka konstanta negatif tersebut tidak perlu dikongkretkan. Dalam proses
pembelajaran, konstanta negatif tersebut sudah menjadi ranah pembahasan matematika
vertikal yaitu pembahasan tentang konsep matematika secara abstrak.

5. Suku Aljabar:
1. Suku dapat berupa sebuah konstanta atau sebuah variabel. Suku dapat pula berupa hasil
kali atau hasil pangkat atau hasil pernarikan akar konstanta atau variabel, tetapi bukan
penjumlahan dari konstanta atau variabel.
2. Suku-suku sejenis adalah suku-suku yang variabelnya menggunakan simbol yang
sama, baik dalam huruf maupun pangkatnya. Bila a dan b adalah variabel, maka a, 2a,
10a adalah suku-suku sejenis, a dan 2b suku-suku tidak sejenis.
3. Pada contoh-1 uraian di atas, p dan 10 masing-masing disebut suku. Pada contoh-2 di
atas U, 2U, 1 disebut suku, dengan U dan 2U disebut suku sejenis. Pada contoh-3 di
atas, a, 2a, 3a, an, 2an disebut suku. a, 2a, 3a adalah suku-suku
sejenis. an dan2an juga suku-suku sejenis.

6. Koefisien aljabar:
Koefisien adalah bagian konstanta dari suku-suku yang memuat atau menyatakan
banyaknya variabel yang bersangkutan. Pada contoh-1 uraian di atas, koefisien
dari p adalah 1 (satu). Pada contoh-2, koefisien dari U adalah 1, koefisien dari 2U adalah
2 dan koefisien3U adalah 3. Pada contoh-3, koefisien dari 3 adalah 3.
7. Bentuk Aljabar:

a. Bentuk aljabar adalah semua huruf dan angka atau gabungannya yang merupakan simbol
aljabar. Penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan atau penarikan
akar dari satu atau lebih simbol aljabar juga merupakan bentuk aljabar
b. Bentuk Aljabar dalam x berarti bentuk Aljabar dengan variabel x, sehingga simbol
lainnya (huruf atau angka) bukan merupakan variabel.Contoh:
 3x +5 adalah bentuk aljabar dalam x.
 5 − y adalah bentuk aljabar dalam y.
 ax +bx +c adalah bentuk Aljabar dalam x, dengan a, b, c bukan variabel, tetapi konstanta.
Dalam hal ini konstanta a dan b disebut koefisien, sedang c disebut konstanta.
2
 p adalah bentuk aljabar dalam p.
c. Pada contoh-1 uraian di atas, p dan p+10 masing-masing merupakan bentuk aljabar.
Pada contoh-2 di atas, U, 2U, dan 2U+1 masing-masing merupakan bentuk aljabar. Pada
contoh-3, a, 2a, 3a juga merupakan bentuk aljabar
d. Bentuk Aljabar terdiri satu suku disebut suku satu. Contoh: 3y, x2, – 4 Bentuk Aljabar
terdiri dua suku disebut suku dua (binom). Contoh: x2− 4, 5y+6.
1. Daftar Bacaan
Krismanto.Al. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar Di Kelas VII SMP. Modul
Matematika SMP Program BERMUTU. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Sri Wardhani.2004. Permasalahan Kontekstual Mengenalkan Bentuk Aljabar di SMP. Paket
Pembinaan Penataran Bagi Alumni Diklat Guru Matematika SMP oleh PPPPG Matematika
Tahun 2004. Yogyakarta: PPPPG Matematika

2. Metode Pembelajaran Pertemuan Ke-1


Pengamatan, tanya-jawab, penugasan individu dan kelompok, dan diskusi kelompok.

1. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Ke-1

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

1. Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa;


2. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa serta berdoa;

3. Siswa mendengarkan dan menanggapi cerita guru tentang manfaat


belajar Aljabar dalam kehidupan sehari-hari;

4. Guru mengkomunikasikan tujuan belajar dan hasil belajar yang


diharapkan akan dicapai siswa;

5. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh (pengamatan


dan demonstrasi disertai tanya jawab, latihan individu dilanjutkan
kelompok, pembahasan latihan secara klasikal, latihan berpasangan,
pembahasan secara klasikal, pemajangan hasil latihan)

Penda- 6. Guru mengecek kemampuan prasyarat siswa dengan tanya jawab 15


huluan menit

1. Siswa mengamati, mencermati dan menjawab pertanyaan terkait contoh


peristiwa sehari-hari yang berhubungan dengan simbol Aljabar (ada 3
contoh);
2. Siswa menganalisis, menalar, mencoba dan menyimpulkan pengertian
dari simbol Aljabar variabel, konstanta, suku, koefisien, bentuk Aljabar
berdasarkan hasil pengamatan dan tanya-jawab pada sajian contoh peristiwa
sehari-hari yang berhubungan dengan simbol Aljabar;
60
Inti 3. Secara individu siswa menyelesaikan tugas Latihan-1 tentang menyusun menit
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

dan mengidentifikasi unsur-unsur bentuk Aljabar yang melibatkan peristiwa


sehari-hari dan konsep matematika;

4. Secara kelompok, siswa berdiskusi membahas hasil tugas Latihan-1.


Anggota kelompok saling memeriksa, mengoreksi dan memberikan
masukan;

5. Beberapa siswa wakil kelompok (minimal tiga orang) melaporkan hasil


penyelesaian Latihan-1. Siswa tersebut ditunjuk secara acak oleh guru;

6. Siswa dan guru membahas hasil penyelesaian Latihan-1. Guru


memberikan umpan balik;

7. Secara berpasangan siswa menyelesaikan Latihan-2 tentang menyusun


dan mengidentifikasi unsur-unsur bentuk Aljabar yang melibatkan peristiwa
sehari-hari dan konsep matematika;

8. Siswa dan guru membahas hasilan Latihan-2. Guru memberi umpan


balik. Hasil Latihan-2 dipajang di tempat pajangan hasil karya.

1. Siswa dan guru merangkum isi pembelajaran yaitu tentang pengertian


variabel, konstanta, suku, koefisien, dan bentuk Aljabar.
2. Siswa melakukan refleksi dengan dipandu oleh Guru;

3. Guru memberi pekerjaan rumah;

4. Guru menginformasikan garis besar isi kegiatan pada pertemuan


berikutnya, yaitu mengerjakan kuis tentang mengidentifikasi unsur-unsur
bentuk Aljabar dan dilanjutkan belajar melakukan operasi bentuk Aljabar.
Penutup 5 menit

1. Penilaian Pertemuan Ke-1


1. Prosedur Penilaian:

No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian

1 Rasa ingin tahu Pengamatan Kegiatan inti nomor 1, 2, 6, 8


No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian

Tanggungjawab dalam
2 kelompok Pengamatan Kegiatan inti nomor 3, 4, 5, 7

Kuis Awal pertemuan ke-2

Pengetahuan dan keterampilan Portofolio Hasil


3 matematika Latihan-2 Akhir pertemuan ke-1

Anda mungkin juga menyukai