Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRAKTEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum


Dosen Pengampu: Ustadz Nur Illahi, M.Pd.I

Disusun oleh:
Diah Kamila Farhani (2001033)
Khonsa Qonita (2001040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI ASY-SYUKRIYYAH TANGERANG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

 
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa guna untuk
menumbuh kembangkan potensi peserta didik. Demi tercapainya sebuah tujuan dala pendidikan
terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan dengan seksama. Diantaranya adalah guru
sebagai seorang pendidik yang akan menentukan bagaimana jalannya proses pendidikan, media
sebagai alat dan sarana pendidikan dan yang tak  pentingnya adalah kurikulum, kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
pelaksanaan pengajaran pada setiap jenjang pendidikan. Sebagaimana kita ketahui
pengembangan kurikulum terus dilakukan demi mendapatkan sebuah pola ideal yang cocok
diterapkan, dan disesuaikan dengan kebutuhan bangsa Indonesia.

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu
yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006, 2013 dan kemudian kembali ke kurikulum 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi,
dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan
yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang
sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Jelaskan bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia?
3. Jelaskan bagaimana praktek pengembangan kurikulum di indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami yang dimaksud dengan kurikulum.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana praktek pengembangan kurikulum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahsa Yunani curier yang berarti pelari
dan curere yang berarti tempat berpacu. Pada zaman dahulu bangsa Yunani meggunakan istilah
kurikulum sebagai penunjuk bagi tahapan-tahapan yang harus dilaului oleh seorang pelari dalam
perlombaan lari estafet dalam cabang atletik. Namun pada perkembangannya istilah kurikulum
semakin meluas dan dipakai juga dalam bidang pendidikan.
Secara terminologis, para ahli telah banyak yang mendefenisikan kurikulum.
Zakiah Darajat berpendapat, kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dalam
bidang pendidikandan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.
William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966) menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut. Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi
seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah 
tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh
kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metode pembelajaran, cara
mengevaluasi termasuk kurikulum.

B. Sejarah Kurikulum di Indonesia

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu
yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum diindonesia sudah banyak di revisi
demi meningkatkan mutu pendidikan dan juga relevan dengan tuntutan zaman.

C. Praktek Pengembangan Kurikulum di Indonesia

1. Rencana Pelajaran 1947


   

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam
bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris).
Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar
pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952


  

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana).
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

3. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964


Pada akhir kekuasaan Soekarno, kurikulum  pendidikan yang lalu diubah menjadi
rencana pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep
pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembalajaran ini mewajibkan
sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sediri pemecahan persoalan (problem
solving).
Rencana pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964 yang menitik  beratkan pada
pengembngan cipta, rasa, karsa,  karya, dan moral yang kemudian di kenal dengan  istilah
pancawardhana, Disebut pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu
perkembangan moral, kecerdasan, emosion/artistik,  keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis yang disesuaikan dengan perkembangan anak.
Selain itu, dikenal juga cara belajar dengan metode gotong royong terpimpin. Selain
pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida, artinya pada hari sabtu anak diberi
kebebasan berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan sesuai
dengan minat siswa . Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pancasilais yang
sosialis.
Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah peniliaan di rapor  bagi
kelas 1 dan 2 yang asalnya berupa skor 10-100 menjadi A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas 3
sampai 6 tetap menggunakan angka skor 10-100. Kurikulum  1964 bersifat separate subjek
curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi, (panca
wardhana). 

4. Kurikulum 1968
  

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dengan demikian kurikulu ini bersifat
otonom dan mendorong adanya kreatifitas dan inovasi serta terjadinya kompetisi.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975adalah penyempurnaan dari kurikulum 1968 yang  menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).  Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

6.  Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 merupakan penyempurna dari kurikulum 1975 yang  mengusung
process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok
secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak
deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi,
di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Penolakan CBSA bermunculan.

7.  Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses,” Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan
satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum
inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran
Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

8. Kurikulum 2004
  

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai


berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Kurikulum ini memiliki empat komponen
utama, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar dan
pengelolaan berbasis sekolah.[24] Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur
kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan
ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik
atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota
besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak
paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

9. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga
teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka
dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

10.  Kurikulum 2013


Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 – Pengembangan kurikulum didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini :

a. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

b. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu
satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan
kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi
Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
c. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran.
d. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis
kompetensi.
e. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
g. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni.
h. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
i. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
k. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan
yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut
harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar
yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

Demikianlah praktek pengembangan kurikulum di Indonesia yang pada hakikatnya selalu


berupaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan berusaha membuat kurikulu yang
relevan, efesien dan efektif. Pada hakikatnya perkembangan tersebut juga di dasari oleh realita
dalam kehidupan. Sehingga terkadang kurikulum yang telah di susun tidak lagi sesuai dengan
tuntutan zaman.
Namun sedikit ada permasalah dalam penentuan kurikulum akhir-akhir ini. Sebagai sebuah
wacana baru kurikulum 2013 terlalu banyak menuai kontrofersi. Sehingga semakin menjelaskan
dari kekurangan yang terkandung dalam K13 ini. Diantaranya adalah ketidaksiapan guru untuk
menjalankannya dan masih banyak guru yang salah kaprah, sehingga ada guru yang sama sekali
berlepas tangan dari proses pembelajaran. Menurut Anies baswedan sendiri hal tersebut
disebabkan oleh keputusan yang tergesa-gesa untuk menerapkan K13 diseluruh Indonesia.
Hal tersebut akhirnya memaksa pemerintah untuk mengembalikan pada kurikulum
2006/KTSP. Pada dasarnya K13 adalah sesuatu yang spektakuler, yang melatih peserta didik
tidak terfokus pada perolehan nilai, namun di satu sisi akan mengurangi semangat kompetisi
antar siswa. Maka dalam penerapannya K13 juga harusnya melihat pada komponen metode/
strategi, sehingga semuanya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam hal ini K13 hanya
memerlukan sedikit sentuhan akhir sehingga K13 ini akan menjadi kurikulum yang baik dan
dapat digunakan dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional dan institusional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia sering melakukan revisi terhadap kurikulum, hal ini merupakan wujud suatu
keiinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan Negara Indonesia. Praktek pengembangan
kurikulum di Indonesia terdapat pada tahun 1947,1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan 2013. Mengapa di Indonesia sering melakukan revisi terhadap kurikulum hal ini
karena kurikulum harus bersifat dinamis, yaitu relevan dengan perkembangan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai