Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan
curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia
olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
mendapatkan

medali/penghargaan.

Kemudian,

pengertian

tersebut

diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran


(subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir
program pelajaran untuk mempeoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003: tentang Sistem Pendidikan


Nasional). Dalam pengertian tersebut kurikulum merupakan seperangkat
rancangan, landasan, model, pedoman dan sistem pembelajaran yang
berorientasi pada tujuan sesuai jenjang pendidikan. Dapat dianalogikan
bahwa kurikulum merupakan suatu hal komlpeks yang bersifat urgen
serta menjadi sebuah tolok ukur kualitas pendidikan dan kualitas bangsa.
Seacara periodik kurikulum di Indonesia berkembang sesuai
dengan kearifan zaman. Adapun bentuk perkembangan kurikulum
dikarenakan sifat dasar kurikulum yang dinamis. Sejarah membuktikan
bahwa kurikulum merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks dan
sistematis, ditinjau dari perkembangannya dari masa ke masa. Dalam
kurikulum sekolah dasar (SD) sebelum orde baru, dengan kata lain pada
masa kolonial perkembangan kurikulum diatur dengan ototritas kaum
kolonial pada masa itu. Seiring berkembangnya zaman tepatnya setelah
kemerdekaan RI, indonesia mulai membentuk Rencana Pelajaran pada
tahun (1947) yaitu kurikulum pertama yang disusun lebih sistematis dan
relevan namun strukturnya sangat sederhana, kemudian dilanjutkan
dengan Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968 Kurikulum

1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK),


Kurikulum 2006 (KTSP) dan yang terakhir Kurikulum 2013.
1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum pada orde lama?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum pada orde baru?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum pada era reformasi?

1.3

Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum pada orde lama
2. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum pada orde baru
3. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum pada era reformasi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Perkembangan kurikulum pada orde lama


Kurikulum pendidikan nasional telah beberapa kali mengalami perubahan.
Perubahan kurikulum disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
para penguasa. Tentu saja ada beberapa hal yang memang tujuannya
diesuaikan dengan tuntutan kondisi zaman.
Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita
membicarakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi menjadi 2


kurikulum diantaranya :
1.
Kurikulum 1947 / Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran,
lebih popular daripada curriculum (bahasa Inggris).
Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas
pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu
dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang
sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.
Rencana Pendidikan 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda, karena suasana kehidupan saat
itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan sebagai development conformism lebih menekan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yangmerdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Rencana Pembelajaran 1947 baru dilaksanakan di sekolah
sekolah pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:

a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya


b. Garis-garis besar pengajaran
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti
kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku
(value , attitude), meliputi :
a. Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
b. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
c. Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
2.

Rencana Pelajaran Terurai 1952


Setelah Rencana Pembelajaran 1947, pada thun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi
nama Rentjana Pembelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap
rencana pembelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungakan dengan kehidupan sehari hari. Kurikulum ini
lebbih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajaran jelas sekali,
seorang guru mengajar satu mata pelajaran, kata Djauzak Ahmad,
Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991 1995.
Di penghujung era Presiden Soekarno,muncul Rencana Pendidikan
1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan
Pancawardhana, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Daya cipta
Rasa
Karsa
Karya
Moral

Mata pelajaran diklasifikasikan dalam 5 kelompok bidang studi :


a. Moral
b. Kecerdasan

c. Emosional/artistik
d. Keprigelan (keterampilan)
e. Jasmaniah
Pada perkembangannya, rencana pembelajaran lebih dirinci lagi
setiap pembelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana
Pelajaran Terurai 1952. Pada masa itu juga dibentuk Kelas
Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang
tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk
jenjang Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
3.

Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah
Berhitung
Ilmu Alam
Ilmu Hayat
Ilmu Bumi
Sejarah
Menggambar
Menulis
Seni Suara
Pekerjaan Tangan
Pekerjaan kepurtian
Gerak Badan
Kebersihan dan kesehatan
Didikan budi pekerti
Pendidikan agama

Kurikulum Rencana pendidikan 1964


Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang
lalu diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964.

Isu yang

berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep


pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep
pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar

mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem


solving).
Rencana pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang
menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral, kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana.
Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu
kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong
terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai
hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan
berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan
permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk
membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan
sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.
Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah
penilaian di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10
100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga
VI tetap menggunakan skor 10 100. Kurikulum 1964 bersifat
separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran
berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).
2.2

Perkembangan kurikulum pada orde baru


1.
Kuriklum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah
kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini
diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah:
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat

pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,


sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik,

2004),

yaitu

pengembangan

moral,

kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.


Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum
1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan
dari

Pancawardhana

menjadi

pembinaan

jiwa

pancasila,

pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968


merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan

1964

yang

dicitrakan

sebagai

produk

Orde

Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.


Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum
bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
2.

pendidikan.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh
konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by

objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini
dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

3.

Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984
di antaranya adalah sebagai berikut.:
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai
bidang studi dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum

dan

pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di
setiap jenjang..
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari
tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas
termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara
kebutuhan

atau

tuntutan

masyarakat

dan

ilmu

pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975


dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan
kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi
terhadap kurikulum 1975.
Kurikulum

ini

banyak

dipengaruhi

oleh

aliran

psikologi

Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang


dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti
lingkungannya. Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan
pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada
tujuan.
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang
disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga


melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor
Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas
periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta sekarang
Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA
yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang
mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di
ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
Setelah berjalan selama lebih kurang sepuluh tahun, implementasi
kurikulum tahun 1984 terasa terlalu membebani guru dan murid
mengingat jumlah materi yang terlalu banyak jika dibandingkan
4.

dengan waktu yang tersedia.


Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan
yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran
menekankan

pada

pemahaman

konsep

dan

keterampilan

menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994


bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses, kata
Mudjito menjelaskan.

10

Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum


berhasil karena beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari
muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.
2.3

Perkembangan kurikulum pada era reformasi


1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang
sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan

pencapaian

kompetensi;

dan

pengembangan

pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar
(learning outcomes) dan keberagaman.
2) Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
3) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
4) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
5) Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen
aspek, kelas dan semester.
6) Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran,
disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
7) Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun
pelajaran pada setiap level.
8) Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,

11

a. Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai


hasil belajar mereka pada level ini?
b. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja
yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
9) Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan
indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, Bagaimana kita
mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang
diharapkan?.
Pendidikan
berbasis

kompetensi

menitikberatkan

pada

pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugastugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu
pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai
pedoman pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus
menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten,
dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55).
Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan
kompetensi apa yang mesti di capai siswa. Kerancuan muncul pada
alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir
Sekolah dan Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan ganda.
Bila tujuannya pada pencapaian kompetensi yang diinginkan pada
siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau soal
uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan
kompetensi siswa. Walhasil, hasil KBK tidak memuaskan dan
guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum.

12

2. Kurikulum Tingkat atuan Pelajaran (KTSP) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, munculah KTSP.
Disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22,
23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun
2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan

di

masing-masing

satuan

pendidikan.

Jadi,

penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan


memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta
peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurangkurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi
satuan

pendidikan

SD/MI/SDLB,

SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan


pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat
satuan pendidikan yang bersangkutan.

13

Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur


pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama
dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah
dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam
bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran,
dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi
tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas
pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena
pihak sekolah dan para guru belum memahami seutuhnya
mengenai KTSP dan munculnya beragam kurikulum yang sulit
mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013
KTSP

dihentikan

pada

beberapa

sekolah

dan

digantikan

dengan kurikulum yang baru.


3. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan
pemutakhiran dari kurikulum sebelumnya. Sampai saat ini pun
saya belum menerima wujud aslinya seperti apa. Namun
berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran
2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum
2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu
yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.

14

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Perubahan kurikulum disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh para penguasa. Tentu saja ada beberapa hal yang memang
tujuannya diesuaikan dengan tuntutan kondisi zaman. Perjalanan
kurikulum pendidikan di Indonesia sejalan dengan sejarah perkembangan
bangsa Indonesia itu sendiri. Ketika Indonesia dalam cengkraman
kolonial, maka kurikulum pendidikan yang dikembangkan adalah demi
kepentingan penjajah itu sendiri, baik penjajahan Belanda maupun Jepang.
Masa kolonialisme yang panjang dan begitu mengakar dalam kebudayaan
Indonesia, disadari ataupun tidak, turut pula memberikan pengaruh
terhadap pola pendidikan Indonesia ketika merdeka meskipun dalam hal
ini nuansanya lebih keindonesiaan.
Pendidikan di Indonesia juga tidak jarang masuk dalam bidikan
politisi. Ketika orde lama berkuasa, pertentangan ideologi juga menyusupi
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Sekolah sempat dijadikan
wahana ideologisasi atau proses internalisasi sosial komunis. Begitu pula
ketika orde baru memimpin, maka pelanggengan kekuasaan juga
dikoarkan dalam dunia pendidikan dengan pendidikan Pancasilanya.
Meski demikian, sejarah kurikulum pendidikan nasional senantiasa
mencari formula sesuai dengan perkembangan zaman. Ketika posisi
sentralisasi pendidikan dianggap sudah usang dan kurang relevan dengan
otonomi daerah, maka pendidikan juga turut mengalami desentralisasi
dengan memberikan daerah otonomi sendiri. Bahkan terakhir, pemerintah
pusat memberikan kebijakan kepada masing-masing satuan pendidik untuk
menentukan silabus yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Pemerintah
pusat dalam hal ini hanya menentukan standar kompetensi dan kompetensi
dasarnya.

15

3.2

Saran
Sebagai saran dari penulis, semoga setelah membaca makalah ini kita
semua dapat memahami tentang Penguasaan tentang Kurikulum (1947
sekarang) dan dapat menguasai Kurikulum.

16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2003.Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Pengelolaan Kurikulum di
Tingkat Sekolah. Jakarta:Depdiknas.
Bagus,

Andi.

2008. Kurikulum

Pendidikan

di

Indonesia.

http://andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulummpendidikan-di indonesia.htm
l. (Diakses 24 September 2016).
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyadi, Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.Jakarta:Bina
Aksara.
Nasution. 1999. Asas Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suyanto,

2006. Persoalan

Implementasi

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi.http://www2.kompas.com/kompascetak/0310/06/Didaktika/604355.html. (diakses 24 September 2016).


Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development Theory and Practice. Newyork,Chicago,
San Francisco, Atlanta: Harcourt, Barace & World Inc.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/197607
312001121-ADE_SUTISNA/SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf
(diakses pada 24 September 2016)

https://dedihendriana.files.wordpress.com/2014/11/sejarahperkembangan_kurikulum_di-indonesia.pdf (diakses pada 24 september 2016)

17

Anda mungkin juga menyukai