Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dengan demikian bidang pendidikan menduduki posisi penting untuk
menuju perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Sehingga tujuan
pendidikan nasional di atas akan dapat tercapai apabila ada tanggung
jawab dari semua pihak. Baik murid, orang tua, guru, pemerintah, lembaga
pendidikan (sekolah), serta masyarakat. Sehingga pendidikan bukan hanya
tanggung jawab dari salah satu pihak saja melainkan semua pihak juga
harus terlibat. Namun masyarakat dan orang tua sering salah paham
tentang pendidikan itu sendiri. Dalam dunia pendidikan, pendidikan dasar
merupakan masa dimana siswa menghabiskan hampir seluruh hari-harinya
dalam belajar. Pendidikan dasar merupakan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan selama 6 tahun. Sebagaimana disebutkan
dalam peraturan pemerintahan Republik Indonesia N0 28 tahun 1990
tentang pendidikan Dasar bahwa, pendidikan dasar merupakan pendidikan
sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah
dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP). Di dalam buku Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994
dijelaskan bahwa pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat
manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menegah
pertama. Sudah sewajarnya pendidikan dasar ini mendapatkan perhatian
lebih baik dari guru, orang tua murid, masyarakat dan juga pemangku
kebijakan. Dalam hal membuat kurikulum tingkat dasar itu hendaknya
dibuat sesuai kebutuhan dari siswa tingkat dasar guna memudahkan siswa
tingkat dasar dalam menyerap pembelajaran yang diberikan oleh para
pendidik.

2.1

Rumusan masalah
1. Apakah pengertian komponen kurikulum?
2. Apa saja macam-macam komponen kurikulum?
3. Bagaimana hubungan antar komponen kurikulum?

2.2

Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian komponen kurikulum
2.
Untuk mengetahui macam-macam komponen kurikulum
3.
Untuk mengetahui hubungan antar komponen kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian komponen kurikulum


Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak
terpisahkan dari suatu system kurikulum karena komponen itu sendiri
mempunyai peranan dalam pemebentukan system kurikulum. Sebagai
sebuah system, kurikulum memepunyai komponen-komponen. Seperti
halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen
lengkap dan funsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum
tidak dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat komponen yang tidak
lengkap sekarang dipandang kurikulum tidak sempurna. Kurikulum
disuatu sekolah (the curiculum) mungkin mempunyai komponen
kurikulum yang berbeda dari kurikulum di sekolah yang lain karena
perbedaan

di

dalam

menafsirkan

komponen

kurikulum. Adanya

perbedaan-perbedaan yang seperti ini terjadi meskipun harus dapat


dipisahkan mana perbedaan prinsip dan perbedaan yang tidak prinsip.
Berangkat dari perbedaan dalam menetukan komponen kurikulum dapat
mengakibatkan komponen kurikulum menjadi meluas atau tetap pada
prinsip pokoknya. Selain itu, sering didapatkan komponen-komponen
kurikulum yang disebutkan di dalam pelaksaannya tidak sempurna
dilaksanakan, karena adanya situasi atau kondisi yang mempengaruhi
kurikulum. Pelaksanaan kurikulum biasanya selalu menuntut penyesuaian
2.2

antara komponen dengan implementasinya.


Macam macam komponen kurikulum
1. Tujuan kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah
pencapaian

tujuan

pendidikan

nasional,

sebagaimana

telah

ditetapakan dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang system


pendidikan nasional. Dalam skala yang lebih luas kurikulum
merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan adalah sesuatu yang
harus

dicapai

oleh

peserta

didik.

Kurikulum

menyediakan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses


3

pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan


pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang
berkualitas umumnya. Tujuan ini dikategorikan sebagai tujuan
umum kurikulum.
2. Materi/isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada
anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis jenis

bidang studi yang

diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut.


Komponen isi kurikulum berisi mata pelajaran pada proses belajar
mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
diasosiasikan dengan mata pelajaran. Kriteria yang perlu di
perhatikan dalam pemilihan isi kurikulum:
a. Signifikansi, materi itu harus sahih dan signifikan, artinya
b.
c.

harus menggambarkan pengetahuan mutakhir


Validitas, materi itu harus akurat dan otentik.
Relevansi sosial, materi itu harus relevan dengan kenyataan
sosial dan kultural agar peserta didik lebih mampu
memahami fenomena dunia, termasuk perubahan- perubahan
yang terjadi.
Utility (daya

d.

guna),

materi

itu

harus

mengandung

keseimbangan antara keluasan dan kedalaman Materi harus


e.

mencakup berbagai ragam tujuan.


Learnability, materi harus sesuai

f.

pengalaman peserta didik.


Minat, materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta

kemampuan

dan

didik.
Isi atau materi disesuaikan dengan dengan jalur dan jenjang
pendidikan yang ada. Adapun isi atau materi pada pendidikan
dasar antara lain.
Materi pelajaran juga disebut isi kurikulum (curriculum
content) oleh Saylor dan Alexander (1966: 160) dalam bukunya
Tedjo

those

facts,

observations,

data,

perceptions,

discernments, sensibilities, designs, and solutions drawn from

what the minds of men have comprehended from experience and


those construct of the mind that reorganize and rearrange these
producctsof experience into lore, ideas concepts, generalitations,
principles, plands, and solutions.
Sepintas definisi ini hanya mencakup aspek-aspek dalam
lingkup ranah kognitif saja. Namun jika ditelaah lebih mendalam
ternyata telah mencakup aspek aspek keterampilan atau proses
yang terbentuk dari pengalaman (Experience) dan nilai-nilai atau
afektif melalui prose pembedaan dan perasaan (scerment,
sensibilities). Dalam praktik sehari- hari ketiga ranah itu
terungkap dalam kesatuan perilaku yang tidak terpisah.
Pemilihan materi pembelajaran erat kaitannya dengan
artikulasi kurikulum dan pemilihan metode pembelajaran.
Sekurang-kurangnya

terdapat

lima

kaidah

yang

perlu

diperhatikan dalm memahami materi pelajaran serta artikulasi


vertical dan horizontal.
a.

Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar
(sekolah dasar dan sekolah menengah pertama), sekolah
menengah dan pendidikan tinggi. Sementara jenis
pendidikan terdiri dari: pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan, pendidikan profesi dan pendidikan
khusus (UU-RI No. 20 tahun 2003, pasal 14, 15).
Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan
jenjang dan jenis pendidikan, dalam arti penetapan batasbatas cakupan dan kedalaman materi pelajaran yang

b.

sesuai untuk jenjang dan jenis pendidikan.


Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan (dalam arti jamak) sangat banyak
ragam dan jumlahnya serta dikelompok kelompokkan
dalam sejumlah disiplin ilmu. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa pengetahuan tentang struktur disiplin

ilmu diperlukan dalam pemilihan mata pelajaran yang


wajib/layak diberikan dalam bidang studi dan jenjang
c.

pendidikan tertentu.
Stuktur ilmu
Pemahaman atas hierarki struktur ilmu diperlukan untuk
mengatur urutan pembelajaran sehingga tidak terjadi
tumpang tindih (overlapping) dan pengulangan yang
menyebabkan tidak efisiensinya proses pembelajaran.
Pemahaman atas struktur ilmu akan memudahkan
pendidik penyiapkan satuan acara pembelajaran (SAP)
jika hendak mengunakan salah satu model-model

d.

pembelajaran, misalnya model advance organizer.


Kebermakanaan
Ausubel dan Robinsen (1967: 50-72) mengemukakan
bahwa, pemilihan materi pelajaran tidak boleh dilakukan
sembarangan. Pemilihan materi harus diarahkan pada
terjadinya proses belajar yang bermakna (meaningfull
learning). Pemilihan materi pelajaran harus memilki
makna yang logis (logical meaningfullniess) dalam arti
memiliki keterhubungan (relatability) dengan struktur
hipotetik dari peserta didik. Untuk memenuhi syarat
berhubungan itu materi pelajaran harus memenuhi dua
syarat

mutu,

(substanveness)

yakni:
dan

memilki
dipilih

makna

secara

tunggal

sembarangan

(nonarbitrary).
Pemahaman atas struktur ilmu dan syarat kebermakanaan
materi pelajaran perlu dikaitkan dengan pengetahuan
tentang terbentuknya struktur kognitif. Struktur kognitif
terbentuk dari dua sumber, yakni: sumebr formal dan
nonformal. Sumber formal adalah materi pelajaran yang
yang berasal dari kurikulum formal, sedangkan sumber
nonformal adalah objek-objek dan informasi yang
diperoleh dari lingkungan hidup, baik melalaui pergaulan
maupun tayangan media massa (cetak dan elektronik).

Ausubel dan Robinson (1969: 51) mendefinisikan


struktur kognitif sebagai present knowledge which
consist of the fact, concept, proposition, theories, amd
row perceptual data that the learner has available to him
at any point in time. Berdasarkan definisi ini, struktur
kognitif peserta didik bisa sesuai atau kurang dari
prasyarat yang ditetapkan untuk mempelajari materi
tertentu, tergantung pada proses internalisasi dari materi
pelajaran yang dipelajari sebelumnya dan perolehan dari
sumber-sumber diluar kurikulum formal. Oleh sebab itu,
yang digunakan sebagai kriteria adalaah struktur kognitif
e.

hipotetik dari rata-rata kelas.


Artikulasi vertikal dan horizontal
Jika seorang pendidik bermaksud

meningkatkan

koherensi pembelajaran dalam suatu disiplin ilmu atau


mata pelajaran tertentu, berarti ia melakukan artikulasi
vertikal

dan

apabila

pendidik

itu

bermaksud

mengembangkan pemahamaan hubungan antara bebarapa


disiplin ilmu atau mata pelajaran, berarti ia artikulasi
horizontal.

Penggabungan

artikulasi

vertikal

dan

artikulasi horizontal dalam kurikulum spiral (Tanner dan


Tanner, 1980: 541-542). Dalam kurikulum spiral integrasi
vertical berarti pendalaman (deepening) ilmu, sementara
integrasi horizontal memperluas (widening) 7 wawasan
ilmu. Berkaitan dengan konsep kurikulum spiral ini
Bruner (1960: 13, 52) mengemukakan A curriculum as
develops should revisit these basic ideas repeatedly,
building upon them until the student has grasped the full
formal apparatus that goes with them, . . . it is possible to
introduce him at an early age to the ideas and styles that
in latter life make an educated man pembelajaran
dengan konsep kurikulum spiral, menurut Bruner,
mengukuhkan penguasaan ilmu dan jika diterapkan sejak

awal pembelajaran. Penguasaan itu dapat dicapai pada


umur yang lebih muda. Hal ini dimungkinkan jika para
pendidik dar beberapa mata pelajaran atau disiplin ilmu
secara sadar dan bersama-sama menerapkan konsep
kurikulum spiral.
Konsep berbeda yang diungkapkan oleh John Dewey.
Menurut Dewey, pertumbuhan tergantung pada penerapan
intelegensi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dialami peserta didik, bukannya dari masalah yang
ditimbulkan dari luar. Pada saat peserta didik melatih
(menerapkan) intelegensinya untuk mengatasi suatu
kesulitan. Ia akan mendapatkan gagasan baru dan
kemampuan (working power) untuk mengatasi kesulitankesulitan lain dikemudian hari. Dengan jalan itu, peserta
didik sampai pada pengertian tentang hubungan antar
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
social.
Dalam pendekatan pembelajaran konvensional, guru
cendrung menepatkan materi pelajaran sebagai informasi
yang harus dialihkan (transperred) kepada peserta didik
dengan pembelajaran verbal atau hafalan (verl or rote
learning). Dalam hubungan inilah Parker dan Rubin
(1968).
Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu dengan
tujuan kurikulum, yang meliputi:
1.
Teori ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi
dan

proposisi

yang

saling

berhubungan,

yang

menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan


mengspesifikasi hubungan-hubungan antara variablevariable dengan maksud menjelaskan dan meramalkan
2.

hal tersebut.
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh
generalisasi dari kekhususan- kekhususan. Konsep
adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.

3.

Generalissasi adalah kesimpulan umum berdasarkan halhal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau

4.

pembuktian dalam penelitian.


Prinsip adalah ide utama, pola skema yang ada dalam
materi yang mengembangkan hubungan antara bebrapa

5.

konsep.
Prosedur adalah suatu seri langkah-langkah yang
berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan

6.

oleh siswa.
Fakta adalah sejumlah informasi khusus dalam materi
yang dianggap penting, terdiri dari terminology, orang

7.

dan tempat, dan kejadian.


Istilah adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan

8.

khusus yang diperkenalkan dalam materi.


Contoh atau ilustrasi ialah salah suatu hal atau tindakan
atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu

9.

uraian atau pendapat.


Definisi adalah penjelasan

tentang

makna

atau

pengertian tentang suatu hal/suatu kata dalam garis


10.

besarnya.
Preposisi adalah suatu pernyataan atau theorem, atau
pendapat yang tak perlu diberi argumentasi. Aumsi
hamper sama dengan paradigm atau paradigm (Oemar

Hamalik, h 84-86)
3. Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Dalam hubungan ini, ada tiga alternative pendekatan yang dapat
digunakan, yakni:
a)
Pendekatan yang berpusat pada pelajaran, dimana materi
pembelajaran

terutama

bersumber

dari

mata

ajaran.

Penyampainnaya dilakukan melalui komunikasi antara guru


dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikasi.
Siswa sebagai penerima pesan. Bahan pelajaran adalah pesan
itu sendiri. Dalam rangkaian komunikasi tersebut dapat
digunakan berbagai metode mengajar.

b)

Pendekatan yang berpusat pada sisiwa. Pembelajaran


dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan
siswa. Dalam pendekatan itu lebih banyak digunakan metode
dalm rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar

c)

mandiri, belajar amodular, paket belajar dan sebagainya.


Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan
masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Prosedur

yang

ditempuh

ialah

dengan

mengandung

masyarakat sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat.


Metode yang digunakaan terdiri dari: karya wisata,
narasumber, kerja pengalaman, survey, proyek pengabdian/
pelayanan masyrakat, berkemah dan unit.
4. Organisasi kurikulum
Organisasasi kurikulum terdiri dari bebarapa bentuk, masing-masing
memiliki ciri cirinya sendirI, yakni :
a)
Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects)
b)
Mata ajaran berkorelasi (korelated)
c)
Bidang studi (broadfield)
d)
Program yang berpusat pada anak (childecentered program)
e)
Core program Core artinya inti atau pusat. Core program
f)

adalah suatu program yang berupa unit atau masalah.


Electric program Electric program adalah suatu program
yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum
yang berpusat pada mata pelajaran dan berpusat pada peserta
didik.
Caranya ialah memilih unsur-unsur yang dianggap baik yang
terdapat pada kedua organisasi tersebut, kemudian unsur-

unsur itu di integrasikan menjadi suatu program.


Hal yang terkait dengan segala sesuatu dengan yang ada dalam
sekolah seperti: administrasi sekolah, dan yang berkaitan dengan hal
yang ada disekolah.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum
ialah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan
evaluasi

dapat

di

peroleh

informasi

yang

akurat

tentang

penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.


10

Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum


itu sendiri pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu
dilakukan.
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari
berbagai kriteria.
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum
yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah
tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan
melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan
pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam
menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari
evaluasi

tersebut.

Dengan

begitu,

kita

juga

dapat

segera

memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan


meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.
Evaluasi merupakan komponen yang penting untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu tes dan
non tes.
a)
Tes
1.

Kriteria tes sebagai evaluasi Sebagai alat ukur dalam


prosese evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria yaitu

2.

kriteria validitas dan reliabilitas.


Jenis-jenis tes Tes hasil belajar dapat dibedakan atas
beberapa jenis. Berdasarkan jumlah perserta, tes hasil
belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes
individu. dilihat dari cara penyusunanya, tes juga
dapat dibedakan menjadi tes buatan guru dan tes

b)

standar.
Non tes Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya
digunakan untuk menilai aspek tingkat laku termasuk sikap,
minat dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat
11

evaluasi, diantanya wawancara observasi, studi kasus, skala


2.3

penilaian.
Hubungan antar komponen kurikulum
Berikut ini adalah keterkaitan antara komponen kurikulum :
Program kurikulum berisi jenis-jenis mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah tersebut dan berisi program dari masing masing mata pelajaran
yang berupa uraian dalam bentuk pokok bahasan yang dilengkapi dengan
mengacu kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran
bersangkutan.
Isi dari program-program kurikulum ini disesuaikan dengan tujuantujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah tersebut baik secara
keseluruhan maupun dalam mata pelajaran. Untuk mewujudkan tujuantujuan tersebut, digunakan strategi pelaksanaan suatu kurikulum yang
tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran,
cara dalam menilai, dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara
keseluruhan. Jadi, kesimpulannya isi kurikulum disesuaikan dengan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai melalui sekolah tersebut dan untuk
mencapai tujuan tersebut digunakan strategi pelaksanaan suatu kurikulum.

12

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak
terpisahkan dari suatu system kurikulum karena komponen itu sendiri
mempunyai peranan dalam pemebentukan system kurikulum.
Komponen-komponen itu tidaklah berdiri sendiri melainkan saling
pengaruh-mempengaruhi, berinteraksi, berinterelasi satu sama lain dan
membentuk suatu sistem. proses pengembangan kurikulum dimulai dari
perumusan tujuan kurikulum, diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan
pelajaran, proses belajar-mengajar dan alat penilaiannya. Dalam
praktiknya, semua unsur tersebut tidak harus berurutan.

3.2

Saran
Program kurikulum berisi jenis-jenis mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah tersebut dan berisi program dari masing masing mata pelajaran
yang berupa uraian dalam bentuk pokok bahasan yang dilengkapi dengan
mengacu kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran
bersangkutan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Bafadal. 2006 Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: PT.
Bumi Aksara,
Lias Hasibuan, 2010 Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung
Persada,
Oemar Hamalik, 2011 Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, 2010 Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Bandung: PT Refika Aditama,
Oemar Malik, 2007Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,

14

Anda mungkin juga menyukai