Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Sejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni kurikulum

1947 sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti

perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan tentunya karena faktor

perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari dulu sampai sekarang.

1) Kurikulum 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa

Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah

curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari

orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan

ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana

Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut

sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua

hal pokok:

a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya

b. Garis-garis besar pengajaran.

Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan

kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan

sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem

pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam

semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada

pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan

bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan

bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian

terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2) Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952

Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini

lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran

Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.

Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana

pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-

hari. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran

Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata

pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-

1995. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan

Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan

keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak

mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa

pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk

pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program

Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana

berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih

menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4) Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan perubahan

struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,

pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan

perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964

yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia

Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:

kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah

pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya

memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat

teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada

materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

5) Kurikulum Periode 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.

Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO

(management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur

Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam

Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan

pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.


Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU),

Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar

mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari

setiap kegiatan pembelajaran.

6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan

proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum

1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari

mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini

disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh

penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,

Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.

Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang

diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.

Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah

suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan

gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran

penolakan CBSA bermunculan.

7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai

dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini

berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem

semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam


satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk

dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada

pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum

sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum

1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan.

Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar

siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal

disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,

keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok

masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,

Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen

Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.

8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program

pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan

kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan

keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.

Ciri-ciri KBK sebagai berikut:

1.Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun

klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

2.Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,


3.sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi

unsur edukatif.

4.Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi.

5.Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.

6.Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi

menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.

7.Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap

level.

8.Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,

1.Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka

pada level ini?

2.Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum

dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.

9. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk

menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil

belajar yang diharapkan?.

Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk

melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang

telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya

penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.

Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai

pedoman pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak

secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi

kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk

melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55).

Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa.

Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir

Sekolah dan Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada

pencapaian kompetensi yang diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada

praktik atau soal uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi

siswa. Walhasil, hasil KBK tidak memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul apa

sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

9) Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan

Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23,

dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15,

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan

KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta

kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan

pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut

berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik

daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,

kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu

kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan

Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB,

SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan

pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang

bersangkutan.

Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen

nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006

tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan

kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam

penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.

Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.

Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat

yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP

menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan

daerah dan wilayah setempat. Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil,

karena pihak sekolah dan para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan

munculnya beragam kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka

mulai awal tahun 2013 KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan

kurikulum yang baru.

10) Kurikulum Periode 2013

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan pemutakhiran dari

kurikulum sebelumnya. Sampai saat ini pun saya belum menerima wujud aslinya seperti

apa. Namun berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-

sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15

Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1. Pengertian RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana

Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator

atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.


RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan

disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang

ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar

untuk mau terlibat secara penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus

mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus

memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara

utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan

disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan

dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan

kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus

terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan

kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.

2. Tujuan dan Fungsi RPP


Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1) mempermudah,

memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar; (2) dengan menyusun

rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan

mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran

sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.


Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran ) agar lebih terarah dan

berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran

berperan sebagai scenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan

pembelajaran hendaknya bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi guru

untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.
3. Unsur-unsur yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyususnan rencana pelaksanaan

pembelajaran adalah :

Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi

dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan didalam silabus;
Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan

hidup ( life skill ) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari;


Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman

langsung;
Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada system

pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

4. Komponen-komponen RPP

Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut permendiknas

Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari :

Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi : satuan pendidikan, kelas, semester, program/program

keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan

dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran.

Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam

mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu

pelajaran.

Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/ atau diobservasi untuk

menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata

pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja

operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai

oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam

bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi.

Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban

belajar.

Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau

seperangkat indicator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan


dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indicator dan

kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indicator dan kompetensi yang hendak

dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk

peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang

ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik

untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan,

guru : (1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran; (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (3) menjelaskan tujuan pembelajaran

atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan (4) menyampaikan cakupan materi dan

penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan

pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara

sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.


c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktifitas pembelajaran

yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,

umpan balik, dan tindak lanjut.


Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indicator

pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,

serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

5. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

Prinsip-prinsip rencana pembelajaran menurut Permendinas no 41 tahun 2007 tentang

standar proses terdiri dari :

a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didi.

RPP disusun dengan memerhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat

intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,emosi, gaya

belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan

lingkungan peserta didik.

b. Mendorong Partisipasi aktif peserta didik.

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong

motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

c. Mengembangkan Budaya Membaca dan menulis.


Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,

pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam bentuk tulisan.

d. Memberikan Umpan Balik dan Tindak Lanjut.

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,

remedi.

e. Keterkaitan dan Keterpaduan.

RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,KD, Materi

Pembelajaran, Kegiatn Pembelajaran, Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian, dan

sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan

mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek

belajar, dan keragaman budaya.

f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

RPP disusun dengan mempertimbangkan peneraan teknologi informasi dan komunikasi

secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

6. Langkah-langkah Penyusunan RPP

Langkah-langkah menyusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi beberapa

hal berikut.

a. Identitas mata pelajaran

Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu ( jam pertemuan ).

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.

c. Indikator
Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut.

Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indicator (lebih dari dua).


Indicator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi.
Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja KD atau

SK.
Prinsip pengembangan indicator adalah urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan Kontekstual.

Keseluruhan indicator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain

untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berfikir dan

bertindak secara konsisten.

d. Materi pembelajaran

Cantumkan materi pembelajaran dan lengkapi dengan uraiannya yang telah

dikembangkan dalam silabus.


Dalam menetapkan dan mengembangkan materi perlu diperhatikan hasil dari

pengembangan silabus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses

pembelajaran yang didukung oleh uraian materi materi untuk mencapai kompetensi tersebut. Hal

yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu,

kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru, tingkat

perkembangan peserta didik, dan fasilitas.


Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka

perlu diperhatikan criteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan sebagai berikut.

Sahih ( valid ), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar

telah teruji kebenaran dan kesahihannya.


Relevensi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan kemampuan

dasar yang ingin dicapai.


Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar

dan standar kompetensi.


Adequasi ( kecukupan ), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan cukup

lengkap untuk tercapainya kemampuan yang telah ditentukan.


Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyan

berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana

dan mengapa penting ? dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya

memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa.


Kebermanfaatan, artinya materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat, baik secara

akademis, maupun nonakademis.


Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek

tingkat kesulitannya ( tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit ) maupun aspek

kelayakannya terhadap pemanfaatna bahan ajar dan kondisi setempat.


Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat

memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.


a. Tujuan pembelajaran

Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran tersebut. Tujuan

pembelajaran diambil dari indicator.

b. Strategi atau Skenario Pembelajaran

Strategi atau scenario pembelajaran adalah strategi atau scenario apa dan bagaimana

dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif,

bermakna dan menyenangkan. Strategi atau scenario pembelajaran memuat rangkaian

kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara beruntun untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi

materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.


Rumusan pernyataan dalam langkah pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi

pembelajaran adalah :

o Hendaknya memberikan bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan

sendiri pengetahuan dibawah bimbingan guru;


o Merupakan pola yang mencerminkan cirri khas dalam pengembangan keterampilan

dalam mata pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi dilingkungan sekitar;


o Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia;
o Bervariasi dengan mengombinasikan antar kegiatan belajar perseorangan, pasangan,

kelompok, dan klasikal;


o Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat,

kemampuan, minat, latar belakang keluarga, social ekonomi, dan budaya, serta

masalah khusus yang dihadapai siswa yang bersangkutan.


c. Sarana dan Sumber Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, sarana pembelajaran sangat membantu siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran.Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses

pembelajaran. Sementara itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan

sumber dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar yang utama bagi guru adalah

sarana cetak, seperti buku, brosur, majalah, poster, lembar informasi lepas, peta, foto, dan

lingkungan sekitar, baik alam, system ataupun budaya. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam memilih sarana adalah : (1) menarik perhatian dan minat siswa; (2) meletakkan

dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkret dan sekaligus mencegah atau

mengurangi verbalisme; (3) merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha pengembangan

nilai-nilai; (4) berguna dan multifungsi; (5) sederhana, mudah digunakan dan dirawat,

dapat dibuat sendiri pleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar. Sementara itu, dasar

pertimbangan untuk memilih dan menetapkan media pelajaran yang seharusnya

digunakan adalah : (1) tingkat kematangan berpikir dan usia siswa; (2) kesesuaian dengan
materi pelajaran; (3) keterampilan guru dalam memanfaatkan media; (4) mutu teknis dan

media yang bersangkutan; (5) tingkat kesulitan dan konsep pelajaran; (6) alokasi waktu

yang tersedia; (7) pendekatan atau strategi yang digunakan; (8) penilaian yang akan

diterapkan.

d. Penilaian dan Tindak Lanjut

Tuliskan system penilaian dan prosedur yang digunakan untuk menilai pencapaian

belajar siswa berdasarkan system penilaian yang telah dikembangkan selarans dengan

pengembangan silabus.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam

bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa

proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.


Jenis penilaian yang dapat digunakan dalam system penilaian berbasis kompetensi, antara

lain sebagai berikut :

o Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang bersifat prinsip.

Biasanya dilakukan sebelum mata pelajaran dimulai, kurang lebih 15 menit. Kuis

dilakukan untuk mengungkap kembali penguasaan pembelajaran oleh siswa


o Pertanyaan lisan di kelas, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru

dengan tujuan memperkuat pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori.


o Ulangan harian, adalah ujian yang dilakukan setiap saat, misalnya 1 atau 2 materi

pokok selesai diajarkan.


o Tugas individu, yaitu tugas yang diberikan kapan saja, biasanya untuk memeperkaya

materi pembelajaran, atau untuk persiapan program-program pembelajaran tertentu.


o Tugas kelompok, yaitu tugas yang dikerjakan secara kelompok (5-7 siswa). Jenis

tagihan ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja sama di dalam kelompok.
o Ujian sumatif, yaitu ujian yang dilakukan setiap satu standar kompetensi atau

beberapa satuan komptensi dasar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengukur pencapaian kompetensi peseta didik, yang dilakukan berdasarkan

indikator,
b. Menggunakan acuan criteria,
c. Menggunakan system penilaian berkelanjutan,
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut,
e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran

Tabel 1.2 Perbedaan RPP dalam KTSP dengan RP dan Kurikulum1994

No. Aspek Pembeda RPP KTSP RP Kurikulum 1994


RP cenderung untuk
RP benar-benar Rencana guru
1. Hakekat RP memenuhi persyaratan
mengajar
administrasi
Kaitannya dengan Pembelajaran dapat diintegrasikan
2. Setiap bidang studi terpisah
bidang studi lain dengan bidang studi lain
Tujuan hanya menggambarkan Tujuan dirinci mendetail dan
3. Rumusan tujuan
kompetensi yang akan dicapai berfokus pada pengetahuan
Rincian media dan sumber belajar
Umumnya sekadar
4. Rincian media mengingatkan guru mengenai apa
dicantumkan
yang harus disiapkannya
Langkah KTSP menjadi sesuatu yang
paling penting, didesain dalam Tahap-tahap KBM tidak
5. Lankah-langkah bentuk scenario pembelajaran yang selalu menjadi perhatian
mengutamakan kegiatan siswa tahap ( dibuat seragam )
demi tahap
Hasil yang dicapai hasilnya
Topiknya sempit, tetapi mendaam
6. KBM banyak tetapi dangkal dan
dan bermakna
kurang bermakna
Dirinci bagaimana giru memeperoleh Hasil belajar dinilai dari hasil
7. Unsur evaluasi
data kemajuan siswa dalam belajar tes tertulis

7. Prinsip Pengembangan

Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhadap

materi standar dan kompetensi dasar yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini harus

diperhatikan guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi juga harus berperan
sebagai motivator, mendorong peserta didik untuk belajar, dengan menggunakan berbagai

variasi media dan sumber belajar yang sesuai, serta menunjang pembentukan kompetensi

dasar.

Untuk kepentingan tersebut, berikut ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan

daklam pengembangan RPP dalam menyesuaikan implementasi, antara lain :

1. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas


2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel , serta dapat dilaksanakan dalam

kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik


3. Kegiatan kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang

dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan


4. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya
5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila

pembelajaran dilaksanakan secara tim

Dalam hal ini, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender

pendidikan dan jadwal pembelajaran, pembagian waktu yang digunakan secara proporsional,

seperti penetapan penilaian , penetapan norma kenaikan kelas dan kelulusan, pencatatan

kemajuan belajar peserta didik, pembelajaran remedial, progra,m pengayaan, program

percepatan , peningkatan kualitas pembelajaran, dan pengisian waktu jam kosong.

Dalam kaitannya dengan RPP, terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Persiapan dipandang sebagai suatu proses yang secara kuat diarahkan pada tindakan

mendatang, misalnya untuk pembentukan kompetensi, dan melibatkan orang lain


2. Persiapan diarahkan pada tindakan dimasa mendatang, yang dihadapkan pada berbagai

masalah , tantangan serta hambatan yang tidak pasti


3. Rencana pembelajaran erat hubungannya dengan bagaimana sesuatu dapat dikerjakan, karena

itu RPP yang baik adalah yang dapat dilaksanakan secara optimal dalam pembelajaran dan

pembentukan kompetensi peserta didik


Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa pengembangan rencana pembelajaran

menuntut pemikiran, pengambilan keputusan , pertimbangan guru serta usaha intelektual,

pengetahuan teoritis , pengalaman yang ditunjang oleh sejumlah aktifitas, seperti

,memperkirakan , mempertimbangkan , menata dan memvisualisasikan. Guru profesional harus

mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang vaik , logis, dan sistematis. Setiap gurun

harus memiliki rencana pembelajaran yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik

persiapan tertulis maupun tidak tertulis.

Cyntia (1993 : 113) mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang dimulai dengan

fase pengembangan rencana pembelajaran, ketika kompetensi dan metodologi telah

diidentifikasi, akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta

mengantisipasi peserta didik dan masalah masalah yang timbul dalam pembelajaran.

Sebaliknya, tanpa rencana pembelajaran , seorang guru akan mengalami hambatan dalam proses

pembelajaran yang dilakukannya.

Rencana pembelajaran mencerminkan apa yang akan dilakukan guru dalam

memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, bagaimana melakukannya dan mengapa

guru melakukan itu. Oleh karena itu RPP memiliki kedudukanm esensial dalam pembelajaran

yang efektif karena akan membantu membuat disiplin kerja yang baik , suasana yang lebih

menarik, pembel ajaran yang dioliki sejumlah kompomrganisasikan dengan baik, relevan dan

akurat.

Rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk

menunjang pembentukan kompetensi yang di harapkan. Dalam hal ini guru harus menjabarkan

SKKD dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, beberapa minggu
atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan semester disebut program unit , sedangkan untuk

beberapa jam pelajaran disebut RPP, yang dalam implementasi KTSP memiliki komponen-

komponen kompetensi dasar, materi standarn pengalaman belajar, metode mengajar, dan

penilaian berbasis kelas.

Anderson (1989:47) membedakan perencanaan dalam dua kategori, yaitu

perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut dengan

unit plans, merupakan perencanaan yang bersifat komprehensif, dimana dapat dilihat aktivitas

yang direncanakan guru selama satu semester. Perencanaan umum ini memerlukan uraian yang

lebih rinci dalam perencanaan jangka pendek yang disebut dengan rencana pembelajaran.

Gagne dan Briggs ( 1998 ) mengisyaratkan bahwa dalam mengembangkan rencana

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu memperhatikan empat asumsi

sebagai berikut :

1. Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan

sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya

dengan langkah langkah yang ditempuh dalam proses pembuatannya. Gagne merumuskan

bahwas sistem pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi

peserta didik sehingga terjadi proses belajar pada dirinya demi mencapai suatu kompetensi.

Proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen

yang saling berinteraksi, memiliki fungsi masing- masing untuk mencapai tujuan

pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik


2. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan tentang

peserta didik , yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diteliti oleh para ahli ilmu

pendidikan
3. Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik belajar dan

membentuk kompetensi dirinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan

kemudahan belajar kepada peserta didik, yaitu :


a. Informasi harus disiapkan dengan baik
b. Berikan contoh-contoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan peserta didik
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipassi dalam proses

pembelajaran
d. Menggunakan sarana dan alat pendukung yang berfariasi ( Wahab,2001 )
4. Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, program satuan pelajaran harus

disusun sesuai dengan prosedur ilmiah.


8. Prosedur Pengembangan

Prosedur Pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi KTSP dapat dilakukan

melalui dua cara, yaitu :

1. Menambah kolom silabus


2. Membuat format Satpel

Anda mungkin juga menyukai