Anda di halaman 1dari 8

Nama: Riduansyah

Nim: 210202114

MK: Tathwir Manahij

Jawab:

1.Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia

kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan
Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan
sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan
pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

1. Rencana Pelajaran 1947


Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana
Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah
digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut
kemerdekaan. Yang menjadi ciri utam kurikulum ini adalah lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum
pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,Rencana
Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,”Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak
tis.Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964.
Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
3. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada
tujuan,Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu.”Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar,Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses,”
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut:
 Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
 Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
 Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
 Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
 Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa.
 Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
 Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,


terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi
(content oriented), di antaranya sebagai berikut :
 Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/ substansi setiap mata pelajaran.
 Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002).
7. Kurikulum 2004
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah
peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
(1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku
pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan KBK
tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun rencana
pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan,
visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga
pengembangan silabusnya.
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada.Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan
(SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan
perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini
merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan
pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata
pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar
digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru.

2.Kurikulum 2013 (K-13)


Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia.
Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan
Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah
berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun
2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013
diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat
Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun
2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan
VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326
sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, nomor 60
tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan dan sekolah-sekolah
untuk sementara kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kecuali bagi satuan
pendidikan dasar dan menengah yang sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan
pendidikan usia dini, dan satuan pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling
lama sampai tahun pelajaran 2019/2020.

Aspek penilaian
Sikap dan perilaku (moral) adalah aspek penilaian yang teramat penting (nilai aspek
60%). Apabila salah seorang siswa melakukan sikap buruk, maka dianggap seluruh nilainya
kurang. Ada empat aspek penilaian dalam K-13:
 Keterampilan (KI-4).
 Pengetahuan (KI-3).
 Sosial (KI-2); dan
 Spiritual (KI-1).

3.Perkembangan kurikulum 2013


Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan sebagai perkembangan serat
perubahan yang berlangsung dewasa ini, dalam pengambangan kurikulum2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut (Balitbang Kemendekbud, 2013).
Pengembngan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip di verifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi.Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan
masyarakat, negara, serta perkembangan global.
Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenagkan,
menantang. Memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memeberi ruang yang cukup
untuk bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.

4.Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten kurikulum,
kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik,
unit, dan sebagainya untuk mencapai efektivitas pendidikan (Muhammad Ansyar, 2015).Hal senada
juga dikemukakan Burhan bahwa organisasi kurikulum merupakan struktur program kurikulum yang
berupa kerangka umum program-program pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik
guna tercapainya tujuan penidikan atau pembelajan yang ditetapkan.
Struktur program kurikulum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu vertical dan
horizontal. Dimensi horizontal berkaitan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum, sedangkan
dimensi vertical berkenaan dengan penyusunan sequens bahan berdasarkan urutan tingkat
kesukaran.
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan
kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan
pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk
pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik
dalam implementasi kurikulum.
Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan
menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus
diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

5.kurikulum dan landasan perkembangannya:


 Landasan teologis (agama)
Dasar teologi, adalah dasar yang ditetapkan nilai-nilai ilahi yang terdapat pada Al Qur’an dan
as Sunnah yang merupakan nilai yang kebenarannya mutlak dan universal.
Dari dasar -dasar kurikulum tersebut diaplikasikan dalam bentuk kurikulum formal yang
terdapat pada kurikulum pendidikan agama Islam.dalam mengembangkan kurikulum
sebaiknya berlandaskan pada Pancasila terutama pada sila pertama “ketuhanan yang maha
esa”,di ini menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu.dalam kehidupan, di
kembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
 Landasan filosofis
Seorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan mengenai kurikulum harus
memperhatikan falsafah, baik filsafat pengembangan,filsafah lembaga pendidikan dan
filsafah pendidikan.
 Landasan fisikologi
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia,dalam proses pendidikan itu
terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru,dan lingkungannya.yang dimaksud dengan
landasan fisikologi supaya memperhatikan dari sisi perkembangan jiwa manusia.sementara
fisikologi adalah Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia , sedangkan kurikulum adalah
suatu upaya menentukan program pendidikan untuk merubah perilaku manusia.
 Landasan sosial budaya
Landasan sosialogis pengembangan kurikulum adalah asumsi -asumsi yang berasal dari
sosiologis yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.pendidikan adalah
proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya.
 Landasan organisatoris
Organisatoris adalah kerangka umum program- program pengajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik.Segala faktor yang berada di lingkup suatu lembaga pendidikan,
sebagai acuan yang telah direncanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tujuannya telah
ditentukan di awal proses pembelajaran dan dilaksanakan lembaga pendidikan (sekolah)
sebagai bentuk usahanya.
 Landasan yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan
hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Landasan Pendidikan Pancasila ini berkaitan dengan aturan perundang-undangan yang
mendasari pelaksanaannya. Contoh landasan yuridis adalah UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan
bahwa tiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
 Landasan IPTEK
Landasan pembangunan IPTEK diatur dalam pasal 31 ayat ke 5 UUD 1945 yang menyatakan
bahwa bahwa pemerintah wajib memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk mewujudkan peradaban serta kesejahteraan umat.

6.Prinsip pengembangan kurikulum


 Prinsip berorientasi pada tujuan
Berorientasi pada tujuan adalah Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen tujuan,
materi, metode, dan evaluasi. Komponen tujuan merupakan fokus bagi komponen-
komponen lainnya dalam pengembangan sistem tersebut. Ini berarti pengembangan
kurikulum harus berorientasi pada tujuan.
 Prinsip relevansi
Prinsip relevansi mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sehingga para siswa mempelajari
iptek yang benar – benar terbaru yang memungkinkan mereka memiliki wawasan dan
pemikiran yang sejalan dengan perkembangan jaman.
Contohnya: Adalah dengan melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan
tempat tinggal peserta didik tersebut. Misalnya wilayah pantai, pegunungan dan perkotaan.
 Prinsip efektifitas
Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi,Prinsip efektivitas Prinsip efektivitas; yakni
mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan
yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
 Prinsip efisiensi
Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai dan relevansi, fleksibilitas, kesinambungan,
kepraktisan dan efektivitas.
 Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
 Prinsip fleksibilitas
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus memiliki fleksibilitas.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal- hal yang solid, tetapi dalam
implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi
regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak.
 Prinsip singkronisasi
Prinsip sinkronisasi artinya kurikulum dikembangkan dan mengusahakan agar seluruh
kegiatan kurikuler seirama, searah dan setujuan, jangan sampai terjadi, suatu kegiatan
kurikuler menghambat kegiatan-kegiatan kurikuler yang lain.
 Prinsip model pengembangan dalam kurikulum
Model-model pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut: Model Administratif, Model
Pendekatan Grass Roots, Model Demonstrasi, Model Beauchamp, Model Roger’s, Model
Pemecahan Masalah dan Taba’s Inverted Model. Adapun prosedur dalam pengembangan
kurikulum meliputi perencanaan kurikulum, pengorganisasian kurikulum.
 Prinsip belajar sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat merupakan sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang
menerangkan keseluluhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar yang berlangsung dalam
kehdupan manusia. Prinsip utama dari pendidikan sepanjang hayat ini adalah “setiap
tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru”.

7.Pendekatan pengembangan kurikulum


 Pendekatan akademis
Pendekatan subyek akademis adalah bentuk atau model tertua diantara model lainnya, dan
biasanya suatu lembaga pendidikan atau sekolah sampai sekarang tidak bisa lepas dari
pendekatan ini. Pendekatan subyek akademis adalah pendekatan yang sangat praktis,
mudah digabungkan dengan pendekatan lain bila diperlukan.
 Pendekatan humanistik
Humanistik merupakan bagian dari salah satu pendekatan dalam belajar. Pendekatan
humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang
berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
 Pendekatan teknologis
Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah- langkah pengembangan yang sistematis
untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

8.Unsur-unsur pengembangan kurikulum bahasa arab


Pengembangan komponen kurikulum pada pembelajaran bahasa Arab merupakan
serangkaian proses kegiatan menghasilkan kurikulum, proses yang mengaitkan satu komponen
dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum bahasa Arab yang lebih baik, dan atau kegiatan
penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulumm.
Dan adapun komponen-komponen kurikulum bahasa arab sebagai berikut:
 kurikulum dan hasil belajar.
 penilaian berbasis kelas.
 Kegiatan belajar mengajar. Dan
 Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

Anda mungkin juga menyukai