Anda di halaman 1dari 18

A.

Telaah Kurikulum IPS SD

Di Indonesia mengalami perubahan kurikulum sebanyak 7 kali yaitu pada


tahun 1947, 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Negeri kita hanya mampu
menjadi bangsa “penjual” tenaga kerja murah di negeri orang. Disimpulkan betapa
gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini yang telah gagal dalam melahirkan
tenaga-tenaga yang berkualitas yang mampu bersaing dalam dunia kerja,
walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7 kali, atau bisa
disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar
Universitas Negeri Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan
membenahi dokumen tertulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di
negara kita lebih menitikberatkan pada perubahan konsep tertulisnya saja berupa
buku-buku pelajaran dan silabus saja tanpa mau memperbaiki proses
pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah
mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita.
1. Kurikulum 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana
Pembelajaran 1947. Kurikulum pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah
digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan
merebut kemerdekaan.

 Ciri-ciri kurikulum 1947


 Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain.
 Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.

 Kelebihan dari kurikulum 1947

1
 Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain.
 Kekurangan dari kurikulum 1947
 Kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang.
 Yang diutamakan pendidikan watak
 Materi pelajaran Cuma sedikit

2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Peladjaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 diberi nama Rentjana
Peladjaran Terurai 1952,kurikulum ini sudah mengarah pada sistem pendidikan
Nasional. Hal yang paling menonjol dan menjadi ciri dari urikulum 1952 ini
bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih di perinci pada setiap mata pelajaran yang di sebut
rentjana peladjaran.Di penghujung era presiden Soekarno muncul rencana
pendidikan 1964 atau kurikulum 1964  yang fokusnya pada pengembangan
pancawadhana , yaitu  daya cipta, rasa, karsa,karya, dan moral.

 Ciri-ciri kurikulum 1952


 Setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.
 Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah.
 Kelebihan dari kurikulum 1952
 Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.

 Kekurangan dari kurikulum 1952

2
 Masih kurangnya tenanga pengajar
 Tidak didukung dengan fasilitas yang memadai.

3. Kurikulum 1964
Pada akhir kekuasaan Soekarno,kurikulum  pendidikan yang lalu diubah
menjadi rencana pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan
1964 adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif.
Konsep pembalajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu
memikirkan sediri pemecahan persoalan (problem solving).
Rencana pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964 yang menitik 
beratkan pada pengembngan cipta, rasa, karasa,  karya, dan moral yang kemudian
di kenal dengan  istilah pancawardhana, Disebut pancawardhana karena lima
kelompok bidang studi, yaitu perkembangan moral, kecerdasan, emosion/artistik, 
keprigelana, (keterampilan) dan jasmaniah.Pada saat itu pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis yang disesuaikan
dengan perkembangan anak.

4. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952 menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia kali ini di bernama Rentjana
Pendidikan1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 menjadi yang menjadi ciri
dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana (Hamalik 2004,
kurikulum) yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik,
keprigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan bentuk pembaharuan dari kurikulum 1964,
yaitu dilakukan perubahan struktur kurikulum pendidikan pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum
1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD
1945 secara  murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968

3
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Sedangkan isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat . Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti rencana
pendidikan 1964 yang dicitrakan produk Orde Lama. Pada tujuan pembentukan
manusia pancasila sejati, kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Dalam kurikulum ini sendiri terdapat 9 mata pelajaran.

 Ciri-ciri kurikulum 1968


 Mata pelajaran yang dikolerasikan dengan mata pelajaran yang lain,
walaupun batas demokrasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas.
 Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua
jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam
(PASPAL).
 Menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9.
 Kelebihan dari kurikulum 1968
 Bertujuan pada pembentukan manusia Pancasila Sejati.
 Struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
 Bersifat Politis
 Kekurangan dari kurikulum 1968
 Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan
belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
 Hanya memuat pelajarn pokok – pokok saja.

5. Kurikulum 1975

4
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manajemen. Menurut Mudjito (dalam
Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu
pelajaran setiap satuan bahasan.

 Ciri-ciri kurikulum 1975


 Metode materi dirinci pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi
(PPSI).
 Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi.
 Kelebihan dari kurikulum 1975
 Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
 Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
 Menganut sistem yang senangtiasa mengarah kepada tercapainya tujuan
yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
siswa.
 Kekurangan dari kurikulum 1975
 Kurikulum 1975 banyak dikritik.
 Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
 Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA)
 Guru tak lagi mengajar dengan model ceramah.
 Penolakan CBSA bermunculan.
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan

5
kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itula pada tahun 1984
pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ini juga sering disebut dengan kurikulum 1975 yang
disempurnakan.
 Ciri-ciri kurikulum 1984
 Berorientasi kepada tujuan institusional. Didasari dari pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh
karena itu,  sebelum memilih  atau menentukan  bahan ajar, yang pertama
harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
 Pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk aktif terlibat secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman  belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
 Materi pejaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, spiral
adalah pendekatan yang di gunakan adalah pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin dalam dan
luas materi pelajaran yang diberikan.
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu  sebelum diberikan latihan,
konsep-konsep yang dipelajari siswa harus berdasarkan pengertian. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk
membantu siswa memahami konsep yang dipelajari.
 Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan mental
siswa, dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan
kongkrit, semikongkret, semiabstrak dan abstrak, dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan dari yang mudah
menuju ke yang sukar, dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.

6
 Menggunakan pendekatan keterampilan proses, keterampilan proses
adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya.Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan
pelajaran.
 Kelebihan dari kurikulum 1984
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,
baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajarinya.
 Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik.
 Kekurangan dari kurikulum 1984
 Kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran.
 Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar
 Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan, yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruuang kelas lantaran siswa berdiskusi, dan guru tak lagi
mengajar model berceramah.

7. Kurukulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar
dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena
berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya
ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi

7
(isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai
mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran
yang cukup banyak.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan


dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

 Ciri-ciri kurikulum 1994

 Adanya perubahan dari sistem semester ke sistem caturwulan.


 Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
 Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
 Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
 Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
 Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman.

 Kelebihan dari kurikulum 1994

 Adanya perubahan dari sistem semester ke sistem caturwulan.

8
 Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
 Guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan sosial.
 Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.

 Kekurangan dari kurikulum 1994


 Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
 Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
 Diberlakukannya sistem sentralistik sehingga memerlukan penyesuaian –
penyesuaian di daerah
 Seringnya didapati kompetensi guru yang tidak sesuai dengan semestinya.

8. Kurikulum 2004
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat
kurikulum. Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum.
Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan
struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh

9
peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK
diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
 Ciri-ciri kurikulum 2004
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupu klasikal.
 Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

 Kelebihan dari kurikulum 2004

 Guru sebagai fasilitator.


 Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan
minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
 Mengembangkan kompetensi – kompetensi siswa pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan kekuasaan konten mata pelajarn itu
sendiri.
 Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa
 Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolah.
 Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu
mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan
peserta didik.

10
 Kekurangan dari kurikulum 2004

 Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal


indikator sebaiknya disusun oleh guru , karena guru yang paling
mengetahui tentang peserta didik.
 Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk
merancang pembelajaran secara berkelanjutan.

9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk
implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini
memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar
kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar
sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar
penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
setiap satuan pendidikan.
 Ciri-ciri kurikulum 2006
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.

11
 Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang
berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar
 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
 Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
 Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi
sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.

 Kelebihan dari kurikulum 2006

 Guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai


dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
 Siswa sebagai pusat pembelajaran.
 Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah
untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan.
 Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
 Berpusat pada siswa.
 Menggunakan berbagai sumber belajar.
 kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan.
 Memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah – sekolah dalam
memgembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
 Kekurangan dari lurikulum 2006
 Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan
sekolah.
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .

12
 Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif
baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan.
 Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurang pendapatan guru.

10. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013, yang rencananya diterapkan mulai tahun ajaran 2013/2014,


masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan praktisi pendidikan. Pihak yang
mendukung kurikulum baru menyatakan, Kurikulum 2013 memadatkan pelajaran
sehingga tidak membebani siswa, lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa,
dan tidak memberatkan guru dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Pihak yang kontra menyatakan, Kurikulum 2013 justru kurang fokus
karena menggabungkan mata pelajaran IPA dengan Bahasa Indonesia di sekolah
dasar. Ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan kemampuan guru serta
tidak dilakukan uji coba dulu di sejumlah sekolah sebelum diterapkan.

 Kelebihan Kurikulum 2013 :


 Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan
inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi
menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus
diintegrasikan kesemua program studi.
 Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak
desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan
untuk memaksimalkan potensi mereka.
 Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang
pendidikan anak usia dini.
 Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu
kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru
untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.

13
 Kekurangan Kurikulum 2013 :
 Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas
yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
 Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan
hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena
kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
 Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena
rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

B. Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum, seorang pengembang kurikulum


biasanya menggunakan beberapa prinsip yang dipegangnya sebagai acuan agar
kurikulum yang dihasilkan itu memenuhi harapan siswa, pihak sekolah, orang tua,
masyarakat pengguna, dan tentunya pemerintah. Beberapaprinsip yang umum
digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain prinsip berorientasi pada
tujuan, kontinuitas, fleksibilitas, dan integritas.

1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan

Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen tujuan, materi, metode,


dan evaluasi. Komponen tujuan merupakan fokus bagi komponen- komponen
lainnya dalam pengembangan sistem tersebut. Ini berarti pengembangan
kurikulum harus berorientasi pada tujuan. Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan
merupakan arah bagi pengembangan komponen- komponen lainnya dalam
pengembangan kurikulum. Untuk itu tujuan kurikulum harus jelas, artinya tujuan
kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum
untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan- tujuan lainnya yang lebih spesifik dan
operasional. Tujuan kurikulum juga harus komprehensif, yakni meliputi berbagai
aspek domain tujuan, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Hal ini perlu

14
diperhatikan agar keluaran yang dihasilkan menguasai ketiga aspek domain tujuan
tersebut secara utuh.

2. Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu ada kesinambungan,


khususnya kesinambungan bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang
program pendidikan. Bahan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara
berkesinambungan mulai dari jenjang SD, SLTP, SMU/SMK sampai ke PT.
Materi kurikulum harus memiliki hubungan hierarkis fungsional. Untuk itu dalam
pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek
kesinambungan, yaitu (1) materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah
(tingkat) yang ada di atasnya harus sudah diberikan pada sekolah (tingkat) yang
ada di bawahnya dan (2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada sekolah
(tingkat) yang ada di bawahnya tidak perlu lagi diberikan pada sekolah (tingkat)
yang ada di atasnya. Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi
kurikulum, yang dapat mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau
ketidaksiapan siswa untuk memperoleh materi di mana mereka sebelumnya tidak
memperoleh materi dasar yang memadai. Kontinuitas atau kesinambungan juga
perlu diperhatikan antara berbagai mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu
diupayakan pula agar tidak terjadi tumpang tindih materi antara mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Untuk menghindari hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara menyusun scope dan sequence setiap mata pelajaran pada
jenis dan jenjang program pendidikan. Scope artinya ruang lingkup, sedangkan
sequence artinya urutan atau sistematika.

3. Prinsip Fleksibilitas

Fleksibilitas sebagai salah satu prinsip pengembangan kurikulum


dimaksudkan adanya ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam
melakukan atau mengambil suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh pelaksana kurikulum di lapangan. Para pengembang kurikulum
perlu memikirkan bahwa implementasi kurikulum pada tataran yang sebenarnya

15
akan terkait dengan keragaman kemampuan sekolah untuk menyediakan tenaga
dan fasilitas bagi berlangsungnya suatu kegiatan yang harus dilaksanakan. Belum
lagi terkait dengan keragaman sumber daya pendidikan secara menyeluruh dan
perbedaan demografis, geografis, dan faktor-faktor pendukung pendidikan
lainnya.
Selain itu, prinsip fleksibilitas juga terkait dengan adanya kebebasan siswa
dalam memilih program studi yang dipilih. Artinya, pengembang kurikulum atau
sekolah harus mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa
diperkenankan memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan
kebutuhannya.
Selain memberi kebebasan kepada siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan
kepada guru, khususnya dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran,
asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah digariskan dalam kurikulum.
Guru perlu diberikan kebebasan dalam menjabarkan tujuan-tujuan, memilih
materi pelajaran yang sesuai, memilih strategi dan metode yang dikembangkan
dalam suatu kegiatan pembelajaran, danmembuat kriteria yang objektif dan
rasional dalam melakukan dan membuat kriteria yang objektif dan rasional dalam
melakukan dan memberikan penilaian kepada para siswa.

4. Prinsip Integritas

Integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya


pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip
keterpaduan. Prinsip ini menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk
mampu membentuk manusia yang utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia
yang berkemampuan selaras dengan lingkungan hid sekitarnya, mampu menjawab
berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu kurikulum
harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup (life skills).
Keterampilan atau kecakapan hidup (life skills) merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, dan kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari dan menemukan solusi pemecahan sehingga mampu mengatasi

16
berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Keterampilan hidup bukan sekadar
keterampilan manual dan bukan pula keterampilan untuk bekerja, tetapi suatu
keterampilan untuk hidup yang dapat dipilah menjadi lima kategori, yaitu:
a. keterampilan mengenal diri sendiri (self awareness) atau keterampilan
personal (personal skill);
b. keterampilan berpikir rasional (thinking skill);
c. keterampilan sosial (social skill)
d. keterampilan akademik (academic skill);
e. keterampilan vokasional (vocational skill).

Keterampilan personal, keterampilan berpikir rasional, dan keterampilan


sosial dapat dikategorikan sebagai keterampilan hidup yang umum (genera life
skill), sedangkan keterampilan akademik dan keterampilan vokasional dapat
dikategorikan sebagai keterampilan hidup yang spesifik (specific life skill).
Keterampilan personal berkaitan dengan penghayatan diri sebaga makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat, dan warga negara serta mensyukuri
dan menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan menjadikannya model
dalam upaya meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain dan lingkungannya.
Keterampilan berpikir rasional meliputi keterampilan menggali dan
menemukan informasi, keterampilan dalam mengolah dan menetapkan keputusan,
dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan hidup secara kreatif.
Keterampilan sosial atau keterampilan interpersonal meliputi keterampilan
berkomunikasi, keterampilan bekerja sama untuk menumbuhkan hubungan yang
harmonis antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Keterampilan akademik berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah,
yang antara lain mencakup memahami masalah, mengidentifikasi variabel,
merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian.
Keterampilan vokasional disebut pula dengan keterampilan kejuruan
merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
ada di masyarakat.

17
Perlu dipahami bahwa dalam realitas empiris, keterampilan-keterampilan
tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan tatkala seorang individu melakukan suatu
tindakan. Tindakan individu merupakan suatu perpaduan yang melibatkan aspek
fisik, mental, emosional, dan intelektual. Perbedaan antara individu yang memiliki
keterampilan hidup dan yang tidak memiliki keterampilan hidup terletak pada
kualitas dari tindakan yang dilakukan.
Untuk mencapai keterpaduan tersebut, pembelajaran terpadu (integrated
learning) merupakan salah satu pembelajaran terpadu siswa diharapkan mampu
mengetahui hubungan keterkaitan antara suatu konsep atau bahan pelajaran
dengan konsep atau bahan pelajaran lain. Pembelajaran terpadu ini memberikan
siswa kebebasan berpikir untuk menemukan sendiri tentang inti suatu konsep
sehingga belajar dapat dijadikan sebagai suatu kegiatan pengalaman yang
menarik. Pembelajaran terpadu ini merupakan suatu konsep pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok-untuk aktif
menggalí dan menemukan suatu konsep dan prinsip secara holistik, bermakna,
dan otentik. Dalam implementasinya, pembelajaran terpadu ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dapat dilakukan untuk mengembangkan
keterpaduan pada satu disiplin ilmu dan atau keterpaduan antara disiplin ilmu
yang satu dengan disiplin ilmu yang lain.

18

Anda mungkin juga menyukai