Anda di halaman 1dari 14

KARAKETRISTIK KURIKULUM 1947-2006

Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris).
Perubahan kisi - kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya pada tahun 1947,
kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di
Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia
yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Rencana Pelajaran
1947 baru dilaksanakan sekolah - sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
b) Garis - garis besar pengajaran (GBP) Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikira
dalam arti kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude),
meliputi :
a) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
b) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari - hari
c) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
Kurukulum Tahun 1952 (Rencana Pelajaran Terurai)
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum
ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.
Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :a) Daya cipta, b) Rasa, c) Karsa, d) Karya,
e) Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1) Moral
2) Kecerdasan
3) Emosional/artistik
4) Keprigelan (keterampilan)
5) Jasmaniah.
A. Ciri-ciri kurikulum Rencana Pelajaran Terurai

Pada perkembangannya rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal
dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang
guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah
khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu
sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat (SD)
menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut :
1.

Bahasa Indonesia

9. Menulis

2.

Bahasa Daerah

3.

Berhitung

11. Pekerjaan Tangan

4.

Ilmu Alam

12. Pekerjaan Kepurtian

5.

Ilmu Hayat

6.

Ilmu Bumi

7.

Sejarah

15. Didikan Budi Pekerti

8.

Menggambar

16. Pendidikan Agama

10. Seni Suara

13. Gerak Badan


14. Kebersihan dan Kesehatan

Kurikulum Tahun 1968


Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Djauzak
menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan . Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politik
ideologis. Tujuan pendidikan pada kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat
sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk
manusia pancasila sejati.
B.Ciri-ciri kurikulum 1968
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat
bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikum ini
dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya mata pelajaran pokok saja.
Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan
permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah

teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika
pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, anak belajar melalui unsurunsurnya dulu. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
I. Pembinaan Jiwa Pancasila
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Daerah
5. Pendidikan olahraga
II. Pengembangan pengetahuan dasar
6. Berhitung
7. IPA
8. Pendidikan kesenian
9. Pendidikan kesejahteraan keluarga
III Pembinaan kecakapan khusus
9.
Pendidikan kejuruan
Kurikulum Tahun 1975 (Kurikulum Berbasis Pencapaian Tujuan)
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya
sebagai berikut.
1. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi : tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang
spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsangjawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni
memandang keberhasilan dalam
belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
C. Komponen Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :

1. Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai
lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
2. Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap
sekolah.
3. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal
yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu.
a. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang
bersangkutan selama masa pendidikan.
b. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran
baik dalam satu semester maupun satu tahun.
c. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa
agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
d. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya
dan dari semester satu ke semester berikutnya.
4. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional).
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas
yang progresif bagi individu dalam belajar. Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai
pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran.
5. Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir
satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang
memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
6. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di samping itu mereka mereka
memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu
meraih masa depan yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan
penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih masa depan yang diharapkanya
7. Supervisi dan Administrasi
Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan
oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah. Bagaimana teknik
supervisi dan administrasi sekolah ini dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum
tentang supervise dan administrasi.Ketujuh unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang
mewarnai Kurikulum 1975 sebagai suatu sistem pengajaran.

Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah


1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
Kurikulum Tahun 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif)
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum
MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984.
Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh
kurikulum 1984.Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai
bidang studi dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat

kesenjangan

antara

program

kurikulum

dan

pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di
setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
sebagai bidang pendidikan yang berdiri

(PSPB)

sendiri mulai dari

tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas


termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.

Kurikulum 1984 model yang dipakai pada kurikulum ini yaitu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
atau Student Active Learning (SAL). Atas dasar perkembangan zaman antara kebutuhan dan
tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum
1975 dianggap tidak sesuai lagi. Kurikulum 1984 dianggap sebagai perbaikan atau revisi dari
kurikulum 1975.
A.Ciri-ciri kurikulum CBSA
a.
Berorientasi pada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah
harus benar- benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus di rumuskan adalah tujuan apa yang harus
dicapai oleh siswa.
b.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c.
Materi pelajaran dikemas dengan melalui pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi yang diberikan.
d.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsepkonsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru diberikan latihan
setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan
untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
e.
Materi pelajaran disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian
pada sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan
abstrak dengan mengunakan pendekatan induktif dari contoh- contoh kekesimpulan. Dari
yang mudah menujuk yang sukar dan dari yang sederhana menujuk ke yang kompleks.
f.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar- mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehanya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pelajaran.
B. Kebijakan- kebijakan dalam penyusunan kurikulum 1984
a.
Adanya perubahan dalam mata pelajaran inti.
Dalam kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, sedangkan dalam kurikulum 1984
terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut
adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan
Kesustraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi,
Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keteranpilan, Pendidikan jasmani dan Olahraga, Sejarah
Dunia dan Nasional.
b.
Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing- masing.
c.
Perubahan program jurusan.

Pada kurikulum 1975 terdapat tiga jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, namun dalam
kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B Program A terdiri dari:
i. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
ii. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
iii. A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
iv. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya
sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan
dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengingat program B
memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.
d.
Pentahapan waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut tahun berikutnya di
kelas yang lebih tinggi.
Kurikulum Tahun 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.
A.Ciri-ciri kurikulum 1994
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen,
divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat
keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit,
dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan


pemahaman siswa.
Kurikulum Tahun 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan
berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to perform
identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa
pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum
berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi
berorientasi pada:
(1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimana investasikan sesuai
dengan kebutuhannya (Puskur, 2002a).
Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam
pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya
UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan kurikulum
baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugastugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum
Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
(1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna, dan
(2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan
sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Gordon menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi
sebagai berikut:

1.

Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru

mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan


pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2.
Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki individu.
Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajarn harus memiliki pemahaman yang
baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
3.
Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan
membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4.
Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
;telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran
(kejujuran, keterbukaan, demokratis, dll).
5.
Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka- tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi,
perasaan terhadap kenaikan upah/ gaji, dan sebagainya,
6.
Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Misalnya minat untuk memepelajari atau melakukan sesuatu.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
1. pemilihan kompetensi yang sesuai.
2.
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi.
3. pengembangan sistem pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. (Depdiknas dalam Mulyasa, 2004:42)
Menurut Wardhani (2004: 2) kerangka dasar KBK memuat tentang :
1. Kompetensi: Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
2. Standar Kompetensi: Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang
dibakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar
kompetensi merupakan hasil jabaran dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Penjabaran

standar kompetensi terdiri atas: standar kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensi lulusan,
standar kompetensi bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi mata
pelajaran per kelas.
3. Penilaian pada kurikulum 2004: Penilaian berbasis kelas yaitu dilakukan oleh guru, bersifat
internal, bagian dari pembelajaran, sebagai bahan untuk memperbaiki mutu hasil belajar,
berorientasi pada kompetensi, menggunakan acuan patokan/kriteria dan ketuntasan belajar
(individu peserta didik), dilakukan dengan berbagai cara.
4. Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2004: Kegiatan pernbelajaran berpusat pada peserta
didik, mengembangkan kreatifitas, kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan
pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat.
Kurikulum Tahun 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Pada kurikum ini , kebijakan pendidikan yang semula dilakukan secara sentralisasi telah berubah
menjadi desentralisasi. Artinya dalam kurikulum 2004 ini, pengambilan kebijakan pendidikan
beralih dari yang sebelumnya berada di pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang berpusat di
Kota atau Kabupaten. Pemerintah pusat memberikan keluasan terhadap pemerintah daerah
masing-masing untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi masing-masing.
Desentralisasi pendidikan ini diakukan sejalan dengan otonomi daerah, perubahan kurikulum
dalam era otonomi daerah ini tidak lagi menjadi tanggung jawab dan tugas pemerintah pusat tapi
tugas setiap satuan pendidikan dan pihak sekolah.
Oleh karena itu, dalam kurikulum 2004 (KTSP) terjadi berbagai macam variasi dan jenis
kurikulum pada satuan pendidikan di setiap sekolah, karena pastinya antara daerah satu dengan
daerah lain akan berbeda kurikulum dalam pengembangannya. Namun dalam hal ini banyak
terjadi perbedaan, tetapi tetap berpedoman dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
A. Standar Nasional Indonesial
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat satuan pendidkan
(KTSP) yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan diberbagai daerah.
Dengan demikian implementasi KTSP di setiap sekolah dan satuan pendidikan akan memiliki
warna yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan wilayah dan daerah masing-masing. Sesuai
dengan kebutuhannya, sesuai dengan karakteristik masing-masing sekolah, serta sesuai dengan
kondisi dan kemampuan peserta didik. Namun dalam kurikululum yang mberbeda tersebut tetap
berada digaris SNP yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat. ( Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.2008:2)
B. Posisi SNP dalam KTSP
Dengan adanya standar nasional pendidikan ini maka setiap guru tidak akan kebingungan dalam
menyusun kompetensi dasar kurikulum. Maka guru lebih tertuju kepada hasil yang harus dicapai,
juga dapat meningkatkan input dan proses pembelajaran yang dilaksakan lebih efektif. Dengan
kurikulum ini diharapkan adanya perubahan dalam sistem dan layanan pendidikan yang
mengarah pada kondisi :
1.
Meningkatkan prestasi peserta didik dengan menentukan secara jelas tentang apa yang
harus diajarkan dan jenis performasi apa yang diharapkan

2.
Menyamkan peluanh, baik secara nasional, regional maupun lokal
3.
Menyediakan fungsi koordinasi yang dapat diamati
4.
Menyediakan perlindungan pelanggan dengan menyuplai informasi yang akurat untuk
peserta didik dan orang tua
5.
Memberikan peran penting untuk peserta didik, orang tua, guru, dan tenaga kependidikan
lainnya. (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:19)
Dalam peraturan pemerintah ini, dikemukakan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan tujuannya untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:21)
C. Komponen Standar Nasional Indonesia
1.Standar Isi
Standar isi adlah ruang lingkup materidan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi ketamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus.
2.Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.standar proses
yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran
dikembangkan oleh BSNP.
3.Standar Kompetensi Lulusan
Dalam PP. No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa stadar kompetensi lulusan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Dan digunakan
sebagai pedoan penentuan kelulusan peserta didik dalam tiap tingkatan atau jenjangnya sendirisendiri.
4.Standar Pendidik dan Tenaga pendidik
Adalah kriteria seorang pendidik dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidik dalam
jabatannya. Pendidik harus mempunyai kualifikasi dan kompetensi agen pembelajaran,
mempunyai kualifikasi akademika yaitu jenjang pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
para pendidik.
5.Standar Sarana dan Prasarana
Dalam hal ini berkaitan dengan apa saja yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Disini sandar nasiona pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan, laboratorium,
tempat olahraga, tempat beribadah dll.
6.Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kota atau
kabupaten, provinsi maupun nasiona agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.
7.Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasinsatuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian
dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional sekolah sesuai
dengan SNP secara teratur dan berkelanjutan.

8.Standar Penilaian Pendidikan


Adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar pesera didik. Bagi satuan pendidikan tujuan penilaian hasil belajar yaitu
untuk menilai pencapaian standar kompetensi kelulusan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan
bagi pemerintah tujuannya untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi
satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK
dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan

PENEKANAN KURIKULUM
1. Kurikulum 1947
Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi

2.
3.

4.

5.

6.

pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan


pendidikan jasmani.
Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.Kelahiran Kurikulum 1968
bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan
pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 1984
Proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar
mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena
berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun
lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di
sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak
kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan
mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 yang menekankan aspek kebermaknaan merupakan perbaikan atau
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang menggunakan model pembelajaran CBSA.
Inti
pokok
persamaan
yang
dapat
dilihat
adalah
bahwa
:
1.Siswa mendapat subyek yang berperan aktif dalam melakukan tindak pembelajaran
2.Tindak
pembelajaran
lebih
menggunakan
proses
dari
pada
produk
3.Kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami dan atau melakukan proses
pembelajaran tidak dianggap sebagai kegagalan namun dianggap sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Kurikulum 1994 menekankan unsur atau asaz kebermaknaan. Pada kurikulum
1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Berdasarkan strukturnya,
kurikulum 1994 berusaha menyatuka kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan
pendekatan tujuan dan kurikulum 1994 dengan tujuan pendekatan proses.Tujuan pengajaran

menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah
7. Kurikulum 2004
Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan,
dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa.
Sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk prilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai sesuatu kriteria keberhasilan. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) juga menuntut
guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangkaian
meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hubungannya dengan pembelajaran memenuhi
spesifikasi tertentu dalam proses belajar
8. Kurikulum 2006
Menekankan pada aspek pengetahuan. Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
.

Anda mungkin juga menyukai