Anda di halaman 1dari 25

Dicetak pada tanggal 2020-09-08

Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bahan Ajar

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar

Menurut National Centre for Competency Based Training (Prastowo,

2011:16) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Menurut

Widodo & Jasmani (Lestari, 2013:1) bahan ajar adalah seperangkat sarana atau

alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan,

dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau

subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

Menurut Pannen (Prastowo, 2011:17) bahan ajar adalah bahan-bahan atau

materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa

dalam proses pembelajaran. Dalam website dikmenjur.net (Prastowo, 2011:17)

bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching

material) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetesi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang

disusun secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran.

10
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 11

2.1.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2011:40) terdapat beberapa kategori untuk jenis-jenis

bahan ajar. Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi

tersebut berdasarkan bentuknya adalah .

a. Bahan ajar cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam

kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran (Kemp dan

Dayton, 1985). Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa.

b. Bahan ajar dengar atau program audio contohnya kaset, radio, piringan

hitam dan compact disk audio.

c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) contohnya, video compact disk

dan film.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi

dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video)

contohnya, compact disk interactive.

2.1.3 Fungsi, Manfaat, dan TujuanPembuatan Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2011:24) disebutkan bahwa fungsi bahan ajar dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peserta

didik.

1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:

a. Menghemat waktu pendidik mengajar.

b. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang

fasilitator.
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 12

c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan

interaktif.

d. Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.

e. Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil

pembelajaran.

2. Fungsi bahan ajar bagi siswa, antara lain:

a. Siswa dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta

didik yang lain.

b. Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki.

c. Siswa dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing.

d. Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.

e. Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang

mandiri.

f. Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

Menurut Prastowo (2011:27) adapun manfaat atau kegunaan pembuatan

bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan

kegunaan bagi siswa.

1. Kegunaan bagi pendidik

Ada tiga kegunaan pembuatan bahan ajar bagi pendidik diantaranya

sebagai berikut:
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 13

a. Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu proses

pembelajaran.

b. Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai guna keperluan

kenaikan pangkat.

c. Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya

diterbitkan.

2. Kegunaan bagi siswa

Menurut Prastowo (2011:27) ada tiga kegunaan bahan ajar bagi siswa

diantaranya:

a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

b. Siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara

mandiri.

c. Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetensi yang harus dikuasai.

Menurut Prastowo (2011:26) tujuan pembuatan bahan ajar ada empat hal

pokok, yaitu:

a. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.

b. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar sehingga mencegah

timbulnya rasa bosan pada siswa.

c. Memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

d. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2.1.4 Keunggulan dan Keterbatasan Bahan Ajar

Menurut Mulyasa (Lestari, 2013:8) ada beberapa keunggulan dan

keterbatasan dari bahan ajar diantaranya sebagai berikut:


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 14

1. Adanya kontrol terhadap hasil belajar mengenai penggunaan standar

kompetensi dalam setiap bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa.

2. Dengan adanya tujuan dan cara pencapaian di dalam bahan ajar siswa

dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan

diperoleh.

3. Berfokus pada kemampuan individual siswa, siswa memiliki kemampuan

untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-

tindakannya.

Sedangkan keterbatasan dari penggunaan bahan ajarantara lain:

1. Penyusunan bahan ajar yang baik membutuhkan keahlian tertentu.

2. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan

manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran

konvensional.

3. Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar pada umumnya cukup

mahal berbeda dengan pembelajaran konvensional, sumber belajar

seperti alat peraga dapat digunakan bersama dalam proses pembelajaran.

2.1.5 Komponen-Komponen Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2011:28) setidaknya ada enam komponen yang harus

diketahui sebagaimana diuraikan dalam penjelasan berikut:

1. Petunjuk belajar

Di dalamnya dijelaskan tentang bagaimana pendidik mengajarkan materi

kepada siswa dan bagaimana pula siswa mempelajari materi yang ada dalam

bahan ajar tersebut.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 15

2. Kompetensi yang akan dicapai

Menjelaskan tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun

indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa.

3. Informasi pendukung

Merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan

ajar, sehingga siswa semakin mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan

mereka peroleh.

4. Latihan-latihan

Komponen ini merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada

siswa untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar.

5. Petunjuk kerja atau lembar kerja

Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa

lembar kertas yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas

yang harus dilakukan siswa.

6. Evaluasi

Suatu komponen evaluasi terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan

kepada siswa untuk mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang

berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran dengan bahan ajar.

2.2 Modul Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Modul

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, modul adalah kegiatan program

belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang

minimal dari guru atau dosen pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang

akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 16

alat untuk penilai, serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam

penyelesaian pelajaran.

Modul sebagaimana pengertian diatas merupakan salah satu media cetak

lainnya yang perbedaannya dapat dilihat dari ciri-ciri yang dimiliki oleh modul itu

sendiri. Dari pendapat tentang modul diatas dapat disimpulkan bahwa modul

merupakan salah satu media pembelajaran dalam bentuk buku paket mandiri yang

meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan disusun secara

sistematis dengan tujuan membantu peserta didik.

Menurut Prastowo (Ika Lestari, 2013 : 6) menjelaskan bahwa modul

merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara

mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, oleh karena itu, modul harus berisi

tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran,

informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap

hasil evaluasi.

Dengan pemberian modul, siswa dapat belajar mandiri tanpa harus dibantu

oleh guru. Siswa yang memiliki kecepatan belajar yang rendah dapat berkali-kali

mempelajari setiap kegiatan belajar tanpa terbatas oleh waktu, sedangkan siswa

yang kecepatan belajarnya tinggi akan lebih cepat mempelajari satu kompetensi

dasar (Ika Lestari, 2013: 6). Pada intinya, modul sangat mewadahi kecepatan

belajar siswa yang berbeda-beda.

2.2.2 Fungsi Modul

Fungsi modul seperti yang dikemukakan oleh Cece Wijaya (Mariyanti,

2013: 23) antara lain sebagai berikut:


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 17

1. Adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal;

2. Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan

yang diperlukan dan pelayanan individual yang lebih mantap;

3. Dapat mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas;

4. Dapat mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi.

Sistem pengajaran modul dikembangkan di berbagai negara dengan maksud

untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sistem pengajaran tradisional.

2.2.3 Struktur Penyusunan Modul

Menurut Prastowo (2011:142) Dalam menyusun bahan ajar yang perlu

diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan

kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai peserta didik. Berikut ini

langkah-langkah dalam menyusun modul antara lain sebagai berikut :

1. Melakukan analisis standar kompetensi atau dalam kurikulum 2013 disebut

dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar bahan yang akan dikembangkan.

2. Menentukan judul dan sub judul dalam modul, sesuaikan dengan kompetensi

dasar dan materi pokok yang akan dicapai.

3. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk

menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

4. Penulisan modul dengan strukturnya yaitu pada tabel 2.1sebagai berikut:

Sebelum Mulai Saat Pemberian Materi Setelah Pemberian


Materi Materi
(1) (2) (3)
1. Judul 11. Kompetensi Dasar 17. Tes Mandiri
2. Kata Pengantar 12. Materi Pokok 18. Post-Test
3. Daftar Isi 13. Uraian Materi 19. Tindak Lanjut
4. Latar Belakang 14. Heading 20. Harapan
5. Deskripsi Singkat 21. Glosarium
6. Standar Kompetensi 15. Ringkasan 22.Daftar Pustaka
7. Peta Konsep 16. Latihan/Tugas 23. Kunci Jawaban
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 18

8. Manfaat dan Tujuan


Pembelajaran
9. Petunjuk
Penggunaan Modul

Adapun penjelasan rinci dari masing-masing item pada tabel 2.1 di atas

adalah sebagai berikut :

1. Judul

Gunakanlah judul yang mencerminkan isi modul, judul utama modul yang

dibuat oleh penulis adalah “Modul Matematika Menggunakan Model Meaningfull

Instructional Design Dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Peluang”

2. Kata Pengantar

Bagian ini berisi ucapan terima kasih atas terselesaikannya modul, alasan

penulisan modul secara singkat dan manfaat yang bisa diperoleh dengan

mempelajari modul tersebut

3. Daftar Isi

Bagian ini menginformasikan kepada pembaca tentang topik-topik yang

ditampilkan dalam modul sesuai urutan tampilan dan nomor halaman. Dengan

demikian pembaca mudah untuk melacak materi yang dicari, tanpa harus

membuka halaman demi halaman, satu per satu.

4. Latar Belakang

Bagian ini berisi alasan dan dasar pertimbangan penyusunan modul. Dasar

pertimbangan tersebut bisa berupa dasar teoritis.

5. Deskripsi Singkat

Bagian deskripsi singkat ini memuat penjelasan singkat tentang materi-materi

apa saja yang akan dibahas dalam modul.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 19

6. Standar Kompetensi

Bagian ini memuat standar kompetensi minimal yang diharapkan mampu

dikuasai peserta didik setelah mempelajari modul tersebut.

7. Peta Konsep

Peta konsep memberikan informasi penting tentang hubungan antar topik,

sehingga peserta didik lebih mudah melihat ruang lingkup materi secara

komprehensif.

8. Manfaat

Bagian manfaat ini adalah menjelaskan tentang manfaat yang bisa diperoleh

peserta didik jika mempelajari modul tersebut. Jadi, di dalamnya berisi keterangan

tentang berbagai kegunaan dari modul tersebut.

9. Tujuan Pembelajaran

Pembaca akan tertolong jika sejak awal diberitahu apa yang ditargetkan untuk

mereka capai setelah mempelajari modul tersebut. Dengan ditaruh di awal modul,

pembaca dapat menjadikan tujuan ini sebagai pegangan pada saat mempelajari

modul.

10. Petunjuk Penggunaan Modul

Bagian ini berisi cara menggunakan modul. Jadi, pada bagian ini ditunjukan

apa saja yang mesti dilakukan peserta didik ketika membaca modul.

11. Kompetensi Dasar

Perilaku akhir yang diharapkan dapat diperoleh oleh peserta didik dari hasil

proses belajar yang ditempuh, itulah isi bagian ini.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 20

12. Materi Pokok

Bagian ini berisi sejumlah materi pokok yang akan dibahas agar peserta didik

menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

13. Uraian Materi

Pada bagian ini materi pokok dijabarkan dijelaskan kebagian-bagian yang

lebih rinci dan mendetail. Dengan demikian peserta didik bisa memahaminya

secara mendalam.

14. Heading

Bagian ini idealnya mencerminkan isi, sehingga hanya dengan melihatnya

pembaca dapat menemukan bagian yang ingin dibacanya. Heading terutama

berfungsi untuk tiga hal yaitu membatasi awal atau akhir materi atau bagian,

memberikan posisi topik, serta memperkirakan topik mana yang penting dan

mana yang kurang penting dari jumlah halamannya.

15. Ringkasan

Bagian ini memuat rangkuman materi dalam satu bab, sehingga terletak di

akhir materi di setiap bab.

16. Latihan atau Tugas

Tugas yang diberikan kepada pserta didik perlu dinyatakan secara spesifik.

17. Tes Mandiri

Tes ini diberikan pada akhir setiap bab atau akhir setiap kegiatan belajar. Hal

ini ditunjukkan untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh

peserta didik pada setiap kegiatan belajar.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 21

18. Post Test

Tes ini diberikan di akhir modul untuk melihat penguasaan peserta didik

terhadap materi yang sudah dipelajarinya dalam suatu modul. Waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan tes akhir ini diusahakan tidak melebihi waktu

yang digunakan untuk mempelajari modul.

19. Tindak Lanjut

Bagian ini berisi feedback kepada peserta didik. Bagi yang telah menguasai

materi, disarankan untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Sedangkan bagi yang masih belum mencapai belajar tuntas, disarankan untuk

mengulangi bagian yang masih dirasa sulit.

20. Harapan

Bagian ini berisi sejumlah saran dan pengharapan bagi peserta didik agar

lebih meningkatkan kompetensinya, tidak sekedar dari modul semata.

21. Glosarium

Bagian ini memuat definisi operasional yang digunakan dalam modul dan

sering diperlukan oleh pembaca.

22. Daftar Pustaka

Berisi sejumlah referensi yang digunakan sebagai bahan rujukan. Sehingga

jika peserta didik ingin mengetahui lebih lengkap atau lebih jauh tentang suatu

persoalan dari seumber referensi tertentu, maka dapat dilacak keberadaannya.

23. Kunci Jawaban

Bgian kunci jawaban memuat jawaban-jawaban dari pertanyaan atau soal-

soal yang digunakan untuk meguji penguasaan materi peserta didik, baik untuk tes

mandiri maupun tes akhir.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 22

2.3 Tinjauan Model Pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design)

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design)

Menurut Ngalimun (2013:171) Model ini adalah pembelajaran yang

mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifitas dengan cara membuat

kerangka kerja secara konseptual kognitif-konstruktivis. Model pembelajaran

Meaningful Instructional Design menuntut siswa melakukan kegiatan yang terkait

dengan pengalaman dengan konsep-konsep fakta. Model MID ini guru bertugas

memfasilitasi pengalaman belajar yang relevan, misalnya dengan menyajikan

informasi melalui kegiatan menyimak untuk dielaborasikan dan didiskusikan dan

kemudian disimpulkan oleh siswa. Model ini dipilih menjadi alternatif

pembelajaran matematika agar pembelajaran matematika menjadi lebih menarik

dan penuh makna sehingga siswa dapat merasakan manfaat mempelajari

matematika dan akan lebih mudah menguasai konsep-konsep matematika karena

dikaitkan dengan struktur kognitif siswa itu sendiri.

2.3.2 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajran MID (Meaningful

Instructional Design)

Kelebihan model pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design)

menurut (utami, 2014) antara lain :

1. Model pembelajaran ini sangat baik dan efektif untuk diterapkan dalam

proses belajar mengajar.

2. Dapat mendorong aktifitas belajar siswa menjadi aktif.

3. Siswa juga lebih mudah mengingat materi yang disampaikan karena

adanya kebermaknaan dalam proses belajar mengajar.

4. Dapat pula meningkatkan kemampuan siswa.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 23

5. Sebagai jembatan menghubungkan tentang apa yang sedang dipelajari

siswa.

6. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih

mudah.

7. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

konsep secara lengkap

8. Membantu siswa membentuk, mengubah, diri atau mentransformasikan

informasi baru.

9. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.

10. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar

berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.

11. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal

yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran MID (Meaningful Instructional

Design ) antara lain :

1. Model pembelajaran ini belum diketahui banyak pengajar jadi masih

jarang digunakan.

2. Menuntut kemampuan guru untuk lebih kreatif supaya bisa membuat

suasana dalam proses belajar mengajar menjadi bermakna.

3. Guru merasa kesulitan contoh-contoh konkrit dan realistic.

4. Karena ini membentuk suatu kelompok maka hal sering terjadi adalah

mengandalkan siswa yang pintar.


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 24

2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajran MID (Meaningful

Instructional Design )

Pada pengembangan modul matematika ini menggunakan model

pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design). Dengan menggunakan

model pembelajaran MID siswa dituntut mengetahui tiga tahapan dalam model

pembelajaran MID yaitu (1) Lead-in yaitu siswa melakukan kegiatan yang terkait

dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide, dimana dalam

pembelajaran ini berhubungan dengan pengalaman atau peristiwa maupun fakta-

fakta baru kemudian menganalisis pengalaman tersebut dan menghubungkan ide-

ide mereka dengan materi atau konsep baru. (2) tahap reconstructionyaitu siswa

melakukan fasilitasi pengalaman belajar.Konsep pembelajaran ini adalah

menekankan kepada para siswa untuk menciptakan interprestasi mereka sendiri

terhadap dunia informasi. Siswa meletakkan pengalaman belajar mereka dengan

pengalamannya sendiri. (3) Production pada tahap ini konsep materi pembelajaran

yang telah disampaikan kemudian di apresiasi atau diaplikasikan kedalam bentuk

nyata dan membawa alur pembelajaran yang produktif. Sehingga siswa tidak

hanya memahami secara konseptual tetapi dapat menciptakan hal baru dari konsep

yang dipahami (Ngalimun, 2013:171).

2.4 Konsep Dasar Pendekatan Saintifik

2.4.1 Definisi Pendekatan Saintifik

Dalam Kurikulum 2013, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi

Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) memiliki domain sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Kompetensi yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dengan

Kurikulum 2013 diharapkan agar didasarkan pada pembelajaran yang mampu


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 25

mengantarkan siswa untuk eksis mengarungi kehidupan pada abad 21. Ciri-ciri

abad 21 antara lain: (1) informasi tersedia di mana saja dan kapan saja, (2)

komputasi lebih cepat menggunakan mesin, (3) otomasi menjangkau segala

pekerjaan rutin, (4) komunikasi darimana saja dan ke mana saja (Kemendikbud,

2013).

Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik agar memiliki kompetensi

(sikap, pengetahuan dan keterampilan) yang memadai untuk eksis pada abad 21

tersebut bercirikan sebagai berikut (Kemendikbud, 2013).

1. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai

sumber belajar, dengan melakukan observasi, bukan diberi tahu,

2. Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan

hanya menyelesaikan masalah (menjawab)

3. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan

keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin)

4. Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam

menyelesaikan masalah

Pembelajaran berbasis saintifik merupakan pembelajaran yang

mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui

metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan

terbudayakan kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah

yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya

sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 26

bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik

(Sitiatava, 2013:55-56).

Jadi dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, pembelajaran dengan

pendekatan saintifik merupakan suatu cara atau mekanisme proses pembelajaran

untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau keterampilan

dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah dan mengakomodasi

proses mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring.

2.4.2 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran

untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau keterampilan

dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran

merupakan salah satu unsur yang dikuatkan (disempurnakan) dalam Kurikulum

2013. Penguatan dilakukan dengan menuntut guru agar mengelola proses

pembelajaran yang memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan

menerapkan pendekatan ilmiah. Selama ini pendekatan tersebut populer

digunakan dalam proses pembelajaran sains. Pendekatan saintifik atau pendekatan

ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok sebagai berikut

(Kemedikbud, 2013):

1. Mengamati

Objek matematika yang dipelajari dalam matematika adalah buah pikiran

manusia, sehingga bersifat abstrak. Mengamati objek matematika dapat

dikelompokkan dalam dua macam kegiatan yang masing-masing mempunyai ciri

berbeda (Kemedikbud, 2013), yaitu mengamati fenomena lingkungan kehidupan


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 27

sehari-hari yang berkaitan dengan topik matematika tertentu dan mengamati objek

matematika yang abstrak.

2. Menanya

Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mau dan mampu

menanya. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing dan

memandu peserta didik menanya dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan,

guru mendorong peserta didik menjadi penyimak yang baik. Pertanyaan guru

dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal (Kemedikbud, 2013).

3. Menalar

Secara umum dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berfikir

yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk

memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam proses pembelajaran

matematika, pada umumnya proses menalar terjadi secara simultan dengan proses

mengolah atau menganalisis kemudian diikuti dengan proses menyajikan atau

mengkomunikasikan hasil penalaran sampai diperoleh suatu simpulan. Bentuk

penyajian pengetahuan atau ketrampilan matematika sebagai hasil penalaran dapat

berupa konjektur atau dugaan sementara atau hipotesis (Kemedikbud, 2013).

4. Mencoba

Berdasarkan hasil penalaran yang diperoleh pada tahap sebelumnya yakni

berupa dugaan sementara sampai diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya perlu

dilakukan kegiatan ‘mencoba’. Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran

matematika di SMP/MTs ini dimaknai sebagai menerapkan pengetahuan atau

keterampilan hasil penalaran ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih satu
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 28

lingkup, kemudian diperluas ke dalam situasi atau bahasan yang berbeda lingkup

(Kemedikbud, 2013).

5. Membentuk Jejaring

Membentuk jejaring dimaknai sebagai menciptakan pembelajaran yang

kolaboratif antara guru dan siswa atau antar siswa. Pembelajaran kolaboratif

merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar melaksanakan suatu teknik

pembelajaran di kelas. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya

hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur

interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk

memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama

(Kemedikbud, 2013).

2.4.3 Modul Menggunakan Model Pembelajran MID (Meaningful

Instructional Design ) Dengan Pendekatan Saintifik

Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul

menggunakan model pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design)

Ngalimun (2013:171), pada materi peluang. Pengembangan modul ini

menggunakan model pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design)

dengan pendekatan saintifik.

Dengan menggunakan model pembelajaran MID dengan pendekatan

saintifik siswa diajarkan beberapa tahapan yaitu (1) Lead-in dan mengamati yaitu

siswa mengamati objek matematika yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan

sehari-hari dan mengamati objek matematika yang abstrak menjadi konkrit serta

menghubungkan ide-ide mereka yang telah mereka pelajari dengan materi atau

konsep baru. (2) tahap reconstruction, menanya dan menalar yaitu siswa
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 29

melakukan fasilitasi pengalaman belajar. Guru harus mampu menginspirasi

peserta didik untuk mau dan mampu menanya. Dalam tahap ini dapat dikatakan

bahwa siswa dituntut untuk menalar dan berfikir yang logis dan sistematis atas

fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan. Bentuk penyajian pengetahuan atau ketrampilan matematika sebagai

hasil penalaran dapat berupa dugaan sementara atau hipotesis. Konsep

pembelajaran ini adalah menekankan kepada para siswa untuk menciptakan

interprestasi mereka sendiri terhadap materi yang telah mereka pelajari.

Tahap selanjutnya yaitu Production, mencoba dan membentuk jejaring.

Pada tahap ini konsep materi pembelajaran yang telah disampaikan kemudian di

apresiasi atau diaplikasikan kedalam bentuk nyata berdasarkan hasil penalaran

yang diperoleh pada tahap sebelumnya yakni berupa dugaan sementara sampai

diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya perlu dilakukan kegiatan ‘mencoba’.

Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran matematika ini dimaknai sebagai

menerapkan pengetahuan atau keterampilan hasil penalaran ke dalam suatu

situasi atau bahasan yang masih satu lingkup dengan bekerjasama sesama teman

sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian

rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama

2.5 Karakteristik Materi

Pada umumnya materi dalam pembelajaran matematika mempunyai

keterkaitan dengan materi sebelumnya sehingga menuntut siswa untuk memahami

konsep semua materi, para siswa juga dibiasakan untuk memperoleh pemahaman

melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari

sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 30

diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya

dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau

kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang

dikembangkan melalui contoh-contoh khusus.

Salah satu ruang lingkup materi matematika adalah statistika. Materi

peluang merupakan salah satu materi statistika yang pada pembelajaran

mempunyai keterkaitan dengan materi sebelumnya, mempelajari pola-pola visual

serta menghubungkan matematika dengan dunia nyata dan erat kaitannya dengan

konsep kontekstual yang mengilustrasikan objek-objek abstrak didalamnya,

konsep tentang penghitungan peluang dapat dipelajari dengan menggunakan

model MID dengan pendekatan saintifik yang langkah-langkah pengajarannya

disusun secara sistematis sehingga diharapkan semua siswa mampu mempelajari

keseluruhan materi dengan baik.

2.6 Uraian Materi

2.6.1 Peluang

2.6.1.1 Kejadian Sederhana

Jika diadakan suatu percobaan , maka percobaan itu selalu mendapatkan

hasil. Namun tidak selalu hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

Himpunan dari hasil yang diharapkan disebut kejadian.

2.6.1.2 Ruang Sampel

Himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul pada suatu percobaan

disebut ruang sampel. Misal pada percobaan pelemparan sebuah dadu, maka

ruang sampelnya adalah {1,2,3,4,5,6}. Dari contoh diatas jelas bahwa kejadian

adalah himpunan bagian dari ruang sampel


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 31

2.6.1.3 Peluang Kejadian

Definisi : Peluang kejadian A dapat dinyatakan dengan P(A)

( )
P(A) = =
( )

2.6.1.4 Kisaran Nilai Peluang

Jika A = O P(A) = 0 P (A) = 0 (suatu kemustahilan)

A=S P(A) = 1 P (A) = 1 (suatu kepastian)

Dari semua kemungkinan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Besarnya peluang suatu kejadian berkisar antara 0 dan 1

2. Peluang suatu kejadian 0 jika terjadi kemustahilan

3. Peluang suatu kejadian 1 jika terjadi kepastian

4. Untuk setiap kejadian A berlaku : 0 ≤ P(A) ≤ 1

Besarnya peluang suatu kejadian dapat ditunjukkan pada garis bilangan seperti

pada gambar di bawah ini .

Peluang
O 1

Kemustahilan Kepastian

2.6.1.5 Kaidah Pencacahan

Kaidah pencacahan adalah suatu cara/aturan untuk menghitung semua

kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan tertentu. Misalkan

tersedia dua celana berwarna merah, hijau dan tiga baju berwarna putih,

kuning, krem. Berapa cara untuk menyusun pasangan celana dan baju ?

Untuk menyelesaikan masalah dengan aturan tempat ini dapat dengan :


Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 32

1. Diagram pohon

Baju Celana Pasangan warna


Putih (merah , putih)

Merah Kuning (merah , kuning)

Krem (merah, krem)

Putih (hijau , putih)

Hijau Kuning (hijau , kuning)

Krem (hijau, krem)

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan banyak susunan yang

dapat dibuat ada 6 cara.

2. Tabel Silang

Baju celana Putih Kuning Krem


Merah (merah, putih) (merah, kuning) (merah, krem)
Hijau (hijau, putih) (hijau, kuning) (hijau,krem)
Tampak pasangan warna baju dan warna celana dapat disusun dengan 6 cara

3. Pasangan Terurut
Dengan pasangan terurut misalkan himpunan baju dengan A =

{merah, hijau} dan himpunan warna celana dengan B = {putih, kuning, krem}.

Himpunan pasangan terurut dari himpunan A dan himpunan B ditulis sebagai :

A x B = {((merah, putih), (merah, kuning), (hijau,krem), (merah, krem), (hijau,

putih), (hijau, kuning) }. Banyak unsur dalam pasangan terurut A x B , tampak

pasangan warna baju dan warna celana dapat disusun dengan 6 cara.

2.7 Tinjauan Keefektifan Bahan Ajar

Kualitas bahan ajar dapat mengacu pada kriteria kualitas menurut Nieven.

Menurut Nieven dalam Yamasari (2010:2) suatu material dikatakan baik jika
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 33

memenuhi aspek-aspek kualitas, antara lain: (1) Validitas (Validity), (2)

Kepraktisan (Practicaly), dan (3) Keefektifan (Effectiveness). Bahan ajar

pembelajaran matematika dibuat berdasarkan indikator yang telah ditentukan dan

disesuaikan dengan tugas siswa. Pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran

matematika pada materi pokok lingkaran dikatakan berkualitas jika memenuhi

indikator: (1) valid menurut para ahli yang berkompeten untuk menilai modul dan

memberikan masukan atau saran untuk menyempurnakan bahan ajar yang telah

dibuat (2) Praktis jika memenuhi indikator validator menyatakan bahwa bahan

ajar tersebut dapat digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi (3) Efektif jika

memenuhi indikator: rata-rata skor pengerjaan tes hasil belajar siswa yang

diperoleh mencapai kriteria ketuntasan minimum dan adanya respon positif siswa

yang ditunjukkan melalui angket yang diberikan.

2.8 Tinjauan Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009:14), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Kemudian menurut Mulyono (2012:14), mengatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak yang

berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

atau tujuan-tujuan instruksional.

Menurut Sudjana (2009:3) mendefinisikan penilaian hasil belajar adalah

proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria

tertentu. Penilaian hasil belajar siswa dilakukan setelah berakhirnya penyajian

materi yang disebut post-test. Tujuan dari post-test adalah untuk mengetahui
Dicetak pada tanggal 2020-09-08
Id Doc: 589c8c2181944d3e10493f26 34

sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah disajikan pada suatu

periode tertentu.

Tes jika ditinjau dari bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes

hasil belajar dalam bentuk uraian (non obyektif) dan tes hasil belajar bentuk

obyektif. Disebut tes obyektif karena siapapun yang memeriksa hasil tes akan

menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian hasilnya dipengaruhi oleh

pemberi skor. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes

bentuk obyektif. Tes diberikan pada saat setelah ujicoba akhir produk. Tes

berbentuk pilihan ganda yang mengacu pada indikator kemampuan pemahaman

konsep yaitu untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadp konsep pada materi

peluang. Seperti menanyakan tentang konsep-konsep yang ada pada materi

peluang.

Anda mungkin juga menyukai