Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR 2

Nama : Indah Fazriyanti

Kelas : 05PPKE004/Reg C

Nim : 181011500296

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PPKN

SOAL

1. Jelaskan hakikat kurikulum dalam pendidikan di Indonesia!

2. Jelaskan pemahaman Anda mengenai fungsi dari dimensi-dimensi kurikulum bagi proses
pendidikan!

3. Kurikulum di Indonesia dari periode tahun 1947-2013 mengalami perkembangan.


Analisislah setiap periode tersebut, kemudian kaitkan dengan dimensi-dimensi
kurikulum!

4. Jelaskanlah maksud dari “Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis” !

5. Jelaskanlah hubungan kurikulum dengan pengajaran!

JAWABAN

1. Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan pembelajaran sebagai suatu sistem yang
bertujuan membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar di dalam diri siswa. Belajar mungkin dapat terjadi tanpa pembelajaran.
Namun, pengaruh suatu pembelajaran pada belajar hasilnya lebih sering menguntungkan
dan biasanya mudah diamati. Sementara itu, Gredler mengemukakan bahwa proses
perubahan sikap dan tingkah laku siswa pada dasarnya terjadi dalam satu lingkungan
buatan dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami. Oleh karenanya, agar
proses belajar siswa dapat berlangsung optimum perlu diciptakan lingkungan belajar
yang mendukung pengalaman belajar siswa. Proses menciptakan lingkungan belajar
sedemikian rupa ini disebut pembelajaran. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tidak berlangsung secara alami atau terjadi begitu
saja, tetapi melalui proses menciptakan lingkungan belajar berupa kegiatan merancang
dan menyusun serangkaian peristiwa untuk mempengaruhi dan mendukung proses belajar
dalam diri siswa. Sebagai guru, Andalah yang bertugas menciptakan lingkungan belajar
agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dengan kata lain, pembelajaran diciptakan
oleh guru dengan tujuan membantu siswa belajar.

2. Dimensi Kurikulum
Toto Ruhimat dkk (S. Hamid Hasan,1988) mengemukakan bahwa terdapat empat
dimensi kurikulum, yaitu:
1) Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan.
2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan
dari kurikulum sebagai suatu ide.
3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis.
4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan.
3. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999,
2004, 2006 dan 2013.

1. KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)


Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh
tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga
sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan
Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem
pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Susunan persekolahan zaman kolinial
adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):
a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan
pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.
b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun
dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa
Belanda selama 7 tahun.
c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan
tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun
Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun,
Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum “Rencana


Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan
beralih pada masa orde baru

a. Rencana pelajaran 1947


Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”,
artinya rencana pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan
kisi-kisi pendidikannya lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional.
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan
SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak
tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
c. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
2. KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)
Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari
disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan
model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan
esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memeliharadan
mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi
yang baru.
3. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/ 2006)
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994) berimpilkasi
pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan
keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang
memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi
pada penguasaan kompetensi secara holistik.
4. KURIKULUM 2013
Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen,
proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran
serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.

4. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen


pendidikan). kurikulum sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di
Indonesia kita mengenal format matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum
1986, kurikulum 1994, dan seterusnya.
5. Hubungan kurikulum dengan pengajaran
Dalam setiap program pendidikan pasti mempunyai kurikulum, yang mana
kurikulum tersebut biasanya tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP), yang berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kurikulum dalam
suatu sekolah. Jadi guru dalam pelaksanaan kurikulum ini sangat berperan dalam
mentrasformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan
petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar.

Maka dari itu, berhasil tidaknya kurikulum banyak tergantung atas peranan guru
yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, antara lain:

1. Guru sebagai perencana pengajaran, ia harus membuat perencanaan


pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan mengajar.

2. Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar


yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

3. Guru sebagai evaluator, artinya ia melakukan pengukuran untuk mengetahui


apakah anak telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. (Burhan
Nurgiyantoro, 1988 : 57)

Dalam melaksanakan peranan-peranan di atas, guru dituntut untuk mampu


mengembangkan sikap profesional guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pendidikan. Guru profesional, dalam hubungan ini, adalah guru yang memiliki keahlian
sebagai guru, artinya guru itu harus mempunyai kompetensi atau kemauan dasar sebagai
syarat untuk memangku profesi tersebut.

Kompetensi guru, seperti dikemukakan oleh Glasser, ada empat hal, yakni:

a. Menguasai bahan pelajaran

b. Kemampuan mendiagnosis kelakuan siswa

c. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran

d. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa (Nurhaida Amir dan Rudito, 1981: 1)

Jadi, guru dalam mengemban tugas sebagai seorang pengajar, minimal harus mampu:
Pertama, menguasai silabus atau GBPP serta petunjuk pelaksanaannya.
Dimaksudkan dengan hal ini ialah seorang guru harus mampu memahami aspek-aspek
berikut ini:

a. Tujuan yang ingin/hendak dicapai

b. Isi/materi bahan pelajaran dari setiap pokok bahasan/topik

c. Alokasi waktu untuk setiap topik perkuliahan/bahan pelajaran

d. Alat dan sumber belajar yang akan digunakan

Kedua, terampil menyusun program pengajaran/perkuliahan. Dalam hal ini


dimaksudkan pengajar harus trampil dalam mengemas dan menyusun serta merumuskan
bahan pelajaran. Mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
sampai pada teknik evaluasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.

Ketiga, terampil melaksanakan proses belajar mengajar. Artinya terampil dalam


mengimplementasikan kurikulum, yaitu mengaktualisasikan standar pendidikan dalam
proses belajar mengajar di kelas kepada peserta didik. Termasuk dalam kawasan ini
terampil dalam menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, kiat, seni mengajar,
memilih dan menetapkan sumber belajar yang tepat, menggunakan media pengajaran dan
sebagainya.

Keempat, terampil dalam menilai hasil belajar siswa, yaitu mengevaluasi sejauh
mana apa yang telah disampaikan kepada peserta didik di dalam proses belajar mengajar
yang disebutkan terdahulu telah dapat dikuasai oleh siswa/peserta didik. Atau dengan
kata lain trampil menilai sejauh mana materi/bahan pelajaran yang telah diberikan sudah
menjadi milik siswa.

Kurikulum, guru, dan pengajaran saling berhubungan satu sama lain. Kurikulum
tentunya merupakan awal atau rancangan bagaimana pendidikan nantinya akan
dijalankan. Kesesuaian kurikulum dalam instansi pendidikan akan mempermudah
seorang guru dalam menentukan model dan metode mengajarnya serta mempermudah
dalam menyiapkan dan menyampaikan materi pembelajaran nantinya. Dengan
adanyakesesuaian kurikulum, model dan metode mengajar yang disesuaikan oleh
guru diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat. Hal ini mungkin terjadi karena
sejak dari awal telah ditetapkan bagaimana rancangan pendidikan nantinya dijalankan
dengan perencanaan kurikulum yang baik dan relevan.

Melaksanakan kurikulum merupakan kegiatan inti dari proses perencanaan.


Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru mampu
mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar (Depdikbud dalam Rusman,
69). Di Indonesia, kurikulum disusun dan berlaku secara Nasional untuk semua sekolah
pada jenjang yang sama. Ini dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita Nasional Bangsa
Indonesia. Setiap kurikulum selalu berisikan sesuatu yang dicita-citakan dalam bidang
pendidikan artinya hasil belajar yang diinginkan agar dimiliki oleh anak didik. Untuk
mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam kurikulum, para gurulah yang memegang
peranan sentral dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.

Selain itu, kurikulum dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat
karena kurikulum itu sendiri merupakan mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dalam melaksanakan hal tersebut tentu
tidak lepas dari unsur-unsur seperti manusiawi (guru), material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang semua itu disebut dengan pembelajaran. Maka
kurikulum, guru, dan pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri karena saling berhubungan
erat dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi, kurikulum, guru,
dan pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai