Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada


pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini
belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah
sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu
pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013.

Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan


sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat.

Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu


Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Dalam pembahasan makalah ini, penulis bermaksud memaparkan


perkembangan kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan) dan juga
kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999. Berdasarkan hal tersebut maka
yang menjadi rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah pengertian kurikulum?


2. Bagaimana analisis kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan)?
3. Bagaimana analisis kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999?

Demikian rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini yang dapat penulis
tuangkan dalam bab pendahuluan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
ANALIS KURIKULUM 1984 SAMPAI DENGAN KURIKULUM 1994
(Kurikulum 75 Yang Disempurnakan Sampai Dengan Suplemen Kurikulum 1999)

A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai


pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum minimal dapat meramalkan
hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang
harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang
sesuai untuk sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah-ubah. Menurut Sudjana (1993:
37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen
kurikulum yakni:

1. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup


masyarakat dan falsafah bangsa.

2. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -
mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata
pelajaran.

3. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan


kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan
sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian
hasil belajar.

4. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari


segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah
seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

2
5. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut
metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum
berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program
pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum.

M. Arifin (1991) memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang


harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan. S. Nasution (1994) menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang
kurikulum. Diantaranya: Pertama, kurikulum sebagai produk (hasil pengembangan
kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh
siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan Ketiga, kurikulum dipandang sebagai
pengalaman siswa.

Hamalik (2001) memberikan beberapa tafsiran kurilulum dalm tiga hal, yaitu:

1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.

2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program


pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa

3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam hal ini kurikulum merupakan


serangkaian pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatan-
kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup
juga kegiatan-kegiatan diluar kelas.

B. Analisis Kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan)

Kurikulum 1984 adalah pergantian dari kurikulum 1975 yang didasarkan pada
surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang
perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari

3
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena sudah dianggap tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya
adalah sebagai berikut:

1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).

Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. CBSA
merupakan sustu proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dipandang dari
segi peserta didik, maka CBSA adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka
belajar. Jika dipandang dari sudut guru sebagai fasilitator, maka CBSA merupakan
suatu strategi belajar yang direncanakan sedemikian rupa, sehingga proses belajar
mengajar yang dilaksanakan menuntut aktifitas dari peserta didik yang dilakukannya
secara aktif.

4
Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975.
Dalam Kurikulum 1984 ini, terdapat memiliki ciri-ciri yang sangat menonjol.
Diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa


pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu
siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
5) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar
dan dari sederhana menuju ke kompleks.
6) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan

5
perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

Dalam penyusunan Kurikulum 1984 (kurikulum 1975 yang disempurnakan)


terdapat kebijakan-kebijakan yang harus di ikuti. Adapun kebijakan tersebut adalah:

1. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984


memiliki enam belas mata pelajaran inti.
2. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3. Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3
jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan
dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
1) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
2) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
3) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
4) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
5) B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B
memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara
ditiadakan.
4. Pentahapan waktu pelaksanaan, kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap
dari kelas I SMA berturut ke tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, namun mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan
secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA,
yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-
sini ada tempelan gambar yang menyolok, dan guru tak lagi mengajar dengan model
berceramah. Penolakan CBSA akhirnya banyak bermunculan.

Adapun beberapa kelemahan dari CBSA menurut Oemar Hamalik, yaitu : Tidak
menjamin dalam melaksanakan keputusan. Jadi, kelemahan dari CBSA yakni siswa
yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.

6
Adapun kelebihan dari CBSA yaitu : Prakarsa siswa dapat lebih dalam
kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui kebenaran memberikan pendapat.
Keterlibatan siswa di dalam kegiatan- kegiatan belajar yang telah berlangsung yang
ditunjukkan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan.

C. Analisis Kurikulum 1994 Dan Suplemen Kurikulum 1999

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem


Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah Umum
perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran


menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar
dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena
berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya
ikut mengembangkan kurikulum di sekolah.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan


dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.

Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya


berada ditangan pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu terlibat, kemudian
tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya
dianggap sebagai siswa yang harus menerima semua materi dan tanpa
mem[praktekannya. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan ketrampilan

7
hanya dikembangkan melalui latihan soal. Mulyasa (Muhammad Joko, 2007 : 102-
104).

Dalam ranah pendidikan dasar, isi kurikulum sekurang-kurangnya wajib


memuat bahan kajian dan pelajaran: pendidikan pancasila, pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika,
pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum,
kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar,
bahasa Inggris. (PP. No. 28 tahun 1990. Pasal 14:2). Sementara materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Dalam kurikulum pendidikan kelas dasar (SD/MI/SMP/MTS), pengantar Sains


dan Tekhnologi menempati peran penting untuk dipelajari anak didik meskipun
tidak mengabaikan aspek yang lain. Hal ini dimungkinkan sebagai upaya
mempersiapkan anak didik memasuki era industrialisasi abad ke-21 dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Sementara berkaitan dengan isi kurikulum tingkat pendidikan menengah, maka


setidaknya wajib memuat tiga aspek kajian dan pelajaran yaitu; Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Disamping itu,
kurikulum sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambahkan mata pelajaran
sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas sekolah menengah yang
bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional
(Pasal 15:5)

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem


kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.

8
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:

1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Diharapkan


agar siswa memperoleh materi yang cukup banyak.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih
dari satu jawaban), dan penyelidikan.
5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah siswa.
6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.

Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk


pemantapan pemahaman. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul
beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada
pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:

1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

9
2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum


dengan diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum,
yaitu :

1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan


kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
tuntutan kebutuhan masyarakat.
2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat
antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan
keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
3) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi
materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku
pelajaran.
5) Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
6) Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Berdasarkan makalah yang telah di bahas, maka dapat penulis simpulkan


bahwa:

1. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai


pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum minimal dapat meramalkan
hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa
yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.

2. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Kurikulum ini sering


disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kelemahan dari CBSA yakni
siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan
ketinggalan. Adapun kelebihan dari CBSA yaitu : Prakarsa siswa dapat lebih
dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui kebenaran memberikan
pendapat.

3. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan


dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah sistem semester ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak.

Demikian yang dapat penulis simpulan dalam pembahasan makalah ini. Mohon
maaf jika banyak terjadi kesalahan, baik dalam pemaparan materi maupun dalam
teknik penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan khususnya bagi penulis sendiri. Sekian dan terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat


satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang


Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan


Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta:


Depdiknas

Arifin, HM, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)

Nasution, S., Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), Cet.I

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/24/makalah-konsep-kurikulum-
pendidikan-islam-pengembangan-kurikulum-dari-berbagai-aspek-prinsip-dasar-
penyusunan-kurikulum-pendidikan-islam-ciri-dan-dasar-kurikulum-pendidikan-
islam-dan-pengertian-kur/

http://ktspsmartsystem.blogspot.com/2012/06/sejarah-perkembangan-kurikulum-

http://yudisupriadisangpengabdi.blogspot.com/2013/05/sejarah-perkembangan-
kurikulum-di.html

http://wizardh6lic.blogspot.com/2010/04/pengembangan-kurikulum.html

12

Anda mungkin juga menyukai