Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Kurikulum dan Dampaknya Pada Pendidikan

Dalam perjalanan nya Indonesia telah mengalami berbagai perubahan model kurikulum
sejak kemerdekaan. Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta metode yang
digunakan sebagai pedoman untuk menyelenggarakan pembelajaran dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional. Ada satu kesatuan antara pendidikan dan kurikulum yang tidak dapat
dipisahkan. Karena pendidikan tanpa kurikulum tidak akan pernah menjadi jelas tentang
tujuan pendidikan itu sendiri dan pendidikan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kondisi
kehidupan peserta didik. Mengembangkan kemampuan atau kompetensi untuk mencapai
tujuan sesuai kebutuhan. Tentu saja, kurikulum disempurnakan dari tahun ke tahun. Karena
teknologi yang semakin berkembang. Jika tidak dilakukan perubahan kurikulum, kualitas
pendidikan di Indonesia akan terus menurun karena sistem pembelajaran hanya menerapkan
kurikulum yang sudah ketinggalan zaman atau lama. Dalam hal ini, sebenarnya bukan hanya
kurikulum yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun peran
aktif seorang guru yang berkompetensi, inovatif serta memiliki kualitas skill tinggi yang juga
menjadi salah satu peranan penting dalam hal tersebut.
Di Indonesia, terjadi 11 kali perubahan kurikulum. Dimulai pada tahun 1947 yang
disebut rencana pelajaran. Pada saat itu kurikulum ini baru diperkenalkan pada tahun 1950
pada masa pasca kemerdekaan. Kemudian disempurnakan pada tahun 1952, yang disebut
rencana pembelajaran terurai. Pada tahun 1964 kurikulum kembali disempurnakan dan
disebut dengan rencana Pendidikan. Pada tahun 1968 adalah kurikulum pertama ketika era
orde baru, dimaksudkan untuk menggantikan kurikulum 1964 yang lebih politis. Lalu pada
tahun 1975 lebih dikenal sebagai Rencana Pelajaran untuk Setiap Unit Diskusi. Kurikulum ini
ada karena pengaruh MBO (Management By Objective) dengan metode dan materi Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Di tahun 1984 menggunakan kurikulum dengan
model CBSA yaitu Cara Belajar Siswa Aktif. Pada tahun 1994 diperbaharui dengan
menggabungkan dua kurikulum sebelumnya dari tahun 1975 dan 1984. Namun, kurikulum ini
ternyata kurang efektif sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam belajar. Kemudian
pada tahun 2004 diubah lagi menjadi kurikulum berbasis kompetensi (BK), pada tahun 2006
diubah kembali menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan pada tahun 2013
kurikulum diubah lagi dari KTSP. Kurikulum tahun itu sering disebut sebagai K13 atau
kurikulum 2013. Lalu belum lama ini pemerintah Kembali mengubah kurikulum 2022 dengan
menetapkan kurikulum merdeka. Namun, kurikulum ini tidak wajib. Kemendikbudristek
menanggapi persoalan terkait kurikulum merdeka melalui Sekretariat Jenderal Pendidikan
Kejuruan (Setditjen Diksi). Kurikulum merdeka tidak diwajibkan, hanya ditujukan untuk
lembaga pendidikan yang disiapkan dan disesuaikan dengan kondisi sekolah.
“Kemendikbudristek membuat 3 kurikulum yaitu kurikulum darurat, kurikulum merdeka dan
kurikulum bagi sekolah agar memilih kurikulum mana yang sesuai dengan keadaan sekolah”,
jelas Wartanto (2022).
Menurut Soetopo dan Soemanto (1991), faktor-faktor yang mendorong terjadinya
perubahan kurikulum adalah:
1. Pembebasan sebagian wilayah dunia dari penjajahan, karena negara-negara ini dengan
kemerdekaannya, mengakui bahwa mereka selalu didukung dalam sistem pendidikan
yang tidak lagi sesuai dengan cita-cita warga negara yang merdeka. Oleh karena itu,
mereka mulai merencanakan perubahan besar dalam kurikulum dan sistem pendidikan
yang ada.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah kembali. Di satu sisi
perkembangan berbagai bidang ilmu sekolah menyebabkan ditemukannya teori-teori
lama, di sisi lain perkembangan ilmu psikologi, ilmu komunikasi dan ilmu-ilmu
lainnya menyebabkan ditemukannya teori-teori dan metode-metode baru dalam belajar
mengajar dan perkembangan di atas sendiri mendorong perubahan isi kurikulum dan
strategi implementasi.
3. Pertumbuhan penduduk dunia yang pesat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk,
semakin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan, yang berarti
metode atau pendekatan sebelumnya dalam dunia pendidikan harus ditinjau kembali
dan jika perlu disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan yang semakin meningkat.

Perubahan kurikulum ini memiliki pengaruh baik dan buruk bagi pendidikan. Dampak
positif perubahan kurikulum bagi siswa adalah mereka belajar mengikuti perkembangan
zaman sesuai dengan kondisi lingkungan dan dukungan fasilitas pengajaran sekolah. Karena
dalam masa transisi, siswa membutuhkan bimbingan yang baik dari guru yang berkualitas,
kepala sekolah yang mendukung, fasilitas yang memadai, dan orang tua yang menjadi acuan
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan program sekolah. Oleh karena itu, setiap perubahan
kurikulum harus disertai dengan komponen. Menurut (Langgulung,2003) setidaknya
kurikulum mencakup 4 komponen, yaitu :
1. Tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
2. Pengetahuan, ilmu-ilmu, data-data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman dari mana-
mana.
3. Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk
mendorong mereka kepada yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang.
4. Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai hasil
proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.

Sedangkan dampak buruk yang dirasakan yaitu memerlukan waktu dalam penyesuaian
peserta didik terhadap kurikulum yang baru. Akibatnya membuat prestasi para peserta didik
ikut menurun. Dampak ini pun tidak hanya dirasakan oleh peserta didik. Namun, sekolah pun
akan memiliki kendala terhadap pencapaian visi dan misi nya. Apalagi setiap sekolah
memiliki sumber daya manusia, tenaga pengajar, karakteristik serta sarana dan prasarana yang
berbeda-beda. Hal tersebutlah yang dapat memicu terhambatnya penerapan kurikulum.
Seperti yang kita ketahui, hal ini biasanya terjadi di sekolah-sekolah yang berada di
daerah terpencil. Menerapkan kurikulum baru sangat sulit. Karena masih banyak kebutuhan
Pendidikan lain yang harus dipenuhi.

Anda mungkin juga menyukai