Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurul Faridah

NIM : 044568925
UPBJJ : Surabaya

1. Dari segi etimologi, kata Filologi berasal dari bahasa Yunani philologia. Dalam
perkembangannya, Filologi memiliki beberapa makna yang dapat dijelaskan secara rinci!

JAWABAN
Kata filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari
philos yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘pembicaraan’, ‘kata’ atau ‘ilmu’. Secara
harfiah, kata filologi berarti ‘cinta kata-kata’. Dalam perkembangannya philologia berarti
‘senang berbicara’ yang kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, senang kepada
ilmu’, ‘senang kepada tulisan-tulisan’, dan kemudian senang kepada tulisan-tulisan yang
bernilai tinggi’ seperti ‘karya-karya sastra’.

2. Sasaran utama dari bidang Filologi adalah naskah-naskah kuno yang dijadikan sebagai objek
penelitian. Terangkan dengan jelas mengenai sasaran dan obyek yang menjadi fokus dalam
bidang Filologi!

JAWABAN
OBJEK DAN SASARAN KERJA
Sebagai sebuah disiplin ilmu, syarat utama yang harus dipenuhi adalah mempunyai objek
kajian dan sasaran kerja. Sebab, dari kajian objek dengan sasaran kerja itulah ilmu itu dapat
berkembang sehingga melahirkan beragam rumusan konseptual, teori, dan metodologi.
Filologi sebagai disiplin ilmu yang cukup tua dan mapan juga memiliki objek kajian dan
sasaran kerja sebagaimana ilmu-ilmu lainnya. Yang dimaksud objek kajian di sini adalah
sesuatu yang menjadi fokus persoalan, sasaran dikaji, dan diteliti dalam sebuah ilmu;
sedangkan sasaran kerja adalah sesuatu dan atau hal di mana objek kajian itu terletak di
dalamnya. Objek kajian dan sasaran kerja tersebut tidak terpisahkan secara fisik, tetapi secara
hakikat dapat dipisahkan karena objek kajian itu melekat pada sasaran kerjanya. Keduanya
memunculkan pokok-pokok persoalan yang menjadikan filologi sebagai disiplin ilmu dapat
berkembang hingga kini.
Objek Kajian Filologi
Persoalan teks merupakan persoalan utama filologi sebab lahirnya filologi didasari
dengan munculnya perbedaan bacaan atau teks dalam peninggalan tertulis masa lampau.
Munculnya perbedaa teks itu berkaitan dengan kegiatan penurunan. Pada umumnya
perbedaan teks yang kecil (variant) disebabkan oleh faktor ketidaksengajaan dalam
penyalinan, tetapi munculnya perbedaan teks yang besar (version) diduga sengaja dilakukan
oleh penyalin. Hal inilah kemudian yang meneguhkan teks sebagai objek kajian filologi.
Objek kajian filologi adalah semua teks yang ada pada peninggalan tertulis masa lampau.
Teks adalah sesuatu yang abstrak karena berupa gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan,
undang-undang, sejarah, ajaran-ajaran, harapan, dan beragam hal lain yang pernah terjadi dan
muncul di masa lalu yang terdokumentasi dalam bentuk tulisan. Teks-teks masa lampau itu
kebanyakan tertuang dalam berbagai tulisan, bahasa, genre, dan bahan yang menjadi alas atau
media menulis. Bahan yang dijadikan alas untuk menuliskan gagasan pun juga beragam, di
antaranya daun papirus, kulit binatang, kulit kayu, rotan, daun lontar, dan dluwang.
Hadirnya manuskrip itu sangat berkaitan dengan proses pewarisan ide, gagasan, dan cita-
cita nenek moyang pada generasi sesudahnya. Karena penurunan warisan itu turun-menurun
dan pewarisnya takut kehilangan warisan, maka naskah itu pun disalin oleh generasi
sesudahnya. Proses reproduksi atau penyalinan teks inilah yang mengakibatkan munculnya
beragam variasi teks. Dengan munculnya banyak variasi teks itulah, sejumlah manuskrip
dengan judul yang sama bisa bervariasi isinya, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak.
Pada hakikatnya cakupan teks itu sangat luas. Sebab, teks itu tidak hanya menandai suatu
gagasan yang terdokumentasi dalam bentuk tulisan tangan (manuscript (ms)/manuscripts
(mss)) saja, tetapi juga menandai semua pengetahuan dan gagasan pemikiran yang
ditransmisikan secara lisan serta beragam pengetahuan dan gagasan yang terdokumentasikan
dalam bentuk buku cetakan. Karena teks itu cakupannya sangat luas, maka muncullah ilmu
lain yang mengiringi filologi, yakni tekstologi.
Tekstologi hakikatnya adalah ilmu yang mempelajari sejarah teks dan atau
perkembangannya. Tekstologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti sejarah
teks suatu karya yang salah satu pekerjaan praktisnya adalah menyunting teks secara ilmiah.
Teks adalah sesuatu yang bersifat abstrak, karena berupa gagasan, pengetahuan, dan
informasi yang beragam. Hal yang abstrak di sini bukan berarti tidak bisa kita peroleh dan
kita teliti karena tidak ada wujud dan bentuknya, tetapi hal tersebut dapat kita peroleh dari
hal-hal yang konkret, yakni peninggalan tertulis masa lampau. Di sinilah kita harus dapat
membedakan objek kajian filologi dan sasaran kerja filologi.

Sasaran Kerja Filologi


Teks-teks sebagai objek kajian filologi yang berupa informasi masa lampau itu tidak
tersimpan dalam lisan dan ingatan pewarisnya saja, tetapi teks-teks itu tersimpan dalam
beragam tulisan tangan yang dalam studi filologi Indonesia disebut dengan naskah
(manuscript). Kebanyakan orang memang bingung membedakan antara teks dan naskah,
bahkan mereka sering mengacaukan dan mempertukarkannya dalam penyebutannya. Namun,
dalam studi filologi ini Anda harus dapat membedakan kedua stilah itu. Sebab, hakikatnya
perbedaan keduanya sangat jelas. Kalau pengertian teks sebagaimana diuraikan di atas adalah
informasi dan atau abstrak, maka naskah adalah wujud konkretnya. Sebab, teks-teks tertuang
dalam naskah-naskah yang konkret. Dari penjelasan mudah untuk membedakan keduanya.
Kajian filologi adalah teks, maka sasaran kerjanya adalah naskah. nusantara sangat
beragam, baik bahan, tulisan, bahasa, bentuk, Naskah-naskah karakteristiknya. Dilihat dari
segi bahan yang digunakan sebagai alas menulis, naskah-naskah nusantara tertulis dalam
berbagai alas. Di antaranya yang paling banyak adalah kertas (Eropa), dluwang, daun lontar,
kulit kayu, kulit binatang, dan rotan. Kertas banyak digunakan dalam penulisan teks-teks
Melayu, Aceh, Jawa, Madura, dan Lombok. Dluwang banyak digunakan dalam tradisi
penulisan teks Jawa. Daun Lontar banyak dipakai dalam penulisan teks-teks Bali dan
Lombok. Rotan hanya dipakai dalam tradisi Batak, sedangkan kulit binatang hampir
digunakan dalam berbagai etnis meskipun jumlah teksnya terbatas.

3. Dalam proses mempelajari naskah, perlu diperhatikan pengaruh bahasa lain yang berdampak
pada bahasa-bahasa naskah Indonesia. Jelaskan secara terperinci bahasa-bahasa yang
memiliki pengaruh signifikan pada naskah-naskah Indonesia!

JAWABAN
Kajian filologi adalah teks, maka sasaran kerjanya adalah naskah. nusantara sangat
beragam, baik bahan, tulisan, bahasa, bentuk, Naskah-naskah karakteristiknya. Dilihat dari
segi bahan yang digunakan sebagai alas menulis, naskah-naskah nusantara tertulis dalam
berbagai alas. Di antaranya yang paling banyak adalah kertas (Eropa), dluwang, daun lontar,
kulit kayu, kulit binatang, dan rotan. Kertas banyak digunakan dalam penulisan teks-teks
Melayu, Aceh, Jawa, Madura, dan Lombok. Dluwang banyak digunakan dalam tradisi
penulisan teks Jawa. Daun Lontar banyak dipakai dalam penulisan teks-teks Bali dan
Lombok. Rotan hanya dipakai dalam tradisi Batak, sedangkan kulit binatang hampir
digunakan dalam berbagai etnis meskipun jumlah teksnya terbatas.
Tulisan atau huruf-huruf yang digunakan dalam naskah-naskah nusantara juga beragam.
Dalam naskah-naskah Melayu dan Aceh tulisan yang digunakan adalah huruf Jawi atau sering
disebut dengan huruf Arab-Melayu. Dalam naskah-naskah Jawa dan Madura digunakan dua
macam huruf yang dominan, yaitu huruf Jawa dan huruf Arab- Jawa atau yang sering disebut
dengan huruf pegon. Huruf Jawa banyak digunakan untuk menuliskan teks-teks Jawa yang
berasal dari kraton dan sekitarnya, sedangkan huruf Arab-Jawa banyak digunakan pada teks-
teks Jawa pengaruh Arab-Islam dan teks berbahasa Madura, yang kebanyakan berkembang di
wilayah pesisir dan atau pesantren. Naskah-naskah lontar Bali pada umumnya menggunakan
huruf Bali, meskipun ada pula yang menggunakan huruf Jawa (pertengahan). Adapun naskah
Lombok di samping menggunakan huruf Bali, Jawa-Bali, juga menggunakan huruf Arab.
Bahasa yang digunakan dalam naskah-naskah nusantara sangat beragam. Hal itu
disebabkan oleh banyaknya jumlah suku yang kebanyakan mempunyai bahasa tersendiri.
Karena hampir setiap suku bangsa itu mempunyai warisan naskah, maka naskah-naskah
Nusantara pun menggunakan bahasa yang sangat beragam.
Munculnya keberagaman naskah-naskah Nusantara di samping berdasarkan alas. huruf,
dan bahasa, juga disebabkan oleh muatan isi dan bentuk teks. Dengan muatan isi yang
beragam dan bentuk (genre) teks yang beragam, maka naskah-naskah nusantara kian beragam.
Kondisi yang demikian itu pulalah yang menjadikan karakteristik naskah-naskah nusantara
kian kompleks.
4. Filologi memiliki kaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, sehingga peranannya
menjadi penting sebagai alat bantu bagi ilmu-ilmu tersebut. Terangkan bagaimana Filologi
memberikan dukungan atau kontribusi kepada berbagai disiplin ilmu lainnya!
JAWABAN

Filologi sebagai disiplin ilmu yang spesifik tidak bisa berdiri sendiri, tetapi
membutuhhkan bantuan ilmu lain. Namun, yang jauh lebih penting adalah filologi dapat
membantu pengembangan ilmu-ilmu lain dengan signifikan karena filologi dapat
menyediakan dan mendudah data-data dari khazanah pustaka masa lampau yang
mendokumen beragam informasi dan pengetahuan. Di sinilah kemudian filologi sebagai le
etalage de savoir (pintu gerbang pengetahuan)
Berdasarkan data-data naskah yang terdapat dalam berbagai katalog, filologi dapat
membantu pengembangan multidisiplin. di antaranya linguistik, sastra, antropologi, hukum
adat, agama, sejarah, farmakologi dan kosmetika, astronomi dan astrologi, dan beberapa
disiplin lainnya. Filologi sebagai alat bantu multidisiplin tersebut bukan mengada-ada, tetapi
berbasis data yang akurat Namun, potensi itu belum digarap dengan baik oleh filolog maupun
pemerhati lain.
1. Pengembangan Disiplin Lingusitik dan Sastra
Dalam bidang linguistik dan sastra, filologi sangat berperan penting dalam
mengembangkan studi linguistik historis komperatif karena naskah yang menuliskan teks
masa lalu dalam struktur bahasa yang khas dapat dijadikan data utama dalam kajiannya
2. Pengembangan Disiplin Antropologi
Dalam studi antropologi, baik antropologi budaya, sosial, maupun lainnya, filologi dapat
mengembangkan disiplin ini dengan baik. Sebab, antropologi sebagai ilmu yang mengkaji
manusia sangat membutuhkan data-data masa lalu yang mengungkap budaya, adat-istiadat,
sistem sosial, agama dan kepercayaan.
3. Pengembangan Disiplin Ilmu Hukum Adat
Dalam studi hukum, khususnya hukum adat, filologi dapat membantu pengembangan ilmu
hukum adat. Sebab, filolog dapat menyediakan data teks-teks hukum dan peraturan-
peraturan adat masa lampau dari berbagai etnis Indonesia. Misalnya, naskah Undang-
Undang Melaka, Undang-Undang Minangkabau, Undang Undang Nagari Salimpat di
Melayu; Naskah seperti Kutaramanawa, Dewagama Adigama, Swarajambhu di Jawa, dan
tersedia juga dalam etnis lainnya.
4. Pengembangan Disiplin Agama
Naskah-naskah lama yang membentangkan tentang ilmu agama sangat banyak. terutama
yang berhubungan dengan ajaran dan nilai agama Islam Hindu, dan Buda Naskah-naskah
yang berisi ilmu agama Islam sangat banyak terutama yang ditulis dengan huruf Arab baik
huruf Arab asi maupun huruf Arab rekan, yakni huruf Jawi dan pegon.
5. Pengembangan Disiplin Sejarah
Untuk pengembangan disiplin ilmu sejarah, naskah-naskah lama sudah lama membantu
proses penyusunan sejarah di Nusantara. Sebab, salah satu sumber sejarah adalah dokumen
tertulis, yakni naskah. Meskipun kebanyakan penulisan sejarah mengacu pada fakta-fakta
sejarah seperti artefak, fosil, prasasti, dan sebagainya, tetapi naskah-naskah yang
mengungkap peristiwa masa lalu, seperti babat, serat, hikayat, dan kisah tentang kerajaan
juga dapat dijadikan sebagai sumber sekunder. Sebagai contoh hadirnya naskah Babad
Tanah Jawi, Babad Diponegoro, Babad Demak, Babad Buleleng, dan sebagainya telah
dimanfaatkan dalam penulisan sejarah Jawa dan Bali Begitu juga dengan Hikayat Hang
Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu Sajarah Banten. Hikayat Perang Sabi,
Hikayat Banjar dan Kota Waringin pun telah dimanfaatkan dalam penulisan sejarah
Melayu, Banten, Aceh, dan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
6. Pengembangan Disiplin Farmakologi dan Kosmetika
Dengan banyaknya efek negatif yang ditimbulkan dari obat-obatan dan kosmetika modern
yang sarat dengan penggunaan zat-zat kimia, maka farmakologi dan kosmetika di
Nusantara sekarang ini diarahkan pada penggunaan bahan-bahan yang berbasis alam dan
atau herbal. Konsep demikian ini sebenarnya sudah lama digunakan masyarakat sekaligus
menjadi tradisi leluhur yang diturunkan hingga kini.
7. Pengembangan Disiplin Astronomi dan Astrologi
Meskipun perkembangan ilmu astronomi dan astrologi modern sudah berkembang pesat,
tetapi sebaiknya ilmuwan bidang itu tidak menafikan warisan masa lampau. Sekurang-
kurangnya dalam studi perbandingan dan atau dalam sejarah perkembangan ilmu warisan
leluhur bidang astronomi dan astrologi tradisonal dijadikan rujukan. Sebab, kebanyakan
ilmuwan hanya merujuk teori-teori yang berasal dari barat.
Naskah-naskah terkait perbintangan ini seharusnya juga dijadikan rujukan oleh ilmuwan
untuk mengembangkan bidang astronomi dan astrologi, sebab nenek moyang telah banyak
mengembangkan ilmu ini sebagai pedoman dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
Untuk mengembangkan disiplin perbintangan yang lebih spesifik ini, ilmuwan dan dapat
bekerja sama dengan filologi untuk mendudah naskah-naskah lama yang melimpah itu.

Sumber :
BMP PBIN 4435 FILOLOGI UT

Anda mungkin juga menyukai