Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR (HAND-OUT)

A. Identitas Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah: Telaah Naskah dan Kritik Teks Sks :3


Kode MK : IND1.62.4009
Bahan Kajian : Objek, Fungsi, dan Tujuan Filologi: Kodekologi dan Tekstologi
Pertemuan ke- : 2
Prodi : Sastra Indonesia
Fakultas : Bahasa dan Seni
Dosen Pengampu : Dr. Nurizzati, M.Hum

B. Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Bahan Kajian Terkait KKNI:

Berpikir kritis untuk membedakan objek filologi berupa naskah dan teks, baik
dari segi bendanya, jumlahnya, dan umurnya; mengidentifikasi fungsi naskah dan
teks bagi masyarakat dahulu; dan membedakan fungsi umum dan khusus studi
filologi

C. Materi:

1. Objek studi filologi; pengertian dan perbedaan naskah dengan teks


2. Fungsi naskah dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern
3. Tujuan studi filologi; tujuan umum dan khusus.
4. Sumbangan filologi bagi pengembangan kebudayaan

D. Uraian Materi 2
OBJEK, FUNGSI, DAN TUJUAN STUDI FILOLOGI

1. Objek Studi Filologi


Ojek studi filologi adalah naskah dan teks, satu wujud fisik dengan dua hakikat.
a. Naskah
Naskah adalah benda konkret yang berisi ide-ide, gagasan-gagasan, sistem-sistem, dan
pola-pola kehidupan masyarakat tradisional. Naskah berarti juga bahan bertulisan tangan,
berisi teks klasik, berbahasa daerah, dan beraksara non Latin. Bahan naskah antara lain
kertas, kertas kulit kayu (kertas Jawa atau dluwang), daun lontar, bambu, rotan, kain.
Tulisan tangan adalah goresan tangan yang tidak bisa ditiru dan tidak bisa menghasilkan
naskahnya lebih dari satu, hasilnya hanya satu. Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa
yang ada di daerah di seluruh nusantara yang digunakan untukmenuis teks, seperti
Melayu, Minang, Jawa, Sunda, Bugis, Gorontalo, dll. Aksara non-Latin, berarti aksara
(tulisan) lama: Arab Melayu, Pallawa, Pranagari, Kawi, Jawi, Pegon, Lontara, Kaganga,
dll.
Penyimpanan naskah itu di perpustakaan dan museum-museum besar. Di luar
Indonesia, naskah kita disimpan di 25 negara di dunia. Yang paling banyak menyimpan
naskah Indonesia adalah Perpustakaan Universitas Leiden. Juga ada di tengah-tengah
masyarakat, seperti di surau-surau, pesantren-pesantren, atau di tangan pemuka-pemuka
masyarakat (adat, agama), pada keturunan bangsawan tradisional, keturunan pemerintah
tradisional, seniman, dukun, dan petugas lembaga bahasa, budaya, dan nilai trdisional.

b. Teks
Teks adalah benda abstrak berupa ide-ide, gagasan-gagasan, sistem-sistem, dan pola-
pola kehidupan masyarakat tradisional; atau ringkasnya, kandungan naskah. Jenis teks
klasik itu ada 4: (1) teks sejarah: silisilah, ranji, asal-usul; (2) teks religi: kepercayaan
lama, mistik mantra; (3) teks sains: ilmu pengetahuan lama; (4) teks susastra: prosa dan
puisi.

c. Perbedaan Naskah dengan Teks


Naskah dan teks dapat dibedakan dari 3 hal; berdasarkam benda, jumlah, dan umur.
1) Berdasarkan bendanya, naskah itu benda konkrit yang bisa dipegang, dibawa-bawa,
dipindah-pindahkan, dibolak-balik, dan dibaca. Sedangkan teks adalah benda abstrak
yang tertuang di dalam naskah; teks hanya bisa dipahami
2) Berdasarkan jumlahnya, naskah jumlahnya seringkali banyak karena disalin-salin
sesuai pesanan atau kebutuhan. Sedangkan teks hanya satu; yang tertuang di dalam
naskah yang jumlahnya banyak itu adalah varian atau versinya.
3) Berdasarkan umurnya, naskah umurnya muda terutama naskah yang salinannya baru
dibuat. Sedangkan teks umurnya tua mengacu pada naskah pertama yang jauh lebih
tua dari naskah, perbedaan umur teks dengan naskah yang demikian jauh itu dapat
dilihat pada naskah yang disalin dari tradisi lisan. Perbedaan umur naskah dengan teks
bisa ratusan tahun karena teks sudah ada dan turun temurun secara lisan sebelum
kemudian disalin ke dalam bentuk tulis. Jenis teks naskah ada yang berasal dari teks
lisan, kemudian ditulis untuk kepentingan dokumentasi atau alasan lain. Berikut ini
perbedaan naskah dengan teks lebih rinci.
Tabel 1 Perbandingan Naskah dengan Teks

Indikator Perbandingan Naskah dengan Teks


Pembeda Naskah Teks
Wujud Benda/bahan konkret (daun, Benda abstrak (ide, gagasan, pola,
kertas, bambu, dll.) system)
Jumlah Banyak, karena sering disalin- Hanya satu, mengacu pada teks yang
salin pertama dibuat
Umur Muda, terutama naskah-naskah Tua, karena acuanya teks yang
salinan pertama ada (teks lisan, teks tulis
ringkas, teks tulis utuh)

2. Fungsi Filologi
a. Fungsi Naskah dalam Masyarakat Tradisional
Dalam masyarakat lama, naskah berfungsi sebagai: (a) pembentuk norma pada waktu
naskah itu ditulis, sesudahnya, atau sampai masyarakat masa sekarang yang tinggal di
pedesaan yang masih ketat dengan adat-istiadat lama; (b) sebagai pedoman keluarga,
terutama keluarga bangsawan yang memiliki ranji dan naskah tentang kekeluargaannya;
(c) sebagai alat upacara, menyertai upacara, menyemarakkan upacara, seperti upacara
turun mandi bayi, acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, upacara perkawinan,
atau upacara rakyat seperti di Madura.

b. Fungsi Naskah dalam Masyarakat Modern


Dalam masyarakat modern, naskah berfungsi: (1) sebagai pemberi informasi
penting bagi masyarakat pemiliknya, menyangkut leluhurnya yang perlu dikenali lagi;
(2) sebagai sumber ilham bagi penulis-penulis atau sastrawan yang mengangkat kembali
tema cerita-cerita lama yang bekesan bagi masyarakat; (3) sebagai sumber sejarah; teks-
teks sejarah lama yang kebenaranya mencapai 50 persen dapat dipergunakan untuk
melengkapi informasi sejarah; (4) sebagai alat evaluasi dan introspeksi diri bagi
masyarakat sekarang; norma-norma dan system-sistem kehidupan masyarakat tradisional
dapat dijadikan alat untuk evaluasi dan introspeksi kehidupan masyarakat sekarang.
Misalnya kebenaran dan ketepatan pelaksanaan sistem pemerintahan demokrasi dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia sekarang dievaluasi dan diintrospeksi dengan
system pemerintahan kerajaan masa lalu yang diinformasikan oleh naskah. Contoh lain
adalah norma kehidupan masyarakat modern yang liberal dievaluasi dengan kenyamanan
kehidupan masyarakat tradisional yang mengutamakan norma bersama dan norma
beragama dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Tujuan Studi Filologi


Tujuan studi filologi terbaginatas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
dilihat dari sudut kebudayaan, sedangkan tujuan khusus dilihat dari substansi studi
filologi itu sendiri. Berikut diuraikan satu per satu.
a. Tujuan Umum Filolgi
Baried, dkk (1986) mengemukakan tujuan umum filologi adalah sebagai berikut:
1) memahami sejauh mungkin kebudayaan suatu bangsa melalui hasil sastranya, baik
lisan maupun tertulis;
2) memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya;
3) mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan kebudayaan
sekarang.
b. Tujuan Khusus Filologi

Dalam sumber yang sama, Baried, dkk. (1986) mengemukakan tujuan khusus filologi
sebagai berikut:

1) menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan teks aslinya;
2) mengungkapkan sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya;
3) mengungkapkan resepsi pembaca terhadap teks pada setiap kurun waktu
penerimaannya.

4. Sumbangan Filologi bagi Pengembangan Kebudayaan Nasional


Filologi berperan untuk mengenal kembali kebudayaan lama yang tersimpan di dalam
naskah. Berikut diuraikan seberapa besar peran dan sumbangan filologi terhadap
perkembangan kebudayaan nasional.
a. Filologi dalam Pengembangan Kebudayaan
Peninggalan lama berbentuk naskah itu merupakan dokumen bangsa yang paling
menarik bagi peneliti kebudayaan lama karna memiliki kelebihan yaitu: dapat memberi
peninggalan berbentuk candi atau tulisan di atas batu, istana raja, atau pemandian suci.
peninggalan berbentuk puing bangunan besar itu tidak bisa berbicara dengan sendirinya,
tetapi harus ditafsirkan (Soebdio dalam Barie, 1985:86).
b. Filologi Alat Penggali Kebudayaan Nusantara
Kebudayaan adalah kelompok adat kebiasaan, pikiran, kepercayaan, dan nilai yang
turun-temurun dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap segala situasi yang sewaktu-waktu timbul, baik dalam
kehidupan individu maupun dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan (Baried,
dkk., 1985:85). Kebudayaan lama dapat dikenali kembali dalam bermacam-macam
bentuk, dalam bentuk tulisan yang terdapat pada batu, candi-candi atau peninggalan
purbakala yang lain, dan naskah-naskah. Peninggalan kebudayaan berupa naskah
merupakan dokumen bangsa yang paling menarik bagi para peneliti kebudayaan lama
karena kelebihan, yaitu dapat member informasi yang luas dibandingkan peninggalan
berbentuk puing bangunan besar seperti candi, istana raja, dan pemandian suci.
Ahli filologi selain akrab dengan bahasa dan sastra, juga mengamati jalannya
kebudayaan suatu bangsa. Dengan mengkaji naskah dan nilai-nilai yang terkandung
dalam naskah-naskah lama itu, tergalilah kebuadayaan lama sustu bangsa tempat
berpijaknya kebudayaan yang ada sekarang ini. Dalam hal ini, filologi berperan untuk
menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya dalammrangka
penggalian dan pelestarian serta pengebangan kebudayaan tersebut (Barie, dkk.,
1985:87). Bahasa dan sastra daerah tidak ternilai harganya untuk menunjang dan
memperkaya kesusastraan Indonesia umumnya. Pengalaman-pengalaman jiwa yang
dituangkan ke dalam karya sastra daerah dapat berfungsi sebagai alat yang tangguh untuk
membendung arus masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian dan
kepentingan bangsa Indonesia.
Kebudayaan nusantara yang dapat diperkenalkan oleh filologi adalah:
1) informasi tentang posisi geografis Indonesia yang terletak di antara dua benua, Asia
dan Australia; di antara dua samudra, samudra India dan samudra Pasifik; dihuni oleh
beratus-ratus sukubangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat-
istiadat, dan bahasa. Di Indonesia pernah berdiri kerajaan-kerajaan besar, seperti
kerajaan Majapahit di Jawa, Sriwijaya di Sumatra, Kutai di Kalimantan, kerajaan
Samudra Pasai di Aceh yang besar pengaruhnya di seluruh kepulauan nusantara;
2) karya tulis peninggalan nenek moyang dapat dipelajari untuk memperoleh gambaran
kebudayaan waktu mereka hidup
3) Kebudayaan nusantara zaman dulu berada dalam kondisi dan posisi yang belum
mapan, sehingga mudah menerima pengaruh dari luar
4) Pertemuan Kebudayaan asli dengan kebudayaan lain mengakibatkan kebudayaan asli
berkembang ke arah kebudayaan pribadi manusia yang penuh hasrat. Sinkretisme
(perbauran kebudayaan asli, Hindu, Islam) terjadi setelah agama Islam masuk ke
Indonesia, seperti tergambar dalam Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Banjar, Hikayat
Kota Waringin. Kebudayaan asli ditandai oleh nilai-nilai agama, nilai solidaritas, dan
nilai seni.
c. Filologi Alat Penggali Sumber Sejarah Kebudayaan Nusantara
Sebuah kenyataan sejarah bahwa kebudayaan nusantara berkembang di sepanjang
pantai timur Sumatera sampai sepanjang pantai barat Semenanjung Malaka dan dataran
rendah pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di luar itu adalah pantai utara Jawa
dari Banten sampai Surabaya yang pernah menjadi pusat kebudayaan. Informasi
kebudayaan lama yang perlu diketahui antara lain:
1) Kepercayaan animisme yang menjadi dasar pengelolaan ekonomi agraris; masyarakat
Jawa percaya sekali kepada “Dewi Sri” dan “Nyi Roro Kidul”. Dewi Sri adalah dewi
padi, dewi yang berjasa menyuburkanntanaman padi, sehingga panen padi masyarakat
melimpah. Nyi Roro Kidul adalah ratu pantai Selatan yang menjaga lautan agar
nelayan bisa mendapatkan ikan yang banyak.
2) Hinduisasi mulai berkembang di Jawa pada abad ke 7 dan ke 8 serta berakar kuat
pada tahun 930 berkat perpindahan pusat pemerintahan Mataram Watu Galuh ke Jawa
Timur pada zaman raja Sindok;
3) Hinduisasi awalnya hanya di lingkungan kraton, lambat-laun masuk ke desa-desa
bertemu dengan kebudayaan asli masyarakat Jawa yang mengakibatkan akulturasi.
Perbauran kebudayaan Hindu-Jawa (sinkretisme) terjadi di pedesaan. Berkat
Hinduisasi orang Jawa dapat membaca dan menulis (memasuki zaman sejarah).
4) Hinduisasi juga mengajarkan ketatanegaran yang menyebabkan timbul kerajaan
dengan corak pemerintahannya, seperti: Kahuripan, Daha, Singasari, Janggala, dan
Majapahit.
5) Sastra Jawa Kuna tertua adalah Kakawin Ramayana, mirip dengan Ramayana
Walmiki (India). Cerita Mahabrata ditulis ke dalam bahasa Jawa. Kira-kira tahun
1028-1035 Mpu Kanwa menyusun Arjuna Wiwaha; Mpu Panuluh menyusun Kakawin
Hariwangsa atas perintah raja Jayabaya; Mpu Sedah menyusun Kakawin Bharata
Yudha yang kemudian diselesaikan Mpu Panuluh. Pada pertengahan abad ke-14 Mpu
Prapanca menyusun Nagara Kertagama. Arjuna Wiwaha dan Sutasoma ditulis oleh
Mpu Tantular.
Di dalam naskah yang berisi filsafat dan metafisika dikenali rasionalisme dan
pengetahuan akliah yang menegaskan sistem masyarakat yang berdasarkan kebebasan
orang perorangan, keadilan, dan kemuliaan kepribadian yang berlandaskan pada
ajaran Islam. Naskah-naskah yang bernafas Hindu diubah dengan judul yang bernafas
Islam ditandai oleh kata-kata Arab dan Persi: Hikayat Marakarma diubah menjadi
Hikayat si Miskin, Hikayat Serangga Bayu diubah menjadi Hikayat Ahmad
Muhammad, Hikayat Indera Jaya diubah menjadi Hikayat Syah-I Mardan.
d. Filologi sebagai Penggali Budaya Masa Lampau
Filologi Indonesia telah menelaah teks-teks klasik sastra nusantara untuk menggali
budaya masa lampau nusantara, mengungkapkan kondisi masyarakat nusantara yang
bersifat majemuk. Kemajemukan itu dalam perkembangan sejarahnya menunjukkan
adanya persatuan dan kesatuan. Dari segi sejarah, sejumlah besar naskah berisi hubungan
antarbahasa dan antarsuku, seperti karya sastra Jawa dari dahulu sampai sekarang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, Sunda, Bali, Madura, Sasak dan lai-lain.
Mempelajari sastra lama tidak saja rapat hubungannya dengan mempelajari sejarah
peradaban bangsa pemilik naskah itu, tetapi dapat dikatakan memasuki dan hidup dalam
masyarakat pemilik sastra tersebut.
e. Filologi Alat Evaluasi dan Sumber Inspirasi Pengembangan Kebudayaan
Mempelajari dan memahami sastra lama berguna untuk mengenal dan menghayati
pikiran serta ciri-ciri yang pada zaman dahulu menjadi pedoman kehidupan yang
diutamakan para nenek moyang bangsa Indonesia, berguna juga untuk sumber ilham yang
sangat dibutuhkan bagi pengembangan kebudayaan. Unsur pengembangan kebudayaan
Indonesia adalah kesenian, yang terkait dengan filologi adalah seni sastra.
Kesusaatraan daerah yang telah memiliki sejarah panjang adalah kesusastraan Jawa,
Bali, Bugis, dan Melayu. Pemikiran dan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman
kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia itu menjadi alat evaluasi bagi kebudayaan
bangsa Indonesia saat ini dan sumber inspirasi untuk mengembangkan corak kebudayaan
bangsa Indonesia ke depan yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan cita-cita Indonesia
yang tertuang di dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hal ini, filologi
berperan sebagai penggali inspirasi pengembangan kebudayaan tersebut.

DaftarPustaka
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: P3B
Djamaris, Edwar. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Filologi”. Bahasa dan Sastra, Nomor 3
Tahun I. Jakarta: P3B.
__________. 1991. Tambo Minangkabau. Jakarta: Balai Pustaka.
Ekadjati, Edi S. 1980. “Cara Kerja Filologi” (Makalah Penataran). Jember: Univ.
Jember.
Hollander, J.J. de. 1984. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu (Terjemahan T.W. Kamil
dari Handsleiding bij de Boefing der Malaische, tahun 1893, Edisi ke 6).
Jakarta:Balai Pustaka.
Hermansoemantri, Emuch. 1986. “Identifikasi Naskah”. Bandung: Fakultas Pascasarjana
Unpad.
Maas, Paul. 1958. Textual Criticism (Penerjemah dari bahasa Jerman Barbara Flower).
Oxford: The Clarendon Press.
Nurizzati. 2019. Ilmu Filologi: Teori dan Prosedur Penelitiannya. Malang: IRDH.
Lubis, Nabilah. 2001. Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta Yayasan
Media Alo Indonesia.
Pamuntjak, M. Thaib Gelar Sutan. 1935. Kamus Bahasa Minangkabau Bahasa Melayu
Riau. Batavia: Balai Pustaka.
Robson, S.O. 1978. Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia. Bahasa dan Sastra,
Nomor 6 Tahun VI. Jakarta: P3B.
__________. 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: P3B.
Reynold dan Wilson. 1974. Scribes and Scholars. Oxford: Clarendon Press.
Soebadio, Haryati. 1975. “Penelitian Naskah Lama Indonesia”. Buletin Yaperna, Nomor
7 Tahun II. Jakarta.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai