Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemahaman tentang kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam menentukan sebuah kebijaksanaan diri sendiri dan kepentingan bagi suatu

bangsa dan tanah air. Sebuah kebudayaan terbentuk dari hasil pengalaman telah

yang terjadi pada masa lalu. Warna besar dari kebudayaan pun merupakan akibat

dari suatu pengalaman historis yang berbeda-beda dengan bertolak pada satu titik

yang sama dalam menghadapi zaman modern (Koentjaraningrat, 1980: 34). Oleh

karena itu, untuk memahami suatu kebudayaan bangsa dengan baik, maka sangat

diperlukan informasi secara mutlak dalam prosesnya.

Indonesia mempunyai beragam peninggalan kebudayaan yang mengandung

berbagai macam gambaran kebudayaan, ajaran, nasihat, hiburan, dan keagamaan.

Peninggalan-peninggalan tersebut ada yang berbentuk candi, masjid, istana, atau

bentuk bangunan lain yang tersebar di seluruh Nusantara. Selain berbentuk

bangunan, ditemukan juga bentuk peninggalan tertulis berupa naskah.

Studi terhadap naskah-naskah lama akan dapat membuka tabir sejarah

kebudayaan Indonesia lama yang beraneka ragam. Isi naskah lama mencakup

rentangan yang luas tentang kehidupan spiritual pendahulu-pendahulu serta

memberikan gambaran yang memadai tentang alam pikiran dan lingkungan

hidupnya. Menggali warisan nenek moyang yang agung nilainya itu perlu dalam

rangka membina dan mengembangkan kebudayaan kita. Dengan mengkaji naskah-

1
2

naskah itu kita dapat memahami dan menghayati pandangan serta cita-cita yang

menjadi pedoman hidup mereka. (Sudjiman 1995:46). Menurut Baried (1985: 54),

naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan

perasaan sebagai hasil budaya masa lampau, baik yang masih asli maupun

salinannya, yang mengandung teks atau rangkaian kata-kata yang merupakan

bacaan dengan isi tertentu. Teks adalah rangkaian kata-kata yang merupakan

bacaan dengan isi tertentu atau kandungan naskah yang memberi informasi

mengenai kebudayaan suatu bangsa pada masa lampau. Oleh karena itu, naskah

merupakan suatu ungkapan pikiran yang berbentuk tulisan tangan dan memuat

kandungan informasi keanekaragaman masyarakat masa lalu.

Naskah-naskah yang ditemukan di Indonesia sangatlah beragam, mengingat

tiap-tiap daerah mempunyai kearifan lokal berupa bahasa dan tulisan/akasara yang

berbeda. Itu semua tergantung di daerah mana naskah itu ditemukan. Salah satu

daerah ditemukanya naskah yakni terdapat di pulau jawa, khususnya Jawa Timur

dan lebih tepatnya di Pulau Madura. Madura merupakan suatu daerah yang sejak

lama telah menjadi basis penyebaran agama Islam, dan masyarakatnya menjadi

penganut Islam yang sangat berpengaruh di Jawa Timur. masyarakat Muslim

tumbuh dan berkembang dengan menguatnya kerajaan Islam di Madura.

Komunitas-komunitas ini semakin kuat dengan banyaknya pondok pesantren,

madrasah, dan majlis taklim. Sebagai basis masyarakat Islam, Madura pun memiliki

khazanah intelektual Islam dalam bentuk tulisan, yang disebut dengan naskah, yang

tentu saja menjadi salah satu bagian khazanah naskah keagamaan Islam yang cukup

banyak di Indonesia (Fathurahman, 2015: 18).


3

Naskah-nakah kuno di Madura masih seperti belantara yang menunggu

untuk dikaji. Banyak naskah di masyarakat yang belum terinventarisasi. Hal

semacam ini terjadi karena beberapa alasan antara lain, 1) naskah yang ada belum

dikenal oleh pihak yang memiliki kepedulian terhadap naskah, 2) naskah akan

mengalami kerusakan atau kepunahan karena pemilik naskah tidak mempunyai

kesadaran mengenai pentingnya naskah, 3) pemilik kurang memiliki kemampuan

untuk melestarikan naskah karena kurang mengetahui tata cara untuk

melestarikannya yang berakibat isi naskah tidak dapat tergali dengan baik karena

rusak atau punah.

Untuk menghindari rusaknya naskah, maka dilakukan penggarapan naskah.

Penggarapan naskah dilakukan untuk menyalin naskah yang sudah rusak dan

mengetahui isi naskah supaya dapat diketahui oleh masyarakat. Akan tetapi, sampai

sekarang masih banyak naskah berbagai ragam isi yang belum tergarap. Hal itu

disayangkan, karena mengingat kandungan isi naskah yang beranekaragam dan

bermanfaat apabila diterapkan dalam kehidupan saat ini. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penggarapan/penelitian naskah untuk mengetahui isi naskah yang ada di

dalamnya.

Informasi yang didapat dengan mengkaji sebuah kajian bertujuan

mengenali dengan sempurna lalu menempatkannya melalui kontekstual dan

kompleksitas suatu sejarah bangsa (Wurianto, 2000:8). Dengan kata lain, sebuah

naskah perlulah digarap dengan sedemikian rupa untuk memahami informasi yang

terdapat di dalamnya karena naskah berasal dari masa lampau dengan konveksi

yang jauh berbeda dengan masa kini. Untuk mendapatkan hasil penggarapan naskah
4

yanng ideal maka harus melakukan beberapa tahapan. Mengingat masih banyak

naskah klasik yang memerlukan penggarapan yang bersifat ilmiah, sastra klasik

harus didekati dengan ilmu filologi pada studi atau telaahnya. Usaha dari filologi

ini yaitu mengungkapkan hasil budaya bangsa dengan cara mengkaji bahasa pada

peninggalan dalam bentuk tulisan atau naskah.

Naskah yang menjadi acuan studi fiologi yang merupakan hasil peninggalan

budaya berupa sebuah bentuk cipta sastra. Hal ini dikarenakan keutuhan, kepaduan

dan penyampaian pesan terletak pada teks yang merupakan seuatu bagian isi dari

naskah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengkaji naskah klasik

tersebut dalam ilmu filologi ialah transliterasi (Yuanita, 2013: 3). Pada umumnya,

pada masa sekarang orang sudah sangat sulit bahkan tidak dapat lagi membaca

tulisan dengan aksara daerah. Oleh karena itu, transliterasi sangatlah penting guna

mempermudah para pembaca dengan mengenalkan aksara daerah dalam teks yang

lebih mudah dipahami. Kegiatan transliterasi pun perlu ditunjang oleh pedoman

penulisan yang juga berhubungan dengan pembagian kata, ejaan, dan tanda baca

(Wurianto, 2000: 19).

Penafsiran teks yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan sangat

membantu pembaca dalam memahami teks. Sekarang telah banyak dilakukan usaha

transliterasi naskah daerah yang kemudian telah diterjemahkan pula ke dalam

bahasa Indonesia kecuali teks Melayu yang merupakan kemiripan dengan bahasa

Indonesia. Penerjemahan dapat memakai metode harfiah (Wurianto, 2000: 20). Isi

naskah mencakup rentangan yang luas tentang kehidupan spiritual nenek moyang

serta memberikan gambaran yang memadai tentang alam pikiran dan lingkungan
5

hidupnya (Sudjiman, 1995: 41). Mengkaji naskah dapat memahami

dan menghayati pandangan serta pedoman yang menjadi hidup mereka. Menggali

warisan nenek moyang yang tinggi nilainya berarti ikut serta melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan bangsa yag merupakan tempat berakar dan

berpijaknya pandangan hidup dan cita-cita bangsa. Isi yang terdapat dalam naskah

kuno mengandung nilai yang terdapat aspek kehidupan masyarakat padan pasa

silam dan kebudayaannya. Nilai inilah yang menjadikan informasi kepada kita

mengenai bagaimana kehidupan yang mereka alami dimasa lampau dan apa yang

dirasakan mereka.

Penelitian pada naskah Asas Al-Muttaqin berawal dari keinginan untuk

memahami nilai religius dan fungsi nilai religius yang terkandung dalam naskah

Asas Al-Muttaqin. Penelitian pada naskah ini juga merupakan salah satu bentuk

kajian penelitian yang dapat membantu untuk membuka sejarah masa silam dari

berbagai aspek. Dari tujuan inilah, peneliti ingin menyingkap nilai-nilai yang

terkandung dalam naskah Asas Al-Muttaqin yang mengandung mengandung nilai-

nilai religi. Kitab tersebut ditulis dengan gaya Arab Pegon. Asas Al-Muttaqin

merupakan naskah yang berisi tentang perintah-perintah dan larangan-larangan

dalam Islam yang ada pada setiap faslun-nya (kelas/bab). Naskah ini juga

menjelaskan tentang keuntungan-keuntungan yang didapatkan dengan mengetahui

syarat-syarat dalam shalat. Pada penjelasannya, naskah ini menggunakan aksara

Arab Pegon dengan berbahasa Madura.

Keinginan untuk mengupas isi yang ada di dalam naskah Asas Al-Muttaqin

untuk lebih mudah dipahami oleh semua orang, maka dilakukanlah transleterasi dan
6

pemaknaan. Penelitian pada naskah ini juga merupakan salah satu bentuk kajian

penelitian yang dapat membantu untuk membuka sejarah masa silam khususnya di

bidang Fiqih. Menariknya naskah tersebut dituliskan menggunakan Arab Pegon

berbahasa Madura, karena kebanyakan dari naskah biasanya menggunakan bahas

Jawa, Sunda, dan lainnya. Asas Al-Muttaqin merupakan naskah yang berisi tentang

perintah-perintah dan larangan-larangan untuk umat Islam dalam kegiatannya

beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa.

Penelitian ini dilakukan karena pada masa sekarang nilai-nilai religius

sering dikesampingkan karena masyarakat memiliki ketergantungan terhadap

teknologi yang berkembang cepat. Di sisi lain banyak masyarakat lebih terfokus

terhadap pendidikan umum yang membuat masyarakat sering kali melupakan nilai-

nilai religius yang terkandung dalam kitab-kitab yang berbentuk cetak. Kitab Asas

Al-Muttaqin mengandung makna yang berisi tujuan untuk mengajak manusia selalu

berada di jalan yang semestinya. Kitab tersebut menjelaskan tentang perintah dan

larangan Allah SWT. Pada setiap faslun-nya (kelas/bab) dijelaskan tentang

tatacarara wudhu, sholat mandi besar sampai dengan bab yang membahas

pernikahan secara Islamiyah.

Nilai religius yang terdapat dalam kitab ini sangat mulia sekali karena ingin

mengajak manusia sebagai umat yang beragama tetap berpegang teguh pada nilai

agama, agar di dalam hidup manusia selalu dilindungi oleh yang Maha Kuasa.

Tidak hanya itu, manusia juga dapat senantiasa memperoleh pahala yang besar atas

amalan-amalan kebajikan yang dilakukannya dengan berpedoman nilai agama yang

kokoh. Hal tersebut perlu dilakukan pada era digital saat ini, karena kehadiran
7

media elektronik lebih cepat mempengaruhi pola pikir manusia, meskipun

kebenaran dari apa yang telah didapat dari media elektronik itu sendiri tidak

semuanya benar. Maka dengan kitab Asas Al-Muttaqin, nilai-nilai agama khususnya

dalam ilmu fiqih dapat tersampaikan dengan baik, kemudian manusia dapat

mengamalkannya dengan baik pula, sehingga kehidupan pun menjadi tidak sia-sia

dengan adanya pahala yang dibawa pada saat ajal menjemput.

Penelitian terdahulu menganai filologis sudah pernah dilakukan oleh

Saputra (2016) dengan judul “Serat Srikandhi Maguru Manah (Suatu Tinjauan

Filologis)”. Dalam penelitian Saputra meneliti menganai naskah serat srikandhi

maguru manah yang mengangkat masalah nilai-nilai etika ajaran untuk para

perempuan. Perbedaan dari penelitian sebelumnya berupa naskah yang sama sekali

tidak memiliki kesamaan karena dalam penelitian sebelumnya yang dugunkana

saputra yakni serat srikandhi maguru manah yanng menceritakan seorang

pewayangan dan dalam penelitian ini menliti Naskah Assas Al-Muttaqin Karya Haji

Ahmad Hadori Dasuqi yang berisi tentang fiqih. Adapun persamaan pada penelitian

ini ialah dari fokus masalah yang akan dikaji, yakni nilai-nilai yang terkandung

dalam naskah yang dikaji.

Penelitian terdahulu mengenai nilai religius juga dilakukan oleh Widyastuti

(2011) yang berjudul “Aspek Pendidikan Nilai Religius dalam Upacara Adat Kirab

Pustaka Malam 1 Sura (Studi Kasus di Kraton Surakarta Hadiningrat)” membahas

mengenai nilai religius dalam upacara kirab dengan menggunakan aspek

pendidikan dengan mambahas menganai prosesi kirab pustaka merupkan pesiapan

yang dilakukan olah para warga. Nilai religius yang terkandung berupa nilai
8

keselamatan, nilai kesejahteraan, nilai ketuhanan, dan nilai keberkahan, kemudian

pemahaman akan nilai religius yang terdapat dalam upacara adat kirab pustaka.

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan Widiyastuti juga memiliki kesamaan

yaitu menggunakan teori yang sama yaitu nilai religius. Adapun perbedaan naskah

ini dengan terdahulu merupakan subjek penelitiannya penelitiaan saat ini

mengunakan naskah kulo assas al-muttaqin karya haji ahmad hadori dasuqi

sedangkan penelitian Widiyastuti menggunkan upacara adat kirab pustaka 1 suro.

Yuanita (2013) dengan judul skripsi “Transliterasi dan Telaah Nilai

Pendidikan Moral Anak dalam Naskah Birruu Walaidaikum Koleksi Pondok

Pesantren Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rohman Sanan Rejo Turen (Sebuah

Telaah Filologi)”. Penelitian ini dispesifikkan untuk mentransliterasi dan menelaah

nilai pendidikan moral dalam naskah Birruu Walidaikum. Terdapat perbedaan yang

cukup signifikan dari penelitian terdahulu dan penelitian ini dalam hal substansi.

Jika penelitian terdahulu bertujuan dengan lebih dispesifikkan untuk

mentransliterasi dan menelaah nilai pendidikan moral dalam naskah Birruu

Walidaikum, sedangkan pada penelitiaan ini memfokuskan pada nilai religius yang

terkandung pada naskah Assas Al-Muttaqin. Persamaan pada penelitian ini terletak

pada proses penggarapan nasakah yang diawali dengan mentransliterasi naskah

kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal

ini berkaitan, karena dalam mengkaji naskah yang berbahasa Arab Pegon pastilah

akan melalui dua tahap penggarapan naskah tersebut.

Sairi (2005) dengan judul skripsi “Transliterasi Huruf Arab-Melayu Naskah

Membentuk Manusia Manusia Baru dan Kajian Tekstualnya (Sebuah Tinjauan


9

Filologis)”. Terdapat pula persamaan dari segi substansinya karena penelitian

tersebut mengkaji tekstual dari naskah tersebut, sedangkan pada penelitian ini

memili fokus dalam mengkaji fungsi teks dalam masyarakat. Perbedaan pada

penelitian ini terletk pada objek kajian yang berupa naskah kuno.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian dengan

judul Nilai Religius Pada Naskah Assas Al-Muttaqin Karya Haji Ahmad Hadori

Dasuqi (Kajian Filologi). Penelitian ini menggunakan teori filologi melalui proses

translestasi dan terjemahan sehingga mendapatkan data untuk mengungkap isi dari

naskah tersebut.
10

1.2 Rumusan Masalah


Dari hasil yang sudah dipaparkan di atas, maka terdapat rumusan masalah

pada penelitian ini sebagai berikut.

1) Bagaimanakah nilai religius yang terdapat pada naskah Asas Al-Muttaqqin

karya H. Ahmad Hadori Dasuqi?

2) Bagaimana fungsi nilai religius pada naskah Asas Al-Muttaqqin karya H.

Ahmad Hadori Dasuqi bagi masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan

penelitian sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan nilai religius yang terkandung dalam naskah Asas Al-

Muttaqqin karya H. Ahmad Hadori Dasuqi.

2) Mendeskripsikan fungsi nilai religius yang terkandung dalam naskah Asas Al-

Muttaqqin karya H. Ahmad Hadori Dasuqi bagi masyarakat.


11

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini di harapkan dapat

memperoleh kegunaan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat8Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan

pengetahuan ilmiah dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di bidang

filologi, terutama dalam hal analisis naskah kuno dan menjadi bahan referensi untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap objek serupa atau aspek lain yang masih

belum dibahas dalam penelitian ini.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:

a) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya wawasan terhadap ilmu

sastra dan menambah khazanah penelitian sastra Indonesia sehingga dapat

bermanfaat bagi perkembangan studi sastra Indonesia.

b) Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan mampu menambah minat baca dalam

mengapresiasi karya sastra serta menambah wawasan di bidang filologi baik secara

teoretis maupun praktis.

c) Bagi Pembelajaran

Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pengkajian sastra dengan

menggunaan pendekatan filologi dan dapat menjadi referensi tambahan untuk

pembelajaran di bidang sastra Indonesia.


12

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah yang terdapat pada penelitian yang berjudul “Kajian Nilai

Religius Pada Naskah Assas Al-Muttaqin Karya Haji Ahmad Hadori Dasuqi

(Tinjauan Kajian Filologi)” adalah sebagai berikut:

a) Naskah

Naskah adalah sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan baik berupa

kertas, buku atau sejenisnya (Wurianto, 2000: 12).

b) Naskah Assas Al-Muttaqin

Naskah Islam Indonesia yang menggunakan Bahasa Madura ditulis dengan

huruf arab pegon. Ditulis oleh Haji Ahmad Hadori Dasuqi, berisi tentang beberapa

nilia-nilai agama yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

c) Nilai Religius

Nilai religius merupakan konsep mengenai pengetahuan tertinggi yang

diberikan kepada beberapa permasalahan di dalam kehidupan keagamaan yang

bersifat suci menjadi pedoman tingkah laku keagamaan bagi masyarakat.

d) Fungsi Naskah Assas Al-Muttaqin Karya Haji Ahmad Hadori Dasuqi

Fungsi Naskah Assas Al-Muttaqin Karya Haji Ahmad Hadori Dasuqi

merupakan kegunaan yang dihasilkan dari sesuatu yang dilaksanakan.

e) Teks

Teks merupakan sebuah kandungan atau substansi dari naskah. Teks

mengacu pada kandungan naskah yang bersifat abstrak. Teks terdiri dari isi, yaitu
13

ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembacanya

(Wurianto, 2000: 13).

Anda mungkin juga menyukai