Anda di halaman 1dari 10

NASKAH SAJARAH CIREBON:

TRANSLITERASI DAN ANALISIS NILAI MORAL

Ai Hayati Mayang Arum


MGMP Bahasa Sunda Kota Bandung
Pos-el: hayatimayang_arum@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi teks dalam naskah Sejarah Cirebon,
mengidentifikasi keadaan dan asal-muasal naskah, nyusun transliterasi dan menganalisis
nilai moral yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode filologi edisi naskah tunggal, sedangkan analisis strukturnya
menggunakan metode deskriptif-analitis. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakannya
yaitu 1) deskripsi naskah, 2) transliterasi teks, 3) analisis teks. Naskah yang dijadikan
bahan penelitian ini ditulis dalam huruf Pegon. Naskah ini merupakan koleksi pribadi
almarhum Aki Yahya Permana, dari Panawangan-Ciamis. Bentuknya wawacan, dan
ukuran naskahnya adalah 16,5 x 21,5 x 2,5 cm. Dari hasil penelitian ini ditemukan 1)
deskripsi naskah sajarah cirebon 2) transliterasi naskah sajarah cirebon 3) ajén moral dina
naskah sajarah cirebon. Nilai-nilai moral yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu 1) nilai moral manusia pada Tuhan, 2) nilai moral manusia pada dirinya, 3) nilai
moral manusia pada manusia lainnya 4) nilai moral manusia pada alam, 5) nilai moral
manusia terhada waktu, 6) nilai moral manusia dalam mencapai kepuasan lahiriah dan
batiniah.
Kata kunci: transliterasi, naskah, nilai moral.

CIREBON MANUSCRIPT HISTORY: THE TRANSLITERATION AND THE


ANALYSIS OF MORAL VALUES

Abstract
This study was aimed to determine the contents of the text in the Cirebon manuscript
history, identify the circumstances and the origin of the text, arrange transliteration and
analyze the moral values contained in it. That way, the method used in this study is a single
manuscript edition method of philology, while the structure analysis used descriptive-
analytical methods. The steps carried out were 1) text description, 2) text transliteration,
3) text analysis. The manuscript was employed as material for this research was written in
Pegon's letter. This text is a private collection of the late Aki Yahya Permana, from
Panawangan-Ciamis. The script form is wawacan, and its size of is 16.5 cm x 21.5 cm x
2.5 cm. The results of this study found the following results:1) the description Cirebon
manuscript history 2) the transliteration of Cirebon manuscript history 3) the moral
doctrine and Cirebon manuscript history. Moral values that can be implemented in
everyday life, i.e. 1) human moral values to God, 2) human moral values to themselves, 3)
human moral values to other humans, 4) human moral values to nature, 5) human moral
values to time, 6) human moral values in achieving satisfaction outwardly and inwardly.

Keywords: transliteration, manuscripts, moral values

1
2 | LOKABASA Vol. 9, No. 1, April 2018

PENDAHULUAN khususnya yaitu untuk menyusun edisi


Filologi yaitu ilmu yang berkaitan teks yang dianggap paling dekat dengan
langsung dengan memelihara dan teks aslinya, mengungkap sejarah adanya
melestarikan budaya. Filologi juga teks, sejarah perkembangannya, serta
merupakan cabang ilmu pengetahuan mengungkapkan resepsi pada setiap
yang di dalamnya meliputi bidang sastra, jangka waktu penerima.
bahasa dan budaya. Hal ini diungkapkan Menurut Purnomo dalam Antoni
dalam Fathurahman (2015, hal. 12), yang (2016, kc. 120), disebutkan bahwa
menyebutkan bahwa filologi yaitu ilmu Naskah kuno atau manuskrip merupakan
mengenai bahasa, kebudayaan, pranata dokumen dari berbagai macam jenis yang
dan sejarah bangsa. Secara etimologis, ditulis dengan tangan tetapi lebih
asal kata filologi yaitu dari philologia , mengkhususkan kepada bentuk yang asli
serta dibangun oleh dua kata yaitu: sebelum dicetak.
philoslogos. Philos artinya yang tercinta Naskah mempunyai akar kata dari
(affertion, loved, beloved, dear, friend) bahasa Arab (al nuskhah) yang
dan logos artinya kata, artikulasi, alasan, merupakan padanan kata bahasa
(word, articulation, reason). Indonesia yaitu manuskrip. Dalam Kamus
Hal ini sependapat dengan Djamaris Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
dalam Said (2016. hal. 205), yang naskah diartikan sebagai karangan yang
menyebutkan bahwa asal kata filologi masih ditulis tangan. Naskah merupakan
dari bahasa Latin, yaitu Philos yang bentuk fisik dokumen. Dokumen-
berarti cinta dan Logos yang berarti ilmu. dokumen kuno tersebut bisa sampai
Naskah merupakan salah satu kepada masyarakat jaman sekarang,
sumber primer paling otentik yang bisa setelah mengalami beberapa salinan.
mendekatkan antara jaman dahulu dan Tulisan ini ditulis menggunakan tangan
jaman sekarang. Naskah merupakan jalan serta menggunakan bahan-bahan dan
untuk menambah pengetahuan dan media tulis yang alami. Tulisan tersebut
sejarah sosial kehidupan masyarakat sampai kepada masyarakat jaman
jaman dahulu, asalkan tahu cara sekarang, dan biasa disebut dengan istilah
membaca dan menafsirkannya “naskah kuno”.
(Fathurahman, 2015 hal. 27). Naskah merupakan objek kajian
Dalam (Isyanti, 2013, hal.1) filologis. Menurut Suryani (2010, hal.
dijelaskan bahwa naskah atau manuskrip 122), objek penelitian filologi yaitu
merupakan rekaman informasi tertulis tulisan tangan yang menyimpan banyak
atau karya tulis yang dihasilkan sebagai ungkapan, pikiran, dan perasaan, sebagai
produk kegiatan manusia, yang merekam hasil budaya bangsa jaman dahulu.
informasi, diantaranya buah pemikiran, Semua bahan tulisan tangan itu disebut
perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, naskah handsscrift. Oleh karena itu
dan nilai-nilai yang dipakai dikalangan naskah merupakan barang nyata yang
masyarakat tertentu. Menurut Baried bisa dilihat atau dipegang, sedangkan
(1985, hal.4), naskah merupakan objek teks yaitu kandungan atau isi dari naskah
kajian penelitian filologi, yang tujuannya yang sifatnya abstrak.
untuk mengenalkan suatu naskah dengan Isi naskah salah satunya
sempurna, agar bisa memahami isi dan merupakan bentuk cerita, dan ada yang
makna dari naskah tersebut, serta dalam bentuk wawacan. Terkait dengan
mengungkapkan budaya-budaya pengertian wawacan, Koswara (2013, hal.
terdahulu untuk perkembangan budaya 82), menjelaskan bahwa wawacan
jaman sekarang. Selain itu, tujuan merupakan cerita panjang yang dibuat
Ai Hayati Mayang Arum: Naskah Sajarah Cirebon… | 3

dengan aturan pupuh. Jalan ceritanya serta manfaatnya, meskipun hanya


banyak bagian-bagiannya. Hal ini sama bercermin dari masa lalu.
dengan pendapat Ruhaliah (2013, kc. 2), Naskah dan transliterasi merupakan
yang menjelaskan bahwa wawacan dua sisi yang sulit dipisahkan, melalui
merupakan karya sastra naratif yang proses transliterasi ini, akan mengetahui
disusun dalam bentuk pupuh. Meskipun semua jenis isi dalam naskah tersebut.
wawacan bukan merupakan Salah satunya akan tahu mengenai nilai
kesusastraaan asli Sunda, akan tetapi apa yang terdapat dalam naskah tersebut.
banyak ditemukan dalam naskah-naskah Moral atau sikap yaitu hal yang
Sunda. Hal ini berhubungan dengan sifatnya positif menurut manusia lainnya,
pengaruh kesusastraan Jawa yang masuk moral mutlak harus dimiliki oleh semua
ke tatar Sunda melewati para menak dan orang sebab, orang yang bermoral akan
pesantren. Tulisannya ada yang memakai diterima dan dihargai di lingkungan
aksara Jawa (Cacarakan), ada juga yang masyarakatnya, mempunyai karakter, taat
menggunakan aksara Pegon. terhadap seluruh aturan dan tidak egois.
Naskah kuno yang tulisan dan Begitupun dengan orang Sunda, sebagai
bahasanya menggunakan bahasa dan penduduk yang jumlah penduduknya
aksara Sunda kuno, aksara Pegon, kedua terbesar di Indonesia, mempunyai
Cacarakan, dan lain sebagainya sering nilai-nilai dan karakter yang harus
menjadi keluhan bagi masyarakat. Oleh diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
karena itu, akademisi dan orang yang bisa Sudaryat (2014, hal. 125-127),
membaca naskah mempunyai tanggung menjelaskan bahwa nilai yang menjadi
jawab untuk mengadakan penelitian pandangan hidup orang Sunda yaitu (1)
berupa transliterasi dari naskah tersebut, moral manusia terhadap Tuhannya (2)
agar bisa dipahami oleh masyarakat serta moral manusia terhadap dirinya sendiri
dapat dirasakan manfaatnya. Baried (3) moral manusia terhadap manusia
(1985, kc. 65) menjelaskan, transliterasi lainnya (4) moral manusia terhadap alam,
artinya bergantinya jenis tulisan, aksara (5) moral manusia terhadap waktu, dan
per aksara, dari huruf yang satu ke huruf (6)moral manusia dalam mengejar
yang lainnya. Istilah ini dipakai kepuasan lahiriah dan batiniahnya.Untuk
bersamaan dengan istilah transkripsi serta mencapai manusia Sunda yang bermoral
pengertain yang sama terhadap harus didasarioleh etnapedagogik Sunda
bergantinya jenis tulisan naskah. yang disebut denganPanca Pancawaluya
Digantinya jenis tulisan dalam prasasti (gerbang lima kesempurnaan) yaitu:
umumnya disebut transkripsi. Jika cageur, bageur, bener, pinter tur singer.
transkripsi dibedakan dengan
transliterasi, transkripsi merupakan METODE
salinan atau turunan tanpa mengganti Métode yaitu cara atau sistem kerja.
jenis tulisan (hurufnya sama). Métodologidisebut juga sebagai
Transliterasi merupakan hal yang pengetahuan mengenai hal-hal yang
penting dalam kehidupan manusia yang merupakan cara untuk menerangkan
“berbudaya”. Transliterasi dianggap perlu mengenai variabel konsep atau definisi
karena tansliterasi merupakan salah satu konsep yang berhubungan, serta mencari
usaha untuk menyelamatkan isi dari teks konsep secara empiris. Oleh karena itu,
naskah lama agar bisa dipahami metode yang digunakan dalam penelitian
manfaatnya oleh masyarakat. ini yaitu metode filologi yang merupakan
Transliterasi dapat diartikan juga sebagai pengetahuan mengenai cara, teknik, atau
salah satu upaya untuk menumbuhkan instrument yang dilakukan dalam
minat baca masyarakat terhadap naskah penelitian filologi. Penelitian ini
lama, dan diharapkan akan adahikmah menggunakan metode filologi edisi
4 | LOKABASA Vol. 9, No. 1, April 2018

naskah tunggal, sedangkan analisis boleh di foto kopi, dipinjamkan dan kalau
strukturnya menggunakan metode membaca harus berhati-hati.
deskriptif-analitis. Dalam Naskah Sajarah Cirebon
Pengertian metode penelitian terdiri dari Pupuh Dangdanggula, Pupuh
dijelaskan oleh beberapa ahli, Kinanti, Pupuh Asmarandana, Pupuh
diantaranya, metode penelitian Magatru, Pupuh Pucung, Pupuh Mijil,
merupakan suatu proses yang sistematik Pupuh Sinom, Pupuh Maskumambang,
berdasarkan prinsip dan tekhnik ilmiah Pupuh Pangkur dan Pupuh Durma.
yang dipakai untuk mencapai suatu Frekuensinya pupuh Dangdanggula lima
tujuan tertentu (Noor, 2015, hal. 22). kali, Pupuh Kinanti lima kali, Pupuh
Metode deskriptif-analitis menurut Ratna Asmarandana empat kali, Pupuh Magatru
(2011, kc. 53), yaitu metode penelitian satu kali, Pupuh Pucung tiga kali, Pupuh
yang mendeskripsikan fakta-faktanya lalu Mijil dua kali, Pupuh Sinom tiga kali,
disusul dengan analisisnya. Pupuh Maskumambang satu kali, Pupuh
Pangkur satu kali, Pupuh Durma satu
HASIL DAN PEMBAHASAN kali.
Deskripsi Naskah Sajarah Cirebon Pupuh Dangdanggula dan Pupuh
Kinanti frekuensinya dipakai lebih
Naskah yang dijadikan bahan banyak daripada pupuh-pupuh yang
penelitian yaitu naskah Sejarah Cirebon, lainnya. Pupuh Dangdanggula dan Pupuh
ditulis dalam aksara Pegon. Naskah ini Kinanti lebih banyak digunakan sebab isi
merupakan koleksi pribadi dari almarhum naskah lebih banyak menceritakan
Aki Yahya Permana, dari Panawangan mengenai keagungan ilmu yang luhur
Ciamis, serta merupakan naskah salinan serta tabiat para wali. Begitu juga banyak
yang ditulis langsung oleh Aki Yahya. cerita hal-hal yang sifatnya menunggu.
Dalam naskah ini terdapat kolofon yang Contohnya menceritakan yang sedang
menyebutkan waktu dan tempat bertapa, menceritakan yang sedang
disalinnya naskah, yaitu tahun 1982- ditinggalkan oleh orang yang sedang
1984. Serta disebutkan judul, nama dan berkelana, dan sebagainya.
alamat yang menyalin, yaitu Yahya
Permana, Kampung Salam. Transliterasi Naskah Sejarah Cirebon
Naskah Sajarah Cirebon merupakan Isi naskah Sajarah Cirebon
salah satu judul dari satu nuku naskah. menceritakan tentang perjalanan Putra
Bentuknya wawacan, dengan tebal 133 Siliwangi, yaitu Walangsungsang dan
lembar dan 16 halaman, bahan naskah Rarasantang yang pergi dari Negara
dari kertas pabrik, ditulis oleh mangsi karena ingin berguru ilmu Agama Islam.
biasa. Jumlah pupuhnya ada 10pupuh dan Walangsungsang mengajak bapaknya
1019 bait. masuk Islam tapi malah diusir dari
Fungsi naskah dulunya, hanya Negara, tidak lama Rarasantang adiknya
sebagai koleksi pribadi. Dibaca ketika menyusul.
Aki Yahya ingin menghafal lagi Walangsungsang dan Rarasantang
sejarahnya, atau ketika mendongeng pada berkelana, mencari ilmu agama.
anak cucunya. Selain itu naskah ini Menelusuri gunung-gunung, berguru
dianggap sakral sebab sering dirawat dan kepada setiap orang. Keduanya
disebut kitab, serta tidak boleh dibuka berkelana, ada kalanya berbarengan dan
sembarangan. Disimpan di tempat yang ada kalanya berpisah. Adapun yang
bersih, menggunakan kamper atau bubuk dicarinya yaitu ilmu agama mengenai
kemenyan. Tidak boleh di foto kopi atau syahadat serta ingin bertemu dengan Nabi
dipinjamkan. Sedangkan fungsinya Muhammad.
sekarang yaitu masih sebaga kitab
sejarah. Suka dibaca ketika santai, tidak
Ai Hayati Mayang Arum: Naskah Sajarah Cirebon… | 5

Walasungsang gurunya banyak Karena di negri Cina ketika itu sedang


sekali, sampai ada gurunya yang terserang penyakit. Sampai mengalami
menyuruh membuat pedukuhan di daerah diuji raja Cina, agar menebak isi
Panjunan. Pekerjaannya bertapa dan kandungan putrinya, yang sebenarnya
membuat terasi. hanya bokor yang dimasukkan. Tapi
Suatu waktu Walangsungsang dan Sarip Hidayat menyebutkan bahwa bokor
Rarasantang naik haji ke Mekah. Di itu benar serta anak dalam kandungannya
Mekah Rarasantang mendapatkan jodoh perempuan. Ternyata hal itu menjadi
kepada Raja Mesir, yang baru kenyataan serta raja Cina merasa heran.
ditinggalkan wafat oleh istrinya. Suatu waktu Sarip datang ke
Sesudah Rarasantang menikah, Negara Mesir bertemu adiknya yang
Walasungsang kembali lagi ke Jawa serta sudah jadi Raja. Adiknya akan
meneruskan berkelana. Berguru sambil menyerahkan kekuasaan kepada
menyebarkan agama Islam. kakaknya, karena yang lebih berhak yaitu
Diceritakan Rarasantang ketika Sarip Hidayat. Tetapi Sarip Hidayat tidak
hamil sembilan bulan suaminya menerimanya karena dia hanya ingin
meninggal, tidak lama lahirlah bayi menjadi ahli ilmu agama serta lebih
kembar, yaitu Seh Sarip Hidayat dan Seh memilih tinggal di Jawa menjadi
Aripin. Sarip Aripin dan Sarip Hidayat Ratuning Wali. Sarip Hidayat hanya
rajin belajar ilmu agama. Tapi Sarip meminta putrinya Sarip Aripin untuk
Hidayat ada lebihnya. Sampai diajak ke Jawa serta berdiam dengannya.
mendapatkan petunjuk, dan bermimpi Oleh adiknya diizinkan putrinya
bertemu dengan Nabi Muhammad serta dipasrahkan kemudian dibawa ke Jawa
harus dicarinya. oleh Sarip Hidayat.
Sarip Hidayat memilih mencari ilmu Indang Geulis, istri dari
agama dan mencari Kanjeng Nabi. Sarip Rarasantang yang ada di Panjunan sudah
Aripin mengganti bapaknya menjadi Raja mempunyai putra, bernama Pakungwati.
Mesir. Sarip Hidayat berkelana sampai ke Serta akan pergi ke Gunung Jati bertemu
Jawa. Serta berpengalaman berguru ke wali, yaitu Seh Sarip Hidayat untuk
setiap orang sakti dan pedeta. Sering berguru ilmu karena diamanahi oleh
bertapa dimana-mana. Sampai suatu suaminya, Walangsungsang alias Kuwu
waktu sampai ke negri jin dan Sangkan.
berpengalaman mi’roj ke tujuh lapis Di Gunung Jati, Sarip Hidayat
langit. kedatangan para pengagung dari mana-
Di setiap langit bertemu dengan mana yang ingin berguru. Semuanya
ahli surga termasuk para Nabi dan tertarik dengan ilmu syahadat yang
malaikat. Di langit ke tujuh Sarip Hidayat dimiliki Sarip Hidayat.
bertemu dengan Kanjeng Rosul serta Cerita kaselang dengan
diajarkan syahadat sejati. menceritakan Raden Sahid yang
Sesudah mi’roj Sarip Hidayat pergi ke ditinggalkan mati oleh ayahnya,
Pulo Jawa. Mendatangi pendeta-pendeta Tumenggung Tuban. Sahid mempunyai
yang akan menjadi calon wali agar rajin maksud menjual Negara dan dibeli oleh
belajar ilmu agama. Sambil patihnya. Sahid berkelana mencari ilmu
menyebarluaskan ilmu mengenai agama. Akhirnya dia menjadi wali.
keagamaan, orang-orang yang didatangi Sembari menyebarkan agama Islam
semua disuruh guru ke Gunung Jati. dengan Sarip Hidayat.
Sarip Hidayat berkelana Sampai suatu waktu para wali
menelusuri jagat raya dan sampai ke menyebarkan agama Islamnya sudah
negri Cina dan bermukim di sana sebagai sangat luas, yang belum masuk agama
dukun dan menyembuhkan banyak orang. Islam adalah kerajaan Majapahit, Prabu
6 | LOKABASA Vol. 9, No. 1, April 2018

Brawijaya tidak mau menganut agama digunakan yaitu angka, tanda//, dan tanda
Islam. Oleh karena itu, para wali (...).
bermaksud akan menyerang kerajaan
Majapahit agar bisa takluk dan mau
masuk agama Islam. 1. Angka
Peperangan dimulai, pasukan Digunakan untuk menerangkan
Islam kalah, sampai akhirnya yang maju urutan pupuh, nomor baris, dan nomer
jadi kepala perang yaitu Raden Patah, halaman.
sebagai anak Brawijaya yang jadi wali. 2. Tanda //
Ketika itu peperangan berlangsung Tanda // ditulis sebelum nomor
dengan saudara, Raden Patah melawan halaman. Cirinya bahwa itu halaman
Raden Husen. Sampai akhirnya musuh baru.
Majapahit kalah. Tapi tetap tidak masuk 3. Tanda (…)
Islam sampai runtuhnya Negara. Digunakan untuk memberi tanda
Para wali tidak henti-hentinya bahwa itu bacaan yang ditambahkan oleh
menyebarluaskan agama Islam, sampai penyunting.
menggunakan media wayang. Dakwah
melalui kesenian terus-menerus Nilai Moral dalam Naskah Sejarah
dijalankan. Jaka Tarub, salah satu wali Cirebon
memegang kedudukan di Demak. Raden Nilai moral yang terdapat dalam
Sarip Hidayat memegang kekuasaan di naskah Sejarah Cirebon yaitu ada enam
Cirebon. kategori nilai moral. Sesuai dengan acuan
nilai moral dari Sudaryat (2014, kc. 125-
Edisi Teks Naskah Sejarah Cirebon 126) yaitu di bawah ini.
Edisi teks merupakan bentuk
suntingan yang sudah dibersihkan dari Moral Manusia Terhadap Tuhan
kesalahan-kesalahan. Kesalahan- (MMT)
kesalahan yang ditulis di tempat khusus Moral kepada Tuhan menggambarkan
yang disebut apparatus kritik. Selain dari sikap dan perilaku manusia yang patuh
itu, tanda-tanda khusus lainnya ada dalam dalam melaksanakan ajaran agama yang
edisi teks digunakan agar memudahkan dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
bagi yang membaca. ibadah agama lain, serta hidup rukun
Berkaitan dengan hal ini, transliterasi dengan pemeluk agama lain. Nilai moral
Naskah Sajarah Cirebon disesuaikan religius yang berkaitan dengan
dengan ejaan yang disempurnakan. ketakwaan, dan kenyataan bahwa
Menurut Baried dalam Putra (2016, kc. manusia lemah, jangan berputus asa, dan
197) menyebutkan bahwa cara kerja harus bisa menguasai diri. Dalam naskah
edisi teks standar yaitu membenarkan ini menggambarkan beberapa tokoh yang
kesalahan dan ejaan sesuai dengan ejaan taat terhadap Tuhannya. Diantaranya
yang berlaku. yaitu Pendeta Buda, Walangsungsang,
Setelah ditransliterasi, naskah Sejarah Sarip Hidayat, Radén Sahid, dan lain
Cirebon disusun edisi teksnya serta ada sebagainya. Karakter tokoh dan tingkah
beberapa kata yang diubah dan laku yang diceritakan dalam naskah
disesuaikan dengan ejaan. Kata-kata yang mengandung nilai-nilai moral manusia
disesuaikan contohnya yaitu Aolia jadi terhadap Tuhannya. Bagaimana caranya
aulia, Bagiyan jadi bagian, Buwana jadi taat dan menjalankan ilmu agamanya,
buana, Duwa jadi dua, Isteri jadi istri, jst. serta tergambar juga bagaimana sikap
Serta ada beberapa tanda khusus yang toleransi antara pendeta Buda dengan
digunakan dalam edisi teks, yang para calon wali yang memeluk agama
Islam. Contoh bait yang mengandung
Ai Hayati Mayang Arum: Naskah Sajarah Cirebon… | 7

nilai moral manusia pada tuhannya yaitu diri, adil dan luas cara berpikirnya, cinta
di bawah ini. tanah air dan bangsanya, baik hati dan
ramah. Contoh yang menggambarkan
sikap tersebut adalah Walangsaungsang
Ama sanggup ngadatangkeun putri Rarasantang dan Sarip Hidayat. Contoh
matur Radén Walangsungsang bait naskah moral manusia terhadap
bebendu ama sayaktos pribadinya yaitu:
jisim abdi tacan purun Turun gunung unggah gunung
gaduh bojo nanging abdi henteu tuang henteu leueut
ngimpi parantos patepung bawaning ku hayang tepang
sareng Kangjeng Rosul jeung sadérék Radén Mantri
//pisaur Kangjeng Nabi Muhammad tunda heula nu angkat
abdi kudu guru élmuning Nabi kocapna dijero puri
sumangga atuh kang rama Berdasarkan pada kutipan tersebut
tergambar sikap Raden Mantri yang
Kutipan tersebut menggambarkan teguh dan tanggung jawab terhadap
tokoh Walangsungsang yang belum keinginan pribadinya dengan berani.
ingin menikah, tapi ingin berguru ilmu
Nabi, sebab bermimpi bertemu dengan
Kanjeng Rosul. Serta mengajak ayahnya Moral Manusia Terhadap Manusia
juga untuk nerguru agama. Hal ini Lainnya (MML)
menggambarkan Walangsungsang yang Moral manusia terhadap manusia lainnya
patuh terhadap petunjuk mengenai yaitu merupakan sikap manusia dalam
keagamaan. hubungannya dengan manusia lainnya
dalam kehidupan bermasyarakat
Moral Manusia Terhadap Pribadi berbangsa dan bernegara yang ditandai
(MMP) dengan kesadaran akan adanya
Moral manusia kepada dirinya masyarakat yang multi-religi, multi-etnis,
merupakan sikap manusia dalam dan multi-kultur. Dalam naskah ini
hubungannya dengan diri pribadi sebagai banyak tergambarkan mengenai sikap-
individu, yang ditandai dengan kualitas sikap baik dalam kehidupan
Sumber Daya Manusaia (SDM) atau bermasyarakat. Saling menyambut ketika
Sumber Daya Insani (SDI). Nilai-nilai bertemu, saling mendukung, serta saling
moral tentang manusia terhadap diri bertukar ilmu pengetahuan. Hal ini
pribadi tercermin dari sifat-sifat (1) banyak tergambarkan ketika
sopan, (2) sederhana, (3) jujur, (4) berani Walangsungsang, Larasantang, dan Sarip
dan teguh pendirian dalam kebenaran dan Hidayat berkelana mengunjungi pendeta-
keadilan, (5) bisa dipercaya, (6) pendeta dan tokoh lainnya. Serta disini
menghormati dan menghargai orang lain, banyak tergambar bagaimana caranya
(7) waspada, (8) dapat mengendalikan welas asih terhadap sesama meskipun
diri, (9) adil dan berpikiran luas, (10) berbeda etnis dan berbeda kepercayaan
mencintai tanah air dan bangsa,serta (11) mereka tetap saling menghormati. Contoh
baik hati. bait naskah yang mengandung nilai
Dalam naskah ini banyak menceritakan manusia terhadap manusia lainnya yaitu
tokoh-tokoh yang menggambarkan sikap di bawah ini.
yang kepribadiannya baik dan dapat Danuwarsih alon nyaur
dijadikan contoh. Bersikap sopan, meugeus putra ulah nangis
sederhana, jujur, berani dan teguh, bisa balik ieu kudu tampa
dipercaya, hormat dan saling menghargai ngaran Memenol Ali
sesama, berhati-hati, bisa mengendalikan lélépén anu baheula
8 | LOKABASA Vol. 9, No. 1, April 2018

kasiatna Déwi Sakti hubungannya dengan pemanfaatan


Berdasarkan kutipan tersebut waktu, ditandai dengan kesadaran yang
tergambar sikap manusia terhadap akan adanya waktu linear, waktu cyclies,
manusia lainnya, yang digambarkan oleh dan waktu baka. Manusia yang tidak
Danuwarsih yang membujuk agar tidak menghargai waktu akan mendapatkan
menangis terus dan memberinya jimat kerugian. Dalam naskah ini banyak
sakti. menggambarkan tokoh-tokohnya yang
menghargai waktu. Tergambar ketika
Moral Manusia Terhadap Alam (MMA) menceritakan taatnya seorang petapa
Moral manusia terhadap alam yaitu menunggu selesainya bertapa. Selama
sikap manusia dalam hubungannya bertapa mereka tidak membuang waktu,
dengan lingkungan alam, ditandai dengan tapi diisi oleh hal-hal yang positif. Ada
kesadaran ekologi/ekosistem dan yang bertani, ada yang mengasah ilmu,
geopolitik/kewilayahan. Sikap dan ada juga yang terus-terusan memuja
tindakan yang selalu berupaya mencegah terhadap Tuhannya. Contoh bait naskah
kerusakan pada lingkungan alam di yang mengandung nilai moral manusia
sekitarnya dan mengembangkan upaya- terhadap waktu yaitu dibawah ini.
upaya untuk memperbaiki kerusakan Asal Mekah pernah buyut Kangjeng
alam yang sudah terjadi. Dalam naskah Rosul
ini ada beberapa gambaran sikap manusia di dinya keur tapa
yang baik perilakunya terhadap alam dan reujeung ari lilana téh
lingkungannya. Salah satunya ketika dua ratus taun di dinya téh aya
Walngsungsang akan membunuh bangau, Berdasarkan kutipan tersebut
dalam perangkap, tapi tidak jadi karena tergambar sikap setianya manusia
merasa kasihan terhadap bangau tersebut. terhada waktu, sampai rela menunggu
Cntoh bait naskah yang mengandung dalam berpatanya selam dua ratus tahun.
nilai moral manusia terhadap alam yaitu
di bawah ini. Moral Manusia Dalam Mengejar
Somaduloh nu dicatur deui Kepuasan Lahiriah dan Batiniah
ayeuna keur ngadamel sawah (MMLB)
lega pisan sawahna téh Merupakan sikap dan perilaku
enggeus pirang-pirang taun manusia dalam memenuhi kebutuhan
serta getoleun ameng tani serta kepuasan lahir dan batin yang
beurang peuting macul baé ditandai dengan kesadaran etika dan
paré patumpuk-tumpuk estetika. Jadi ada 2 nilai moral manusia
diakutan ka bumina dalam mengejar kepuasan, yakni moral
henteu panjang nu dicatur lampah manusia dalam mengejar kepuasan
tadi lahiriah dan mengejar kepuasan batiniah.
geus teu aya kakirangan Dalam naskah ini tergambar beberapa
Berdasarkan kutipan tersebut sikap dan perilaku tokohnya dalam
tergambar sikap manusia hubungannya mencapai kepuasannya sangat penuh
dengan lingkungan alam, Somaduloh perhitungan serta mengandung unsur
yang medang membuat sawah dalam etika dan estetika. Contohnya ketika
jangka tahunan, dan sawahnya luas mencapai kepuasan rumah tangga yang
sehingga hasilnyapun banyak. digambarkan oleh Raja Mesir dan
Rarasantang, yang segala sesuatunya
Moral ManusiaTerhadap Waktu selalu dipasrahkan terhadap tuhannya.
(MMW) Serta selalu sopan santun dalam
Moral manusia terhadap waktu yaitu menjalankan hubungan dengan
merupakan sikap manusia dalam pasangannya. Contoh bait naskah yang
Ai Hayati Mayang Arum: Naskah Sajarah Cirebon… | 9

mengandung nilai moral manusia dalam contohnya yang ada dalam naskah
mencapi kepuasan lahiriah dan misalnya jariyah jadi jariah, tuwan jadi
batiniahnya yaitu di bawah ini. tuan.
Sang pandita deui nyaur Nilai moral yang ditemukan
jeung ieu bapa maparin dalam Naskah Sejarah Cirebon yaitu
putra Bapa anggo garwa Moral Manusia Terhadap Tuhan, Moral
anu ngaran Éndang Geulis Manusia Terhadap Pribadi, Moral
Walangsungsang enggus nikah Manusia Terhadap Manusia Lainnya,
ka putra Pandita Sidik Moral Manusia Terhadap Alam, Moral
Berdasarkan kutipan di atas Manusia Terhadap Waktu, Moral
tergambar adanya etika untuk mencapai Manusia Dalam Mengejar Kepuasan
kepuasan lahir batinnya yaitu dengan cara Lahiriah dan Batiniah.
menikah. Adapun nilai moral yang paling
dominan yaitu nilai moral manusia
SIMPULAN terhadap Tuhannya, karena naskah
Naskah Sejarah Cirebon yaitu naskah sejarah Cirebon ini menceritakan
mengenai cerita para wali, naskah ini dari mengenai perjalan para wali dalam
Aki Yahya Permana, ditulis dalam bahasa menyebarkan agama Islam.
Sunda, aksara Pegon, serta menggunakan
kertas pabrik ukuran 16,5 x 21,5x 2,5 DAPTAR PUSTAKA
cm.Naskah Sejarah Cirebon merupakan Antoni, Yoyok. 2016. Digitalisasi
salah satu judul dari sebuah naskah yang Naskah Kuno Dalam Upaya
berbentuk buku. Keadaan naskahnya Pelestarian Dan Menarik Minat
masih bisa terbaca normal, meskipun ada Generasi Muda. [e-jurnal] diakses
beberapa bagian yang sudah rusak. di
Naskah Sejarah Cirebon isinya http://unmasmataram.ac.id/wp/wco
menceritakan mengenai perjalanan ntent/uploads/19.Bermansya-dan-
Walangsungsang dan Rarasantang dalam Yoyok-Antoni.pdf
menyebarkan agama Islam, yang tidak Baried, S. B. (1985). Pengantar Teori
diizinkan oleh bapaknya, Prabu Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan
Siliwangi. Perjalanan mencari ilmu dan Pengembangan Bahasa
agama dan mencari Nabi Muhammad
Departemen Pendidikan dan
diteruskan oleh putranya Rarasantang Kebudayaan.
yang dikenal dengan nama Sarip Hidayat.
Beliau berhasil menemukan syahadat Fathurahman. O. (2015). Filologi
sejati dan bertemu dengan Kanjeng Nabi Indonesia Teori dan Metode.
Muhammad ketika Sarip Hidayat mi’roj Jakarta:Prenadamedia Group.
serta diberi ilmu langsung mengenai ilmu Isyanti, Dina. (2013). Prosiding Seminar
agama. Sarip Hidayat mampu Naskah Kuna Nusantara “Pangan
mengumpulkan para wali serta bekerja dalam Naskah Kuna Nusantara”.
sama menyebarkan agama Islam di setiap Jakarta:Perpustakaan Nasional
Negara. republik
Dari hasil edisi teks Naskah
Sejarah Cirebon, ditemukan beberapa KBBI (2007). Kamus Besar Bahasa
kata yang disesuaikan dengan ejahan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
bahasa Sunda, serta berdasarkan pada Koswara, Dedi. (2013). Racikan Sastra
Palangeran Éjahan Basa Sunda. Kata- Pangdeudeul Bahan Perkuliahan
kata yang diubah kebanyakannya kata Sastra Sunda. Bandung: JPBD
yang memiliki dua suku kata biasanya FPBS UPI.
ditambah dengan konsonan (y) dan (w),
10 | LOKABASA Vol. 9, No. 1, April 2018

Noor, J. (2015). Metodologi Penelitian. Said, Nur. (2016). Jurnal Ilmu Aqidah
Jakarta: Prenadamedia Group. dan Studi Keagamaan. [e-jurnal]
diakses di
Purta, Afriyanda. 2016. Transliterasi dan
http://dx.doi.org/10.21043/fkrah.v4i
Analis Teks Naskah “Sejarah
2.2084
Berdirinya Tarbiyah Islamiyah
Karya Abdul Manaf. [e-jurnal] Sudaryat, yayat. (2014). Wawasan
diakses di Kasundaan. Bandung: JPBD UPI.
https://www.google.co.id/url?sa Suryani, E. (2010). Kearifan Budaya
Ratna, Ny. K. (2011). Teori, Metode, dan Sunda. Ciamis: Pemerintah
Teknik Penelitian Sastra. Kabupaten Ciamis Dinas
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kebudayaan dan Pariwisata Ciamis.
Ruhaliah. (2013). Wawacan Sebuah
Genre Sastra Sunda. Bandung: UCAPAN TERIMA KASIH
JPBD FPBS UPI. Terimakasih saya ucapkan kepada tim
penyunting jurnal Lokabasa atas
dipublikasikannya penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai