id
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Disusun oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Bahasa Indonesia
2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh :
S840209113
Anggota Penguji:
Mengetahui
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.
NIP. 195708201985031004 NIP. 19440315197841001
3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
( H. R. Muslim)
Agama tanpa ilmu pengetahuan lumpuh, ilmu pengetahuan tanpa agama buta.
(Albert Einstein)
tekad
Setya budya pangekese dur angkara Selalu setia akan tujuan dapat
menghancurkan godaan
towaliayya.
( dari Makassar)
4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
NIM : S. 840209113
Lisan Interaksi Guru dan Siswa di Kelas: Studi Kasus Pemakaian Bahasa di SMA
Negeri 3 Sragen dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, dan Sosiologi”
adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah yang Mahakuasa yang telah memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan dengan judul
” Analisis Wacana Lisan Interaksi Guru dan Siswa di Kelas :Studi Kasus
Tesis ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat: 1) Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., Direktur PPs UNS yang telah
memberikan izin penyusunan tesis ini; 2) Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.,
Ketua Program Studi Bahasa Indonesia Program Passcasarjana UNS, yang telah
memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini dapat disusun dengan lancar;
bimbingan dengan penuh kesabaran, ketulusan, dan ketelitian sehingga tesis ini
yang berharga, dan motivasi sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan;
Sumarsono, M.Pd., sebagai Kepala SMA Negeri 3 Sragen yang telah memberikan
izin penelitian; 7) Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua guru, karyawan
SMA Negeri 3 Sragen, khususnya Bp. Arif Purwadi, S.Pd., Ibu Febtilita Yulianti,
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
S.Pd., Ibu Sri Iswati, S.Pd., dan Dra. Dyah Retno Sejati, yang telah berkenan
menjadi subjek penelitian; 8) Kedua orang tua penulis yang telah memberikan
restu dan doanya; 9) Istriku tercinta, anakku yang tersayang yang dengan tulus
kesempurnaan. Oleh karena itu, berbagai saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini agar lebih baik dan bermanfaat sangat diharapkan. Semoga
Peneliti,
R. D. U.
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................. i
MOTTO................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN................................................................................. v
PERNYATAAN.................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian................................................................... 7
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
a. Hakikat Wacana........................................................... 23
d. Pragmatik .................................................................... 30
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
di Kelas.................................................................................... 128
xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
dan evaluasi........................................................................ 14
xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
G : Guru
Pn : Peneliti
S : Siswa
xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Raharjo Dwi Untoro, S840290113. 2010. Analisis Wacana Lisan Interaksi Guru
dan Siswa di Kelas: Studi Kasus Pemakaian Bahasa SMA Negeri 3 Sragen dalam
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, dan Sosiologi. Tesis: Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan dan menjelaskan struktur
wacana lisan guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu
proses belajar mengajar, (2) mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi bahasa
dalam tindak tutur interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen
pada waktu proses belajar mengajar, (3) mendeskripsikan dan menjelaskan
partikel wacana lisan dalam tindak tutur interaksi guru dan siswa dalam kelas di
SMA Negeri 3 Sragen pada waktu proses belajar mengajar, dan (4)
mendeskripsikan dan menjelaskan alih kode dan campur kode wacana lisan
interaksi guru dan siswa SMA Negeri 3 Sragen.
Penelitian ini termasuk studi kajian wacana yang mengambil lokasi di
SMA Negeri 3 Sragen. Data dalam penelitian ini berupa wacana lisan interaksi
guru dan siswa dalam peristiwa komunikasi belajar mengajar di kelas. Karena itu,
datanya berwujud rekaman percakapan di kelas antara guru dengan siswa yang
ditranskripsikan. Untuk pemilihan dan jumlah serta jenis sumber data dilakukan
dengan teknik cuplikan. Pengambilan datanya dengan teknik rekam, teknik catat,
dan teknik wawancara. Teknik analisis datanya menggunakan analisis kontektual.
Proses analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, dengan
mendasarkan : (1) teori tindak tutur di kelas yang dikemukakan Sinclair dan
Coultrad, (2) Teori fungsi bahasa yang dikemukakan MAK Haliday, dan (3)
Partikel wacana lisan yang dikemukakan Stubs, Linke, Nussbaumer, dan Portman.
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, disimpulkan
bahwa interaksi guru dan siswa di kelas menunjukkan pola pertukaran yang
teratur. Percakapan di kelas tersebut mengarah pada satu tujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Percakapan di kelas peran guru dominan, siswa berbicara
bilamana ada kesempatan yang diberikan guru. Selain itu, juga ditandai dengan
bahasa yang komunikatif sehingga tersampaikan informasi dengan mudah dan
jelas. Karakteristik wacana lisan dalam kelas ini ditandai oleh adanya konteks di
luar ujaran guru yang cukup berpengaruh terhadap makna ujarannya seperti :
tempat, waktu, suasana, subyek, topik, tujuan, dan nada.
Bentuk wacana lisan guru dan siswa di kelas ditentukan juga oleh fungsi
bahasa yang digunakan baik guru ataupun siswa. Secara umum fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan fungsi bahasa sebagai
berikut : (1) fungsi instrumental, (2) fungsi regulasi, (3) fungsi representasi, (4)
fungsi interaksi, (5) fungsi perorangan, (6) fungsi heuristik, dan (7) fungsi
imajinatif. Fungsi imajinatif tidak ditemukan selama penelitian ini, karena fungsi
bahasa ini sering digunakan dalam karya sastra.
Partikel sangat penting dalam percakapan atau wacana lisan, khususnya
saat pergantian pembicara. Dalam analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa
di kelas ini ditemukan beberapa partikel yang digunakan baik guru ataupun siswa
saat berbicara. Adapun partikel-partikel tersebut adalah : bentuk tegun, bentuk
xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
speech, the decrease of exchange acceleration, the prolog of speech, the sign of
speaker, the sign of peers, the greeting form, names, words of acception and
objection.
Event of code switching and code mixing happened at spoken discourse of
xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
komunikasi yang melibatkan guru dan siswa. Proses ini bertujuan untuk
kedewasaan diri. Dalam melakukan perubahan ini guru SMA memiliki dua peran
,yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Zamzani (2002: 129) menyatakan bahwa
kepada anak didik sehingga anak didik menjadi manusia yang cerdas dan
membina anak didik agar menjadi manusia yang memiliki moral dan budi pekerti
yang baik. Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan
bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Corey (Admin,
2007: 21 dalam http:// miftahul ulum, dikti. net / index. php ? option = com. )
Dari uraian di atas, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh
siswa baik di dalam maupun di luar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki
1
xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan siswa dalam proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok.
Jadi proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar.
Titin (2003:10 dalam Anwar Holil http:// anwarholil blog spot. Com )
interaksi edukatif) yaitu (1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan (2) Ada
tujuan yang telah dilaksanakan (3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan
satu penggarapan materi yang khusus (4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa
(5) Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing (6)
dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin (7) Ada batas waktu (8)
Unsur penilaian.
Admin (2007: 63 dalam http:// miftahul ulum, dikti. net / index. php ?
berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu
xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dorongan yang menunjukkan lemah dan kuatnya dorongan yang bersumber dari
faktor yang dapat terbentuk melalui proses penggunaan insentif. Salah satu bentuk
insentif dalam proses belajar mengajar adalah pemberian penguatan guru kepada
terpadu yaitu antara proses belajar dan proses mengajar. Seorang pengajar dapat
stimulus dan respons dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan dengan
dikemukakan oleh Watson, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dari
xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lain,pada akhirnya ada perubahan tingkah laku pada anak (Sri Esti Wuryani
Djiwandono,2008: 129)
individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik
yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara
Atau dapat dikatakan bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis
sikap.
kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang
integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru
Dalam berinteraksi dalam kelas baik guru dan siswa harus mampu
merespon apa yang terjadi dalam kelas. Guru tanggap tentang perilaku siswa baik
dalam bertutur ,siswa kadang kala diikuti gerakan atau tindakan untuk membantu
proses berkomunikasi.
Interaksi dalam kelas antara guru dan siswa jelas konteksnya yaitu
komunikasi antara guru dan siswa. Proses komunikasi ini menggunakan media
xxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahasa. Hal ini sesuai dengan fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi.
bersifat interaksional. Menurut Brown dan Yule (1985: 1-2), fungsi bahasa yang
dan siswa di kelas banyak kejadian yang menarik untuk diteliti. Peristiwa tutur
yang terjadi pada interaksi guru dan siswa di dalam kelas adalah pemakaian
bahasa baik yang bersifat interaksional ataupun bersifat transaksional. Hal ini
kepada siswa. Sebaliknya pemakaian bahasa siswa saat merespons guru dalam
Berdasarkan hasil observasi yang terjadi pada interaksi guru dan siswa di
kelas SMA Negeri 3 Sragen, pertama guru dalam membuka pelajaran diawali
dengan mengucapkan salam dan dibalas salam dari siswa. Setelah salam, guru
biasanya mengabsen siswa. Siswa merespons dengan menyebut nama siswa yang
tidak masuk sekolah atau menjawab nihil bilamana semua siswa masuk sekolah.
Selanjutnya guru menanyakan tugas. Bilamana ada tugas, bilamana tidak ada
dan materi pelajaran . Di dalam kegiatan inti ini guru biasanya berceramah,
xxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tugas baik secara individual ataupun secara klasikal. Dalam kegiatan ini kelas
akan diam. Sebelum pelajaran berakhir biasanya dibuat simpulan dan dilanjutkan
mengkaji masalah struktur percakapan interaksi antara guru dan siswa dalam
kelas, fungsi bahasa dalam interaksi guru dan siswa dalam kelas, dan partikel
Dalam penelitian ini dibahas struktur wacana lisan interaksi guru dan
siswa dalam kelas, fungsi bahasa dalam interaksi guru dan siswa dalam kelas serta
partikel dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas. Adapun
B. Rumusan Masalah
pemakaian bahasa guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen. Lingkup
masalahnya adalah wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas pada waktu
yang sudah ditentukan. Agar jelas arah penelitian ini maka dirumuskan masalah
xxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Bagaimanakah fungsi bahasa dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa
mengajar?
siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu proses belajar
mengajar?
4. Bagaimanakah alih kode dan campur kode dalam wacana lisan dalam
interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu
C. Tujuan Penelitian
dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu proses belajar mengajar .
interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu
xxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu
wacana lisan dalam interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
interaksi guru dan siswa di kelas, fungsi bahasa, partikel, alih kode, dan
campur kode dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas..
2. Manfaat Praktis
bilamana ditemukan tindak tutur yang tidak sesuai dengan situasi kondisi
bersangkutan.
b. Bagi Guru
xxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bertutur yang sesuai dengan situasi kondisi siswa akan memotivasi siswa
dengan maksimal.
c . Bagi Siswa
xxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
A. Kajian Teori
diistilahkan (channel). Saluran pesan ini dapat berupa tulis dan lisan.
mempengaruhi satu sama lain, ketika dua orang atau lebih hadir bersama,
sama lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Chaplin (1979) juga terdapat
10
xxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
serentak.
kebanyakan para guru dapat melakukan atau menciptakan satu kelas yang
menutup(meliput hal ini...," mulai dengan "Di sini kita ingin menjawab
pertanyaan ."
"Aku sedang berpikir tentang hal ini, dan demikian juga seharusnya anda."
tanggung jawab siswa; seorang guru perlu menahan pencobaan itu untuk
Mengawali gerakan, para siswa saling berhadapan satu dengan yang lain,
untuk belajar siswa di dalam kelas . Di samping itu guru harus saling
xxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
shop/lcib/classroom interact.pdf.)
atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat memainkan peran yang
xxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pendidik Tujuan
Gambar 3. Hubungan dua arah antara pendidik dan anak didik yang diikat
oleh tujuan dan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan.
4. Tentu tidak sampai di situ saja usaha pendidik dalam mencapai tujuan,
pendidik harus melengkapi dengan komponen-komponen yang lain
seperti metode yang paling dianggap sesuai, sarana yang diperlukan,
dan evaluasi yang tepat. Hubungan antara komponen-komponen
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pendidik Tujuan
Bahan
Metode
Sarana
xxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kelas
1) Pola Komunikasi
2009/03/tiga-pola-komunikasi-dalam-proses.html )
siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah
xxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu
Keterangan : G = Guru
S = Siswa
Gambar 6. Pola Komunikasi Dua Arah
xxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
komunikasi ini
Keterangan : G = Guru
S = Siswa
Gambar 7 Pola Komunikasi Banyak Arah
belajar siswa.
dengan baik menurut Sumiati dan Asra (2007: 66) sebagai berikut :
xxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penyelesaian pendidikan.
communication.
(penerima informasi/pesan)
dan Asra (2007 : 69) guru dan siswa harus mempunyai sikap sebagai
berikut:
xxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain mental set dan
metode pendekatan.
2) Kebutuhan keamanan
xxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menggunakan kemampuannya.
:70)
6) Komunikasi Nonverbal
(komunikasi verbal) dan juga dapat melalui gerak isyarat, sikap tubuh,
xxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lain. Secara klasikal jenis kegiatan yang diberi penguatan adalah ketika
xxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atas pendapat atau perilaku siswa tidak benar atau tidak baik.
(e) Tertawa
rasa suka cita, senang, gembira atau lapang dada. Hal ini biasa
xl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
verbal.
a. Hakikat Wacana
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang dapat dipahami
(Hasan Alwi, 2008: 419), dijelaskan wacana adalah rentetan kalimat yang
Definisi umum itu dapat diterapkan secara berbeda dari berbagai sudut
xli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang terstruk- tur yang diwujudkan dalam perilaku bahasa atau yang
lainnya.
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
adalah satu kesatuan bahasa yang utuh yang dipakai untuk berkomunikasi
komunikasi). Jadi, analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas
ilmu yang mengkaji organisasi bahasa secara utuh di atas tingkat kalimat
xlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
analisis atas bahasa yang digunakan. Maka analisis tidak dapat dibatasi
pada deskripsi bentuk bahasa yang tidak terikat tujuan atau fungsi yang
penutur secara benar paling tidak mendekati makna yang dimaksud oleh
1992: 1)
dan suprakalimat maka kita sulit berkomunikasi dengan tepat satu sama
lain.
xliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahasa.
karakteristik wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas yaitu
xliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Fungsi Bahasa
memiliki fungsi yang dominant. Setiap bahasa memiliki fungsi yang berbeda–
beda bagi masyarakat penuturnya . Buhler di dalam Riyadi Santosa (2003: 19)
berpendapat bahwa bahasa memiliki tiga fungsi yaitu fungsi ekspresif, fungsi
xlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan sapaan yang tepat dan hormat. Misalnya : ”Selamat pagi, Bu.”
bahasa representasional. Bahasa ekspresif, yaitu bahasa yang terarah pada diri
xlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sendiri yakni si pembicara; bahasa konatif, yaitu bahasa yang terarah pada
lawan bicara; dan bahasa representasional, yaitu bahasa yang terarah pada
kenyataan lainnya, yaitu apa saja selain pembicara atau lawan bicara.
(a) Fungsi referensial : memusatkan perhatian kepada isi acuan suatu pesan.
(b) Fungsi emotif : memusatkan perhatian kepada keadaan para pembicara.
(c) Fungsi konati : memusatkan perhatian kepada keinginan –keninginan
para pembicara yang dipikirkan oleh penyimak.
(d) Fungsi Metalinguistik : memusatkan perhatian kepada sandi atau kode
yang dipergunakan.
(e) Fungsi fatik: memusatkan perhatian kepada saluran (pembukaan,
pembentukan, dan pemeliharaan hubungan atau kontak antara pembicara
dan penyimak.
(f) Fungsi puitik : memusatkan perhatian kepada bagaimana caranya suatu
pesan disandikan atau ditulis dalam sandi.
Fungsi bahasa menurut Popper di dalam Leech (1993: 75) ialah
mengemukakan adanya suatu perkembangan fungsi-ungsi dalam evolusi
bahasa manusia dari fungsi-fungsi yang rendah ke lebih yang tinggi. Ia
berpendapat bahwa daalam sistem komunikasi yang lebih primitif fungsi
informatif (signalling function), dan fungsi ekspresif (fungsi-fungsi bahasa
yang bersifat interpersonal) merupakan fungsi yang paling menonjol,
sedangkan yang paling menonjol dalam komunikasi modern adalah fungsi
deskriftif dan fungsi argumentatif.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Leech di dalam Fatimah
Djayasudarma (2006: !4-15) fungsi bahasa sebagai berikut :
(a) Fungsi ekspresif yang menghasilkan jenis wacana berdasarkan pemaparan
secara ekspositoris.
xlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hal ini berkenaan dengan wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas
d. Pragmatik
penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai
dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. 1) Pragmatik
adalah studi tentang maksud penutur, 2) Pragmatik adalah studi tentang makna
xlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik,
sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran
berikut :
xlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tanda dengan para penafsir.” Sementara itu, Dowty (et al) di dalam Henry
dan konteks sosieatal . Yang dimaksud konteks sosial adalah konteks yang
saosial yang ada di dalam masyarakat social dan budaya tertentu. Dengan
l
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengetahuan yang dimiliki bersama penutur dan mitra tutur serta yang
yang semacam itu dapat disebut konteks situasi tutur (speech situational
sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan 5) tuturan sebagai produk tindak
verbal.
f. Tindak Tutur
berwujud tindak tutur (speech act ) Tindak tutur itu tidak akan dipahami
dengan baik apabila mitra tutur tidak memahami situasi tutur. Situasi tutur (
speech event ) adalah terjadinya interaksi linguistic dalam satu bentuk ujaran
atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur dengan
satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu ( Abdul Chaer,
1994 : 61-62) Dengan kata lain , peristiwa tutur pada dasarnya menerangkan
li
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
faktor yaitu siapa berbicara dengan siapa, tentang apa (topic), dalam situasi
(setting) yang bagaimana, dengan tujuan apa, dengan jalur apa ( tulisan, lisan,
dapat berupa sesuatu yang berbobot. Lebih lanjut, pembicaraan yang baik
tidak hanya didasarkan pada apa yang anda ucapkan tetapi juga bagaimana
mungkin. Kemudian, gunakan bahasa tubuh dan ucapan anda dengan pantas.
kemampuan anda didengar, tatabahasa anda dan isi percakapan yang anda
dimaksudkan,yaitu :
lii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kesempatan bicaranya )
terdapat pada interaksi antara penutur dan mitra tutur dalam situasi dan
tempat tertentu dan lebih menekankan pada tujuan dari peristiwa tutur
ditentukan kemampuan berbahasa penutur dan mitra tutur serta situasi dan
108-110) menyajikan pembagian tindak tutur menjadi tiga jenis tindak tutur,
liii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menyalakan AC).
macam tindak tutur itu berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1)
kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat
itu. Contoh : tanganku gatal berarti penutur memberitahu mitra tutur bahwa
maksud dan fungsi tertentu . Contoh : aku lapar berarti yang diucapkan
penutur tidak semata-mata memberi tahu kepada mitra tutur bahwa penutur
liv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(a) Verba Asertif biasanya muncul dalam konstruksi ‘S verba (…) bahwa X’
( S = subjek ( yang mengacu kepada pembicara) dan ‘bahwa X’ mengacu
pada suatu proposisi);contoh : menegaskan mengiakan, memperkokoh,
memperkuat, mensahkan) mengatakan ( menduga keras, menyatakan
tanpa bukti), menegaskan , meramalkan, mengumumkan, menuntut (
menagih).
(b) Verba direkti biasanya muncul dalam konstruksi ’S verba (0) bahwa X’
atau ’S verba O kepada Y’ (S dan O mengacu pada subjek dan objek (
yang masing-masing mengacu pada pembicara,dan penyimak), bahwa X’=
klausa bahwa nonindikatif; dan ’kepada Y’= klausa infinitif); contoh :
meminta, mengemis , menawar, memerintahkan, memerlukan, melarang,
menasihati, menasihatkan, menganjurkan, memuji kebaikan ,
memohonkan.
(c) Verba Komisif biasanya muncul dalam konstruksi ’S verba bahwa X (di
mana klausa bahwa adalah nonindikati), atau ’S verba kepada Y’ ( di mana
kepada Y’ adalah konstruksi infinitif); contoh : menawarkan, menjanjikan,
bersumpah, bersukarela, bernazar.
(d) Verba Ekspresif biasanya muncul dalam konstruksi ’S verba (prep) (O)
(prep) Xn (di mana ’(prep) adalah preposisi akultati; dan Xn adalah frase
nomina abstrak atau frase gerundif), contoh : meminta maaf, menaruh
simpati, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, mengucapkan
terima kasih.
(e) Verba Rogatif adalah verba yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah
satu dari keempat kategori di atas; contoh : menamai , mengklasifikasikan,
lv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
merupakan suatu interaksi yang terkecil yang melibatkan dua peserta atau
taking) yang terdiri atas pemicu dari guru, tanggapan dari siswa, dan
balikan dari guru. Secara umum, pola pertukaran itu dirumuskan sebagai
pembuka, jawaban, dan tindak lanjut. Ketiga unsur struktur itu disebut
Ramirez .
a. Pembukaan (Opening)
penutur.
lvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(7) Ekspresif yaitu suatu ujaran yang bersifat pribadi yang dapat berisi
b. Penjawaban (Answering)
lvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(9) Timbal tindak (react) yaitu tanggapan yang berupa tindak verbal
perintah.
(12) Pemicu ulang (reinitiate) yaitu suatu ujaran yang ditujukan pada
c. Pelanjutan (Follow-Up)
Gerak lanjutan sering juga disebut feedback karena tindak tutur yang
gerak jawaban.
Dalam wacana di kelas, tindak tutur yang ada dalam gerak lanjutan
siswa.
lviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jawaban siswa.
siswa.
(1) peserta dalam seluruh pertukaran, (2) pemicu dalam pertukaran, (3)
penutup pertukaran, (4) penentu ikut tidaknya peserta lain dalam se-
66).
Flanders (FLAC). Mereka belajar untuk dapat melihat apa yang mereka
lix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Guru berbicara
murid dengan tidak mengancam. Perasaan bisa hal positif atau hal
kembali perasaan
!’.
memberikan jawaban.
lx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dapat mematuhinya.
gagasannya.
lxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Berdiam diri
apakah siswa berbicara atau tidak. Upaya yang dapat dilakukan guru
dapat berupa perintah atau juga dapat berupa permintaan kepada siswa
lxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagai berikut.
b. Coba berikan penjelasan mengenai apa yang baru saja kita bicarakan
tadi, Stevie.
berikut.
lxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagai berikut.
b. Siswa : Penting.
lxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membagi tindak (acts) menjadi 21 (dua puluh satu ) , disini diberikan dengan
contohnya.
lxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ungkapan yang tidak dapat diartikan secara semantik ataupun secara sintaksis,
akan tetapi baik penutur dan lawan tutur sudah memahami artinya karena
diasumsikan dengan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kategori seperti ini
tentang partikel, ada sebelas partikel pragmatic, variasi kata pinjaman dari China
terhadap suatu ungkapan dan dapat disusun dalam sekala tunggal yang tegas.
lxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penegasan, dan bersifat sementara. Kertas kerja (paper) ini mengunakan data
Singapura sebagai bahasa ibu (bahasa asli). Partikel pragmatik diperoleh sejak
luas terhadap multi fungsi. Fungsi yang agaknya berbeda ini, dapat disatukan
(disepakati) jika partikel pragmatik ini diuji dalam istilah sistem tingkat
yamg sama digunakan dalam kalimat pola (tipe) yang berbeda. Tidak ada partikel
bahasa Inggris percakapa lisan ditemukan ungkapan well, yang tidak dapat
well adalah now, right, ok, any way, you know, I see, hello, bye,bye. Ungkapan-
ungkapan ini sedikit dibicarakan dalam sintaksis dan tidak dibicarakan secara
literal (harafiah),dan juga tidak memiliki sifat tesis sehingga tidak memiliki isi
lxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
panggilan seperti hey atau John. Pada umumnya memberi salam dan ungkapan
beberapa asumsi tentang apa yang telah hilang sebelumnya, atau sebagai
dinilai sebagai kategori linguistik tradisional. Akan tetapi sebagian besar dibatasi
wacana yang lebih besar daripada klausa dan kalimat. Bagian ini dan yang lainnya
dapat dikembangkan secara detail dengan melihat pada berbagai kata keterangan.
atau ujaran yang disampaikan saat bertutur secara lisan dan dapat dimaknai sesuai
lxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
khususnya pada saat pergantian pembicara . Dalam analisis wacana lisan, partikel
Dikatakan Linke, Nussbaumer dan Portmann (1991: 272 ) bahwa fungsi utama
tersurat belum tentu makna tersirat, maka perlu mencermati konteks yang
lxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Praanggapan (Presupposition)
2) Implikatur (Implicature)
(http://www.teorier.dk/tekster/h-paul-grice-implikatur. php)
lxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bilamana kelas masih kotor atau dalam keadaan ramai akan mendapatkan
tidak mutlak. Maksud tuturan harus didasarkan pada konteks situasi tutur
peserta tutur yang terlibat dalam penuturan itu memiliki kesamaan latar
(b) Saya kebetulan ke Inggris untuk studi selama dua tahun dan berangkat
besok
lxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan implikatur umum. Yang pertama ada karena konteks ujaran, misalnya
contoh (b) Saya kebetulan ke Inggris untuk studi selama dua tahun dan
com/2007/07/linguistikpragmatik.html)
3) Entailmen (Entailment)
harus didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang sama (the same
bahwa siswa yang bernama Mukti Udin setelah dijelaskan masalah cara
lxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
meresensi novel ketika diberi tugas oleh guru tidak dapat menyelesaikan
guru dan siswa menguasai Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Dengan
terjadi pemakaian bahasa satu dengan lainnya secara bergantian. Hal ini
sulit dihindari dalam masyarakat bilingual, juga guru dan siswa di SMA
Negeri 3 Sragen.
Karena inilah fenomena alih kode (code switching ) dan campur kode
akan sering terdapat orang mengganti bahasa atau ragam bahasa. Hal ini
lxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dimaksud dengan alih kode menurut Sri Utari Subyakto Nababan (1992:
berubahnya situasi .
http://aidiel87.blogspot.com/2009/11/alih-kode-campur-kode-dan-
atau varietas linguistik atau lebih dalam percakapan atau interaksi yang
sama.
suatu bahasa ke bahasa lain atau dari satu variasi bahasa ke variasi
lxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jadi, dalam alih kode, pemakaian dua bahasa atau lebih ditandai
dengan campur kode menurut Sri Utari Subyakto Nababan (1992: 106)
adalah penggunaan dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa secara
.com/2009/11/alih-kode-campur-kode-dan-interferensi.html) campur
kode adalah fenomena yang lembut dari fenomena alih kode. Dalam
bahasa tertentu.
lxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya dan
atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech
act atau discourse ) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
Jadi, campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh
penutur dalam situasi informal, santai, atau akrab tanpa ada sesuatu yang
ini dapat berupa kata, idiom, sapaan, frasa, klausa, dan sebagainya.
lxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
maksud.
(4) Gengsi, sebagian penutur ada yang beralih kode sekedar untuk
bergengsi.
php? ) alih kode dan campur kode terjadi karena tiga faktor yaitu
lxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa di kelas 5 SDIT Nur Hidayah
Surakarta dapat dikatakan berhasil karena siswa dapat menjawab sebagian besar
pertanyaan yang diberikan oleh guru. 2) Fungsi bahasa meliputi tiga hal, yaitu
antara bentuk dan fungsi bahasa tersebut tidak selalu sama. Dengan kata lain
bahwa antara bentuk dan fungsi bahasa bersifat fleksibel. 3) Partikel merupakan
bentuk bahasa yang tidak dapat dimaknai secara semantik maupun sintaksis.
lxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau tindak lanjut guru atas tindakan yang dilakukan siswa dan penanda batas
dalam wacana.
siswa di kelas di fokuskan pada struktur wacana lisan dalam interaksi belajar
mengajar, fungsi bahasa dalam interaksi guru dan siswa dalam kelas, dan partikel
C.Kerangka Berpikir
Berdasarkan deskripsi teori yang telah dipaparkan diatas ,maka dapat disusun
Dalam proses belajar mengajar terdapat interaksi antara guru dan siswa. Dalam
interaksi ini terjadi tindak tutur antara guru dan siswa. Guru lebih dominan
sebagai pemicu terjadinya tindak tutur di dalam kelas. Juga tindak tutur ini dapat
berhasil bilamana antara penutur dan mitra tutur ada kerja sama. Akan lebih baik
lagi bilamana dalam tindak tutur menjaga kesantunan dalam tindak tutur.
Tutur Langsung dan Tindak Tutur Literal. Kemudian data dianalisis dengan
konteksnya.
lisan interaksi guru dan siswa di kelas, (2) fungsi bahasa dalam wacana lisan
interaksi guru dan siswa di kelas, (3) Partikel dalam wacana lisan interaksi guru
dan siswa di kelas, dan (4) Alih kode dan campur kode wacana lisan interaksi
lxxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data dianalisis
Simpulan
lxxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membicarakan enam hal , yaitu (1) jenis penelitian, (2) data
dan sumber data penelitian, (3) lokasi penilitian, (4) teknik cuplikan penelitian, (5)
metode penelitian, (6) teknik pengumpulan data penelitian, (7) teknik validitas
A. Jenis Penelitian
pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity); peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama; penelitian
catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam, yang
penelitian seperti itu senada pendapat dengan Lincoln dan Guba (1985) di dalam
Sutopo (2006: 40) Sifat semacam ini lebih peka dan dapat disesuaikan dengan
pengkajian bentuk pengaruh dan pola nilai-nilai yang mungkin dihadapi peneliti.
64
lxxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Analisis Wacana Lisan antara Guru dan Siswa ini, sasaran penelitian
tetap pada berada pada kondisi aslinya secara alami. Penelitian ini meneliti secara
langsung peristiwa tutur dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas, peneliti
tidak terlibat dalam peristiwa tutur. Peneliti di lingkungan sekitar kelas hanya
percakapan antara guru (penutur) dengan siswa (petutur) atau sebaliknya secara
alamiah.
Barelson (1952) di dalam Stefan Titscher (et al) (2009: 97) menyatakan analisis
isi merupakan suatu teknik penelitian untuk menguaraikan isi komunikasi yang
analisis yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi
interpretasi, dalam
(http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-dan
validitas -dalam-metode-penelitian-komunikasi)
Interaksi antara guru dan siswa di kelas, tidak lepas dari pesan secara
pada hakekatnya sudah ada tujuan yang pasti yaitu untuk menyampaikan pesan
dan pemilahan dari berbagai macam tuturan. Data tidak hanya sekedar sebagai
lxxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sesuatu yang telah disediakan oleh alam, namun sebenarnya data ada karena
(Sudaryanto, 1990: 3) Data penelitian ini berbentuk semua tuturan lisan dalam
dan dideskripsikan dalam bentuk teks. Semua data yang ditemukan saat interaksi
belajar mengajar di kelas semua dipakai dalam analisis. Data yang dipakai adalah
data tuturan lisan guru dan siswa di kelas tanpa direduksi. Hal ini sesuai dengan
guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu proses belajar
interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada waktu proses
tindak tutur interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen pada
waktu proses belajar mengajar; mendeskripsikan dan menjelaskan alih kode dan
campur kode wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3
Sragen.
Adapun yang menjadi sumber datanya adalah tiga orang guru yang
pelajaran Biologi, mata pelajaran Sosiologi dan siswa yang mengalami proses
perekaman data.
lxxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 3 Sragen Jl. Dr. Sutomo no. 2
Sragen. Di pilihnya lokasi ini karena SMA Negeri 3 Sragen tergolong SMA yang
cukup besar, dan siswanya bervariasi dari berbagai kalangan. Pertimbangan yang
lain adalah SMA Negeri 3 Sragen dikategorikan sebagai sekolah yang menempati
Selain itu guru-guru yang ada di sekolah ini sudah memenuhi kualifikasi
pendidikan minimal yaitu sarjana, bahkan ada beberapa guru yang sudah
kepada siswa, dan siswa menjawab. Pada proses interaksi belajar mengajar jarang
pelajaran. Dengan demikian, SMA Negeri 3 Sragen layak dipakai sebagai lokasi
penenelitian tentang analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas.
D. Teknik Cuplikan
dari sumber data yang digunakan dalam penelitian ( Sutopo, 2006: 62) Hal ini
lxxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penelitian ini menetapkan cuplikan. Mengingat variabel guru dan siswa cukup
banyak, maka dipilih beberapa guru yaitu mata pelajaran Bahasa indonesia, mata
pelajaran Biologi, dan mata pelajaran Sosiologi, serta beberapa kelas sebagai
sumber datanya. Pengambilan data dari guru mata pelajaran yang berbeda dan
penelitian.
Penetapan sumber data pada ketiga guru mata pelajaran dan beberapa
dan biaya, maka peneliti menentukan tiga guru bidang studi, kelas yang berbeda,
dan waktu interaksi belajar mengajar yang berbeda. Subjek penelitian tersebut
dapat mewakili informasi dan data penelitian. Hal ini dilakukan sebab, di SMA
Negeri 3 Sragen jumlah guru 84 guru dengan berbagai bidang studi dan terdiri
beberapa subjek, yang penting subjek tersebut dapat memberikan informasi dan
lxxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Metode Penelitian
menentukan metode (Edi Subroto, 2007: 36) Ancangan yang digunakan penelitian
ini adalah ancangan pragmatik. Alasan digunakan ancangan ini karena keberadaan
yang dipahami bersama antar penutur dan mitra tutur (I Dewa Putu Wijana, 1996:
11)
Analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas , tentang struktur
wacana di kelas ini akan dianalisis dengan berdasar teori yang dikemukakan oleh
Sinclair dan Coultrad, dengan 21 (dua puluh satu) tindak. Untuk fungsi bahasa
dalam interaksi wacana lisan dilandaskan teori MAK Haliday , sementara itu
untuk partikel wacana lisan dilandaskan teori yang dikemukakan oleh Stubs dan
simak dan metode cakap. Metode simak merupakan metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan menyimak tindak tutur dalam kelas. Metode simak ini
disamakan dengan metode observasi yang dikenal dalam disiplin ilmu sosial.
Dalam pelaksanaan metode simak ,digunakan teknik sadap sebagai teknik dasar
lxxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pencatatan terbhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan
penelitian (Edi Subroto, 2007: 47) . Teknik ini digunakan untuk menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan rekaman peristiwa
tutur atau interaksi guru dan siswa di kelas. Teknik yang digunakan dalam
sekali tidak mempengaruhi aktivitas interaksi guru dan siswa di kelas. Hal yang
bahasa lisan yang bersiffat spontan (Edi Subroto, 2007: 40). Teknik ini digunakan
untuk merekam pemakaian bahasa guru dan siswa pada saat interaksi belajar
mengajar di kelas. Agar hasil rekaman yang diperoleh dapat menyajikan data yang
memperoleh informasi yang mendalam dari informan (Edi Subroto, 2007: 42).
lxxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teknik catat. Teknik rekam merupakan pemerolehan data dengan cara merekan
data valid. Agar data valid Patton (1984) di dalam Sutopo (2006: 92) menyatakan
bahwa ada empat macam teknik trianggulasi ,yaitu (1) trianggulasi data (data
Data yang terkumpul dari teknik rekam dan catat pada interaksi belajar
,tahapan berikutnya menganalisis data. Analisis data pada penelitian ini dengan
metode kontekstual. Yang dimaksud analisis kontekstual adalah cara analisis yang
lxxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konteks. Konteks itu sendiri telah didefinisikan oleh Brown & Yule (1985)
Kridalaksana (1993) di dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 11) bahwa konteks
adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau lingkungan sosial yang berkaitan dengan
tuturan . Perlu dicatat bahwa lingkungan fisik tuturan dapat disebut koteks (cotex)
konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dipahami secara bersama
mitra tutur datang ke kelas untuk memperoleh informasi sesuai dengan materi
pelajaran. Dengan demikian data yang dikumpulkan adalah data tentang wacana
menggunakan angka arab yang diapit dua kurung,mulai (1), (2), (3), dan
seterusnya. Selain itu, setiap data juga dilengkapi nomor data pada setiap akhir
xc
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Konteks tuturan: Dituturkan oleh guru ditujukan kepada siswa yang bernama
proses generatif.
hal yang baru dijelaskan guru. Akan tetapi, bila tuturan itu dilihat secara
xci
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
Pada bagian ini disajikan deskripsi hasil penelitian yang berupa hasil
analisis dan pembahasan tentang: (1) struktur wacana lisan interaksi guru dan
siswa di kelas, (2) fungsi bahasa dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa
dalam kelas, (3) partikel wacana dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa
dalam kelas, dan (4) alih kode dan campur kode dalam wacana lisan interaksi guru
dan siswa ini diharapkan dapat memperkaya pengidentifikasian tipe, pola atau
style wacana lisan guru dan siswa, sehingga struktur wacana lisan di kelas dapat
dibedakan dengan wacana lisan yang lainnya dengan mudah berdasarkan karakter
yang dimiliki.
lisan guru dan siswa yang khas yang berbeda dengan wacana lisan lain, seperti :
oleh sifat interaksinya yang terkait dengan pekerjaan guru sebagai pendidik, dan
74
xcii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
seorang siswa sebagai pelajar yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar
tentang materi pelajaran yang telah dikuasai siswa, seorang guru menjelaskan
Hasil analisis dan pembahasan struktur wacana lisan guru dan siswa ini
dapat dijelaskan ke dalam subjek peserta tutur, saluran tuturan, jenis tuturan,
bentuk dan isi pesan, latar belakang dan suasana, dan struktur wacana lisan guru
Dalam interaksi belajar mengajar, subjek peserta tutur atau partisipan yang
terlibat adalah guru dan siswa. Berikut ini data yang menunjukan keterlibatan
dalam peristiwa tutur yang terjadi di dalam kelas antara guru dan siswa.
xciii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(penutur) dengan siswa (petutur). Dalam percakapan itu, penutur dan petutur
bertemu dalam interaksi sosial. Pesan yang disampaikan oleh penutur dan petutur
percakapan masing-masing peserta tutur akan saling mengamati tugas dan peran
mereka dalam tindak tutur tersebut. Dari cuplikan peristiwa tutur tersebut di atas
tersebut.
xciv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil observasi terfokus pada kedua subjek tersebut, dalam interaksi
belajar mengajar di kelas guru lebih dominan dalam tindak tutur tersebut, dan
siswa cenderung berbicara bilamana diberikan waktu oleh guru berbicara. Siswa
akan berbiara bilamana ada pertanyaan yang perlu dijawab dari guru, memberikan
komentar, bertanya hal-hal yang belum jelas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa guru memiliki posisi yang dominan dalam tindak tutur ini, maka dapat
Hal ini terjadi karena pada umumnya guru sebagai penutur lebih
kepada siswa. Sementara itu siswa sebagai petutur karena siswa sebagai penerima
informasi dari guru. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang perlu
dijawab bukannya guru tidak tahu akan jawabannya akan tetapi untuk mengecek
Hal yang menarik dalam tindak tutur ini adalah proses pertukaran giliran
bicara antara guru dan siswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas, terdapat
penanda-penanda yang jelas dan teratur yang merupakan suatu sistem yang
diamati dan dideskripsikan. Sistem pertukaran berbicara antara guru dan siswa di
kelas ini akan dijelaskan dan dideskripsikan pada bagian tersendiri, yaitu pada
xcv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Saluran (chanel)
Saluran atau sarana media tuturan yang dipilih para subjek tuturan untuk
lisan. Pemilihan saluran tuturan lisan ini didasarkan pada sifat komunikasinya
yaitu interaksi belajar mengajar di kelas adalah komunikasi bertatap muka, maka
yang dipilih adalah tuturan lisan (oral speech) Saluran–saluran yang lain ada
dalam interaksi belajar mengajar seperti tuturan tulisan (writing speech), dan
belajar mengajar di kelas. Hal ini dilakukan pesan yang hendak disampaikan bisa
.............................................................................................................
Siswa : (tidak bereaksi) (CL. I/135)
Guru : Bukunya mana? (CL. I/136) Ndak belajar? (CL.
I/137) Takut dimarahi orangtua karena ada gambar-
gambarnya itu...(CL. I/138) Kita belajar ilmunya,
tapi bukan belajar sarunya, ini bagian dari belajar
biologi. (CL. I/139) OK...ini bagan jenis kelamin
pada pria ,ini wanita (guru sambil menggambar di
papan tulis) (CL. I/140) Sudah ya...ehm alat kelamin
pria...itu namanya testis menghasilkan sperma sel
kelamin pria. (CL. I/141)Itu ada hormon yang
mengendalikan , hormon yang mengalikan siapa itu?
(CL. I/142) Testoteron. (CL. I/143) Testoteron itu
horman yang mengenalikan pembentukan sel
kelamin jantan. (CL. I/144) Terus yang
menghasilkan sel kelamin jantan namanya apa, ya?
(CL. I/145) Apa ya? (CL. I/146) Astri mana, ya?
(CL. I/147)
Siswa : (menunjukkan jari) Tidak tahu, Pak. (CL. I/148)
.............................................................................................................
..............................................................................................................
Guru : Bahkan orang menikmati nikmat kelulusan tidak harus
xcvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
belajar mengajar di kelas saat bertatap muka, saluran komunikasi yang dominan
digunakan subjek penutur ataupun subjek petutur adalah saluran tuturan lisan.
Sementara itu tuturan yang lain seperti tuturan tulisan dan gerak tubuh berfungsi
Jenis tuturan menunjukkan berbagai jenis gaya atau tipe tuturan yang
xcviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
interaksi guru dan siswa di kelas saat proses belajar mengajar memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
b. Peranan guru sebagai penutur berbeda dengan siswa sebagai petutur , hal
ini disebabkan memiliki peran dan status komunikasi yang berbeda. Guru
c. Guru memiliki peran lebih tinggi dibandingkan dengan siswa saat interaksi
atau bercerita hal-hal diluar materi pelajaran hal ini dilakukan kadangkala
Data yang menunjukkan peran guru saat guru di kelas sangat dominan atau
menguasai tindak tutur di kelas, dan siswa hanya berbiara saat diberi kesempatan
oleh guru. Dan juga saat tertentu menyampaikan gurauan dan cerita untuk
mencairkan suasana .
..............................................................................................................
Guru : Kalau kita lewat Jenar itu bertemu saudara sekandung,
saudara sepersusuan, ya? (CL. I/241) Tahu saudara
sepersusuan? (CL. I/242)
xcix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diselingi dengan cerita atau gurauan di luar materi pelajaran. Walaupun cerita atau
c
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gurauan tersebut masih ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran , akan tetapi
sebenarnya sudah di luar konteks pembicaraan. Hal ini dilakukan guru bisa untuk
Bentuk dan isi pesan dalam tindak tutur guru dan siswa di kelas hadir
bersama-sama. Kedua hal ini saling bergantung tidak bisa saling melepaskan .
kehadiran yang satu sangat bergantung dengan kehadiran yang lainnya. Walaupun
Pertama, bentuk pesan. Bentuk pesan mengacu pada wujud perilaku atau
tindak tutur. Bentuk pesan guru kepada siswa sebagian besar ditandai oleh
perwujudan dalam bentuk bahasa lisan dan yang lain bisa berupa bentuk isyarat
seperti : gerak tubuh, ekspresi wajah, tersenyum , tertawa, diam, dan juga bisa
Kedua, isi pesan. Isi pesan berkaitan dengan makna apa yang sedang
disampaikan . Jadi, isi pesan berkaitan tindak tutur yang sedang disampaikan. Hal
.............................................................................................................................
Guru : Berapa sel kelamin jantan pada manusia? (CL. I/149) Siapa yang
dapat tunjukkan jari! Cepat! Cepat! (CL. I/150) Baca sekalian,
ada gambarnya, ada tandanya, saya minta namanya apa,
tunjukkan jari!(151) Mana sperma?(152)Mana testis? (CL.
I/153) Dijelaskan, ayo! (CL. I/154)..OK,yang menghasilkan
sperma jamak,spermatozoid tunggal. (CL. I/155) Berapa jumlah
kromosomnya? (CL. I/156)Berapa? (CL. I/157) Berapa? (CL.
I/158) Akan membelah menjadi dua secara miosis. (CL. I/159)
Miosis tahap satu menghasilkan 2N. (CL. I/160) Karena tahap
ci
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Salah satu isi pesan dari data di atas adalah instruksi pada data lampiran I
nomor (151), kemudian dari data lampiran tiga terdapat pada nomor (61 sampai
dengan 67). Sementara itu pada tuturan guru ,” Ya, Bima baca dulu!” disertai
bagaimana?” (69) kalau tidak tahu konteks sebelumnya, maka akan berakibat
yang membaca memperbaiki cara bacanya. Jadi jelaslah bahwa bentuk dan isi
cii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan kondisi psikis pelaku komunikasi, dalam hal ini kondisi psikis guru dan
dengan kondisi tenang, santai, serius, tegang, humor, riang, ramai, dan
sebagainya.
tutur di kelas XI- IPA 3 . Penelitian terjadi pada hari Rabu, 5 Mei 2010 , pada
jam 1dan 2 yaitu antara pukul 07. 00 – 08. 30 WIB. Jadi saat seperti ini situasi dan
kondisi baik guru dan siswa masih segar. Kebetulan di kelas IPA siswa cukup
cerdas dan topik yang dibicarakan menarik untuk usia remaja. Keingintahuan
siswa tinggi yaitu dengan topik pembicaraan reoroduksi pada manusia. Sub topik
pada pelajaran biologi ini adalah alat kelamin pada pria; alat kelamin pada wanita;
Pada pelajaran biologi ini subjek penutur seorang guru biologi yang masih
mengajar yang digunakan adalah ceramah dengan divariasikan tanya jawab. Pada
saat interaksi belajar mengajar diselingi dengan humor dan teguran pada siswa
kelas yang pasif atau juga saat-saat menegangkan. Topik pembicaraan ini
masalah kewanitaan yaitu menstruasi dan organ wanita, ada sebagian siswa
ciii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
wanita yang salah tingkah atau malu, dan siswa pria akan tertawa, jadi suasana
Interaksi belajar mengajar guru dan siswa ini, peran guru sangat dominan
dan menunjukkan pola komunikasi satu arah yang lebih dominan. Siswa berbicara
bilamana diberi waktu guru misalnya, saat guru menyampaikan pertanyaan, guru
meminta komentar siswa, dan saat siswa diberi kesempatan bertanya oleh guru.
Jadi komunikasi dua arah akan terjadi bilamana siswa diberi kesempatan oleh
guru. Di bawah ini disajikan gambar saat interaksi belajar mengajar berlangsung.
civ
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 jam ke 5 dan 6, tergolong jam terakhir untuk
hari ini tepatnya pukul 10. 15 – 11. 45, keadaan kelas terkendali. Di kelas X – E
ini pelajaran diampu oleh Ibu Sri Iswati, S.Pd., dengan materi pelajaran Sosiologi
dengan topik fungsi pengendalian sosial. Pada tindak tutur interaksi guru dan
siswa di kelas ini diikuti subjek tutur seorang guru dan 37 siswa .
cv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Indonesia dengan divariasikan Bahasa Jawa, hal ini dilakukan guru untuk
Pola komunikasi dalam interaksi guru dan siswa di kelas ini cenderung
searah, hal ini karena metode mengajar yang digunakan ceramah yang
divariasikan dengan tanya jawab. Komunikasi dua arah terjadi bilamana guru
dengan contoh konkret yang ada di sekitar kehidupan siswa atau hal-hal yang
sering dilihat dan didengar siswa di TV ataupun radio. Gambar di bawah ini
menunjukan interaksi guru dan siswa di kelas X-E berlangsung pada jam terakhir
cvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Di bawah ini adalah transkripsi wacana lisan interaksi guru dan siswa di
kelas X-E.
cvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
...........................................................................................................................
Siswa : Wayang (CL. II/347)
Guru : Wayang, wayange ngopo? (CL. II/348)
Siswa : Ruwatan .(CL. II/349)
Guru : Ya adat itu memiliki beberapa tingkatan. (CL. II/350)Ya tadi
sudah mode, tradisi kemudian upacara. (CL. II/351) Upacara
berarti adat istiadat yang dipakai dalam hal merayakan hal-
hal yang resmi. (CL. II/352) Contoh upacara…(CL. II/353)
Guru : Manten. (CL. II/354)
…………………………………………………………………………………
Siswa : Nggih (CL. II/721)
Guru : Elok klerune kancane tanggane, tanggane kuwi yo cah…
dowo buanget dikandani kesatu pihak saja memorinya tidak
sama. (CL. II/722)Tak kandhani semene iki, eneng sing
penompone bedho ki. (CL. II/723) Sudah kita cukup kan
sekian dulu....hee..hee ojo rame dhewe, banyak bermanfaat
bagi kita semua. (CL. II/724) Cukup sekian dulu Wabilahi
taufik wal hidayah, Wassalamu’alikum Wr. Wb. (CL. II/725)
Siswa : Wa’alaikum salam Wr. Wb. (CL. II/726)
7 dan 8 berarti jam terakhir yaitu pukul 12. 00 – 13. 30 WIB. Kondisi baik guru
dan siswa sudah tidak segar lagi. Artinya suasana kelas siswa dan guru sudah
kelelaha. Pada pelajaran ini diikuti subjek tutur seorang guru dan 37 siswa.
kondusif karena banyak kelas yang kosong. Ada tiga kelas yang kosong, dan
siswa yang lain hanya mengerjakan tugas. Sementara itu kelas X-i memang kelas
yang cukup ramai bilamana guru tidak mencurahkan perhatian khusus. Pada
interaksi belajar saat penelitian ini guru mapel mengulang lagi materi yang belum
dikuasai anak yaitu materi menulis paragraf. Topik yang dibahas paragraf narasi,
cviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
disebabkan siswa sudah kelelahan, dan suasana yang panas, serta kelas lain ramai.
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar terjadi dua kali berhenti, karena ada
guru lain yang menyampaikan informasi yaitu guru ekonomi dan guru seni rupa.
Pola komunikasi dalam tindak tutur kali ini cenderung satu arah, karena
guru menerapkan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Saat-saat
tertentu terjadi pola komunikasi dua arah. Untuk memperjelas deskripsi tersebut
................................................................................................
Guru : Assalamu’alaikum Wr. Wb. (CL. III/1)
cix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
belakang (setting) sangat berpengaruh dalam interaksi guru dan siswa di kelas .
cx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas ini mendasarkan
pada teori yang dikemukakan Sinclair dan Coulthrad. Teori yang dikemukan dua
tokoh linguistik ini berdasarkan 21 (duapuluh satu) tindak tutur yang terjadi pada
a. Pemarkah (marker)
yang letaknya di awal klausa tetapi ungkapan ini bukan merupakan subjek dari
berikutnya.
Guru : Nah, kemarin yang terlambat siapa…? (CL. I/20) Yah sini!
(CL. I/21) Satu, satu, dua, tiga.............tiga berapa kali? (CL.
I/21) (sambil menghitung siswa yang menunjukkan jari)
Guru : OK...ini bagan jenis kelamin pada pria ,ini wanita (guru
sambil menggambar di papan tulis) (CL. I/140) Sudah
ya...ehm alat kelamin pria...itu namanya testis menghasilkan
sperma sel kelamin pria. (CL. I/141)
: Kalau terjadi jangan takut, jangan takut! (CL. I/515) OK,
Guru kenapa tidak boleh takut ? (CL. I/516) Sekarang dunia medis
sudah sangat berkembang, dokter di mana-mana ada ya?
(CL. I/517)
Guru : Ya, mari kita lanjutkan materinya sampai pada Fungsi
Pengendalian
Sosial. (CL. II/2) Kita semuanya, kalian semuanya kan
sudah melaksanakan diantaranya Fungsi Pengendalian Sosial
juga bisa lewat mengembangkan rasa malu. (CL. II/3)
Sekarang ibu berikan contoh ! (CL. I/4) Rasa malu bisa
untuk pengendalian sosial contone apa, ya? (CL. II/5)
Guru : Terus adat upacara perkawinan. (CL. II/359)
guru : Nah, baru maksud, contohnya? (CL. II/466)
Guru : Sekarang mulai urut , ya. (CL. III/30)
cxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
klausa akan tetapi tidak berfungsi sebagai subyek kalimat. Yang tergolong
b. Membuka (stater)
Membuka atau stater yang dimaksud di dalam interaksi guru dan siswa
yang akan dibahas sesuai dengan tujuan pembelajara. Hal ini dilakukan
penutur untuk mempersiapkan siswa sebagai mitra tutur atau petutur untuk
Guru : OK...ini bagan jenis kelamin pada pria ,ini wanita (guru
sambil menggambar di papan tulis) (CL. I/140) Sudah
ya...ehm alat kelamin pria...itu namanya testis
menghasilkan sperma sel kelamin pria. (CL. I/141) Itu
ada hormon yang mengendalikan , hormon yang
mengendalikan siapa itu? (CL. I/142) Testoteron. (CL.
I/143) Testoteron itu hormon yang mengendalikan
pembentukan sel kelamin jantan. (CL. I/144) Terus yang
cxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam interaksi guru dan siswa di kelas, guru sebagai subjek penutur, saat
dibicarakan saat itu. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan diri siswa
pembelajaran komunikasi atau interaksi guru dan siswa akan tercapai. Tujuan
utama interaksi guru dan siswa di kelas adalah untuk mencapai tujuan yang
telah diprogramkan.
C. Elisitasi (elicitation)
cxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini dilontarkan guru sebagai subjek penutur bukan berarti guru tidak tahu
yang harus dijawab siswa sebagai mitra tutur dalam interaksi belajar mengajar
disampaikan guru sebagai subjek penutur kepada siswa sebagai subjek petutur.
cxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dapat dari guru dan siswa, akan tetapi jarang sekali siswa bertanya pada guru.
Hal ini mungkin budaya bertanya di kalangan siswa masih rendah. Budaya
bertanya pada yang lebih senior belum berkembang sehingga terbawa sampai
di sekolahpun demikian.
d. Pengecekan (check)
Dalam interaksi guru dan siswa di kelas, guru sebagai subjek penutur
petutur. Hal ini dilakukan guru biasanya berkaitan dengan masalah kehadiran
siswa, penguasaan materi pelajaran atau topik pelajaran, dan juga saat ada
cxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kepada siswa, tetapi juga mengontrol keberadaan siswa, baik secara individual
e. Pengarahan (directive)
cxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jawaban siswa sebagai mitra tutur untuk menjawab dengan bahasa lisan,
f. Informatif (informative)
Inti dari interaksi belajar mengajar di kelas antara guru dan siswa
oleh guru sebagai subjek penutur dan siswa betul-betul berperan sebagai
subjek petutur. Dalam tindak tutur ini guru dalam interaksi belajar mengajar
Guru : OK...ini bagan jenis kelamin pada pria ,ini wanita (guru
sambil menggambar di papan tulis) (LC. I/140)Sudah
ya...ehm alat kelamin pria...itu namanya testis menghasilkan
sperma sel kelamin pria. (LC. I/141) Itu ada hormon yang
mengendalikan , hormon yang mengalikan siapa itu? (LC.
I/142) Testoteron. (LC. I/143) Testoteron itu hormon yang
mengendalikan pembentukan sel kelamin jantan. (LC. I/144)
Guru : Pendekatan sistem hukum juga merupakan fungsi
pengendalian sosial.Sistem hukum itu sebagai aturan yang
disususn secara resmi dan disertai aturan tentang ganjaran
atau sangsi yang tegas harus diterima oleh seseorang.Maka
ada namanya sistem hukum negara, harapannya apa dengan
cxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada tindak tutur informatif ini jelas, bahwa seorang guru hanya
hanya menanggapi dengan memperhatikan ceramah guru sebagai penutur. Hal ini
terjadi akan sangat dominan bilamana guru hanya menggunakan metode mengajar
ceramah. Dan pola komunikasi akan berpola komunikasi satu arah, akan terjadi
Indonesia pada umumnya kelas yang besar maka diperlukan kemampuan guru
untuk mengelola kelas. Salah satu cara yaitu guru harus mampu mendorong
siswanya untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu
cxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagai berikut.
Guru : Berapa sel kelamin jantan pada manusia? (LC. I/149) Siapa
yang dapat tunjukkan jari! Cepat! Cepat! (LC. I/150) Mana
sperma? (LC. I/152) Mana testis? (LC. I/153) Dijelaskan,
ayo! (LC. I/154)
Guru : Cari-cari dalam buku! (LC. I/442)
Guru : Dicari semua di halaman 225! (LC. I/447)
Guru : Ayo dicari...adakah siklus menstruasi pada sapi, kambing,
kerbau, mamalia selain manusia...sinpanse! (LC. I/578)
Guru : Coba sekarang berikan contoh rasa malu yang ada di tempat
tinggal atau lingkungan kalian masing – masing. (LC. II/23)
Guru : Di TV ...TV yang banyak masalah itu apa itu
namanya…kadang yang bermasalah, kemudian ada yang
orangnya itu jenenge opo? (LC. II/496)
Guru : Deskripsinya seperti itu ya. (LC. III/238) Coba dicari lagi
dari cerpen ”Penyesalan Marni” selain deskripsi yang sudah
disebutkan Si Koko tadi! (LC. III/239)
Guru : Ayo dijawab! (LC. III/262)
Guru : Siapa yang bisa, ayo coba! (LC. III/276)
Guru : Coba dicari di sini, carilah paragraf persuasi, dan nanti
tunjukkan kalimat persuasinya! (LC. III/324)
kelas. Teknik untuk mendorong siswa untuk berperan dalam interaksi belajar
tidak melanjutkan kata atau memancing dengan huruf pertama suatu jawaban
sebetulnya salah satu wujud mendorong siswa sebagai mitra tutur untuk
cxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengingat jawaban. Hal ini dilakukan guru dalam rangka mendorong siswa
Aba-aba atau isyarat adalah bentuk tindak tutur yang berupa aba-
aba yang disampaikan guru saat interaksi belajar mengajar. Ini biasanya guru
cxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Baca sekalian, ada gambarnya, ada tandanya, saya minta namanya apa,
tunjukkan jari!” (CL. I/151). Dengan demikian aba-aba yang berkaitan dengan
tunjukkan jari, letakkan pena, dan angkat tangan jarang di temukan di kelas
untuk SMA.
Pada tindak tutur ini dapat dilakukan baik guru dan siswa. Tindak tutur
cxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berkomunikasi di kelas itu agak keras disertai dengan ketukan penghapus atau
penggaris di papan tulis. Hal ini dilakukan agar mitra tutur memperhatikan.
Data yang ditemukan dalam tindak tutur ini tersaji di bawah ini.
tutur memperhatikan apa yang hendak disampaikan. Hal ini dilakukan agar
k. Penunjukan (nomination)
cxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tutur ini berkaitan dengan guru menunjuk salah satu dari siswa untuk
terhadap siswa.
terlibat dalam tindak tutur. Salah satunya adalah tindak tutur dalam bentuk
cxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
l. Persetujuan (acknowledge)
Persetujuan ini tindak tutur yang biasa digunakan oleh guru saat
guru menanggapi jawaban atau pernyataan siswa yang benar dan disetujui .
Tuturan ini dalam konteks komunikasi lisan saat interaksi guru dan siswa
mengapa? (CL. I/50) Kenapa pasirnya di luar, di dalamnya tidak ada pasir?
(CL. I/51) Tidak belajar sarunya, tetapi belajar ilmunya.” (CL. I/52) dan
dijawab siswa, ”OK” (CL. I/53) (dijawab bersama). Jadi persetujuan dapat
dilakukan baik guru dan siswa saat interaksi belajar mengajar berlangsung.
cxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Interaksi guru dan siswa di kelas dalam rangka proses belajar mengajar
Dalam program sudah ditentukan tujuan yang hendak dicapai dalam interaksi
belajar mengajar. Saat interaksi guru dan siswa ini guru juga sudah
menyiapkan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, juga tidak menutup
Saat interaksi seperti ini terjadilah tuturan yang berupa jawaban yang
diberikan oleh siswa. Setelah siswa menjawab, guru sering juga mengulang
jawaban siswa. Hal ini dilakukan agar jawaban siswa tersebut lebih jelas untuk
siswa yang lain. Dibawah ini disajikan data yang berkaitan dengan jawaban
namanya apa? (CL. I/183) Dengan demikian jelaslah saat interaksi belajar
cxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengajar berlangsung dapat dilakukan tanya jawab antara guru dan siswa.
Saat interaksi seperti ini pola komunikasi cenderung berpola komunikasi dua
arah.
tindakan ini dapat berupa anggukkan, geleng kepala, ataupun juga juga
cakap, halaman 7 dibuka BSE-mu, dibuka tentang naratif atau narasi! (CL.
cxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
duduknya tidak nyaman? (CL. I/655) Pindah sini, depan ’kan ada yang
kosong! (CL. I/656)” tuturan ini menghendaki siswa pindah tempat duduk ke
o. Komentar (comment)
Komentar salah satu bentuk tindak tutur yang sering muncul dalam
interaksi guru dan siswa di kelas. Komentar dapat dilakukan oleh guru sebagai
baik yang dilakukan guru ataupun siswa. Di bawah ini disajikan beberapa
Guru : Kok malu- malu. (LC. I/231) Jangan ngeres ya, tadi
perjanjiannya tidak ada pasir, ya? (LC. I/232)
Siswa : Susu to, Pak. (LC. I/239)
Guru : Alamnya, lingkungannya yang menentukan. (LC. I/321)
Guru : Karena masih bisa hamil. (LC. I/422) Nenek karena posisi,
dan nenek-nenek yang dianggap sudah tua. (LC. I/423)
Guru : Dimarahi, akhirnya tidak merokok. (LC. II/92) Jadi semata-
mata karena dari luar , apa karena dari luar bukan dari diri
sendiri? (LC. II/93)Seandainya tidak ada rasa takut pada
orang tua, takut digebuk jarene mau … jadi bukan kerana
kesadaran ya? (LC. II/94)
Guru : Yo … mudheng kabeh ya …(LC. II/99) Ada tulisan
peringatan ya ….. (100)Ada tulisane bener? (LC. II/101)
Tapi sing nekad….? (LC. II/102)
Guru : Ora ngrokoke neng sekolahan, jadi takutnya disekolahan.
(LC. II/109)
Guru : Kamu tadi disuruh menyebutkan rangkaian peristiwa, ya
kamu menyebutkan, kamu kok membaca. (LC. III/78)
.......... Jadi kamu tadi saya minta menyebutkan, tinggal
menyebutkan saja, baik sudah, ya. (LC. III/82)
Siswa : Dibaca bukune yo!(siswa yang lain berteriak) (LC. III/83)
Guru : Sopo sing nyuruh membaca, hanya disuruh menyebutkan
cxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
merokok.(CL. II/92) Jadi semata-mata karena dari luar , apa karena dari luar
bukan dari diri sendiri? (CL. II/93) Seandainya tidak ada rasa takut pada
orang tua, takut digebuk jarene mau … jadi bukan kerana kesadaran ya? (CL.
Padahal di sekolah sudah ada aturan tidak boleh merokok. Aturan itu hanya
ditakuti siswa di lingkungan sekolah, di luar sekolah siswa tidak takut akan
aturan itu.
p. Penerimaan (accept)
dimana guru ataupun siswa menerima atau tidak menerima pernyataan yang
subyek penutur dan subyek petutur. Data-data tersebut sebagian tersaji berikut
ini.
cxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
’kan tidak takut, kalau memang takut ’kan tidak mungkin melanggar.”(CL.
q. Evaluasi (evaluate)
Ada beberapa data yang ditemukan dalam penelitian interaksi guru dan
(CL. I/239) Dengan demikian tuturan evaluasi digunakan guru untuk menilai
cxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jawaban atau pernyataan siswa dalam interaksi antara guru dan siswa saat di
kelas.
r. Metabahasa (metastatement)
dan spermatogenisis, ada masalah? (CL. I/360) Ada yang mau ditanyakan, ya?
(CL. I/361) Pada interaksi belajar mengajar saat penelitian ini topik yang
dibahas adalah masalah reproduksi pada manusia, salah satu sub topiknya
tujuan dan struktur pelajaran. Guru berbicara pada siswa tentu berkaitan dengan
penguasaan materi pelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan
cxxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
s. Kesimpulan (conclusion)
Kesimpulan, tindak tutur dalam interaksi guru dan siswa di kelas saat
pelajaran selesai, atau juga dapat dilakukan menjelang jam pelajaran selesai
cxxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan siswa membacakan contoh deskripsi dari buku kemudian guru menyusun
kesimpulan.
t. Mengulang (loop)
dan siswa di kelas. Hal ini dilakukan berkaitan dengan tugas, pertanyaan, atau
diulang apa yang disampaikan subyek penutur. Berikut ini disajikan tuturan
cxxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berbicara langsung atau juga petutur untuk mengulang. Pada contoh di atas
misalnya,” Ada apa, Nang? (LC. I/628) Apa? (LC. I/629) Aji bisa didengar
pertanyaan Nanang, apa tadi? (LC. I/630) Apa yang ditanyakan? (LC. I/631)
Contoh ini interaksi guru dan siswa di kelas dapat terjadi kadang penutur
berubah menjadi petutur, dan petutur berkedudukan sebagai penutur. Hal ini
interaksi belajar mengajar. Hal ini sering dilakukan guru biasanya untuk
guru dan siswa muncul secara spontan. Timbulnya pembicaraan ini biasanya
Di bawah ini ada beberapa contoh pembicaraan guru dan siswa yang
cxxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(CL. I/606) Mahasiswa itu yang mana to, kuliah atau yang
melempar-melempar batu? (CL. I/607) Mahasiswa itu yang
kritis, yang cerdas, anak SMA itu yang cerdas, ya...(CL.
I/608)
Guru : Anak cerdas kok pakai tenaga, kecuali kamu punya mobil
masuk got, pasti tenaga yang digunakan, tapi cara
mengangkatnya pakai akal, ya! (CL. I/610) Hallo, hanya
pakai tenaga, tanpa akal tenaganya lebih banyak atau
sedikit? (CL. I/611)
Guru : Genah gak ngantuk to yo, yen no syarate manggone ngarep
nek ra, ben ra ngantuk ya. (CL. II/409) Mending yo
timbang dek ben telat-telat gak popo wis saiki wis lumayan
XE. (CL. II/410)
Siswa : Tepuk tangan. (CL. II/411)
interaksi guru dan siswa di kelas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam kelas
cxxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kesimpulan sendiri. Jadi siswa cenderung pasif, artinya siswa berbicara saat
diberi kesempatan oleh guru. Hal ini biasanya pada saat bentuk tuturan
di kelas cenderung berpola searah, pola dua arah saat-saat tertentu. Hal ini
pertukarannya teratur. Dengan kata lain, pola pertukaran teratur dan ragam
interaksi guru dan siswa di kelas mengarah pada satu tujuan yaitu terapainya
pembelajaran hanyalah sebagai tambahan dalam komunikasi, dan hal ini tidak
cxxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Analisis Fungsi Bahasa dalam Wacana Lisan Interaksi Guru dan Siswa
di Kelas
secara lisan maupun tulisan. Kegiatan interaksi guru dan siswa di kelaspun
tidak lepas menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Hal ini dilakukan
guru dan siswa dalam berinteraksi secara lisan tentu menggunakan bahasa
lisan.
sebagai berikut.
fungsi instrumental dalam interaksi guru dan siswa di kelas saat proses
cxxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut. Sebagai contoh tuturan guru pada, ”Ayo Aji, Da...nang kita belajar
narasi!”(CL. III/32), dengan adanya teguran guru seperti itu siswa yang
bernama Aji dan Danang akan berhenti bercakap-cakap, dan akan membuka
cxxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
function)
guru kepada siswa sesuai dengan topik dan tujuan pembelajran. Pada waktu
cxxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Fungsi bahasa ini sering digunakan guru saat guru dan siswa
cxxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kelas, saat interaksi dengan siswa menjelaskan materi pelajaran kepada siswa.
pengendalian sosial; pada data III guru menjelaskan cara melukiskan sesuatu
digunakan guru saat interaksi guru dan siswa di kelas, terutama saat
Dalam fungsi ini, bahasa mampu menjalin hubungan yang baik antara
penutur dan mitra tutur dalam interaksi. Komunikasi akan berlangsung baik
bilamana penutur dan mitra tutur saling memahami latar budaya, logat,
Termasuk di dalamnya penutur atau mitra tutur cara menyapa yang tepat saat
cxl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada interaksi guru dan siswa di kelas jelas hal ini sangat diperhatikan
baik guru dan siswa. Dalam hal ini sapaan langsung ataupun tidak langsung .
Pada penelitian ini ditemukan sapaan-sapaan yang digunakan guru dan siswa
Guru : Ada ya, tapi siapa? (CL. I/560) Ya nanti tanya sama Pak
Huda, di Islam ’kan ada yang empat tahun baru lahir. (CL.
I/561)
Siswa : Nabi. (CL. I/562)
Guru : Bukan Nabi, tanya Pak Huda. (CL. I/563) Begitu lahir
disuruh belajar kepada seorang guru, seorang ustad,
kemudian belajar di Bagdad, dua hari pulang, sampai di
rumah dimarahi orang tua, ternyata dia sudah pintar dan
menguasai dengan baik. (CL. I/564) ya, nanti bertanya pada
yang ROHIS ya, itu ada ceritanya. (CL. I/565)
OK, ada pertanyaan, hallo...(CL. I/566) Pada setiap mamalia
terjadi siklus menstruasi...pada dasarnya juga mengalami
siklus menstruasi...(CL. I/567)
Siswa : Ya takut mestihine … ning pripun gadhah niat mboten nopo-
nopo, ora wedhi mlebu neroko. (CL. II/132)
Guru : Hee Ridwan piye? (CL. II/405)
Guru : Seperti: radio... nggon radio nggosip rak enek to? (CL.
II/697) Ono to cah? (CL. II/698)
Guru : Untuk satu paragraf di baca dulu, Bima! (CL. II/64)Dibaca
yang baik!(65) Yang lain nanti memberi tanggapan! (CL.
II/66) Ya, Bima baca dulu! (CL. II/67) (sambil
menggerakkan tangannya mempersilakan)
Siswa : Saya, Bu!(sambil menunjukkan jari) (CL. II/240)
Guru : Ya, Mery! (CL. II/241) Paragraf ke berapa, Mery? (CL.
II/242)
sebagai penutur atau siswa sebagai petutur, atau sebaliknya, kedua subyek
sekali pada data II, ketika siswa berbicara dengan guru yang memiliki
komentar tentang orang yang bunuh diri kepada gurunya; sedangkan guru saat
cxli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menegur atau menyapa siswa dengan ”hee” ini tidak tepat bila diterapkan
untuk mitra tutur yang memiliki status yang lebih tinggi, termasuk kata ”piye”
ini adalah bahasa ngoko yang digunakan untuk status petutur yang sederajat
atau lebih rendah. Hal ini dilakukan bukannya untuk menjaga jarak, akan
tetapi aturan yang harus diikuti, agar komunikasi dapat berlangsung dengan
Dalam interaksi guru dan siswa ada saat tertentu, baik guru
dipakai seseorang akan dapat diketahui dalam keadaan apa orang itu
dan sebagainya.
Guru dan siswa saat interaksi di kelaspun sering juga berbicara dengan
beberapa fungsi bahasa ini. Pemakaian fungsi bahasa ini disajikan sebagai
berikut.
Guru ; Kenapa duduknya tidak nyaman? (CL. I/655) Pindah sini, depan
’kan ada yang kosong! (CL. I/656)
Guru : Itu kok ndak nganggo penglirik ngapa? (CL. II/52) Koyo orang ra
tau roh koncone kok nglirik. (CL. II/52)
Siswa : Demok-demok. Tanganmu dhewe lho.(siswa di depan
memperingatkan temannya) (CL. II/630)
Guru : … Dilanjutkan nanti erosinya! (CL. II/631) Enek gurune kok yo
erosi .(CL. II/232)
Guru : Sudah kita cukup kan sekian dulu....hee..hee ojo rame dhewe,
banyak bermanfaat bagi kita semua. (CL. II/724)Cukup sekian dulu
cxlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
disampaikan pembicara sebagai subjek penutur dan subjek penutur. Pada data
(CL. I), guru sebagai penutur setelah mengamati siswa yang duduk di bangku
Pada data (CL. II), guru merasa tidak nyaman melihat tingkah
Pada data (CL. III), guru yang merasa jengkel dengan tingkah salah
satu siswanya mengungkapkan tuturan tersebut (CL. III/ 225 sampai CL.
cxliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jadi, jelaslah bahwa salah satu fungsi bahasa perorangan juga sering
muncul pada wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas. Hal ini terjadi
berhubungan dengan karakter manusia, saat tertentu emosi juga tidak stabil
pertanyaan yang menuntut jawaban dari siswa. Hal ini juga sering digunakan
berikut ini merupakan sebagian dari hasil penelitian wacana lisan interaksi
Guru : Hewan apa saja yang ngalami menstruasi? (CL. I/593) Apakah
kambing ngalami menstruasi? (CL. I/594) Ngalami nggak? (CL.
I/595) Kambing? (CL. I/596)
Siswa : Apa faktor-faktor mandul? (CL. I/632)
Guru : Pernah ditanyakan mandul beberapa pertemuan yang lalu, pernah
ditanyakan ke saya? (CL. I/633)
Guru : Lha apa penyebabnya? (CL. I/639)
Guru : Soalnya apa? (CL. I/641)
Guru : Siapa yang mengendalikan sper...spermatogenesis, nama
hormonnya tadi apa? (CL. I/643)
Guru : Pengendalian diri...(CL. II/80) Pengendalian sosial contone apa
cah? (CL. II/81) Dengan adanya rasa takut tidak melaksanakan itu,
contone apa? (CL. II/82)
Guru : Merasa takut kepada siapa? (CL. II/88)
Guru : Kenapa? (CL. II/90)
Guru : Rasa takut disekolahan, sebabe opo? (CL. II/110)
Guru : Nek ganjaran, ganjaran nama lainnya apa? (CL. II/157)
cxliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Jadi, guru dalam interaksi
Fungsi imajinatif dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas
tidak ditemukan. Hal ini berkaitan dengan fungsi bahasa ini biasanya untuk
penciptaan system, gagasan, atau kisah yang imajinatif. Fungsi bahasa ini
banyak digunakan dalam penulisan karya sastra seperti, novel, drama, dan
cerita pendek.
imajinatif tidak ditemukan dari penelitian ini. Fungsi bahasa imajinatif tidak
ditemukan sebab dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas, fungsi
ini biasanya terdapat dalam karya sastra. Dari data tersebut fungsi bahasa
representasi, dan fungsi bahasa heurestik sering digunakan dalam wacana lisan
interaksi guru dan siswa di kelas. Fungsi bahasa instrumental, fungsi bahasa
cxlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Analisis Partikel Wacana Lisan dalam Interaksi Guru dan Siswa di Kelas
atau wacana lisan, terutama saat pergantian pembicara. Partikel tidak dapat
dimaknai secara semantik dan sintaksis. Partikel tidak memiliki makna literal
atau makna harfiah, akan tetapi memiliki makna sesuai dengan konteks
pembicaraan. Dalam analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas ini
dan Portmann.
1. Bentuk Tegun
dalam waktu singkat sedang mengkoordinasikan kata. Bentuk tegun ini juga
ini dilakukan si penutur karena ada pertimbangan tertentu. Hal ini para
cxlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
para siswa.
3. Pembukaan Pembicaraan
4. Isyarat Pembicara
menuntut perhatian dari mitra bicara. Interaksi guru dan siswa di kelas,
cxlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
guru sering bertindak sebagai penutur dan siswa sering bertindak sebagai
petutur, guru saat-saat tertentu sering menuntut perhatian dari siswa saat
saat penutur berbicara. Gerakan spontan ini sering terjadi saat guru atau
lain.
Siswa : (siswa saling berpandang ) Saya Pak....., satu kali. (CL. I/12)
Siswa : Pak, tulisannya...? (CL. I/273)
Siswa : Heehe … (sebagian siswa laki-laki) Cinta, Bu. (CL. II/53)
Guru : Oh… Cinta. (CL. II/54)
Siswa : Hahaha …. (beberapa siswa laki-laki) (CL. II/119)
Siswa : Mas Boy! (seorang siswa menyeletuk, sambil tangannya berlagak
bencong) (CL. II/589)
Guru : Hmm....44. (CL. III/24)
Siswa : Syukur…syukur!(teriak beberapa temannya) (CL. III/236)
6. Ucapan Salam
cxlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengajar dengan siswa di kelas. Hal ini juga lazim dilakukan guru saat
salam. Saat interaksi belajar mengajar di kelas ucapan salam biasanya guru
guru saat memulai dan mengakhiri pelajaran. Ucapan salam dijawab oleh
siswa sesuai dengan ucapan salam yang diungkapkan guru. Data tersebut
cxlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Panggilan
penunjukan dengan memanggil nama siswa. Hal seperti ini juga sering
8. Sapaan
menyapa siswa dengan kata ”hallo”, sapaan ini digunakan guru untuk
cl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Penerimaan
atau menerima apa yang menjadi ajakan, himbauan, atau pernyataan yang
10. Penolakkan
ungkapan tertentu penutur atau mitra tutur tidak menyetujui atau tidak
cli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penutur.
percakapan.
bentuk tegun, O..., ehm... yang diungkapkan guru saat berbicara berarti
misalnya, karena ..., jadi ini..., sebentar ya....; isyarat mitra bicara, partikel
ini menuntut perhatian miktra bicara misal, ”Kalau tiga kali....?; isyarat
gerakkan tubuh, tertawa, dan sebagainya , misalnya ”Oh ... cinta (CL.
clii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ada pernyataan atau jawaban guru ataupun siswa yang harus disepakati
biasanya diungkapkan dengan ”OK, ya, ehmm, nggih, yo, dan hokngo ;
yang tidak diterima atau tidak disetujui dalam penelitian ini ditemukan
Interaksi guru dan siswa di kelas tidak lepas dari wacana lisan
(percakapan). Pada saat berinteraksi antara guru dan siswa sering dalam
Partikel dalam wacana lisan walaupun tidak memilki makna semantik dan
D. Analisis Alih Kode dan Campur Kode Wacana Lisan dalam Interaksi
1. Alih Kode Wacana Lisan dalam Interaksi Guru dan Siswa di Kelas.
Gejala alih kode juga sering mewarnai wacana lisan guru dan siswa
cliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kelas
campur kode karena guru dan siswa di SMA negeri 3 Sragen pada
ini salah satu pemicu terjadinya campur kode dalam interaksi belajar
mengajar di kelas.
Guru : Jadi kurang lebih ya.(tertawa) (CL. I/512) Bisa lebih, bisa
kurang, jadi bisa kurang lebih. (CL. I/513) Kalau
berlanjut...hallo...misalnya sudah satu minggu nggak-nggak
selesai sampai minggu ke dua dimungkinkan ada pembuluh
darah yang terluka ini harus ditangani dokter. (CL. I/514)
Kalau terjadi jangan takut, jangan takut! (CL. I/515) OK,
kenapa tidak boleh takut ? (CL. I/516) Sekarang dunia medis
sudah sangat berkembang, dokter di mana-mana ada ya?
clv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
peristiwa alih kode dan campur kode. Hal ini terjadi karena beberapa
faktor antara lain faktor kebiasaan guru dan siswa , dan guru bermaksud
Alih kode dan campur kode interaksi guru dan siswa di kelas SMA
Negeri 3 Sragen dengan alih kode dan campur kode bahasa Indonesia
clvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jadi, pada wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas SMA
Negeri 3 Sragen sering terjadi peristiwa alih kode dan campur kode.
Peristiwa alih kode dan campur kode dilakukan baik guru dan siswa.
clvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
sebagi berikut:
1. r 1. Struktur wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas SMA Negeri
dan Coulthrad, yaitu: (1) Pertukaran atau pergantian antara penutur dan
petutur teratur., (2) Guru dalam kelas saat interaksi belajar mengajar lebih
dominan dibandingkan dengan siswa. Siswa berbicara saat diberi waktu guru.
Waktu berbicara siswa pada umumnya pada tindak tutur menjawab pertanyaan
terjadi. Pada interaksi guru dan siswa dominan waktu berbicaranya., (3) Guru
berbicara pada semua bentuk tindak tutur, terutama pada tindak tutur
siswa harus menjawab (reply; response), dan (5) Secara umum stuktur wacana
140
clviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lisan interaksi guru dan siswa di kelas menunjukan pola guru membuka
dengan ucapan salam kemudian dijawab siswa (stater kemudian respons), guru
selesai menerangkan satu topik guru akan bertanya pada siswa (elisitasi),
jawaban siswa (reply), bilamana siswa belum menemukan jawaban maka guru
pertanyaan guru kadang kala menyuruh menunjukan jari (eue) tetapi yang
komentar dan di luar komunikasi dengan siswa (coment; aside) ini dilakukan
saat siswa mulai jenuh, dan evaluasi dilakukan saat siswa menjawab
2. Fungsi bahasa pada wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas SMA
diantara 7(tujuh) fungsi bahasa dalam berkomunikasi antara guru dan siswa
saat interaksi belajar mengajar berlangsung, yaitu: (1) Fungsi instrumental (the
clix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(the interactional function); (5) Fungsi perorangan (the personal function); dan
imajinatif tidak ditemukan pada wacana lisan interaksi guru dan siswa di
kelas SMA Negeri 3 Sragen. Fungsi bahasa imajinatif tidak ditemukan sebab
fungsi bahasa ini bisasa digunakan dalam penulisan karya sastra. Fungsi
bahasa yang dominan dalam interaksi guru dan siswa di kelas adalah fungsi
yang harus dijawab siswa. Pada penelitian ini juga ditemukan pemakaian
bahasa Jawa disamping bahasa Indonesia atau adanya campur kode dalam
berkomunikasi.
3. Partikel dalam wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas berfungsi untuk
wacana lisan didasarkan teori Stubbs, Linke, Nusberm, dan Portman, dari
hasil indentifikasi sebagai berikut: (1) Setiap guru tidak sama pemakaian
partikel wacana lisan dalam interaksinya, (2) Partikel yang sering muncul
dan partikel penerimaan ”OK” juga tidak setiap guru menggunakan hal ini
terjadi karena faktor guru yang bersangkutan. Siswa sebagai mitra tutur
clx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Peristiwa alih kode dan campur kode terjadi pada wacana lisan interaksi guru
dan siswa dalam kelas di SMA Negeri 3 Sragen. Hal ini terjadi pada
bahkan multibahasawan. Jadi, peristiwa alih kode dan campur kode sering
terjadi. Alih kode dan campur kode pada umumnya adalah pemakaian bahasa
Jawa paling dominan. Selain bahasa Jawa adalah alih kode dan campur kode
B. Implikasi
di kelas, struktur wacana lisan di kelas, fungsi bahasa, dan partikel wacana
3. Hasil penelitian ini berimplikasi saat interaksi guru dan siswa di kelas harus
mengurangi terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode secara bertahap
clxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Saran
partikel dalam wacana lisan dapat ditindak lanjuti dengan guru yang
sama atau tidak. Jadi, penelitian ini nanti membandingkan beberapa guru
2. Penelitian tentang wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas diteliti
dari struktur wacana, fungsi bahasa, dan partikel wacana lisan, yang
diteliti tidak hanya guru bahasa Indonesia, biologi, dan sosiologi mungkin
guru mata pelajaran yang lain dengan metode dan pendekatan mengajar
untuk dapat mengurangi terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode di
dalam interaksi belajar –mengajar di kelas. Guru dan siswa untuk berusaha
clxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Austin, John L. 1962. How to Do Things with Word (edisi kedua). Oxford: Oxfod
University Press.
Eelen, Gino. 2001. A Critique of Politeness Theories. Manchester, UK: St. Jerome
Publishing
145
clxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasan Alwi., dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Irmayani, Musfeptial, Hari Purwiati. 2005. “Alih Kode dan Campur Kode dalam
Buletin Salam.” http://pusatbahasa.diknas. go.id/ diunduh Jumat, 16 Juli
2010 jam 10. 11 WIB.
clxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Richards, Jack, John Platt, dan Heidi Waber. 1985. Logman Dictionary of Applied
Linguistics. England: Longman.
clxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pakde Sofa. 2008.” Metode Analisi Isi, Reliabilitas dan Validitas dalam Metode
Penelitian Komunikasi”. http://massofa.wordpress. Com
/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-dan-validitas-dalam-metode-
penelitian-komunikasi/ diunduh Minggu, 9 Mei 2010 jam 12. 37 WIB
Titscher, Stefan (et. al) . 2009. Methods of Text and Discourse Analysis editor
Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
clxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
clxvii