id
Oleh:
i
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh:
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi - Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Akhirnya peneliti
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Peneliti
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………… i
PENGAJUAN SKRIPSI …………………………………………… ii
PERSETUJUAN …………………………………………………… iii
PENGESAHAN …………………………………………………… iv
ABSTRAK …………………………………………………………… v
MOTTO …………………………………………………………… vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR …………………………………………… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………… x
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 6
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………… 7
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 7
B. Penelitian yang Relevan …………………………………… 42
C. Kerangka Berpikir …………………………………………… 44
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….... 46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………… 47
C. Sumber Data …………………………………………… 48
D. Teknik Sampling …………………………………………… 50
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 50
F. Validitas Data …………………………………………… 54
G. Analisis Data …………………………………………… 55
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kualitas penduduk, dan merupakan sebuah program yang melekat pada upaya
pembangunan. KB merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama. Program KB adalah sarana untuk mencapai penurunan tingkat
kelahiran.
Salah satu tujuan program Keluarga Berencana adalah meningkatkan
kesejahteraan. Diharapkan dengan adanya program KB, para orang tua akan
mampu membatasi jumlah kelahiran dan mengatur jarak kelahiran agar mampu
merawat dan memelihara keturunan dengan sebaik-baiknya sehingga nanti anak-
anak yang dilahirkan akan menjadi manusia berkualitas. Dengan adanya program
KB diharapkan petumbuhan penduduk yang tinggi akan dapat ditekan sehingga
mampu mengurangi dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari tidak
terkendalinya jumlah pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah untuk
memasyarakatkan program KB ini tidaklah mudah, oleh karena itu pemerintah
melakukan berbagai cara sebagai upaya memasyarakatkan program KB kepada
khalayak, diantaranya adalah memberikan pelayanan KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi) yang dilakukan oleh petugas medis (seperti bidan dan
dokter).
Sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dapat disimpulkan
bahwa Keluarga Berencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengatur
kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, serta mengatur kehamilan.
Pemerintah terus memotivasi, mengimbau, dan menekankan pada masyarakat agar
memiliki keluarga kecil dengan slogan program KB, “Dua Anak Cukup”.
Keseriusan pemerintah dalam mensukseskan program KB dibuktikan dengan
kinerja petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang rutin mendatangi
rumah-rumah warga yang baru saja melahirkan, para petugas lapangan KB
menghimbau agar masyarakat melakukan KB. Pemerintah juga memberikan alat
kontrasepi kepada masyarakat secara cuma-cuma, serta meminimalisasi biaya
pemasangan alat kontrasepsi di tempat pelayanan kesehatan milik pemerintah
seperti Puskesmas dan rumah sakit. KIE merupakan salah satu kegiatan pokok
dalam gerakan KB nasional yang berupaya untuk mendorong terjadinya proses
xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan
masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai program KB di Desa Sidoharjo,
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten?
2. Apa saja hal-hal yang melatarbelakangi masyarakat dalam mengikuti program
KB di Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten?
3. Alat kontrasepsi apa saja yang digunakan oleh masyarakat di Desa Sidoharjo,
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian
xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat memberi kontribusi terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan,
terutama ilmu-ilmu sosial.
b. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian sejenis untuk
tahap selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan deskripsi tentang partisipasi masyarakat mengenai program
KB di Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran
dalam upaya mendukung dan mengembangkan program KB Nasional.
c. Bisa digunakan sebagai masukan dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan partisipasi aktif
warga masyarakat dalam program KB Nasional.
xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Partisipasi
a. Pengertian Partisipasi
Partisipasi merupakan suatu wujud keikutsertaan seseorang atau
sekelompok orang di dalam kegiatan untuk mencapai tujuan dari kegiatan
tersebut. Partisipasi juga berarti sebagai "kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri” (Mubyarto dalam Taliziduhu
Ndraha, 1990: 102). Pendapat ini senada dengan definisi yang dikemukakan
oleh K. Davis (dalam Khairuddin, 1992: 12) yang memberikan pengertian
partisipasi: " as mental and emotional involvement of person in a group
situation which encourages him to contribute to group goals and share
responsibility in them".
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 ciri
utama, yaitu:
1) Partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan seseorang secara mental
dan emosional. Jadi bukan hanya sekedar berupa aktivitas fisik saja. Disini
partisipasi yang dilakukan berkenaan dengan kesadaran dari diri pribadi
atau dengan kesukarelaan. Semakin tinggi tingkat kesadaran diri dan
kesukarelaan, maka akan semakin besar pula keterlibatan mental dan
emosi diantara anggota.
2) Partisipasi menghendaki adanya kontribusi dari para partisipan terhadap
kepentingan dan tujuan masyarakat umum. Kontribusi dari para partisipan
tidak melulu berupa materi atau uang, tapi lebih dari itu, yang diperlukan
adalah ide-ide yang inisiatif dan kreatif dari seluruh anggota kelompok
sehingga pencapaian tujuan akan lebih mudah.
3) Partisipasi erat kaitannya dengan tanggung jawab terhadap kelompok.
Dengan berpartisipasi, seseorang akan terdorong untuk bertanggung jawab
xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
secara sosial yang tercipta dari adanya komunikasi yang baik diantara para
anggota, rasa kebersamaan akan jelas terlihat. Kemajuan kelompok
merupakan tanggung jawab dari orang-orang yang ada di dalam kelompok
tersebut. Dengan adanya tanggung jawab sosial tersebut, bukan berarti
anggota kelompok harus mengorbankan kepentingan pribadinya.
b. Tahapan Partisipasi
Partisipasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi melalui
serangkaian proses dan tahapan yang satu sama lain saling berkaitan dan
mempengaruhi. Setiap tahapan merupakan bagian yang penting dan
xxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
datang dari pemerintah secara langsung atau lewat media massa. Pada tahap
kedua atau tahap diperintah, umumnya masyarakat kurang menyadari apa
sebenarnya kebutuhan mereka dan apakah mereka benar-benar
membutuhkannya atau tidak. Maka dari itu masyarakat diperintahkan tanpa
adanya pembicaraan-pembicaraan terlebih dahulu untuk melaksanakan atau
berpartisipasi. Perintah dalam partisipasi ini biasanya datang dari pihak atasan,
dan partisipasi yang dilakukan pun tidak datang dengan kesadaran penuh
sehingga yang terjadi adalah sikap "Asal Bapak Senang", yaitu sekedar untuk
menyenangkan pihak atasan. Yang terakhir adalah tahap dipaksa, masyarakat
tidak tahu apa kebutuhan mereka, apa manfaat dan dampak pembangunan
yang mereka jalankan. Yang mereka tahu adalah mau tidak mau harus
berpartisipasi meski mereka tidak rela namun partisipasi harus tetap
dilakukan. Pada tahap paksaan umumnya akan ada hukuman atau ganjaran
bagi mereka yang membangkang dan menolak untuk berpartisipasi.
xxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang harus memberikan apakah orang kaya atau miskin, tetapi adalah siapa
saja yang mempunyai bambu dan secara sukarela mau menyumbangkannya
dalam pelaksanaan kegiatan. Sedangkan sumbangan tenaga biasanya berasal
dari masyarakat golongan ekonomi rendah karena tak banyak uang atau
barang yang mampu mereka sumbangkan sehingga mereka memilih untuk
memberikan tenaga mereka. Masyarakat dari golongan ekonomi tinggi
biasanya bekerja secara teratur dan terikat oleh jadwal kerja yang ketat
sehingga sulit untuk berpartisipasi menyumbangkan tenaga mereka secara
aktif. Adapun partisipasi dalam bentuk pikiran didapat dari seluruh anggota
masyarakat pada saat berlangsung proses perencanaan dan pengambilan
keputusan, dimana mereka memberi sumbangan pikiran atau gagasan untuk
menentukan arah pembangunan dan melakukan musyawarah. Namun
sumbangan pikiran dapat pula diberikan oleh segelintir ahli, misalnya ide
konstruksi bangunan, dan sebagainya. Setiap anggota masyarakat memiliki
kewajiban moril untuk menyumbangkan sesuatu, dan besar kecilnya
sumbangan itu disesuaikan dengan kondisi (kemampuan) dan kebutuhan
kegiatan pembangunan. Betapapun kecilnya suatu sumbangan dalam
partisipasi, jika dilakukan dengan kesadaran dan kerelaan hati yang penuh
tentu akan memberi manfaat bagi keberhasilan kegiatan.
Secara terperinci tipe partisipasi dapat diidentifikasikan ke dalam 9
golongan, yaitu:
(1) Penggolongan Partisipasi Berdasarkan pada Derajat
Kesukarelaan. (2) Penggolongan Partisipasi berdasarkan pada Cara
Keterlibatan. (3) Penggolongan Partisipasi Berdasarkan pada
Keterlibatan di dalam berbagai tahap dalam Proses Pembangunan
Terencana. (4) Penggolongan Partisipasi Berdasarkan pada Tingkatan
Organisas. (5) Penggolongan partisipasi Berdasarkan pada Intensitas dan
Frekuensi Kegiatan. (6) Penggolongan Partisipasi Berdasarkan pada
Lingkup Liputan Kegiatan. (7) Penggolongan Partisipasi Berdasarkan
pasa Efektivitas. (8) Penggolongan Partisipasi berdasarkan pada Siapa
yang Terlibat. (9) Pengelompokkan Berdasarkan pada Gaya Partisipasi
(Dusseldorp dalam Y. Slamet, 1994: 11-21).
xxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c) Aksi sosial, tujuan utama dari tipe ini adalah untuk memindahkan
hubungan-hubungan kekuasaan dan pencapaian terhadap sumber-
sumber daya pembangunan.
Koentjaraningrat berpendapat berbeda dengan Dusseldorp, menurut
Koentjaraningrat (1990: 79), partisipasi rakyat terutama rakyat pedesaan
terbagi menjadi 2 tipe, “(1) Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama
dalam proyek-proyek pembangunan yang khusus; (2) Partisipasi sebagai
individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan”. Secara
umum dalam tipe yang pertama, rakyat diajak, dipersuasi, dan diperintahkan
atau dipaksa oleh wakil dari departemen atau pamong desa untuk
berpartisipasi dan menyumbang secara materiil maupun nonmateriil pada
proyek pembangunan yang khusus, yang biasanya bersifat fisik. Proyek ini
membutuhkan aktivitas bersama dari segenap masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan atau program yang menyangkut kemaslahatan orang banyak.
Sedangkan pada tipe yang kedua, tidak ada proyek aktivitas bersama yang
khusus, biasanya tidak bersifat fisik dan tidak memerlukan partisipasi secara
paksaan dari atasan. Partisipasi ini tergantung pada kesadaran masing-masing
individu karena partisipasi ini dilakukan secara individual dan manfaatnya
hanya akan dapat dirasakan secara langsung oleh partisipan.
xxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak akan baik. Dalam partisipasi ini masyarakat akan bekerja dengan
semangat kerja rodi sehingga dapat menimbulkan trauma. Sedangkan
partisipasi karena ikut-ikutan umumnya hanya terdorong oleh rasa solidaritas
terhadap sesama, terlebih jika yang memulai adalah atasan, dorongan untuk
berpartisipasi tidak datang dari hati melainkan atas dasar kebersamaan saja.
Partisipasi karena ikut-ikutan menyebabkan kinerja seseorang akan asal-
asalan karena tidak tahu secara pasti tujuan dari kegiatan yang dilakukan.
Yang terakhir adalah partisipasi yang timbul karena kesadaran, motivasi dari
partisipasi ini timbul atas kehendak pribadi hati nurani. Partisipasi atas
kesadaran diharapkan terjadi di kalangan masyarakat karena hanya partisipasi
inilah yang akan membuahkan hasil baik. Dalam partisipasi jenis ini
masyarakat sadar bahwa suatu pembangunan atau kebijakan yang dibuat
adalah benar-benar memberi kemanfaatan kepada mereka.
Sebelum seseorang atau masyarakat akan melibatkan diri di dalam
partisipasi, maka ia harus sadar bahwa:
1) Situasi sekarang ini tidak memuaskan dan dapat atau harus
diperbaiki.
2) Situasi sekarang dapat dirubah dan diperbaiki melalui kegiatan
manusia.
3) Dia merasa dapat dan harus berpartisipasi dalam kegiatan yang
demikian itu.
4) Dia dapat memberi sumbangan yang bermanfaat, ada rasa percaya
diri (Dusseldorp, 1981 dalam Y. Slamet, 1994: 55-56).
xxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jawab dan kesadaran dalam suatu kegiatan pembangunan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemanfaatan hasil dan evaluasi demi mencapai
kebaikan dan kesejahteraan bersama.
xxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat memang sekumpulan manusia yang saling bergaul,
namun tidak semua pergaulan atau kumpulan mansuia dapat disebut sebagai
masyarakat. Masyarakat memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
kumpulan manusia lainnya. Ciri-ciri pokok masyarakat yaitu:
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran
yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa
jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoretis, angka
minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.
2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti kursi,
xxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c) Unsur-unsur Masyarakat
Masyarakat memiliki kriteria-kriteria tertentu sebagai pembeda
dengan kesatuan manusia lainnya. “Masyarakat ialah suatu sistem
swasembada (self-subsistent), melebihi masa hidup individu normal, dan
merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi
terhadap generasi berikutnya” (Parsons dalam Kamanto Sunarto, 2004: 54).
Keberlangsungan hidup suatu masyarakat sangat tergantung oleh individu-
individu yang ada di dalamnya, segala dinamika kehidupan dalam masyarakat
timbul dari dalam masyarakat dan hanya dapat diselesaikan oleh masyarakat
itu sendiri, tergantung bagaimana anggota masyarakat yang ada menyikapi
dan mengambil tindakan atas suatu permasalahan yang muncul. Masyarakat
akan tetap ada selama ada manusia, masyarakat adalah abadi. Saat individu-
individu dalam masyarakat itu mati, masyarakat tidak akan ikut mati karena
akan muncul dan lahirlah manusia-manusia baru dari hasil interaksi manusia
sebelumnya. Agar masyarakat dapat terus hidup dan berjalan diperlukan
adanya sosialisasi nilai-nilai, norma, dan adat budaya terhadap anggota
masyarakat yang baru, namun dalam perjalanannya masyarakat tidak akan
terhindar dari perubahan-perubahan sosial karena itu merupakan suatu
keniscayaan.
Masyarakat muncul karena terdapat beberapa dasar yang menjadi
landasannya, yaitu karena terwujudnya kombinasi dari unsur-unsur yang
berbeda. Unsur-unsur itu adalah, “an aggregate of individuals, an organized
system of patterns by which the interrelations and activities of these
individuals are controlled, and the ’esprit de corps’ which provides ‘motive
power’ for the expression of these patterns”. (Linton, 1936: 107). Jadi
masyarakat terbentuk dari :
1) Kelompok (kumpulan) individu-individu yang hidup bersama.
xxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d) Penggolongan Masyarakat
Pembagian masyarakat terdapat banyak macam/ bentuknya,
beberapa di antaranya yaitu pembagian masyarakat berdasarkan cara
terbentuknya, yaitu: “ masyarakat paksaan dan masyarakat merdeka” (Hassan
Shadilly, 1984: 50). Masyarakat paksaan merupakan masyarakat yang
terbentuk karena keadaan yang memaksa atau mendesak, bukan karena
keinginan dan kesadaran anggota masyarakat yang bersangkutan. Misalnya,
masyarakat tawanan atau masyarakat pelarian. Sedangkan masyarakat
merdeka terjadi dengan sendirinya secara bebas tanpa tekanan dan paksaan.
Masyarakat merdeka terbagi menjadi dua, yaitu masyarakat alam dan
masyarakat budidaya. Masyarakat alam adalah masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya, umumnya memiliki kebudayaan yang masih sederhana
sekali. Contohnya suku-suku atau masyarakat yang bertalian karena hubungan
darah/ keturunan. Yang kedua adalah masyarakat budidaya, yaitu masyarakat
yang sengaja dibentuk karena kepentingan-kepentingan keduniawian atau
kepercayaan, contohnya persekutuan bidang ekonomi, politik, perkumpulan
gereja, dsb. Selain itu masyarakat juga dapat dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu
“ gemeinschaft dan gesselschaft ” (Hassan Shadily, 1984: 17). Yang pertama
adalah gemeinschaft (paguyuban), ciri utamanya adalah hubungan di antara
anggotanya yang erat. Model masyarakat ini dapat kita jumpai pada
masyarakat desa yang mempunyai ikatan darah dan persaudaraan yang kuat,
dimana anggota-anggotanya lebih saling mengenal, kerjasamanya didasarkan
pada semangat gotong royong (tanpa mengharapkan upah). Pertalian yang erat
dan kekal tersebut menimbulkan adanya perasaan satu yang menghasilkan
kebiasaan-kebiasaan bersama dan apabila dipelihara dalam waktu yang lama
akan menjadi adat budaya. Sedangkan gesselschaft adalah kebalikannya.
Anggota-anggota masyarakatnya bersifat sebagai orang luar (individualistis).
Masing-masing anggota bekerja dan bertingkah laku atas dasar dan untuk
kepentingan diri pribadi. Kerjasama yang dilakukan lebih didasarkan pada
keuntungan yang diperoleh.
xl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Syarat Persepsi
Seorang individu tidak begitu saja dapat mempersepsikan segala
sesuatu yang ditangkap oleh indera mereka. Persepsi merupakan sebuah
“proses dimana individu memilih, merumuskan, menafsirkan masukan
informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia”
(Kotler dan Amstrong dalam Bilson Simamora, 2003: 10). Banyak sekali
stimulus yang dapat merangsang kita untuk melakukan persepsi, namun tidak
semua dapat kita persepsikan, stimulus-stimulus tersebut masih harus melalui
proses pemilihan di dalam peta kognisi kita kemudian terciptalah suatu
persepsi mengenai suatu hal. Agar individu dapat menyadari dan melakukan
persepsi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, Bimo Walgito (1997: 54)
mengemukakan adanya tiga syarat, yaitu “(1) Objek yang dipersepsi (2) Alat
indera/ reseptor (3) Adanya perhatian”. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Adanya Objek yang Dipersepsi
Objek merupakan modal utama dalam melakukan persepsi, orang
tidak akan dapat mempersepsikan sesuatu tanpa ada objek yang akan
dipersepsi. Objek yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang mampu
ditangkap oleh panca indera kita. Objek akan menimbulkan stimulus bagi
alat indera atau reseptor, stimulus dapat berasal dari luar yang langsung
mengenai alat indera, atau juga berasal dari dalam yang langsung
mengenai syaraf penerima.
2) Adanya Alat Indera/ Reseptor
Alat indera atau reseptor ini merupaka alat yang berfungsi untuk
menerima stimulus yang datang dari luar. Di samping itu diperlukan pula
xlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Proses Persepsi
Orang dapat memberikan persepsi yang berbeda terhadap realitas
yang sama. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya proses dalam persepsi, yaitu
“perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan mengingat yang
selektif”, (Bilson Simamora, 2003: 10). Umumnya orang dihadapkan pada
rangsangan (stimulus) yang banyak setiap harinya, hal ini tentu saja membuat
tidak semua rangsangan dapat diterima. Hanya rangsangan yang bersifat unik
dan menonjollah yang menjadi pusat perhatian seseorang. Selanjutnya
rangsangan yang diperhatikan pun terkadang tidak seperti yang diharapkan.
Setiap orang berusaha untuk menyesuaikan informasi atau rangsangan yang
masuk dengan pandangan pribadinya. Dalam gangguan yang selektif, orang
mempunyai kecenderungan menafsirkan informasi yang lebih mendukung
daripada menentang konsepsi yang telah dimilikinya.
Selain itu persepsi orang berbeda untuk realitas yang sama juga
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu “perceptual selection, perceptual
xlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
segala sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mempengaruhi
persepsinya, diantaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu
termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, dan kepercayaan. Faktor internal
yang berinteraksi dengan stimulus dan lingkungan akan membentuk suatu
persepsi. Misalnya seorang guru vokal dengan seorang pelajar yang sama-
sama sedang menonton pertunjukan menyanyi. Menurut si pelajar suara
penyanyi tersebut sangat bagus, sedangkan si guru vokal menganggap suara si
penyanyi biasa saja, tidak ada yang istimewa. Perbedaan persepsi seperti ini
sangat wajar dan merupakan persepsi yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan
yang dimiliki orang yang melakukan persepsi. Sedangkan faktor eksternal
berupa stimulus dan lingkungan. Persepsi itu tidak datang dengan tiba-tiba
tanpa adanya sesuatu yang merangsangnya. Kondisi lingkungan seseoranglah
yang memunculkan stimulus atau rangsangan dan kemudian menimbulkan
persepsi. Kondisi internal seseorang dapat diperoleh melalui proses belajar,
pengalaman, informasi, perasaan dan pemikiran. Perbedaana persepsi antara
seseorang dengan orang lain mengenai objek yang sama lebih dikarenakan
oleh faktor internal.
xlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Tujuan KB
Program KB mempunyai maksud dan tujuan, yang secara umum
dapat dikatakan bahwa tujuan program KB adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga, bangsa dan negara dengan cara menurunkan angka
kelahiran. Dalam dalam UU No. 52 Tahun 2009 pasal 21 ayat 2 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, disebutkan
bahwa kebijakan program KB bertujuan untuk:
1) Mengatur kehamilan yang diinginkan.
2) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak.
l
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
li
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Metode Kontrasepsi
Pelaksanaan program KB diperlukan kesadaran dan kemauan dari
masyarakat. Dan tugas pemerintah adalah mendorong serta mensosialisasikan
semua hal mengenai KB. KB sendiri dilakukan dengan metode kontrasepsi,
yakni metode yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pembuahan yang
akan menyebabkan terjadinya sebuah kehidupan baru (kehamilan). Metode
kontrasepsi terbagi menjadi metode ”mekanik dan kimiawi...juga meliputi
cara-cara alami dan sterilisasi”. (Lucas, McDonald, Young & Young, 1984:
62).
1) Cara alamiah
a) Senggama terputus, metode ini merupakan metode KB tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan
dapat dicegah.
b) Pantang berkala, metode ini dilakukan dengan cara menghindari
hubungan suami-istri selama masa subur si istri. Hal ini berangkat dari
pengetahuan siklus masa haid istri.
c) Puasa penuh (Abstinence), hal ini adalah tidak sama sekali melakukan
hubungan suami-istri. Metode ini 100% efektif mencegah kehamilan.
2) Mengunakan alat bantu
a) Pil, merupakan kombinasi dari hormon-hormon sintetis. Pil mencegah
indung telur untuk melapas sel-sel telur. Pil diminum oleh perempuan
satu kali sehari selama 21 hari berturut-turut setiap bulan, dimulai lima
liii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
liv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Jumlah penduduk dunia khususnya Indonesia yang begitu besar
membutuhkan suatu perhatian khusus dan langkah nyata dalam upaya
pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Untuk menyikapi hal tersebut
pemerintah mencanangkan suatu kebijakan Program Nasional Keluarga
Berencana. Program ini merupakan program yang paling efektif dalam penekanan
laju pertumbuhan penduduk dalam hal ini adalah angka kelahiran. Langkah
pemerintah dalam mensosialisasikan dan mengusahakan agar program KB
diketahui, dipahami, dan diikuti oleh masyarakat luas tidaklah mudah. Diperlukan
pendekatan dan cara khusus untuk mencapai keberhasilan program. Hal tersebut
kemungkinan berkaitan erat dengan partisipasi dan perilaku masyarakat dalam
menyikapi program KB.
Persepsi masyarakat mengenai program KB tentu sangat dipengaruhi oleh
stimulus-stimulus yang berupa informasi mengenai program atau kebijakan, serta
faktor internal dari masyarakat itu sendiri seperti latar belakang pendidikan,
tingkat ekonomi ataupun agama yang dianut oleh masyarakat. Semakin sering
informasi yang diterima masyarakat kemungkinan akan membuat persepsi
menjadi positif, selanjutnya akan tercermin dalam sikap dan perilakunya.
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini skema kerangka berpikir
yang akan mempermudah dalam memahaminya.
lviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Informasi
lix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tujuh bulan dimulai
dari proses pengajuan judul sampai penulisan laporan. Berikut tabel waktu
penelitian.
46
lx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Perijinan
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan
Laporan
2. Strategi Penelitian
Strategi yang dipilih dalam suatu penelitian diharapkan bisa menjawab
pertanyaan penelitian. Strategi meliputi metode yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data. Strategi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah strategi studi kasus. Robert K. Yin (2006: 18) menjelaskan bahwa,
lxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
“Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena di dalam
konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak
tampak dengan tegas dan dimana multisumber bukti dapat dimanfaatkan”. Oleh
karenanya studi kasus merupakan strategi yang cocok apabila pertanyaan dalam
suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, dimana fokus penelitiannya
terletak pada fenomena masa kini dalam konteks kehidupan nyata. Dalam studi
kasus dimungkinkan dapat menyelidiki setiap aspek kehidupan sosial dengan
berbagai sumber bukti pendukung hasil penelitiannya. Studi kasus juga
mengharuskan peneliti langsung terlibat dalam pengumpulan data dengan
melakukan wawancara secara pribadi serta menggunakan metode-metode lain
yang akan mempermudah proses pengumpulan data.
Permasalahan dan fokus penelitian telah ditentukan dalam proposal
sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di lapangan, maka strategi
yang digunakan dikhususkan pada studi kasus terpancang tunggal yang berusaha
mengeksplorasi partisipasi masyarakat dalam mengikuti program KB, dimana
obyek atau lokasi penelitian ini difokuskan di Desa Sidoharjo, Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten.
C. Sumber Data
Data tidak akan dapat diperoleh tanpa adanya sumber data. Data atau
informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa
data kualitatif. Sumber data utama dalam suatu penelitian kualitatif adalah “kata-
kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain”. (Lexy J. Moleong, 1990: 112). Ketepatan pemilihan dan penentuan jenis
sumber data akan sangat menentukan kekayaan dan ketepatan data atau informasi
yang diperoleh. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Informan
Informan merupakan sumber data berupa manusia yang dapat
memberikan informasi mengenai permasalahan penelitian. Perlu diperhatikan
bahwa informan adalah seseorang yang sehat jasmani dan rohani, menguasai atau
lxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang perilaku
manusia dalam kehidupan nyata. Dengan observasi akan diperoleh gambaran yang
lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.
Dalam melakukan observasi, diusahakan untuk mengamati keadaan sebagaimana
adanya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau
mamanipulasinya. Observasi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak.
“Dalam garis besarnya observasi dapat dilakukan (1) dengan partisipasi pengamat
jadi sebagai (sic) partisipan atau (2) tanpa partisipasi pengamat jadi sebagai (sic)
non-partisipan”. (Nasution, 2003: 107). Kedua macam observasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi dengan partisipasi ( berperan)
Pada observasi berperan, peneliti mendatangi atau berada di lokasi
yang dijadikan objek observasi dan menjadi bagian dari kelompok yang
ditelitinya. Observasi berperan dapat dibagi menjadi observasi berperan pasif,
berperan aktif, dan berperan penuh.
1) Observasi berperan pasif
Dalam observasi ini, peneliti hanya mendatangi lokasi penelitian
tapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat
yang pasif. Observasi ini sering disebut observasi langsung, yang dapat
dilakukan secara formal ataupun nonformal.
2) Observasi berperan aktif
Berbeda dengan observasi berperan pasif, dalam observasi
berperan aktif, peneliti tidak bersikap pasif sebagai pengamat, namun
lxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan dan dicatat melalui penelitian,
maka data itu harus memiliki kemantapan atau kebenaran, hal tersebut dapat
diusahakan melalui proses uji kebenaran atau kesahihan. Setiap peneliti harus
mampu menentukan cara yang tepat untuk melakukan validitas data yang
diperolehnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan validitas
data adalah teknik trianggulasi. “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. (Lexy J. Moleong, 2000:
178). Jadi untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu
cara pandang saja. Teknik trianggulasi mempunyai empat bentuk, yaitu “(1)
trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi peneliti (investigator
triangulation), (3) trianggulasi metodologis (methodological triangulation), dan
(4) trianggulasi teoretis (theoretical triangulation)”. (Patton dalam HB. Sutopo,
2002: 78). Keempat teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Trianggulasi Data, di mana pengumpulan data dilakukan dari beberapa sumber
data yang berbeda, sehingga kebenarannya akan lebih mantap, karena data
lxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang diperoleh dari sumber yang satu akan dibandingkan dengan data sejenis
yang diperoleh dari sumber lain.
2. Trianggulasi Peneliti, adalah apabila penelitian atau pengumpulan data
dilakukan oleh beberapa peneliti. Pemanfaatan peneliti lain bertujuan untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Dari pandangan atau
pebafsiran yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap suatu data,
diharapkan dapat terjadi kesepakatan pendapat yang pada akhirnya akan lebih
memantapkan hasil penelitian.
3. Trianggulasi Metodologis, pada teknik ini dilakukan pengumpulan data yang
sejenis dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang
berbeda.
4. Trianggulasi Teoretis, dilakukan dengan cara menggunakan perspektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa
perspektif teori yang berbeda akan diperoleh pandangan yang lebih kompleks
dan tidak sepihak.
Penelitian ini menggunakan trianggulasi data (sumber), yakni
pengumpulan data dari sumber data yang berbeda, kemudian membandingkan
data yang diperoleh satu dengan yang lainnya.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses memilah dan mengorganisasikan data
yang telah terkumpul dari lapangan. Menurut Patton (dalam Lexy J. Moleong,
1990: 103), “analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar”.
Pengorganisasian dan pengurutan data dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan hipotesis kerja, serta mengambil kesimpulan.
Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu: “reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi”. (Miles dan Huberman, 1992:
16). Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
lxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bagian awal dalam kegiatan analisis data
yang berupa proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data kasar
dari fieldnote. Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang
penelitian hingga akhir penyusunan laporan penelitian.
2. Penyajian Data
Sajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi dalam
bentuk narasi yang memberi kemungkinan untuk dilakukakn penarikan
kesimpulan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dibuat, sehingga data yang disajikan akan merepresentasikan jawaban dari
permasalahan yang ada. Namun demikian, sajian data dapat pula berbentuk
matriks, gambar/ skema ataupun tabel.
3. Penarikan Simpulan/ Verifikasi
Kesimpulan-kesimpulan akhir baru akan didapat setelah
pengumpulan data berakhir. Dalam melakukan penyimpulan, hendaknya
peneliti bersikap terbuka namun tetap skeptis, demi kemantapan kesimpulan.
Selain itu kesimpulan juga perlu diverifikasi agar dapat
dipertanggungjawabkan.
lxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengumpulan
data
Sajian Data
Reduksi data
Penarikan
Simpulan
Keterangan:
Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang dianggap relevan
dengan permasalahan penelitian, selanjutnya langkah yang harus dilakukan adalah
mereduksi data dengan cara penyeleksian, pemfokusan, dan abstraksi data dari
fieldnote (catatan lapangan), di mana proses ini akan berlangsung secara terus-
menerus sampai akhir penulisan laporan. Setelah data direduksi, peneliti
menyajikan data yang disusun secara logis dan sistematis agar mudah dipahami.
Kemudian data-data yang terkumpul harus melewati tahap penarikan kesimpulan
berdasarkan pada reduksi dan sajian data yang telah dilakukan. Dalam melakukan
penarikan kesimpilan, peneliti harus bersikap terbuka namun tetap skeptis.
Apabila simpulan dirasa kurang mantap, maka peneliti wajib kembali melakukan
kegiatan pengumpulan data untuk mendukung simpulan yang ada, dan bagi
pendalaman data.
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan dalam penelitian ini dari awal kegiatan persiapan hingga tahap
penyusunan laporan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing.
lxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
a. Keadaan Geografis
Desa Sidoharjo merupakan salah satu dari 401 desa yang ada di
Kabupaten Klaten, masuk ke dalam wilayah Kecamatan Polanharjo. Luas
Desa Sidoharjo adalah sebesar 177,5955 Ha, yang secara geografis terletak
pada 6º 51’46”- 7º 11’47” LS dan 109º 40’19”- 110º 03’06” BT. Desa
Sidoharjo berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, sebelah
timur berbatasan dengan Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Sidomulyo, Kecamatan Delanggu, dan di
sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo.
Curah hujan Desa Sidoharjo berkisar pada 144,67 mm per tahun, dengan suhu
rata-rata harian 35º C. Desa Sidoharjo merupakan tanah dataran dengan
ketinggian 155 m di atas permukaan laut. Posisi desa membujur dari barat ke
timur, dan merupakan tanah persawahan yang subur dengan pengairan yang
cukup. Desa Sidoharjo terbagi menjadi 10 Dukuh, 11 RW, dan 28 RT.
Kesepuluh Dukuh tersebut yakni, Dukuh Ploso, Sidoharjo, Kahuman, Krajan,
Demangan, Lor Pasar, Kliwonan, Tlobong, Sumberjo, dan Purwogondo.
Sepuluh Dukuh tersebut dipimpin oleh tiga Kadus atau Bayan yang meliputi
Kebayanan 1, meliputi Dukuh Purwogondo, dan Tlobong, Kebayanan 2
meliputi Dukuh Krajan, Demangan, Lor Pasar, Kliwonan, dan Sumberjo,
sedangkan Kebayanan 3, meliputi Dukuh Sidoharjo I dan II, Ploso, dan
Kahuman. Desa Sidoharjo dihuni sebanyak 911 kepala keluarga.
lxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Keadaan Penduduk
1) Jumlah Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk yang tinggal di Desa Sidoharjo hingga
pertengahan tahun 2009 tercatat sebanyak 3376 orang, dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1634 orang (48,4%), dan perempuan
sebanyak 1742 orang (51,6%). Menurut umurnya, jumlah penduduk
Sidoharjo dapat dikelompokkan sebagai berikut, umur 0-5 tahun sebanyak
245 orang (7,52%), 6-10 tahun sebanyak 224 orang (6,64%), umur 11-15
tahun sebanyak 255 orang (7,55%), umur 16-20 tahun sebanyak 263 orang
(7,20%), umur 21-25 tahun sebanyak 264 orang (7,82%), umur 26-30
tahun sebanyak 244 orang (7,23%), umur 31-35 tahun sebanyak 258 orang
(7,64%), umur 36-40 tahun sebanyak 221 orang (6,55%), umur 41-45
tahun sebanyak 245 orang (7,52%), umur 46-50 tahun sebanyak 239 orang
(7,08%), umur 51-55 tahun sebanyak 250 orang (7,41%), umur 56-58
tahun sebanyak 152 orang (4,50%), sedangkan umur lebih dari 59 tahun
sebanyak 444 orang (13,15%).
Jumlah penduduk terbanyak adalah kelompok umur lebih dari 59
tahun yaitu sebanyak 444 orang, peringkat kedua kelompok umur 21-25
tahun sebanyak 264 orang, peringkat ketiga adalah kelompok umur 31-35
tahun sebanyak 258 orang, peringkat keempat kelompok umur 11-15 tahun
sebanyak 255 orang, peringkat kelima kelompok umur 51-55 tahun
sebanyak 250 orang, peringkat keenam kelompok umur 0-5 tahun dan
umur 41-45 tahun yang masing-masing sebanyak 245 orang, peringkat
ketujuh kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 244 orang, peringkat
kedelapan kelompok umur 16-20 tahun sebanyak 243 orang, peringkat
kesembilan kelompok umur 46-50 tahun sebanyak 239 orang, peringkat
kesepuluh adalah kelompok umur 6-10 tahun sebanyak 224 orang,
peringkat kesebelas adalah kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 221
orang, dan terakhir kelompok umur 56-58 tahun sebanyak 152 orang.
Jadi disimpulkan bahwa Desa Sidoharjo memiliki penduduk usia
produktif tinggi dilihat dari jumlah penduduk umur 16-55 tahun berjumlah
lxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1964 orang (58,18 %), sehingga dibutuhkan lapangan kerja banyak agar
dapat menampung angkatan kerja yang ada, dengan begitu diharapkan
akan dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat dan memberikan
pengaruh positif terhadap kemajuan Desa Sidoharjo.
2) Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Menurut mata pencahariannya, jumlah penduduk Desa Sidoharjo
sebanyak 1346 orang, dikelompokkan sebagai berikut: penduduk sebagai
petani sebanyak 325 orang (24,15%), buruh tani sebanyak 365 orang
(27,18%), buruh atau swasta sebanyak 349 orang (25,93%), pegawai
negeri sebanyak 127 orang (9,44%), pengrajin sebanyak 10 orang (0,74%),
pedagang sebanyak 6 orang (0,45 %), peternak sebanyak 121 orang
(8,99%), montir sebanyak 6 orang (0,45%), dokter sebanyak 2 orang
(0,15%), TNI/ POLRI sebanyak 8 orang (0,6%), pensiunan sebanyak 24
orang (1,78%), dan bidan sebanyak 3 orang (0,22 %).
Jadi disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sidoharjo merupakan
masyarakat pedesaan yang penduduknya mayoritas bekerja pada sektor
pertanian sebanyak 690 orang (51,33%), terdiri dari petani pemilik atau
pun buruh tani, dimana sikap hidupnya tergantung pada alam.
3) Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut pendidikannya, masyarakat Desa Sidoharjo berjumlah
3231 orang, dikelompokkan sebagai berikut: penduduk belum sekolah
sebanyak 305 orang (9,44 %), usia 7- 45 tahun tidak pernah sekolah
sebanyak 2 orang (0,06%), tidak tamat SD sebanyak 4 orang (0,12%),
tamat SD atau sederajat sebanyak 915 orang (28,32%), masih SLTP/
sederajat sebanyak 757 orang (23,43%), masih SLTA/ sederajat sebanyak
759 orang (23,49%), tamat Diploma I sebanyak 1 orang (0,03%), tamat
Diploma II sebanyak 64 orang (1,98%), tamat S1 sebanyak 107 orang
(3,31 %), dan tamat S2 sebanyak 3 orang (0,09%).
Jadi disimpulkan bahwa lebih dari separuh penduduk Desa
Sidoharjo berpendidikan dasar, yaitu sebanyak 1672 orang (51,75%).
Berpendidikan menengah sebanyak 759 orang (23,49%). Sedangkan yang
lxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Sejarah Desa
Desa Sidoharjo terbentuk pada tahun 1918, merupakan gabungan dari
dua desa, yaitu Desa Wongko Etan dan Desa Wongko Kulon. Desa Wongko
Kulon terdiri dari Dukuh Sidoharjo dan Ploso, sedangkan Desa Wongko Etan
terdiri dari Dukuh Kahuman, Krajan, Demangan, Lor Pasar, Kliwonan, Tlobong,
Sumberjo, dan Purwogondo.
Pada tahun 1930 muncul sebuah sumur tiban di Dukuh Ploso, kebetulan
pada saat itu Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta sedang tedak/ datang ke
Pesanggrahan Tegalgondo, kemudian meninjau lokasi sumur tiban. Di Ploso,
Pakubuwono X disuguhi hidangan ingkung ayam yang sebelum dimasak terlebih
dahulu dicuci di sumur tiban, dan ternyata rasanya enak. Mulai sejak saat itu,
setiap Pakubuwono X tedak ke Pesanggrahan Tegalgondo selalu memesan
ingkung ayam dari Dukuh Ploso. Sampai sekarang Desa Sidoharjo terkenal
dengan masakan opor bebek.
Di samping itu, di Dukuh Kahuman terdapat sebuah masjid yang
didirikan semasa kekuasaan Pakubuwono X. Di belakang masjid tersebut terdapat
makam, di situlah dimakamkan Tejo Wati, salah seorang kerabat Kasunanan
Surakarta. Namun semasa kekuasaan Hamengkubuwono VII, makam Tejo Wati
dipindahkan ke Imogiri Yogyakarta.
Sejak tahun 1918 Desa Sidoharjo telah dipimpin oleh 9 kepala desa,
yaitu:
lxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
seorang perempuan dan tabu untuk dilakukan oleh laki-laki. Selama kondisi
sang istri masih memungkinkan, maka sang istrilah yang wajib menjadi
akseptor, selain itu juga adanya kepercayaan bahwa laki-laki akseptor KB
akan mengalami penurunan kekuatan dan daya fisik mereka yang ditakutkan
akan berpengaruh terhadap kinerja laki-laki yang bekerja untuk menghidupi
keluarga, terlebih para suami tidak memberikan perhatian terhadap istri
mereka mengenai pemilihan alat kontrasepsi.
lxxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
”nek KB berarti nganggo alat’e, lha suntik opo pil, opo susuk, garek
cong’e, kemantebane”. (kalau KB berarti pakai alatnya, suntik atau pil,
susuk, tergantung kecocokan dan kemantapannya). (W/PN/3/7/2010).
Upaya pencegahan kehamilan, pembatasan kelahiran, dan pengaturan jarak
kelahiran dalam ber-KB hanya akan dapat dilakukan melalui penggunaan alat
kontrasepsi yang dipilih sesuai kesenangan dan kecocokan diri akseptor
terhadap alat kontrasepsi.
Jadi disimpulkan bahwa persepsi masyarakat mengenai program KB
adalah bahwa KB hanya dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu alat
kontrasepsi dari berbagai macam alat kontrasepsi yang tersedia di pasaran.
Tanpa menggunakan alat kontrasepsi berarti tidak melakukan KB.
lxxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pokoke wedhi”. (implan dan IUD tidak berani, steril takut saya katanya
sakit, kan dioperasi seperti itu, apalagi dibius, saya tidak tahu apa-apa,
ya pokoknya takut). (W/EK/28/6/2010).
Ketakutan terhadap metode steril juga diungkapkan oleh bu PN,
”ndkehmben bar Danu let sedhilit ndaftar steril, ndang wis cerak ra
sidho, ra wani”. (dulu setelah Danu [anak ketiga] lahir mendaftar
steril, kemudian setelah dekat tidak jadi, takut). (W/PN/3/7/2010).
Metode implan, IUD dan tubektomi membuat akseptor takut. Ketakutan
tersebut cukup beralasan karena cara kontrasepsi implan dan tubektomi
memerlukan tindakan pembedahan minor dan pembiusan pada diri calon
akseptor oleh tenaga medis. Selain takut pada proses pemasangan alat
kontrasepsi, ketakutan terhadap alat kontrasepsi juga terjadi pasca
penginsersian, seperti yang diungkapkan bu ES,
”nek susuk kan nggo angkat junjung resiko, jarume kan mlaku ngetutke
dalan darah”. (kalau susuk kan untuk angkat berat resiko, jarumnya
kan berjalan mengikuti aliran darah). (W/ES/11/6/2010).
Jarum implan yang diinsersikan ke dalam lengan kiri bagian dalam, yang akan
beresiko jika tangan tersebut dipakai untuk mengangkat benda yang berat,
selain itu jarum implan juga ditakutkan akan terlepas dari lengan dan bergerak
mengikuti aliran darah, yang dianggap akan membahayakan tubuh akseptor.
Sedangkan aktivitas keseharian akseptor untuk mengangkat benda berat tidak
dapat dihindari, karena hal tersebut telah menjadi rutinitas sebagai bagian
tugas kerumahtanggaan. Bu ES setiap hari harus menggendong ibunya untuk
dimandikan karena ia menderita stroke dan susah untuk berjalan kaki sendiri.
Hal serupa juga diungkapkan oleh bu KT selaku bidan,
”kalau susuk dipasang di lengan kiri, lengan kanan kan sering dipakai,
kalau lengan kiri jarang dipakai, ya awal ya sebaiknya jangan terlalu
ini, kalau biasanya seminggu pemasangan itu memang nggak boleh
untuk angkat-angkat dulu biar ditempatnya itu dulu tertutup jaringan,
tapi sesudah itu biasa. Jarum kadang-kadang bisa lepas kalau ibunya
luka ditempatnya bisa keluar sedikit, tapi itu jarang, kadang-kadang
lxxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ngge mangan men susah”. (kalau tidak KB kan nanti pasti punya anak
lagi, sedangkan biaya hidup sekarang kan tidak murah, sekarang
mikirnya tambah anak, walaupun tambah anak tambah rejeki kan
sekarang keadaan ekonomi sedang sulit seperti ini tidak kepikiran
untuk punya anak lagi, untuk makan saja susah). (W/YN/4/7/2010).
Apabila seseorang tidak ber-KB sementara dirinya masih dalam kondisi subur
(masih memounyai kemungkinan untuk hamil dan melahirkan), pasti akan
hamil lagi. Sementara biaya hidup semakin lama semakin mengalami
peningkatan. Pedoman banyak anak banyak rejeki tak lagi sesuai jika
diterapkan pada kondisi seseorang yang memiliki tingkat perekonomian pas-
pasan. Dalam keadaan seperti itu, tidak terpikir untuk memiliki anak lagi dan
sebisa mungkin dicegah agar anak yang dimiliki tidak bertambah.
Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa masyarakat telah
mengetahui konsekuensi apabila tidak menjalankan program KB, yakni
bertambahnya jumlah anak yang dilahirkan, dan keadaan tersebut terganjal
oleh kondisi ekonomi yang tidak terlalu baik, sehingga takut akan mengalami
kesulitan untuk menghidupi dan merawat anak-anaknya jika tidak ber-KB.
b. Alasan Kesehatan
Selain karena alasan perekonomian, pendorong seseorang untuk ber-
KB juga karena alasan kesehatan, salah satunya adalah kesehatan ibu.
Seseorang yang tidak ber-KB dan terlalu sering melahirkan akan mempunyai
pengaruh yang kurang baik terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang
dilahirkan. Seperti yang dikatakan oleh bu ST berikut,
”nek anake okeh cilik-cilik i mesakke anake kuwi lho, mbak,
perkembangane ra apik, terhambat, kesehatan ibu’e yo terganggu”.
(kalau anaknya banyak kecil-kecil kasihan anaknya itu lho, mbak,
perkembangannya tidak bagus, terhambat, kesehatan ibunya juga
terganggu). (W/ST/27/6/2010).
Seorang ibu yang tidak ber-KB dan sering melahirkan, sehingga mempunyai
banyak anak yang masih balita dengan jarak kelahiran terlalu dekat akan
lxxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berakibat tidak baik terhadap perkembangan anak yang menjadi terganggu dan
terhambat, begitu pula dengan kesehatan ibu karena terlalu sering hamil dan
melahirkan.
Gangguan kesehatan ibu juga dapat dipengaruhi oleh proses kelahiran yang
dijalani. Sebagaimana dikatakan oleh bu ST berikut,
”takut ada masalah karo adah bayek’e. Jadi yo dijaga jarake, wedhi
hamil lagi, nek sesar kan duite yo akeh, mbak, opo meneh yen bisa
dipastikan yen kelahiran berikutnya yo sesar, kan adah bayek’e
nggonaku loro, dadi ra isoh lahir normal. Lagian nek sesar kan jarak’e
minimal tiga tahun”. (takut ada masalah dengan rahimnya. Jadi dijaga
jaraknya, takut hamil lagi, kalau caesar kan biayanya juga banyak,
mbak, apalagi kalau sudah bisa diastikan kelahiran berikutnya juga
caesar, kan rahim saya dua, jadi tidak bisa lahir normal. Apalagi kalau
caesar jaraknya minimal tiga tahun). (W/ST/15/6/2010).
Proses kelahiran secara caesar membutuhkan biaya lebih banyak daripada
kelahiran normal, selain itu kelahiran secara caesar membutuhkan waktu lebih
lama untuk proses kesembuhan, dan pemulihan kesehatan ibu, serta
mempersiapkan kelahiran berikutnya. Sedangkan apabila proses kelahiran
pertama secara caesar, maka proses kelahiran berikutnya pun hanya dapat
dilakukan secara caesar. Ibu yang melahirkan akan mengeluarkan banyak
darah, sehingga jika ia sering melahirkan akan terkena anemia. Seperti yang
dikatakan oleh bu KT selaku bidan,
”misalnya ibu nggak pakai KB terus sering hamil, ibu biasanya anemia
yang pertama, nggak punya kesempatan untuk memperbaiki kondisi
tubuh, kalau orang melahirkan kan darah yang keluar banyak, paling
nggak ya dianggap normal itu kalau habis persalinan 150 cc atau 200
cc itu kan sudah banyak, ibu harus memulihkan itu dulu, terus nanti
masih menyusui, paling ndak 2 tahun pulih alat-alat kandungannya,
kalau terlalu cepat ya kasihan ibunya”. (W/KT/29/6/2010).
Kesehatan seorang ibu akan terganggu jika tidak menjaga jarak kelahiran,
setelah melahirkan ibu perlu waktu untuk memulihkan kondisi tubuh yang
xc
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xci
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
aku sesuk ndak cepet nde anak, dadi ra ketang dho suntik wis dho KB,
mbok kene ki dho nde anak cilik-cilik telung sasi petang sasi wis dho
suntik dhewe-dhewe”. (kebanyakan daerah sini ini banyak yang suntik,
sekarang ini rata-rata kebanyakan ibu-ibu sudah tahu arti KB, jadi
walau cuma suntik sudah KB, daerah sini ini punya anak kecil-kecil 3
bulan 4 bulan sudah suntik sendiri-sendiri). (W/PS/16/6/2010).
Kebanyakan ibu-ibu di Sidoharjo telah mengetahui arti penting KB dan
sesegera mungkin setelah melahirkan berusaha untuk mendapatkan layanan
KB agar tidak cepat hamil kembali, yaitu dengan cara melakukan suntik KB
pada bidan praktek swasta.
Begitu pula dengan pernyataan bu ES,
”ikut suntik, yo lebih efisien, 3 bulan, tur neh resikone menurut aku
lho, ora terlalu besar, paling yo ngko bulanan, aku ra bulanan blas”.
(ikut suntik, ya lebih efisien, 3 bulan, terlebih resikonya menurut saya
tidak terlalu besar, paling ya nanti menstruasi, saya tidak menstruasi
sama sekali). (W/ES/11/6/2010).
Pemilihan pada metode suntik karena dipandang lebih efisien, dilakukan
setiap 3 bulan sekali. Resiko sebagai efek samping dari metode suntik tidak
menstruasi. Metode suntik dilakukan menurut perhitungan bulan, ada yang
setiap 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali sesuai dengan jadwal waktu untuk
melakukan suntikan berikutnya. Seperti yang dikatakan oleh bu ST berikut,
”suntik yo luwih golek amane wae, yo nek pil kan ndadak nganggo
ingat-ingat, nek suntik kan wis jatahe wis enek kuwi catethane”.
(suntik lebih cari amannya saja, ya kalau pil kan harus ingat-ingat,
kalau suntik kan sudah ada catatan jadwalnya). (W/ST/15/6/2010).
Metode suntik dipilih karena dinilai lebih aman daripada metode lainnya,
dengan adanya jadwal dilakukan penyuntikan berikutnya dan tidak perlu
mengingat-ingat kapan harus kembali ke bidan membuat metode tersebut lebih
praktis untuk dilakukan. Selain itu efek yang ditimbulkan tidak terlalu besar.
Seperti pernyataan bu ST,
xcii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
”efek’e dadi lemu, tidak mens, dalam waktu tiga bulan mundhak
limang kilo’e, yo jane emoh lemu. Nek mundhak terus yo emoh, suntik
i bengi ngono kae sok ndrodhog kadhemen, ko trus nggo turu yo wis
mari dhewe, tapi paling cuma 10 menit uwis”. (efeknya jadi gemuk,
tidak menstruasi, dalam waktu tiga bulan naik 5 kilogram, ya
sebenarnya tidak ingin gemuk, kalau naik terus ya tidak mau, suntik itu
kalau malam terkadang menggigil kedinginan, nanti untuk tidur ya
sudah sembuh sendiri, tapi paling hanya 10 menit sudah).
(W/ST/15/6/2010).
Bu ES juga mengatakan hal serupa,
”suntik sok marakke ndrodhog, aku nek mulih bengi opo bar adus
kewengen ngono kae wah ndrodhog, tapi yo ra mbendhino, mbak, gur
sok-sok, nek hawane ngene iki yo ora”.(suntik terkadang membuat
menggigil, saya kalau pulang malam atau mandi kemalaman seperti itu
menggigil, tapi juga tidak setiap hari, mbak, hanya kadang-kadang).
(W/ES/27/6/2010).
Kenaikan berat badan dianggap sebagai sebuah efek samping atau akibat dari
penggunaan metode suntik yang tidak dapat dihindari, tidak keluarnya cairan
menstruasi dianggap sebagai penyebab kegemukan karena kotoran dalam
tubuh tidak dikeluarkan. Selain itu suntik juga dianggap dapat membuat badan
menjadi menggigil tanpa sebab. Namun hal tersebut tidak berlangsung setiap
hari, hanya kadang-kadang dan tidak diperlukan pengobatan karena akan
hilang dengan sendirinya dalam waktu 10 hingga 15 menit. Bu KT selaku
bidan justru berpendapat sedikit berbeda,
”suntik efeknya karena ini isinya kan hormon, kalau misalnya di dalam
perjalanan waktu itu dia menderita mioma atau apa itu bisa menambah
pembesarannya, jadi setiap kali dia mau disuntik harus diperiksa, kan 3
bulan sekali datang ke bidan atau praktek swasta mana, jadi dia ada
kelainan kulit ndak, ada benjolan di payudara ndak, jadi harusnya
dikontrol”. (W/KT/19/6/2010).
Masih pernyataan bu KT,
xciii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xciv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Metode Implan
Meskipun beberapa akseptor takut menggunakan metode implan,
namun selain suntik masyarakat Sidoharjo juga ada yang menggunakan
metode implan. Sebagaimana yang dinyatakan bu YN,
”KB implan tumut safari bulan April wingi”. (KB implan ikut safari
bulan April kemarin). (W/YN/4/7/2010).
KB metode implan didapatkan dari penyelenggaraan safari KB pemerintah
yang diselenggarakan pada bulan April 2010 di Puskesmas Desa Jimus
Kecamatan Polanharjo, dengan biaya yang lebih ringan daripada jalur swasta.
Seperti pernyataan bu PN berikut,
“melu safari, lha nek KB dhewe mbayar dhewe nggak punya uang, nek
safari kan kacek’e okeh, gur mbayar 25, nek dhewe kan nganti 200, iki
aku nganggo Jamkesmas, mbak, dadi ra mbayar, nek mandiri kabotan,
mbak”. (ikut safari, kalau KB sendiri bayar sendiri tidak punya uang,
xcv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xcvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Kondom
Jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh masyarakat Sidoharjo,
yang ketiga adalah kondom. Kondom digunakan karena alasan alat
kontrasepsi lainnya dapat membuat tubuh akseptor perempuan menjadi genuk.
Sebagaimana yang dikatakan oleh bu EK berikut,
”aku nganggo kondom i, pokoke aku wegah lemu terus mandheg,
pakne tak omongi kon nganggo kondom”. (saya pakai kondom,
xcviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pokoknya saya tidak mau gemuk lalu berhenti, bapaknya saya beritahu
suruh pakai kondom). (W/EK/28/6/2010).
Alat kontrasepsi lain selain kondom akan membuat badan akseptor menjadi
gemuk, karena itu ia memutuskan agar suaminya saja yang menggunakan alat
kontrasepsi kondom. Selain itu, kondom juga dipandang tidak mempunyai
efek samping. Seperti yang diungkapkan berikut,
”kondom ra enek efek’e, nek aku lho, ra enek efek’e”. (kondom tidak
ada efeknya, kalau saya lho, tidak ada efeknya). (W/EK/28/6/2010).
Cara untuk mendapatkan kondom sangat mudah, karena tersedia di
apotek-apotek sehingga memudahkan akseptor untuk membeli. Selain itu,
PPKBD juga menyediakan secara gratis. Seperti yang diungkapkan oleh bu
PS,
”di rumah membagikan kontrasepsi pil, kondom kuwi, memang kulo
king mriko angsal jatah. Nek pil, kondom tersedia, tidak bayar, ya kita
memberikan ya satu wadah”. (di rumah membagikan kontrasepsi pil,
kondom itu, memang saya dari sana [PLKB] mendapat jatah, kalau pil,
kondom tersedia tidak bayar, ya kita memberikan ya satu wadah).
(W/PS/16/6/2010).
Pemerintah memberikan alat kontrasepsi berupa pil dan kondom secara gratis
kepada siapa saja yang berminat. Kepraktisan penggunaan kondom dinilai
sebagai salah satu alasan mengapa akseptor lebih memilih untuk
menggunakan kondom. Seperti yang dikatakan bu EK berikut,
” suntik marakke lemu, nek pil aku mangane ora mbendhino, males
aku mangane nek arep campur thok, yo wis nganggo kondom”. (suntik
membuat gemuk, kalau pil saya makannya tidak setiap hari, malas saya
makannya kalau mau berhubungan saja, ya sudah pakai kondom).
(W/EK/12/6/2010).
Kondom dipilih karena alasan kepraktisan penggunaannya yang dapat
digunakan setiap waktu bila dibutuhkan saja.
xcix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ci
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ciii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena dirinya tidak mau gemuk. Alat kontrasepsi lain seperti suntik dan pil
membuat tubuh menjadi gemuk.
Kondom pun mudah didapatkan di apotek atau dari PPKBD, seperti
dikatakan bu PS, bahwa dirinya selaku PPKBD mendapatkan pil dan kondom
gratis dari PLKB, dan diberikan secara gratis pada siapa saja yang
membutuhkan. Selain itu penggunaan kondom juga sangat praktis
sebagaimana dinyatakan oleh bu EK, bahwa ia malas menggunakan suntik
atau pil KB karena merasa dirinya jarang berhubungan dengan suaminya
sehingga ia lebih memilih kondom.
civ
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Alasan Ekonomi
Alsan pertama mengapa masyarakat mengikuti KB adalah karena
faktor ekonomi. Alasan ini sangat relatif dan tergantung pada masing-masing
kondisi perekonomian keluarga pelaku KB. Hal inilah yang mendorong bu
YN untuk ber-KB dan tidak ingin mempunyai anak lagi, mengingat kondisi
ekonominya yang pas-pasan, serta sedikit mengalami kesulitan dalam
mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga tak terpikir olehnya untuk
menambah jumlah anak. (W/YN/4/7/2010). Logika berpikir para akseptor
cix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Alasan Kesehatan
Alasan yang kedua adalah alasan kesehatan. Hal tersebut merujuk
pada pentingnya menjaga jarak kehamilan dan kelahiran agar ibu dan bayi
yang dilahirkan sama-sama sehat sehingga dapat menurunkan angka kematian
ibu dan bayi. Sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 52 Tahun 2009 pasal
21 ayat 2 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
disebutkan bahwa kebijakan program KB bertujuan untuk:
6) Mengatur kehamilan yang diinginkan.
7) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak.
8) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling,
dan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
9) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek KB, dan
10) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan
kehamilan (http://www.scribd.com/doc/22637790/UU-No-52-Tahun-
2009-Perkembangan-Kependudukan-dan-Pembangunan-Keluarga).
cx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Suntik
Metode kontrasepsi suntik dilakukan dengan cara menyuntikkan
suatu ramuan kombinasi obat-obatan kepada tubuh akseptor oleh tenaga
medis. Metode suntik banyak digunakan oleh ibu-ibu segera setelah
melahirkan, seperti pernyataan bu PS, bahwa ibu-ibu di daerah Sidoharjo
banyak yang menggunakan metode suntik segera setelah melahirkan dengan
mendatangi tempat praktek bidan agar tidak cepat hamil lagi.
(W/PS/16/6/2010). Bidan swasta lebih dipilih karena dirasa lebih bisa
memberikan kenyamanan dan bisa dipastikan ada di rumah daripada saat di
Puskesmas, seperti yang dikatakan bu ES, ia memilih mendatangi tempat
praktek bidan swasta karena saat di Puskesmas, bidan jarang ada di tempat,
yang ada hanya mantri. (W/ES/12/6/2010). Bu YN dan bu ST pun mendukung
pernyataan tersebut.
Jarak antara suntikan pertama dengan suntikan berikutnya ada yang
berjarak 1 bulan ada pula yang 3 bulan. Seperti yang dikatakan bu ES, dirinya
menggunakan metode suntik dengan rentangan waktu 3 bulan, menurutnya
resiko suntik KB tidak terlalu besar yaitu tidak mengalami menstruasi sama
sekali. (W/ES/11/6/2010). Metode suntik diberikan kepada akseptor sesuai
atau menurut perhitungan hari sejak penyuntikan sebelumnya, dan akseptor
diberi jadwal kapan harus kembali ke bidan untuk melakukan suntikan
selanjutnya. Hal tersebut dianggap lebih bisa menjamin akseptor untuk tidak
cxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Implan
Selain suntik, metode lain yang digunakan oleh masyarakat
Sidoharjo adalah implan atau susuk. Metode ini didapat dari mengikuti
program safari KB pemerintah dengan biaya yang ringan daripada KB
mandiri. Metode implan dilakukan dengan penginsersian atau penanaman
cxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
batang silinder dengan panjang tak lebih dari 4 cm, dan berdiameter 2 mm.
Batang implan ini diisi dengan obat-obatan pencegah kehamilan. Susuk atau
implan diinsersi pada lengan kiri. Sebagaimana yang diungkapkan bu KT,
bahwa implan ditanam di lengan kiri karena lengan kiri jarang digunakan
untuk beraktivitas, berbeda dengan lengan kanan yang sering dipakai.
Seminggu setelah pemasangan, tangan kiri tidak boleh dipakai untuk
berkativitas berat agar posisi jarum mantap berada di posisi tersebut.
(W/KT/29/6/2010).
Biaya pemasangan implan melalui KB mandiri mencapai ratusan
ribu rupiah, jika melalui safari KB, akseptor hanya mengeluarkan biaya
sebesar Rp 25.000,-. Perbedaan jumlah biaya tersebut yang membuat akseptor
memilih menggunakan metode implan dari safari KB, jarum implan yang
ditanam berjangka 3 tahun dengan jumlah jarum 2 batang. Pemasangan dan
pelepasan jarum masing-masing dengan biaya Rp 25.000,- yang jauh lebih
ringan daripada jika mendapat layanan KB secara mandiri. (W/YN/4/7/2010).
Metode implan pun memiliki efek samping pada diri akseptor,
seperti kegemukan dan tangan yang mudah pegal. Seperti yang dikatakan ahli,
”Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individu
bagi setiap klien”. (Abdul Bari Saifuddin, 2003: vi). Maka dari itu efek yang
dirasakan akseptor satu tidak sama dengan akseptor lain meski menggunakan
alat kontrasepsi yang sama. Bu PN mengaku tidak ada efek yang menganggu
karena dirinya menjaga tangannya untuk tidak digunakan mengangkat benda
berat, selain itu selama menggunakan implan, bu PN juga mengalami
menstruasi secara rutin. (W/PN/3/7/2010). Sedangkan bu YN mengaku tidak
menstruasi sama sekali. (W/YN/4/7/2010).
c. Kondom
Alat kontrasepsi yang ketiga yang digunakan masyarakat adalah
kondom. Kondom terbuat dari karet tipis, vinil atau bahan alami hewani, yang
digunakan oleh pria sebagai pencegah masuknya sperma ke dalam vagina
cxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan tentang partisipasi masyarakat
dalam mengikuti program Keluarga Berencana (KB) di Desa Sidoharjo,
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat mengenai program KB adalah, pertama KB merupakan
suatu kewajiban perempuan, sehingga perempuanlah yang seharusnya
menjadi akseptor KB, bukan pria. Jika perempuan tidak memungkinkan untuk
menjadi akseptor, maka pria yang menjadi akseptor. Kedua, KB hanya dapat
dilakukan dengan alat kontrasepsi, jika tidak menggunakan salah satu alat
kontrasepsi yang ada, berarti tidak KB. Ketiga, beberapa alat kontrasepsi
menakutkan bagi akseptor, seperti IUD, implan dan tubektomi. Para akseptor
takut akan cara pengaplikasian alat atau cara kontrasepsi yang dilakukan
dengan cara pembedahan dan pembiusan, alat yang dimasukkan ke dalam
tubuh dan ditinggalkan dalam jangka waktu tertentu pada metode IUD dan
implan.
2. Hal yang melatarbelakangi masyarakat mengikuti program KB, ada dua
alasan. Pertama adalah alasan ekonomi, masyarakat ber-KB karena takut akan
memiliki banyak anak, berarti biaya hidup yang dibutuhkan untuk
menghidupi dan membesarkan anak juga banyak. Masyarakat takut jika
punya banyak anak tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup dan hak-hak
anak yang dilahirkan, sehingga membuat anak terlantar. Alasan kedua yaitu
alasan kesehatan. Jika tidak ber-KB dan sering melahirkan, ditakutkan hal
tersebut akan menganggu perkembangan anak dan kesehatan ibu. Seorang ibu
yang baru saja melahirkan butuh waktu minimal dua tahun untuk memulihkan
kesehatan diri dan menyusui anaknya, pada kelahiran secara caesar
membutuhkan jarak kelahiran yang lebih lama dibanding kelahiran normal.
cxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh masyarakat ada tiga. Yang
pertama adalah suntik. Suntik KB dipilih karena mudah diperoleh, yaitu
dengan mendatangi tempat praktek swasta bidan dengan biaya yang relatif
murah. Jarak antarsuntikan dipilih selama 3 bulan disertai dengan catatan
jadwal melakukan suntikan kembali, sehingga dianggap memudahkan
akseptor. Yang kedua metode implan, implan diperoleh dari mengikuti
program safari KB pemerintah. Dalam program safari KB, akseptor hanya
dikenai biaya masing-masing sebesar Rp 25.000,- untuk pemasangan dan
pelepasan implan dua jarum berjangka tiga tahun. Biaya tersebut lebih murah
bila dibandingkan jika melakukan KB mandiri yang mencapai ratusan ribu
rupiah. Alat kontrasepsi yang ketiga adalah kondom. Kondom dipilih karena
tidak menimbulkan efek samping seperti kegemukan pada diri akseptor, tidak
seperti alat kontrasepsi lain berupa pil atau suntik. Penggunaan kondom
sangat praktis karena hanya digunakan saat diperlukan saja.
Jadi disimpilkan bahwa partisipasi masyarakat Sidoharjo dalam mengikuti
program KB adalah tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah peserta KB
mandiri, yaitu menjadi akseptor KB atas kesadaran dan suka rela mau
mengeluarkan biaya sendiri untuk mendapatkan layanan kontrasepsi yang
dianggap paling efektif sebanyak 262 akseptor (78, 68%) dari jumlah peserta KB
aktif. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding jumlah akseptor yang ber-KB
melalui jalur pemerintah yang berjumlah 71 akseptor (21,32%).
B. IMPLIKASI
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, dapat dikaji implikasi sebagai
berikut:
1. Implikasi Teoretis
Menambah wawasan mengenai berbagai macam kontrasepsi agar
masyarakat dapat menggunakannya secara mantap dalam mengikuti program
KB. Dalam program KB, maka partisipasi masyarakat harus didasari oleh
kesadaran yang tinggi, bahwa partisipasi yang dilakukan dapat memberi
cxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis
Dari penelitian ini, implikasi praktis adalah memberikan
pengetahuan kepada masyarakat Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten tentang pentingnya berpartisipasi dalam program KB
dengan menjadi akseptor yang menggunakan kontrasepsi secara mantap agar
tujuan program KB dapat tercapai dengan baik.
C. SARAN
Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang partisipasi
masyarakat dalam mengikuti program KB di Desa Sidoharjo, Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi akseptor, hendaknya meningkatkan kesadaran akan pentingnya
melakukan KB dengan menggunakan cara-cara kontrasepsi secara mantap.
2. Bagi PLKB dan PPKBD hendaknya memberikan penyuluhan tentang KB
kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mengikuti program KB.
3. Bagi Puskesmas Pembantu Desa Sidoharjo, hendaknya meningkatkan
pelayanan KB dan kontrasepsi bagi masyarakat untuk memudahkan
masyarakat mengakses layanan KB dan berbagai alat kontrasepsi sesuai
kebutuhan.
4. Bagi pemerintah Desa Sidoharjo, hendaknya lebih memberikan perhatian dan
berperan dalam menggalakkan ataupun pelaksanaan KB di Desa Sidoharjo.
5. Bagi pemerintah pusat, hendaknya lebih menekankan perlunya koordinasi
antar departemen dan instansi yang berada di daerah agar program KB tetap
dapat berjalan efektif, serta dapat mencapai tujuan dari program KB itu
sendiri.
cxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin (ed). 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjono.
Dono Susilo. 2004. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan Program Keluarga
Berencana (KB) Mandiri: Studi Tentang Efektivitas KIE untuk
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Program KB Mandiri di
Desa Trosemi Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: UNS.
http://jawatengah.go.id/bkkbn/misi.htm
http://scribd.com/doc/22637790/UU-No-52-Tahun-2009-Perkembangan-
Kependudukan-Dan-Pembangunan-Keluarga
http://situs.kesrepro.info/kb/referensi.htm
Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan
Robert MZ. Lawang. Jakarta: Gramedia.
cxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Linton, Ralph. 1936. The Study of Man. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Lucas, David, Peter McDonald, Elspeth Young & Christabel Young. 1984.
Pengantar Kependudukan. Terjemahan Nin Bakdi Sumanto & Riningsih
Saladi. Yogyakarta: UGM Press.
Sudharto P. Hadi. 1997. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode.
Yogyakarta: UGM Press.
cxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
cxxii