id
SKRIPSI
Oleh:
SUKA MAHENDRA
NIM K8405038
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh:
SUKA MAHENDRA
NIM K8405038
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :_____________
Tanggal :_____________
ABSTRAK
ABSTRACT
MOTTO
Ing Ngarso Sung Tulodha
Ing Madyo Mangun Karsa
Tut Wuri Handhayani
(KI Hajar Dewantara)
Allah tidak akan merubah nasib/keadaan suatu umat, jika umat itu sendiri tidak merubahnya
(Q.S Ar.Ra’ad 11)
Keberhasilan atau kesuksesan tak akan datang tanpa adanya doa dan kerja keras
(Penulis)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang
pengajaran Sosiologi Antropologi.
Penulis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………............. i
PENGAJUAN……………………………………………………………………. ii
PERSETUJUAN……………………………………………………………….... iii
PENGESAHAN……………………………………………………………….… iv
ABSTRAK……………………………………………………………………..... vi
MOTTO…………………………………………………………………….…... vii
PERSEMBAHAN……………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………….…………. xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………….………………..1
B. Identifikasi Masalah…………… ……………………………5
C. Pembatasan Masalah……………………...………………….6
D. Perumusan Masalah…………………... …………………….7
E. Tujuan Penelitian………………………………….…………7
F. Manfaat Penelitian……………………………….…………..8
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua…………..……9
2. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer group…………….…21
3. Tinjauan Tentang Sikap.....................…………………..36
B. Penelitian Yang Relevan…………………………………....57
C. Keranga Berpikir…………………………..………………..58
D. Perumusan Hipotesis ………….……………………………60
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
pada waaktu tertentu. Sikap disebabkan karena adanya suatu stimulus yaitu suatu obyek
fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. Setelah seseorang mengetahui
adanya stimulus kemudian memprosesnya kedalam pengetahuannya yang pada akhirnya
akan menimbulkan suatu sikap dimana sikap tersebut akan diimplementasikan dalam suatu
tindakan. Setiap anak dibekali dengan hati dan akal yang mulia, seiring dengan waktu anak
akan mengalami perkembangan yang berupa perkembangan kepribadian dan pertumbuhan
fisik yang menimbulkan suatu bentuk sikap yang berbeda.. Perkembangan tersebut terjadi
atas dasar interaksi atau saling mempengaruhi antara faktor bawaan dengan faktor
lingkungan. Faktor bawaan berupa bakat, emosi dan pikiran, sedangkan faktor lingkungan
berupa keluarga, sekolah dan masyarakat
Pengalaman-pengalaman yang didapat dalam keluarga menentukan cara-cara
bertingkah laku anak terhadap dunia luar dilingkungan keluarga. Dengan kata lain,
perkataan, sikap, dan tingkah laku seseorang anak dalam pergaulannya di masyarakat
mencerminkan bagaimana kehidupan keluarga anak yang bersangkutan. Apabila hubungan
anak dengan keluarganya berlangsung secara kurang baik, maka kemungkinan besar pada
umumnya hubungan anak dengan masyarakat di sekelilingnya akan berlangsung kurang
baik pula, sehingga tidaklah mengherankan apabila banyak perbuatan anak-anak yang
menyeleweng dari norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kehadiran anak dalam keluarga membutuhkan tanggung jawab yang berat, karena
anak tidaklah cukup dibesarkan saja dengan diberikan makanan dan pakaian tetapi
menuntut pula sesuatu hal yang penting, antara lain adalah pendidikan. Dalam keluarga
orang tua berperan sebagai seorang pemimpin yang berkewajiban mendidik anaknya.
Orang tua secara manusiawi memberikan hidup, bertanggung jawab dan berkewajiban
mengusahakan perkembangan anak yang sehat baik jasmani maupun rohani.Agar
hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik, peranan
orang tua sangat ditentukan oleh cara dan sikap dalam memelihara dan membimbing anak
termasuk dalam cara-cara kepemimpinannya terhadap anak.
Dalam keluarga yang memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah
orang tua, peran orang tua disini sebagai pendidik yang pertama dan utama sehingga sangat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membina hubungan dengan teman sebaya dalam proses memenuhi tantangan ini remaja
juga harus secara bertahap mengembagkan suatu filsafat kehidupan dan pengertian akan
identitas diri. Sebelum remaja dapat berhasil meninggalkan rasa aman bergantung pada
orang lain, mereka harus memiliki gagasan mengenai siapa diri mereka, kemana arah yang
mereka tuju, bagaimana cara untuk mencapainya, sehingga remaja butuh pengarahan dan
bimbingan dari orang –orang sekitarnya antara lain orang tua, guru, maupun tokoh
masyarakat pada umumnya
Dalam penulisan ini faktor keluarga lebih ditekankan pada pola asuh orang tua
dalam mendidik, memelihara dan membesarkan anak. Tata cara orang tua dalam mendidik
anak akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Menurut Elizabeth Hurlock
yang diterjemahkan Istiwidayanti (2000:7) ada tiga macam pola asuh yang sering
digunakan oleh orang tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh permisife (laszess faire), dan
pola asuh demokrasi. Bentuk pola asuh yang diterapkan pada anak harus disesuaikan
dengan kondisi dan kepribadian anak, karena hal tersebut berhubungan dengan sikap dan
anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh orang tua sangat penting dalam mendidik
anaknya karena nilai-nilai dan pola-pola tingkah laku orang tua selalu menjadi patokan
dalam bertindak. Dalam hal ini orang tua menjadi pendidik utama dan pertama dalam
keluarga untuk menuju lingkungan yang lebih luas. Dalam upaya agar anak mematuhi
norma-norma dan aturan-aturan dalam keluarga, kadang perlu juga anak diberikan
hukuman tetapi hukuman ini harus bersifat mendidik.
Selain faktor dari keluarga, faktor lain yang sangat penting dalam mempengaruhi
perilaku anak adalah pergaulan peer group. Pergaulan adalah proses terjadinya hubungan
atau interaksi antar individu yang lain, individu dengan kelompok maupun kelompok
dengan kelompok, dengan kata lain pergaulan adalah hidup untuk berteman, kebersamaan
atau hidup bermasyarakat, sedangkan yang dimaksud dengan peer group menurut Slamet
Santoso (1999:81), " adalah suatu kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan
usia dan status atau posisi sosial.. Pada perkembangannya remaja lebih sering berada
diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,minat, ketrampilan, dan perilaku lebih besar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
daripada pengaruh keluarga. Disini remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan
kemudahannya baik di sekolah ataupun di lingkunagan tetangga sebagaimana pada masa
kanak-kanak, dan kegemaran pada kegiatan-kegiatan tidak lagi merupakan faktor penting
dalam pemilihan teman. Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-
nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang dapat
mempercayakan masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan
orang tua maupun guru.
Dalam kelompok sebaya akan menimbulkan hubungan timbal balik antar
anggotanya. Semua perilaku yang baik ataupun yang buruk akan mudah ditiru oleh
anggota kelompok dan biasanya sikap dari mayoritas akan mudah ditiru dan menjadi
identitas kelompoknya. Kelompok sebaya biasanya mempunyai ungkapan-ungkapan,
bahasa yang khas, kebiasaan, nilai-nilai dan normanya sendiri. Kesemuanya itu menjadi
cara hidup yang dijadikan acuan bertingkah laku dari para anggotanya. Didalam kelompok
sebaya ini mempermudahkan dalam pertukaran informasi khususnya dalm berperilaku
remaja yang satu dengan remaja yang lain. Informasi inilah yang mempengaruhi anggota-
anggota dalam kelompok sebaya terhadap perilaku mereka.
Berdasar latar belakang tersebut di atas, masalah pola asuh orang tua dan pergaulan
peer group serta perilaku siswa sangat menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penulis
mengangkat penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan
Pergaulan Kelompok Sebaya Dengan Sikap Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas identifikasi masalah dapat
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sikap manusia terbentuk karena faktor pembawaan dan lingkungan
2. Sikap merupakan perbuatan yang dapat diamati atau diobservasi dalam kehidupan
manusia
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Nilai dan norma dalam masyarakat merupakan ukuran bagi menyimpang atau
tidaknya sikap seseorang
4. Keluarga merupakan kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan
pada anak sehingga memegang peranan penting dalam pembentukan sikap anak.
5. Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi remaja dalam bersikap
6. Keluarga yang harmonis dapat memberikan pengaruh pada perkembangan psikologi
anak.
7. Kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh terhadap sikap remaja, baik itu yang
bersifat positif maupun negatif
8. Pergaulan kelompok sebaya dapat membentuk sikap seorang remaja dalam bersikap
maupun bertindak
9. Dalam kelompok sebaya semua sikap yang baik maupun yang buruk akan ditiru oleh
anggota kelompok dan biasanya perilaku dari mayoritas akan mudah ditiru
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah penulis
uraikan maka masalah dibatasi pada pola asuh orang tua, pergaulan kelompok sebaya, dan
sikap pada siswa. Maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Permasalahan
a. Pola asuh orang tua
Tata cara orang tua dalam memperlakukan anaknya yang diterapkan dalam
usaha memelihara, membimbing, melindungi dan mendidik anak
b. Pergaulan kelompok sebaya
Proses dimana individu saling bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain
dengan jangka waktu yang bisa membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan.
Interaksi ini terjadi dalam kelompok yang terdiri atas sejumlah individu-individu
yang memiliki kesamaan, yaitu mereka mempunyai usia, minat dan perasaan yang
sama. Dalam penelitian ini penulis membatasi pergaulan peer group pada remaja
usia SMA
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Sikap siswa
tindakan siswa yang dapat diamati / diobservasi dan dilakukan di sekolah, di rumah
maupun dilingkungan masyarakatnya.
2. Obyek Penelitian
a. Variabel bebas X1 : Pola Asuh Orang Tua
b. Variabel bebas X2: Pergaulan Kelompok Sebaya
c. Variabel terikat Y: Sikap siswa
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3
Surakarta
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah diatas maka dapat dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut
1. Apakah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan sikap siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010?.
2. Apakah ada hubungan positif antara pergaulan kelompok sebaya dengan sikap siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010?
3. Apakah ada hubungan positif bersama antara pola asuh orang tua dan pergaulan
kelompok sebaya dengan sikap siswa kelas XI IPS SMA Negeeri 3 Surakarta tahun
ajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan sikap siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010
2. Mengetahui hubungan pergaulan kelompok sebaya dengan sikap siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan kelompok sebaya
dengan sikap siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta. tahun ajaran 2009/2010
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a). Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam
bidang ilmu Sosiologi Antropologi
b). Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih
lanjut yang berhubungan dengan masalah ini
2. Manfaat Praktis
a). Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi orang tua agar dapat menggunakan
bentuk pola asuh yang tepat sehingga mampu mendidik, mengasuh serta
membesarkan anak sehingga nantinya perilaku anak akan sesuai dengan nilai dan
norma dalam masyarakat
b). Memberikan solusi bagi masyarakat agar dapat menciptakan lingkungan yang baik
dan mendukung tumbuh kembangnya anak.
c). Memberikan pengertian kepada remaja bahwa keterlibatan seorang remaja dalam
suatu kelompok akan menumbuhkan dampak yang positif maupun negatif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Istilah pola asuh orang tua pada umumnya diartikan secara sederhana
yaitu sikap dan kebiasaan orang tua yang diterapkan dalam mengasuh dan
membesarkan anak dirumah. Sikap dan kebiasaan yang dimaksud menunjukkan
adanya kecenderungan yang mengarah pada pola pengelolaan dan perawatan
terhadap anak didik sebagai usaha mencapai kebahagiaan keluarga. Pola asuh
orang tua merupakan cerminan interaksi orang tua dengan anak. Komunikasi ini
melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua untuk memelihara anaknya.
Orang tua memiliki banyak tugas, salah satu diantaranya adalah mengasuh
putra putrinya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua
sangatlah berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya.
Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dinilai dan ditiru oleh anaknya
yang kemudian secara sadar atau tidak sadar akan diresapi serta menjadi
kebiasaan juga bagi anak-anaknya. Dalam mengasuh putra putrinya, orang tua
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia orang tua, jenis kelamin,
status sosial dan lain sebagainya. Disamping itu juga diwarnai oleh sikap-sikap
tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan putra putrinya. Sikap
tersebut dapat tercermin dalam pola asuh orang tua terhadap anaknya.
Kemudian banyak pendapat yang mengemukakan pengertian dari pola
asuh orang tua menurut cara pandang mereka masing-masing. Adapun
pengertian pola asuh orang tua menurut para ahli sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah
tata cara orang tua dalam memperlakukan anaknya yang diterapkan dalam
usaha memelihara, membimbing, melindungi dan mendidik anak. Tata cara orang
tua ini biasanya akan menggunakan pola kepemimpinan tertentu dalam
memperlakukan anak sesuai dengan kondisi anak dan keinginan orang tua dalam
berinteraksi dengan anaknya.
jawab dan kewajiban. Dengan kata lain orang tua seakan acuh tak
acuh melepas tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan anak..
Orang tua mempunyai anggapan tentang masa depan anak
ditentukan oleh anak itu sendiri tanpa campur tangan orang tua.
Orang tua memberikan kebebasan pada anak untuk berbuat
sekehendaknya dan lemah dalam melaksanakan disiplin pada anak
yang menyebabkan anak melakukan sikap menyimpang yang lebih
besar.
(2) Menurut Nurbani Yusuf (1998 : 76) tipe kepemimpinan Laissez faire
adalah “ Sikap dimana orang tua selalu memberikan kebebasan
kepada anak tanpa ada norma tertentu yang harus ditakuti”.
Tipe kepemimpinan laisez faire merupakan pola
kepemimpinan dimana orang tua memberikan kebebasan
sepenuhnya pada anak tanpa memberikan aturan atau larangan pada
anak tanpa memberikan aturan atau larangan pada anak bertindak
atau mengambil keputusan sesuai keinginannya
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa pola
asuh laissez faire adalah pola asuh yang mendasarkan pada kebebasan anak dalam
mengungkapkan keinginan dan kemauannya sendiri serta diijinkan membuat
keputusan sendiri tanpa ada bimbingan dari orang tua, sehingga dapat dikatakan
pola asuh ini adalah pola asuh yang acuh tak acuh pada anak. Dapat pula
dikatakan pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya dan
anak diijinkan membuat keputusan sendiri tentang langkah apa yang akan
dilakukan orang tua tidak pernah memberikan penjelasan dan pengarahan kepada
anak tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak. Dalam pola asuh laissez faire
hampir tidak ada komunikasi antara anak dan orang tua serta tidak ada disiplin
sama sekali.
b) Ciri-ciri Pola Asuh Laissez Faire
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
selain itu anak tersebut juga akan sulit untuk diajak bekerja sama atau
saling menolong apabila dalam kesulitan.
asuh yang luwes atau gabungan antara pola asuh otoriter, permisife (laissez
faire) dan demokratis atau bisa juga secara bergantian. Walaupun demikian ada
kecenderungan orang tua lebih menyukai atau sering menggunakan satu pola
tertentu. R Diniarti M. So'oed dalam bukunya TO. Ihromi (1999:52),
rnenyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan pola asuh orang
tua terhadap anak, yaitu :
1) Usia orang tua
2) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat
di sekitarnya.
3) Kursus-kursus
4) Jenis kelamin orang tua
5) Status sosial ekonomi
6) Konsep peranan orang tua
7) Jenis kelamin anak
8) Usia anak
9) Persepsi orang tua
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan pola asuh orang tua tersebut
dapat penulis jelaskan sebagai berikut :
1) Usia orang tua
Pada orang tua yang usianya masih muda cenderung memilih pola asuh
yang demokratis atau liberal dan mereka yang sudah tua biasanya
menggunakan pola asuh yang otoriter. Hal ini dikarenakan bahwa orang
tua yang berusia masih muda cenderung lebih supel dan terbuka terhadap
anaknya. Sedangkan orang tua yang sudah tua mereka cenderung lebih
kaku dalam mendidik anaknya dan sangat tertutup sehingga kurang adanya
komunikasi antara anak dan orang tua.
2) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat di sekitamya
Pilihan ini biasanya dilakukan oleh orang tua yang masih muda dan kurang
pengalaman. Mereka lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap baik oleh
masyarakat di sekitarnya dari pada oleh keyakinannya sendiri. Misalnya.
salah satu tetangga menggunakan pola asuh otoriter dan akhirnya anak dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terikat oleh adat istiadat yang masih kaku dan belum mengikuti
perkembangan zaman, Sedangkan orang tua yang modern cenderung
menggunakan pola yang bersifat demokratis atau permisif. Dalam hal ini
orang tua yang modern bersifat lebih dinamis dan mengikuti
perkembangan jaman sehingga mereka memberikan kebebasan yang luas
pada anaknya.
7) Jenis kelamin anak
Orang tua memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Biasanya
anak perempuan dijaga lebih ketat sehingga menggunakan pola otoriter,
sedangkan untuk anak laki-laki cenderung lebih demokratis atau liberal.
8) Usia anak
Umumnya pola asuh otoriter sering digunakan pada anak kecil, karena
mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan yang buruk,
sehingga orang tua lebih sering menekan atau memaksa.
9) Persepsi orang tua
Pada faktor ini, orang tua cenderung menyamakan pola yang dianggap baik
oleh masyarakat. Pilihan ini dilakukan oleh orang tua yang usianya masih
muda dan kurang pengalaman. Sehinggal lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap
baik oleh masyarakat sekitar daripada oleh keyakinan sendiri, padahal setiap
anak mempunyai kondisi kepribadian berbeda yang harus dipertimbangkan
dalam pola asuh orang tua.
norma, nilai dan simbol antara kelompok satu dengan kelompok yang lain
berbeda.
Peer group merupakan suatu proses penting artinya bagi proses
pendewasaan remaja. Hal ini disebabkan kelompok sebaya merupakan wadah
untuk tumbuh dan berkembangnya suatu kepentingan atau masalah bersama,
mengembangkan kecakapan-kecakapan dan pengetahuan-pengetahuan tertentu .
Remaja juga memperoleh kesempatan menguji kecakapan dan menambah
pemahaman tentang dirinya sendiri.
Dari uraian tentang pergaulan dan peer group di atas dapat diartikan bahwa
pergaulan peer group adalah proses dimana individu saling bertemu dan saling
berinteraksi satu sama lain dengan jangka waktu yang bisa membentuk jalinan
persahabatan atau pertemanan dalam suatu kelompok orang yang memiliki umur,
status, dan minat serta perasaan yang sama.
Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mencoba bersosialisasi
dalam lingkungan. Dalam usia remaja ini mereka sedang belajar memperoleh
kemantaban dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang
baru. Sehingga individu mencari kawan yang memiliki perasaan, keinginan
dan kebutuhan yang sama. Dalam kelompok individu dapat saling berinteraksi
satu sama lain, berusaha mengerti dan memahami satu sama lain agar dapat
diterima dalam kelompok tersebut.
2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan
Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang lain agar
mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu
individu bergabung dengan teman sebayanya, yang mempunyai kebutuhan
psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Dengan begitu individu merasakan
adanya kebersamaan atau kekompakan dalam kelompok teman sebayanya.
3) Perlu perhatian dari orang lain
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian, dari lingkungannya, berusaha
mendapatkan status dan peranan seperti dalam kegiatan organisasi remaja di
kampung-kampung. Mereka menginginkan keberadaannya diakui dalam
kelompok. Individu memerlukan perhatian dari orang lain terutama yang
merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebaya
di mana individu merasa sejajar dengan yang lain, mereka tidak merasakan
adanya perbedaan status seperti jika mereka bergabung dalam dunia orang
dewasa.
4) Ingin menemukan dunianya
Dalam peer group individu dapat menemukan dunia sendiri yang berbeda
dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan
dalam segala bidang, misalnya pembicaraan tentang masalah pacar,
pendidikan, kegemaran dan hal-hal yang menarik lain yang tidak dapat
mereka bicarakan dengan orang tua atau orang dewasa lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam peer group seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya biasanya
yang lebih mengerti akan dirinya dan persoalan yang dihadapi. Mereka saling
bersama menumpahkan segala perasaan dan permasalahan hidup yang tidak
dapat mereka ceritakan pada orang tua maupun gurunya. Kebersamaan inilah
yang menyebabkan tali persahabatan antar anggota sangat kuat. Mereka tak segan-
segan untuk menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapinya, seperti masalah percintaan, persahabatan sampai dengan permasalahan
keluarga.
terhadap kemampuan kreativitas dan kegemaran yang sama. Hal ini akan
menimbulkan kelompok-kelompok dengan kreativitas dan kegemaran yang
berbeda-beda Misalnya : seorang remaja yang gemar olah raga akan
membentuk kelompok sesuai dengan kegemarannya atau seseorang yang suka
dengan melukis akan membentuk kelompok sesuai dengan kesukaannya yaitu
melukis
Menurut Slamet Santoso (1999:89), "Pengaruh dari perkembangan peer
group terhadap individu dalam kelompok ada yang positif dan ada yang negatif”.
Hal tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Pengaruh positif dari peer group adalah :
a) Apabila seorang anak berkembang bersama dengan lingkungan
peer groupnya maka mereka akan lebih mudah dalam
perkembangan sosialisasinya yang lebih luas.
b) Dalam peer group seorang individu akan terbentuk rasa solidaritas
yang cukup kuat dengan anggota dalam kelompoknya.
c) Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan
dapat membentuk suatu masyarakat yang direncanakan karena
mereka dapat membedakan dan menyaring kebudayaan yang
bertentangan dengan kelompoknya.
d) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan
dan melatih bakatnya.
e) Dalam peer grcup akan mendorong setiap anggota untuk lebih mandiri
karena mereka dapat mengaktualisasikan dirinya lebih luas dalam
kelompoknya
f) Dalam peer group setiap anggota dapat mengeluarkan pendapatnya
dan perasaannya tentang hubungan antar anggota dan tentang
kelompoknya.
2) Pengaruh negatif dari peer group adalah :
a) Sulit menerima seseorang dari luar kelompok yang tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempunyai kesamaan.
b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota dari
kelompoknya.
c) Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain
yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
d) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok ataupun dengan
kelompok lain.
e) Timbulnya pertentangan atau gap-gap antar peer group, misalnya:
antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.
terbentuk sepanjang siklus hidup manusia yaitu dari mulai dilahirkan hingga
kematian. Sikap tidak muncul dengan sendirinya, tetapi sikap tersebut muncul
karena rangsangan atau dorongan baik dari dalam maupun dari luar individu
dan sebagian terbesar perilaku individu sebagai respon terhadap rangsangan
atau dorongan dari luar individu tersebut. Dorongan dari dalam yang
dimaksud dapat berupa kebutuhan, keinginan, kegelisahan, perhatian, rasa
bersalah dan lain sebagainya, sedangkan dorongan dari luar dapat berupa
dorongan dari orang tua dan masyarakat, penghargaan, bahaya, ancaman,
harapan orang lain dan sebagainya.
b. Ciri-Ciri Sikap
Sikap merupakan hasil reaksi atau tanggapan dari stimulus atau
rangsangan dari luar individu yang sifatnya sangat kompleks, namun sikap
manusia dapat diobservasi secara nyata. Sikap manusia tidak sederhana dapat
dipahami dan diprediksikan. Berbagai faktor penting seperti hakekat stimulus itu
sendiri, latar belakang pengalaman individu, motivasi, status kepribadian, dan
sikap individu memegang peranan dalam menentukan bagaimanakah perilaku
seriring lingkungannya. Adapun ciri-ciri sikap menurut Gerungan (2000:151-152)
dalam skripsi Aprina Rasita Dewi sebagai berikut :
1) Perilaku bukan dibawa sejak ia dilahirkan
2) Perilaku berubah-ubah
3) Perilaku itu tidak berdiri sendiri
4) Objek perilaku dapat berupa sesuatu hal tertentu
5) Perilaku mempunyai segi-segi perasaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sikapnya. Setiap orang lahir dengan membawa berbagai impuls, banyak dari
impuls pada masa kanak-kanak yang dilarang dan dihukum oleh para orang tua
dan masyarakat berasal dari naluri pembawaan (innate instinct). Melarang impuls
tersebut hanya akan mengakibatkan mereka keluar dari kesadaran dan
menggantikannya dengan ketidaksadaran yang tetap berpengaruh terhadap sikap .
Berdasarkan pendapat Freud di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa sikap manusia terutama tidak dikuasai oleh akal tetapi oleh naluri-naluri
irrasional, dan sebagian besar sikap kita dipengaruhi oleh yang tidak disadari,
suatu tempat penyimpanan ingatan dan keinginan-keinginan yang tidak pernah
timbul mencapai kesadaran atau lebih ditekan, yaitu didorong keluar dari
kesadaran, sebab menimbulkan rasa takut atau malu dalam diri.
Menurut Soerjono Soekanto sikap dinamakan juga peranan, yaitu sikap
yang berkisar pada pola-pola interaksi manusia. Dalam hal ini Soerjono Soekanto
(2002:244) menjelaskan wujud peranan (perilaku) mencakup 3 hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Masyarakat
Komunitas
Teman sebaya
Keluarga
Individu
d. Bentuk-Bentuk Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dapat diamati dan diobservasi akan tetapi
sikappada dasarnya sangat kompleks. Menurut Notoadmojo ( 1996 : 5) bentuk-
bentuk operasional sikap dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Sikap
dalam bentuk pengetahuan, 2) Sikap berbentuk perilaku, 3) Sikap dalam
bentuk perbuatan atau tindakan
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Sikap dalam bentuk pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Informasi yang dimiliki akan
menentukan perilaku tertentu, mengenai tersedia atau tidsak kesempatan dan
sumber daya yang diperlukan. Hal ini dapat berasal dari pengalaman dengan
perilaku yang bersangkutan dimasa lalu atau dipengaruhi oleh informasi tak
langsung mengenai sikap itu misalnya dengan melihat pengalaman orang lain
atau teman yang pernah melakukannya.
2) Sikap berbentuk perilaku, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan dan
rangsangan dari luar subyek, sehingga alam sendiri akan mencetak perilaku
manusia yang hidup didalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam
tersebut selain alam itu sendiri. Faktor lingkungan sosial budaya juga
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan dan pembentukan
perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak
diinginkan. Keyakinan mengenai apa yang bersifat normatif (yang
diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan
harapan normatif subyektif dalam diri individu.
3) Sikap dalam bentuk perbuatan atau tindakan, yaitu tindakan nyata berupa
faktor perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perilaku
individu tidak muncul dengan sendirinya, tetapi sikap tersebut muncul karena
rangsangan dari luar individu, sebagai respon terhadap rangsangan atau
dorongan dari luar.
Pendapat lain tentang bentuk sikap adalah menurut Sarlito (2003:11)
perilaku dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) sikap normal/tidak menyimpang/ konform
(perilaku positif), 2) sikap abnormal/deviant/menyimpang (perilaku negatif)
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Sikap normal (Sikap Positif)
Sikap yang normal/sikap positif adalah sikap yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat sikap yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Penyesuaian diri adalah kemampuan untuk mengubah diri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e) Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran. Yaitu
adanya pengertian dan penerimaan keadaan diluar dirinya walaupun
sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya. Ketulusan
menerima perbedaan, membiarkan orang lain sebagaimana adanya dan
jauh dari sikap memaksakan kemauan agar orang lain seperti apa yang
dikehendakinya.
f) Bersifat terbuka dan sanggup menerima umpan balik. Yaitu kemampuan
bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, jauh dan keinginan
berpura-pura atau bersembunyi dibalik kepalsuan Disampimg itu ada
kemauan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai
reaksi orang lain terhadap perilakinya.
g) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. Yang tercermin
dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain. Yaitu mempunyai
tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang
dalam, sikapnya tidak dibuat-buat, tidak mudah tersinggung, marah atau
kecewa, atau dengan kata lain ia mampu mengendalikan dirinya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
h) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan
hak dan kewajibannya. Mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang
berlaku tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan
keberadaannya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma,
dan atas keinsyafan sendiri. Norma tersebut dijadikan miliknya, dengan
kata lain individu mampu memanfaatkan atau menggunakan haknya secara
wajar sesuai dengan tata kehidupan masyarakat. Demikian pula dalam
melakukan kewajibannya mampu memenuhinya sesuai dengan tuntutan
masyarakat, antara keduanya terjadi perimbangan yang selaras dan
rasional.
2) Sikap abnormal atau menyimpang
Sikap menyimpang adalah sikap yang tidak dapat diterima
masyarakat pada umumnya dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada
(Kartini Kartono, 2006 : 13). Dari pendapat Kartini Kartono dapat diartikan
bahwa setiap sikap yang tidak sesuai, tidak serasi, atau tidak dapat diterima
masyarakat pada umumnya, bertentangan dengan norma maupun nilai yang
berlaku dalam lingkungannya digolongkan sebagai perilaku menyimpang.
Menurut James W Van Der Zanden dalam buku sosiologi ( 1997 : 64 ),
"Sikap menyimpang adalah sikap yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Dari pendapat James dapat
ditarik suatu pengertian bahwa sikap yang bagi sejumlah orang dianggap hina,
tercela atau diluar dari batas toleransi maka disebut sebagai sikap menyimpang,
sedangkan menurut Bimo Walgito (1994 : 56), "Sikap menyimpang adalah
suatu sikap yang diekspresikan oieh seseorang atau beberapa anggota
masyarakat yang secara disadari atau tidak disadari, tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku yang telah diterima oleh sebagian besar anggota
masyarakat”. Dari pendapat Bimo Walgito dapat ditarik suatu pengertian bahwa
sikap yang diekspresikan oleh individu baik secara disadari maupun tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
disadari tidak sesuai dengan norma yang telah diakui dan diterima dalam
masyarakat akan dianggap sebagai sikap menyimpang
Sikap menyimpang pada seorang remaja terjadi karena adanya
pengaruh maupun faktor-faktor yang dapat mendorong kuat seorang anak
remaja melakukan perbuatan menyimpang tersebut. Adapun faktor-faktor
yang melatar belakangi terjadinya perilaku menyimpang pada remaja antara
lain :
(1) Penyebab dari dalam si remaja sendiri (internal )
(a) Kurangnya penyaluran emosi
Pada masa remaja kondisi emosi tampak lebih tinggi atau lebih intens
dibandingkan dengan keadaan normal, meningginya emosi remaja
karena berkaitan dengan mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar
endokrin. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai
bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau
rnudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk
mekanisme pertahanan diri. Selama masa penyesuaian biasanya remaja
mengalami perasaan tidak iman dan tidak menentu, yang dapat
memicu meningkatnya emosi . Emosi yang tinggi pada masa remaja
sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu mendapat
penyaluran atau penanganan yang baik agar tidak menimbulkan hal-hal
yang merugikan.
(b) Kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan dan
kecenderungannya.
Dalam diri remaja terdapat banyak sekali dorongan-dorongan untuk
mencoba hal-hal yang baru, dan apabila dorongan-dorongan itu tidak
terpenuhi konsekuensinya adalah timbul frustasi. Dimana keadaan
batin remaja tidak dapat terpuaskan karena adanya suatu rintangan dan
remaja tersebut akan sangat kecewa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ketakutan yang luar biasa tanpa alasan yang jelas kepada hal-
hal yang lazimnya tidak menimbulkan ketakutan. Seperti : gelap,
keramaian, tempat sempit, dan sebagainya.
b. Obsesi
Adanya pikiran atau perasaan atau keyakinan yang sangat kuat
tentang suatu hal yang diikuti dengan kecenderungan untuk terus-
menerus melakukan hal tersebut. Walaupun yang bersangkutan
menyadari bahwa hal itu yang tidak masuk akal, Seperti : perasaan
bahwa kedua tangannya selalu kotor karena selalu memegang
benda-benda yang penuh kuman sehingga orang yang
bersangkutan sering sekali mencuci tangannya walaupun
tangannya baru saja dicuci beberapa menit yang lain.
3. Reaksi konversi
Yaitu kecemasan yang dialihkan kepada tubuh.
Misal : cemas menghadapi ujian, cemas menghadapi lingkungan
baru, selalu berkeringat dingin dan sakit perut waktu menghadapi
ujian dan sebagainya.
4. Skizoirenia
Tanda-tandanya :
a. Cara berpikir tidak teratur dan tidak logis, cara bicara
melantur dan gagasan yang meloncat-loncat.
b. Tidak mampu melihat kenyataan dengan benar dan
timbullah halusinasi.
c. Tidak mampu melakukan hubungan sosial
d. Tidak mampu mengendalikan gagasan, perasaan dan
tingkah lakunya sehingga ia bisa tertawa sambil menangis,
memarahi semua orang yang lewat atau menari ditengah jalan.
5. Anorexia Nervosa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. KERANGKA BERFIKIR
Sikap manusia sangat kompleks, akan tetapi sikap manusia itu dapat diamati
secara nyata. Sikap manusia bukan hanya pembawaan, tetapi terbentuk dari
lingkungaan. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Akan tetapi dalam penelitian ini penulis cenderung mengamati lingkungan sosial.
Dalam hal ini lingkungan yang dimaksud adalah keluarga, nilai, norma dan
masyarakat. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku
seseorang. Tanpa interaksi dengan orang lain kemungkinan anak tidak akan
mengetahui perilaku yang disetujui secara sosial, maupun memiliki sumber motivasi
yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hatinya. Interaksi sosial awal terjadi
dalam keluarga.
Keputusan dalam pengelolaan yang diterapkan orang tua terhadap anaknya
menunjukkan dan mencerminkan pola asuh yang dipilih. Setiap orang tua memiliki
wawasan dalam mendidik dan membimbing anaknya. Wawasan yang menunjuk pada
persepsi dilingkungan keluarganya dan yang menjadi pola asuh dalam mengelola
anak-anaknya dapat dibedakan atas tiga bentuk yaitu pola asuh orang tua otoriter,
yang demokratis dan laisez faire.
Bagi orang tua dengan pilihan pengelolaan otoriter akan menerapkan pola
pengelolaan dan pembimbingan pada anak sangat kaku, ketat, memiliki kekuasaan
mutlak dengan diiringi peraturan, perintah dan berbagai larangan yang ketat. Dampak
dari pola asuh yang otoriter anak akan menjadi pasif, kurang inisiatif, kurang kreatif,
penggugup dan pembangkang. Pola asuh dengan kepemimpinan demokratis
menunjuk dengan adanya komunikasi antar orang tua dengan anak saling menghargai
dan adanya pengertian. Jadi orang tua menganggap anak sebagai subyek yang
memiliki hak dan kewajiban sendiri. Dengan kata lain bahwa tipe kepemimpinan
orang tua yang demokratis mengacu pada kecendeerungan sifat anak lebih percaya
diri, terbuka, lebih mudah bekerja sama yang berdampak pada kemampuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penyesuaian diri yang luwes. Sedangkan untuk pola asuh yang laisez faire menunjuk
sikap orang tua yang acuh tak acuh terhadap anaknya. Jadi orang tua yang memiliki
sifat masa bodoh dalam bertindak yang akan berdampak anak tidak mau diatur
bersifat semaunya, keras kepala, suka membuat aturan sendiri. Dari ketiga pola
asuhtersebut kemungkinan berkaitan dengan pengelolaan pendidikan anak yang
mengarah pada perilaku anak.
Selain pola asuh orang tua, pergaulan peer group juga sangat mempengaruhi
perilaku. Pergaulan menjadi suatu kebutuhan untuk mengembangkan aspek sosial bagi
anak remaja. Seorang anak membutuhkan teman dalam proses sosialisasinya untuk
membentuk konsep diri. Dalam hal ini Peer group sebagai tempat sosialisasi pertama
setelah keluarga yang mengajarkan banyak hal, baik tentang perilaku, toleransi dan
pengalaman-pengalaman baru. Dalam Peer Group yang memiliki ciri, norma, kebiasaan
yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga menyebabkan
remaja merasa kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri karena adanya konflik nilai
dalam diri remaja. Dalam peer group biasanya mereka saling bertukar pengalaman
terutama masalah perilaku. Pergaulan yang benar sesuai nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat akan menyebabkan perilaku yang positif, namun
pergaulan yang salah yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku akan
menyebabkan perilaku yang negatif.
Dua faktor tersebut yaitu pola asuh orang tua dan pergaulan peer group
dimungkinkan secara bersama-sama mempunyai korelasi dengan sikap. Jika pola asuh
orang tua yang diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan kondisi anak maka
memiliki korelasi dengan sikap yang positif. Namun jika pola asuh orang tua yang
diterapkan dalam mendidik anak salah maka memiliki korelasi dengan sikap yang
negatif. Sedangkan dalam pergaulan peer group, seorang remaja saling berinteraksi,
bertukar pikiran dan pengalaman yang dimiliki satu sama lain, baik itu hal yang
positif maupun yang negatif. Jika hal yang ditiru bersifat positif maka memiliki
korelasi dengan sikap yang positif. Namun jika hal yang ditiru bersifat negatif
maka memiliki korelasi dengan sikap yang negatif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Adapun model kerangka berfikir antar variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Sikap
(Y)
D. PERUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan
penelitian. Perumusan hipotesis yang penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan sikap pada siswa kelas XI
IPS SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010
2. Ada hubungan positif antara pergaulan peer group dengan sikap pada siswa
kelas XI IPS SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
3. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan
sikap pada siswa kelas XI IPS SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan judul yang diambil, maka penelitian akan dilaksanakan di SMA N
3 Surakarta yang beralamat di jalan Prof. WZ.Johanes 58, Surakarta. Dengan subjek
penelitian siswa kelas XI IPS SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Alasan
peneliti mengambil SMA N 3 Surakarta sebagai tempat penelitian adalah
a. Tersedia data yang berhubungan dengan obyek penelitian
b. Lokasi terssebut mudah dijangkau, jarak dapat ditempuh dengan cepat serta
transportasi mudah, sehingga lebih mempercepat dan memperlancar jalannya
penelitian terutama dalam mengumpulkan data yang diperlukan
c. Mudah dalam memperoleh data karena penulis sebagai peneliti pernah praktek
pengalaman lapangan di SMA N 3 Surakarta
d. Adanya ijin dari pihak SMA N 3 Surakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan kurang lebih 10 bulan dari bulan Februari 2009
sampai dengan bulan November 2009 . Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah
sebagai berikut:
No Nama Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
09 09 09 2009 09 09 09 09 09 09
1 Proposal
2 Konsultasi
Bab I, II, III
3 Penelitian,
Pengumpulan
data
4 Analisis data
5 Penyusunan
Laporan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Metode Penelitian
Penelitian tidak bisa terlepas dari metode penelitian karena dengan pemilihan
metode yang tepat akan menentukan keberhasilan penelitian. Sasaran dalam
penelitian akan tercapai apabila dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat.
Untuk memperoleh suatu kebenaran, suatu penelitian perlu menggunakan metode
ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang peneliti, kita dituntut untuk dapat memilih
dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Metode penelitian yang kurang tepat
dapat mengakibatkan hasil penelitian yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian.
Metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu dan “logos” yang berarti ilmu atau pengetahuan. Berikut ini akan
penulis ketengahkan beberapa definisi mengenai metodologi penelitian yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu
1. Hadari Nawawi (1995: 24) mengatakan bahwa ”Ilmu yang memperbincangkan
tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan disebut
metodologi penelitian atau metodologi research”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa semua ilmu yang mengatur
dan membicarakan mengenai cara atau metode-metode ilmiah yang berfungsi
untuk menggali adanya suatu kebenaran sebuah pengetahuan adalah disebut
sebagai metodologi penelitian.
2. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007: 1) menyebutkan bahwa
“Metodologi penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan
pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan”.
Pendapat tersebut mengandung maksud bahwa metodologi merupakan
segala cara dan upaya yang ditempuh oleh seorang peneliti untuk mencapai tujuan
penelitiannya. Cara dan upaya yang dimaksud bukanlah ditempuh dengan jalan
yang asal-asalan, namun cara-cara tersebut merupakan penggunaan pikiran,
metode atau paradigma yang ilmiah untuk mencapai tujuan suatu penelitian.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menggambarkan sifat atau suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian
dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu.
Penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis. Menurut Consoule G Sevilla
et al (1993:73) Jenis-jenis penelitian deskriptif antara lain :
a. Studi Kasus
b. Survei
c. Penelitian Pengembangan (developmental study)
d. Penelitian Lanjutan (follow-up study)
e. Analisis Dokumen
f. Analisis Kecenderungan (trend analysis)
g. Penelitian Korelasi (correlational study)
a.) Menurut Sutrisno Hadi (2001-102), “Populasi adalah sejumlah individu yang
mempunyai satu sifat yang sama".
Maksud dari pendapat tersebut diatas adalah keseluruhan dari individu-
individu yang ada di suatu tempat tertentu yang dikenai penelitian, yang tentunya
individu-individu tersebut mempunyai sifat yang sama.
b.) Hadari Nawawi (1995:141), "Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang
dapat terdiri dari manusia, benda, hewan tumbuh-tumbuhan, dan gejala yang
memiliki karakteristik tertentu dalam ilmu pengetahuan".
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c.) Saifuddin Azwar ((2002: 77) “Populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek
yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian.
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa populasi adalah sekelompok subjek
yang telah ditentukan oleh peneliti sebagai subjek penelitian yang nantinya akan
dikenai generalisasi hasil penelitian
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang ada dalam wilayah penelitian tertentu dan
mempunyai sifat, kualitas serta karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian
ini adalali seluruh siswa Kelas XI IPS SMA N 3 Surakarta yang terdiri dari 4 kelas
sejumlah 160 siswa.
2. Sampel
a. Pengertian Sampel
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya
pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif yang
dapat mewakili populasi. Berikut adalah beberapa pengertian dari populasi yang
disampaikan oleh para ahli:
1) Menurut Winarno Surakhmad (1994:93), "Sampel adalah sebagian wakil
dari populasi yang diteliti dengar menggunakan cara-cara tertentu
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sampel adalah bagian
dari populasi yang akan diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teknik simple random sampling. Teknik ini merupakan cara undian tanpa
pengembalian. Kerlinger ( 1996:188) menyatakan bahwa “ Random sampling is
that method of drawing a portion (or sample) of a population or universe so that
each member of the populatio or universe has an equal chance of being selected”.
Terjemahan dari pendapat tersebut bahwa sampling acak ialah metode penarikan
sebagain atau seluruh sampel dari sebuah populasi atau keseluruhan tersebut
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih
Pendapat tersebut memiliki makna bahwa teknik simple random sampling
ini menjelaskan setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk menjadi anggota sample. Anggota dari populasi diseleksi secara
bebas dalam satu waktu, satu kali mereka diseleksi tidak ada kesempatan untuk
kedua kali. Adapun alasan penggunakan simple random sampling adalah sebagai
berikut:
(1) Cara tersebut dianggap sebagai cara yang paling sederhana dalam
pengambilan sampel, sehingga peneliti dapat menentukan jumlah sampel
secara tepat dan representatif
(2) Pelaksanaannya sangat mudah dan dapat dilakukan melaluio prosedur uandian
tanpa pengembalian, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya
(3) Setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi anggota sampel
(4) Penggunaan dari simple random sampling ini adalah sample yang didapat
tidak bias dan tanpa banyak menggunakan teknik yang sulit
Adapun langkah-langkah pengambilan sample secara acak melalui undian dapat
dilakukan dengan cara:
(1.) Membuat suatu daftar yang berisi daftar semua anggota populasi sebanyak
160 orang
(2.) Memberi kode yang diwujudkan dalam angka untuk tiap subyek, kemudian
dimaksukkan ke dalam daftar nama siswa
(3.) Menuliskan kode-kode masing-masing subyek dalam suatu lembaran kertas-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kertas kecil
(4.) Menggulung potongan-potongan kertas dan memasukkannya kedalam
kaleng
(5.) Menganbil gulungan-gulungan kertas tersebut dari kaleng secara acak tanpa
dikembalikan
(6.) Proses pengundian dilakukan hingga gulungan-gulungan dikeluarkan
memenuhi jumlah sampel yang ditetapkan.
c. Teknik pengambilan sampel
Tidak ada peraturan yang tegas yang mengatur tentang jumlah sampel yang
dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Selain itu juga
tidak ada batasan yang jelas mengenai sampel yang besar dan sampel yang kecil.
Jumlah sampel juga banyak tergantung pada faktor-faktor seperti biaya, fasilitas,
waktu yang tersedia, jumlah populasi yang ada atau bersedia untuk dijadikan
sampel serta tujuan penelitian. Namun dalam penelitian ini peneliti berkiblat pada
pendapat para ahli berikut ini :
1) Sutrisno Hadi (2001: 221) menyebutkan bahwa “Sampel adalah bagian objek
yang diteliti untuk menetapkan besarnya sampel, langkah yang dilakukan
adalah apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100 maka sampel
yang diambil adalah 20% sampai 25%”.
2). Menurut suharsimi Arikunto (1998:120) menyatakan bahwa “Untuk sekedar
ancer-ancer maka apabila subjeknya lebih besar dari 100 diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih…”.
Untuk menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengacu
pada pendapat Sutrisno Hadi (1994:221), "Sampel adalah sebagian objek yang
diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang dilakukan adalah
apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100, maka sampel yang diambil
20% sampai 25%". Populasi dalam penelitian ini ialah siswa kelas XI IPS di SMA N
3 Surakarta. Peneliti menetapkan besarnya sampel 25% dari jumlah siswa kelas XI
IPS di SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Sampel dalam penelitian ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Metode utama
a. Metode Angket atau kuesioner
1) Pengertian angket
Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada subjek penelitian yang memperoleh jawaban atau tanggapan secara
tertulis seperlunya. Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta
yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. Maksud
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
serta tujuan penelitian akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk
pertanyaan yang ada dalam angket atau kuesioner.
a.) Menurut Sumadi Suryabrata (1990:15), "Angket adalah daftar pertanyaan yang
harus dijawab dan atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan kepada
sejumlah subyek, dan berdasar atas jawaban dan atau isian itu penyelidik
mengambil kesimpulan mengenai subyek yang diselidiki",
Maksud dari pernyataan di atas adalah bahwa angket merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan dari seorang peneliti yang
diberikan kepada informan untuk dijawab atau diisi yang berdasarkan kepada
sejumlah obyek, kemudian setelah itu penyelidik mengambil kesimpulan atas
subyek yang diteliti tersebut
b.) Menurut Sanafiah Faisal (1981: 2)” Angket adalah alat pengumpulan data berisi
daftar pertanyaan secara tertulis ditujukan kepada subyek atau responden peneliti”.
Maksud dari pendapat diatas adalah bahwa angket merupakan suatu
bentuk alat pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan secara tertulis yang
ditujukan kepada responden atau informan maupun subyek penelitian
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah
sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden dijawab
sesuai dengan kenyataan yang ada. Angket digunakan untuk mendapatkan informasi
keterangan, tanggapan atau hal-hal lain yang diketahui responden.
2) Jenis-jenis angket
Teknik angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menyebarkan daftar pertanyaan tertulis untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan tentang hal-hal yang diketahui oleh responden. Angket pada
umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau
juga mengenai pendapat atau sikap.
Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Apabila
dilihat dari cara penyampaiannya menurut Suharsimi Arikunto (2002: 140)
mengemukakan macam-macam angket, antara lain
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
åY 2
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
n = Jumlah subyek
Kriteria uji validitas tersebut adalah jika ρ < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah valid, sebaliknya jika ρ > 0,05
maka kriteria pengujian dinyatakan tidak valid.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran sampel konsisten apabila pengukuran diulangi
dua kali atau lebih. Dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Untuk menghitung korelasi reliabilitas digunakan rumus
alpha cronbach sesuai rumus Saifuddin Azwar (2002: 78) sebagai berikut :
é k ùé ås b ù
2
r11 = ê úê 1 - ú
ë (k - 1) û êë s t2 úû
Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pernyataan/banyaknya soal
s b2 : Varians butir
s t2 : Varians total
Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika ρ < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah reliabel, sebaliknya jika ρ >
0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak reliabel.
Uji coba atau try out dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15
September 2009 dengan jumlah responden sebanyak 25 siswa. Berdasarkan
hasil uji coba angket tersebut kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :
1) Uji Validitas
Untuk menghitung uji validitas digunakan rumus koefisien korelasi
product moment.
a) Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 50 item soal didapat 46 soal yang valid dan 4
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4 ,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 49, 50 dan item yang dinyatakan gugur
adalah soal nomor 42, 46, 47, 48. Item soal dikatakan valid apabila ρ <
0,05. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman .
b) Variabel Peer group (X2)
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 62 item soal didapat 47 soal yang valid dan 15
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 48, 50 dan 60. dan item yang dinyatakan
gugur adalah soal nomor 44, 45, 47, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,
61, 62. Item soal dikatakan valid apabila ρ < 0,05. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman .
c) Variabel Sikap (Y)
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 50 item soal didapat 46 soal yang valid dan 4
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4 ,5 , 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19 , 20 , 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 42, 44, 45, 46, 48, 49 dan item yang dinyatakan gugur
adalah soal nomor 40, 41, 43, 47 . Item soal dikatakan valid apabila ρ <
0,05. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman .
2) Uji Reliabilitas
Untuk menghiting reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach dari
Saifuddin Azwar (1997: 78).
a) Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Metode dokumentasi
Selain angket atau kuesioner, pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan dokumentasi. Suharsimi Arikunto (1998: 236) menjelaskan metode
dokumentasi adalah “Mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan
buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan notulen”. Dokumen dalam hal ini untuk
memperoleh nama dan daftar kelas dari siswa kelas XI IPS SMA N 3 Surakarta tahun
ajaran 2009/2010.
Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan menghemat
waktu.
2) Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.
3) Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan
4). Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan
2. Metode Bantu
a. Metode observasi
Teknik observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian dan
mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan dan pengamatan. ". Teknik
observasi yang dilakukan dalam penelitian adalah observasi langsung yaitu peneliti
secara langsung melakukan pengamatai lokasi mengenai kejadian atau peristiwa yang
sesuai dengan permasalahan yang diangkat, namun peneliti tidak ikut serta dalam
proses yang menjadi kajian penelitian. Metode ini hanya digunakan sebagai
pendukung dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran umum wilayah
penelitian.
3. Identifikasi Variabel
a. Variabel Dependen (Tergantung)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi. Variabel dependen ini
merupakan variabel yang tergantung dengan variabel yang lainnya, Dalam suatu
penelitian, variabel dependen merupakan hasil dari variabel yang menyebabkan.
Jadi Variabel dependen merupakan objek dari studi atau penelitian. Dalam
penelitian ini variabel dependen disimbolkan dengan Y yaitu sikap siswa
b. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi., Variabel
independen tidak dipengaruhi oleh variabel lain tetapi yang mempengaruhi atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) JK (G)
æ
ç
= å åY -
2
(å Y)
2
ö
÷
ç ni ÷
Xi
è ø
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a 1 å x1 y + a 2 å x 2 y
ry(1,2) =
åy 2
Jika ρ > 0,05 maka signifikan, sebaliknya jika ρ < 0,05 maka tidak
signifikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Sesuai dengan variable-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, untuk
menguji hipotesis maka diperlukan data yang diperoleh dari penelitian, data yang
diperoleh meliputi tentang : deskripsi wilayah penelitian dan hasil penelitian.
Adapun penjelasan dari masing-masing data yang diperoleh tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
Deskripsi wilayah penelitian digunakan untuk menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Dalam hal ini adalah menggambarkan
atau melukiskan keadaan wilayah penelitian yaitu SMA Negeri 3 Surakarta yang
beralamat di jalan Prof W.Z Yohanes 58 kerkop Surakarta. Dengan subyek penelitian
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, data yang
diperoleh meliputi :
a. Sejarah singkat SMA N 3 Surakarta
b. Visi dan Misi SMA N 3 Surakarta.
Adapun Penjelasan dari masing-masing data yang diperoleh tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Sejarah singkat SMA N 3 Surakarta
1. Sejarah lahir dan perkembangan tanggal 3 Nopember 1943 berdiri Sekolah
Menengah Tinggi (SMT) yang berlokasi di Manahan dengan Kepala Sekolah
Mr. Widodo Sastrodiningrat.
2. Tanggal 15 Desember 1949, SMT Manahan diganti namanya menjadi SMA
Negeri A/B Margoyudan yang terdiri dari :
a. SMA Negeri A/B I (masuk pagi)
b. SMA Negeri A/B II (masuk siang untuk para pejuang)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Tanggal 8 Juli 2003, SMU Negeri 3 Surakarta kemabli menjadi SMA Negeri
3 Surakarta, menurut Undang-undang RI No. 20/2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Adapun Nama-nam kepala sekolah SMA N3 Surakarta antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Bapak Soepandam
2. Bapak Roespandji Atmowirogo
3. Bapak R Soemitro
4. bapak Drs. Singih Prawoto
5. bapak Soeyono
6. Bapak Drs. Sri Waloejo Mangoendikoro
7. Bapak Soegiman
8. Bapak Soekiman
9. Bapak Drs. Kuswanto, MM
10. Bapak Drs. H. Sonarso, MM
11. Bapak Ngadiyo,M.Pd
b. Visi dan Misi SMA N 3 Surakarta
1. VISI
Visi SMA Negeri 3 Surakarta adalah “Widya Karma Jaya” artinya unggul
dalam ilmu dan perbuatan/budi perkerti. Visi ini sudah ditetapkan pada tanggal 2
Januari 1967, yang pada saat itu dikenal dan diakui sebagai motto SMA Negeri 3
Surakarta.
2. MISI
Misi SMA Negeri 3 Surakarta adalah mengahasilkan lulusan yang mampu
bersaing dengan lulusan sekolah lain, untuk masuk ke Perguruan Tinggi bermutu.
Untuk mewujudkan misi tersebut, dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan kedisiplinan siswa, guru dan staf tata usaha.
2. Meningkatkan kualitas bidang akademis (pembelajaran).
3. Meningkatkan kualitas SDM sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Pola Asuh Orang Tua maka
dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati interval 129,5-142,5
dengan prosentase kelas 62,50%; kemudian diikuti oleh interval 116,5-129,5
dengan prosentase 27,50%, kemudian diikuti oleh interval 142,5-155,5 dengan
prosentase 7,50%, kemudian diikuti lagi oleh interval 168,5-181,5 dengan
prosentase 2,50%. Sedangkan responden paling sedikit berada pada interval
155,5-168,5 dengan prosentase kelas 0,00%. Penyebaran data dapat diperikasa
dalam histogram berikut ini :
30
25 24
Frekuenzy
20
15
12
10
5
2 1 1
0
106,5 120,5 134,5 148,5 162,5 176,5
Interval
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas ini digunakan untuk menunjukkan apakah data yang
dianalisis mempunyai sebaran ( distribusi ) normal atau tidak. Adapun teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda
menggunakan computer seri SPS program analisis butir ( validitas dan
realiabilitas instrument) edisi : Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih
UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN, pengujian ini meliputi:
1. Kriteria pengujian persyaratan normalitas
2. Uji normalitas pola asuh orang tua
3. Uji normalitas pergaulan peer group
4. Uji normalitas Sikap
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Normalitas
Sebelum menguji normalitas dari masing-masing variable, perlu membuat
kriteria persyaratan normalitas sebagai berikut:
Ho : Distribusi data hasil penelitian tidak berbeda dengan distribusi teoritik
artinya data berdistribusi normal
Ha : Distribusi data hasil penelitian berbeda dengan distribusi teoritik artinya
data berdistribusi tidak normal
Untuk menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria
sebagai berikut
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal
Jika ρ < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal.
b. Uji normalitas pola asuh orang tua
Pada uji normalitas X1 (pola asuh orang tua), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 (lampiran 12 halaman
183 ). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan tabel tersebut adalah :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,714 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan populasi data yang
berdistribusi normal.
c. Uji normalitas sikap
Pada uji normalitas Y (sikap), langkah pertama yang dilakukan adalah
membuat tabel rangkuman variabel Y (lampiran 12 halaman 185 ). Kemudian
dilakukan perhitungan sesuai dengan tabel tersebut adalah :
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Perilaku ( Y )
Klas fo fh Fo-fh (fo-fh) (fo-fh)
fh
10 1 0,33 0,67 0,45 1,38
9 0 1,11 -1,11 1,23 1,11
8 0 3,17 -3,17 10,04 3,17
7 8 6,37 1,63 2,66 0,42
6 13 9,03 3,97 15,78 1,75
5 10 9,03 0,97 0,94 0,10
4 6 6,37 -0,37 0,14 0,02
3 1 3,17 -2,17 4,70 1,48
2 0 1,11 -1,11 1,23 1,11
1 1 0,33 0,67 0,45 1,38
Total 40 40,00 0,00 11,91
Rerata = 137,375 S.B = 9,909
Chi Kuadrat = 11,913 db = 9
P = 0,218
ρ = 0,218
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,218 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan populasi data yang
berdistribusi normal.
2. Hasil uji Linieritas dan keberartian
Dengan adanya hasil uji linieritas maka diketahui apakah ada hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan
komputer seri SPS program analisis butir ( validitas dan realibilitas instrumen)
edisi Prof Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004
versi IBM/IN, pengujian ini meliputi:
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas
Sebelum menguji linieritas dari masing-masing variabel, perlu membuat
kriteria persyaratan linieritas sebagai berikut
Ho : Data hasil penelitian tidak berbeda dengan data hasil teoritik artinya
linier
Ha : Data hasil penelitian berbeda dengan data hasil teoritik artinya tidak
linier
Untuk menetapkan linier atau tidaknanya distribusi data digunakan kriteria
sebagai berikut
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal
Jika ρ < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal
b. Uji linieritas Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap ,
diperoleh ρ = 0,108 dan F = 2,660. Karena ρ > 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pola asuh orang tua dan perilaku mempunyai korelasi yang
linier. Hasil uji linieritas Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Karena ρ < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi
IBM/IN dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian
pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada hubungan
positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group
dengan sikap pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010” dinyatakan diterima dengan peluang galat lebih kecil dari 5% ( p <
0,05)
2. Mencari Persamaan Garis Regresi
a. Persamaan Regresi Linier Sederhana
1) Persamaan regresi linier sederhana antara Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan
Sikap (Y)
Y = a + b1X1
Y = 13,675 + 0,447 (X1)
Artinya
1) Konsatanta 13,675 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Pola Asuh
Orang Tua (X1), maka Sikap (Y) yang dicapai mahasiswa sebesar 13,675
2) Koefisien regresi 0,447 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu unit
Pola Asuh Orang Tua (X1), maka akan meningkatkan Sikap (Y) sebesar 0,
447.
2) Persamaan regresi linier sederhana antara Pola Asuh Orang Tua (X2) dengan
Sikap (Y)
Y = a + b2X2
Y = 13,675 + 0,443 (X2)
Artinya
1) Konsatanta 13,675 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Pergaulan Peer
Group (X2), maka Sikap (Y) yang dicapai mahasiswa sebesar 13,675
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
baik pola asuh orang tua yang diikuti dengan memilih pergaulan teman sebaya
yang baik maka semakin baik pula sikap siswa dan sebaliknya, semakin buruk
pola asuh orang tua yang diikuti dengan memilih pergaulan teman sebaya yang
buruk maka semakin buruk pula sikap siswa.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pola asuh orang tua
dan pergaulan peer group memiliki hubungan dengan perilaku pada siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua
dan pergaulan peer group secara bersama-sama mempunyai hubungan positif
dengan sikap pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran
2009/2010. Faktor pola asuh orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak
juga dapat menyebabkan terbentuknya perilaku pada remaja. Bentuk-bentuk pola
asuh yang diterapkan pada anak baik itu otoriter, liberal maupun demokratis harus
disesuaikan dengan kondisi dan kepribadian anak agar mendorong anak untuk
membentuk sikap yang positif. Selain karena faktor pola asuh orang tua, sikap
yang positif dapat terbentuk karena adanya pergaulan yang baik dari seorang
remaja dalam peer groupnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa rx1y = 0,606 dan ρ = 0,000. Dari hasil tersebut diketahui bahwa ρ < 0,05 maka
berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih (2004) diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh
orang tua dengan sikap pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun
ajaran 2009/2010, sehingga pola asuh yang diterapkan pada anak baik otoriter,
permisife dan demokratis sangat berhubungan dengan sikap pada siswa SMA. Siswa
yang memiliki pola pengasuhan orang tua yang baik dalam keluarganya maka akan
memiliki sikap yang positif, karena pola asuh yang baik dan harmonis kepada anak
akan menciptakan situasi dan kondisi yang akan mendorong anak untuk memiliki
sikap yang positif.
Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa rx2y = 0,493 dan ρ = 0,002. Dari hasil tersebut diketahui bahwa ρ < 0,05 maka
berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih (2004) diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer
group dengan sikap pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran
2009/2010, sehingga pergaulan peer group mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap perilaku pada siswa SMA. Siswa yang memiliki pergaulan peer group yang
menjaga nilai dan norma masyarakat maka akan cenderung memiliki sikap yang
positif.
Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa Ry(x1,2) = 0,662 , ρ = 0,000 dan F = 14,401. Dari hasil tersebut
diketahui bahwa ρ < 0,05 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih (2004) diambil kesimpulan Ha diterima dan
Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan sikap pada siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun 2009/2010. Siswa yang memiliki pola
pengasuhan orang tua yang baik dalam keluarganya dan memiliki pergaulan peer
group yang menjaga nilai dan norma masyarakat maka akan cenderung memiliki
sikap yang positif.
B. IMPLIKASI
Adanya hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
sikap pada siswa, memberikan gambaran pada orang tua siswa untuk lebih
memperhatikan hubungan keluarga dengan menerapakan pola asuh yang sesuai
dengan kondisi siswa. Sehingga tercipta suasana yang mendukung siswa untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Apabila dalam keluarga dengan
pola asuh yang diterapkan sesuai dengan suasana yang kondusif maka merupakan
langkah awal dalam proses pembentukan perilaku dalam diri siswa. Orang tua juga
harus memberikan perhatian yang cukup agar siswa tidak mencari perhatian di luar
rumah yang akan membentuk sikap yang negatif. Dalam sebuah keluarga orang tua
berperan sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. Pemimpin yang baik harus dapat
bertindak sebagai teman bagi anak namun tetap menjaga kewibawaan sebagai orang
tua agar anak bersikap hormat dan patuh pada orang tua.
Selain hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
sikap pada siswa, adanya hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer
group dengan sikap, memberikan gambaran bagi siswa untuk bergaul dengan teman-
teman usia sebaya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dengan
mempunyai kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang positif dalam peer
group maka diharapkan siswa menciptakan suasana pergaulan yang akrab, selaras,
serasi, harmonis dan dinamis dengan tidak melanggar aturan yang berlaku di
masyarakat, serta mampu menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut. Suatu kelompok sebaya (peer group) menimbulkan hubungan timbal balik
bagi para anggotanya. Semua perilaku yang baik maupun yang buruk akan mudah
ditiru oleh anggota kelompok. Jika yang ditiru adalah perilaku yang baik maka akan
bermanfaat dan tidak menimbulkan masalah, namun jika yang ditiru adalah perbuatan
yang buruk, maka menyebabkan terbentukya sikap yang melanggar aturan.
Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang dapat membentuk sikap
pada siswa, memberikan implikasi bahwa terbentuknya perilaku pada siswa tidak
hanya berasal dari keluarga khususnya pada pola asuhnya saja tetapi juga dari faktor
pergaulan peer groupnya. Orang tua perlu membina dan menciptakan suasana yang
harmonis dan kondusif dalam keluarga dengan menerapkan pola asuh yang sesuai
dengan perkembangan dan kondisi siswa. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang
menerapkan pola asuh yang sesuai dengan kondisi anak akan menciptakan sikap yang
positif sebaliknya pola asuh orang tua yang salah akan membentuk sikap yang negatif
yang akan merugikan diri siswa dan keluarga. Selain itu perilaku pada siswa sangat
dipengaruhi oleh pergaulan dalam peer groupnya. Pergaulan peer group yang baik
akan memberikan sumbangan dalam pembentukan sikap yang positif, sedangkan
pergaulan peer group yang salah akan mengarah pada sikap yang akan melanggar
nilai-nilai dan aturan yang ada.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah penulis uraikan diatas,
maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Orang Tua
Orang tua hendaknya bisa benar-benar memahami dengan baik, bahwa
perkembangan psikologi anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta
kondisi keluarga setiap hari, yang diterapkan dalam usaha memelihara, membimbing,
melindungi dan mendidik anak. Oleh karena itu orang tua harus menerapkan pola
asuh yang paling tepat dan disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kepribadian anak.
Selain itu orang tua hendaknya memberikan bimbingan dan perhatian yang cukup
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bagi anak agar anak tidak salah memilih teman bergaul. Dengan demikian orang tua
agar menciptakan suasana lingkungan rumah yang harmonis dan kondusif dengan
menerapkan pola asuh yang sesuai dengan kondisi anak agar membentuk perilaku
yang positif karena pada masa ini merupakan masa seorang anak dalam mencari jati
diri.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya memiliki kemauan untuk mencari teman bergaul dan
bersosialisasi dengan siswa lain yang memiliki perilaku yang tidak melanggar norma-
norma ataupun aturan yang telah berlaku, sehingga dengan bergaul dengan siswa
yang berperilaku sesuai dengan aturan maka diharapkan akan mendorong bagi siswa
tersebut untuk berperilaku yang positif. Siswa juga diharapkan untuk dapat lebih
menyadari arti penting dalam pergaulan dengan teman sebayanya bagi dirinya sendiri
dan masa depannya, dan bisa mengerti atau membedakan antara pergaulan dengan
teman yang baik dengan pergaulan dengan teman yang telah melanggar aturan.
Disamping itu siswa hendaknya memelihara pergaulan dengan teman-teman
sebayanya dan lebih meningkatkan kerja sama serta mengisi waktu luang dengan
kegiatan-kegiatan yang positif yang membangun kreatifitas siswa. Dengan demikian
akan membentuk perilaku yang positif.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya mengoptimalkan fungsi atau peran BK di sekolah, dengan
mengadakan sosialisasi bahwa BK bukan hanya untuk siswa yang bermasalah atau
melanggar aturan sekolah, namun juga menjadi tempat bagi siswa yang berprestasi
atau untuk siswa yang ingin berkonsultasi. Dengan demikian siswa tidak lagi merasa
takut, dan menganggap bahwa BK adalah tempat bagi siswa yang bermasalah saja.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi peneliti lain
yang akan melakukan penelitian dengan tema yang hampir sama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Hetherington dan Parke, 2000, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Alih
bahasa : Soemitro, Jakarta: Universitas Indonesia.
J.F. Calhoun and Acocella JR. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. (Terjemahan : Satmoko). Semarang : IKIP Semarang Press
Sam Vaknin, Ph.D, 2009, Parenting - The Irrational Vocation, diakses dalam
(http://archive.constantcontact.com/fs056/1101439140372/archive/110210466
3935.html) tanggal 10 Juni 2009 Pukul 19.00
Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha
Nasional
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syamsu Yusuf LN. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Remaja Rosdakarya
TO. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Van Der Zanden, James W. Alih bahasa Ratna Juwita. 1997. Psikologi Sosial. Jakarta
: Erlangga