id
Skripsi
Oleh :
Tri Wahyuningsih
K2308057
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Tri Wahyuningsih
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh :
Tri Wahyuningsih
K2308057
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Persetujuan Pembimbing
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehinnga penyusunan Skripsi yang berjudul : "PEMBUATAN INSTRUMEN
TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI " dapat diselesaikan.
Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan
PMIPA Universitas Sebelas Maret.
4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Bapak Drs. Surantoro, M.Si. Koordinator
Skripsi Program Fisika P.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk menyusun Skripsi ini.
5. Bapak Drs. Trustho Raharjo, M.Pd dan Ibu Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc.
Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam
menyelesaikan Skripsi.
6. Bapak Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si. Dosen Pendidikan Fisika Jurusan
PMIPA Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan validasi materi
pada penyusunan instrumen tes diagnostik Fisika SMA kelas XI.
7. Bapak Drs. Yusmar Setyobudi, M.M, M.Pd. Kepala Sekolah SMA Negeri 6
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penelitian dalam rangka
menyusun Skripsi.
8. Bapak Drs. Widodo, M.M. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kartasura yang
telah memberikan ijin untuk penelitian dalam rangka menyusun Skripsi.
9. Bapak Tri Bagyo, S.Pd, M.M dan Ibu Dra. Tini. Guru Mata Pelajaran Fisika di
SMA Negeri 6 Surakarta yang telah banyak membantu penulis melaksanakan
commit
penelitian dalam rangka menyusun to user
Skripsi.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10. Bapak Hari Supriyanto, S.Pd, M.Eng. Guru Mata Pelajaran Fisika di SMA
Negeri 1 Kartasura yang telah banyak membantu penulis melaksanakan
penelitian dalam rangka menyusun Skripsi.
11. Nur Yazid, Gunawan, Vista, Ziva, Alya, Habil yang telah memberikan banyak
semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi.
12. Rani, Fatimah, Ani, Utik, Desti, Desi, Yunda, Trisni, Nashril, Kholif, Yoga,
Nanda, Navis, dan Bimanto yang telah memberikan inspirasi dan masukan
penulis dalam rangka menyusunan instrumen tes diagnostik Fisika SMA kelas
XI.
13. Sahabat-sahabatku Fisika 2008 untuk segala dukungan, persahabatan, dan
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini jauh dari
sempurna. Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… v
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………… vi
HALAMAN MOTTO …………………………………………………. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………… ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………… x
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………... 4
C. Pembatasan Masalah …………………………………... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ........................ 6
G. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ...................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................. 7
B. Penelitian yang Relevan ...................................... 24
C. Kerangka Berfikir ........................................................... 27
D. Pertanyaan Penelitian .....................................................
28
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep ..................... 11
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D
Thiagarajan (Trianto, 2007: 65) ……………………………. 23
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Jadwal Penelitian …………………………………………. 63
8 Materi …………………………………………………….. 88
15 Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Tipe A ……. 162
16 Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Tipe B ……. 172
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak terjadi miskonsepsi yang berkepanjangan. Selain itu, guru juga hendaknya
memiliki kemampuan untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi
penyebab miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi
dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konsteks,
dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri berbagai hal,
seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir,
dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan
guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap
guru yang berelasi dengan siswa kurang baik. Konteks, seperti budaya dan bahasa
sehari - hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan “metode
mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah
pengertian pada siswa” (Suparno, 2005:29).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam
menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, “Tes
diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami
siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya” (2002: 215). Diagnosis
kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga
dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu
dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab
kesalahan. Namun guru masih mengalami kebingungan perihal model asesmen
yang baik agar dapat merekam dan menganalisis miskonsepsi yang dialami oleh
siswa.
Yunita Kurnia Sholfiani telah melakukan penelitian yang berjudul
Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus
Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa butir tes diagnostik Fisika yang disusun
memiliki taraf kesukaran rata-rata sedang, dan daya pembeda rata-rata cukup.
Persentase kevalidan soal 94,28%, derajat realibilitasnya tergolong sedang dengan
koefisien realibilitas soal pilihan ganda sebesar 0.56 dan untuk soal esai 0.671.
Persentase pencapaian siswa secara commit to user
umum berada di bawah batas pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(passing score) yaitu 65%. Siswa secara umum memiliki kelemahan pada
pencapaian tujuan pengajaran, penguasaan prasyarat pengetahuan, pengetahuan
terstruktur dan masih mangalami miskonsepsi.
Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, maka dilakukan
penelitian dengan judul “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA
Kelas XI”
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Soal tes diagnostik yang tersusun diharapkan dapat menambah keragaman
tes yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Dengan tersusunnya soal tes diagnostik, diharapkan dapat dipakai sebagai
alat evaluasi untuk mendiagnosis adanya kesalahan konsep yang terjadi pada
siswa.
Asumsi
Dalam pembelajaran Fisika masih terjadi miskonsepsi pada siswa dalam
memahami konsep Fisika.
Keterbatasan pengembangan
Penelitian ini hanya menyusun instrumen tes diagnostik untuk
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan konsep pada siswa. Uji coba dilaksanakan
dua kali setelah proses pembelajaran materi Fluida dan Teori Kinetik Gas.
Keterbatasan lain adalah instrumen ini tidak dapat digunakan untuk semua SMA,
tetapi akan cukup baik apabila digunakan untuk SMA dengan kemampuan siswa
kelas IPA hampir sama dengan siswa kelas IPA di SMA Negeri 1 Kartasura.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Fisika
belajar Fisika: (1) usaha memahami alam; (2) berlatih berpikir logis; (3)
menyelesaikan persoalan fisis: berlatih berpikir logis dan analitis; (4)
menyelesaikan soal Fisika dengan perhitungan: melatih ketelitian dan berpikir
kritis; (5) melakukan eksperimen: melatih sikap hati-hati, teratur dan jujur (2009:
15-16). Kemampuan menerapkan formula dengan tepat dan menyelesaikan
perhitungan sangat perlu diajarkan pada proses pembelajaran Fisika. Penyelesaian
soal Fisika yang baik adalah jika tidak ada kesalahan baik dalam angka mau pun
satuan. Untuk mencapai tahap seperti ini, maka siswa perlu berlatih melakukan
perhitungan dengan ketelitian tinggi.
2. Konsep
a. Pengertian Konsep
b. Belajar Konsep
c. Konsepsi
Dalam Fisika kebanyakan konsep telah mempunyai arti yang jelas dan
telah disepakati oleh para tokoh Fisika, akan tetapi konsepsi para siswa berbeda-
beda sesuai dengan pengalaman dan cara pandangnya masing-masing. Tafsiran
dari setiap orang mengenai konsep yang berbeda-beda inilah yang disebut sebagai
konsepsi.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karya Fajri & Ratu dinyatakan,
"Konsepsi adalah pendapat, paham, pandangan, pengertian, cita-cita yang telah
terlintas dipikiran" (2003: 483). Sedangkan Van Den Berg menyatakan, "Konsepsi
adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu" (1991: 10). Misal, inti konsep
dari proses melihat sebuah benda adalah benda dapat dilihat oleh mata sebab
benda tersebut memancarkan cahaya sendiri atau memantulkan cahaya yang
commit to user
berasal dari sumber cahaya yang mengenainya kemudian cahaya tersebut sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
ke mata. Akan tetapi banyak siswa yang memiliki konsepsi berbeda, mereka
cenderung berpikir bahwa benda dapat dilihat oleh mata karena benda tersebut
hanya memantulkan cahaya yang mengenainya sampai ke mata.
d. Prakonsepsi
e. Miskonsepsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
a. Alat Identifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
1) Peta Konsep
Tes pilihan ganda dengan alasan terbuka merupakan tes pilihan ganda
dimana siswa harus menjawab dan menulis alasan dari jawaban tersebut.
Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan
tes berikutnya. Pada tes pilihan ganda dengan alasan terbuka, di bagian alasan
siswa harus menuliskan alasan dari jawaban yang dipilihnya. Beberapa peneliti
lain menggunakan pilihan ganda dengan interview. Berdasarkan hasil jawaban
yang tidak benar dalam pilihan ganda itu mereka mewawancarai siswa. Tujuan
dari wawancara ini adalah untuk meneliti bagaimana siswa berfikir dan mengapa
mereka berfikir seperti itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
6) Wawancara
b. Tes Diagnostik
14
Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik
gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil
tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum
dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang
dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
Depdiknas (2007) dalam Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains
SMP menyatakan:
Tes diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk mendeteksi
kesulitan belajar siswa, (b) dikembangkan berdasar analisis terhadap
sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
munculnya masalah siswa, (c) menggunakan soal-soal bentuk supply
response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu
menangkap informasi secara lengkap. Kelemahan-kelemahan ini dapat
berupa: (a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; (b) terjadinya
miskonsepsi; dan (c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah
(problem solving). Jadi tes diagnostik dapat digunakan untuk mengetahui
prakonspsi yang dialami siswa sehingga hasil tersebut dapat ditindak
lanjuti berupa perlakuan yang tepat (hlm. 2).
15
prestasi siswa yang mungkin digunakan untuk tujuan diagnostik. Suwarto & Afif
A. berpendapat, ”Tes yang benar-benar untuk keperluan diagnostik adalah tes
yang harus berdasarkan pada analisa terperinci yang mengijinkan penempatan
yang tepat kelemahan di mana ada kesukaran, atau tahap secara umum di mana
ada kekurangan” (2011: 147).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam
menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, “Tes
diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami
siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya” (2002: 215). Djiwandono
berpendapat bahwa “Tes diagnostik digunakan untuk memastikan kesulitan
belajar yang dialami siswa” (2008: 412). Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih
luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis
kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu
penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan. Mehrens & Lehmann
menyatakan, “Tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran akurat
tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang
dibuatnya” (1973: 410). Zeilik memberikan batasan fungsi tes diagnostik yaitu
digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep kunci
(key concepts) pada topik tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep yang
cenderung dipahami secara salah (1998). Berdasarkan pendapat ini, dapat
didefinisikan ciri-ciri tes diagnostik, yaitu topik terbatas dan spesifik, serta
ditujukan untuk mengungkap miskonsepsi, dan menyediakan alat untuk
menemukan penyebab kekurangannya.
Tes diagnostik yang digunakan, dapat berupa tes berbentuk multiple
choice (pilihan ganda) dengan reasoning terbuka, multiple choice dengan alasan
yang telah ditentukan dan tes esai tertulis. Berikut penjelasannya:
Di dalam tes ini siswa dapat memilih jawaban yang tersedia berbentuk
pilihan ganda. Namun siswa harus memberikan alasan mengapa memilih salah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
satu jawaban yang tersedia, dengan jawaban yang terbuka, logis dan terkait
dengan materi yang diujikan.
Kelebihan tes ini, siswa dapat memilih langsung dengan jawaban yang
tersedia dan dapat menuangkan ungkapan tentang materi yang mereka ketahui
guna sebagai pendukung atau alasan mereka memilihsalah satu jawaban.
Kekurangan tes ini, dikarenakan setiap siswa memberikan alasan yang
menurut mereka benar, tetapi guru akan kesulitan saat mengoreksi hasil tes
tersebut.
Tes esai tertulis ini merupakan suatu bentuk tes konsep dimana siswa
dapat mengungkapkan gagasan, alasan dan mengaitkan materi yang dijawabnya.
Adapun beberapa kelebihan dari soal tes ini adalah Peserta didik dapat
mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri, siswa tidak menerka-
nerka jawabannya, tes ini cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu
proses belajar yang sukar terukur oleh soal tes objektif. Kelemahannya adalah
guru sukar menilai secara tepat, sulit mendapatkan soal yang standar nasional
maupun internasioanl dan membutuhkan waktu dalam memeriksa hasilnya.
17
dengan reasoning yang telah ditentukan. Kemudian direvisi dan disusun tes
multiple choice dengan reasoning terbuka.
Untuk bisa memberikan data yang akurat, sesuai dengan fungsinya maka
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, untuk dapat dikatakan sebagai tes
yang baik. Menurut Poerwanti, “secara umum tes yang baik memiliki syarat-
syarat antara lain: (1) hanya mengukur satu aspek saja. Tes yang baik memiliki
sebuah aspek saja yang akan diukur; (2) handal dalam pengukuran, kehandalan ini
meliputi ketepatan hasil pengukuran dan keajegan hasil pengukuran” (2001: 33).
Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi
yang akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga
kualitasnya. Poerwanti (2001) menyatakan:
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes
yang berkualitas, yaitu:
a. Valid. Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur, validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan
instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan.
Validitas dapat pula dilihat dari kemampuannya memprediksi prestasi
di masa yang akan datang.
b. Relevan. Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat
mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang
ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar (ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor). Bila kompetensi dasar dan indikator
bertujuan mengungkap ranah afektif, pertanyaan soal harus pula
mengarah ke sikap dan seterusnya.
c. Spesifik. Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya
pasti dan tidak menimbulkan ambivalensi atau spekulasi dalam
memberikan jawaban. Kesulitan soal tidak saja kesulitan materi juga
bisa ditambah kesulitan dalam memahami soal bila soal tidak disusun
secara spesifik.
d. Representatif. Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi
yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian
materi tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu
seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili
dalam soal tes. Syarat ini akan dapat mengurangi error terhadap hasil
pengukuran.
e. Seimbang. Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa
commit totingkat
setiap pokok bahasan memiliki user kesulitan yang berbeda, soal tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Kualitas instrumen sebagai alat ukur ataupun alat pengumpul data diukur
dari kemampuan alat ukur tersebut untuk dapat mengungkapkan dengan secermat
mungkin fenomena-fenomena ataupun gejala yang diukur. Kualitas yang
menunjukkan pada tingkat keajegan, kemantapan serta konsistensi dari data yang
diperoleh itulah yang disebut validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
19
Idealnya, suatu tes hasil belajar harus memenuhi syarat validitas baik
validitas internal maupun eksternal. Validitas internal ditetapkan berdasarkan pada
asumsi bahwa jika setiap faktor, setiap subtes, atau setiap butir tes sudah
dinyatakan valid, maka tes tersebut secara keseluruhan dapat dikatakan valid.
Validitas internal ditentukan melalui analisis butir soal yang meliputi tingkat
kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, distribusi jawaban tes, dan
reliabilitas tes.
Mehrens & Lehmann menyatakan, ”Tes diagnostik bisa dianggap valid
jika: (1) bagian-bagian tes kemampuan komponen harus menekankan hanya pada
satu jenis kesalahan; dan (2) commit to user
perbedaan-perbedaan bagian tes harus dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
dipercaya. Hal ini bisa dicapai hanya apabila bagian tes memiliki reliabilitas yang
tinggi dan korelasi antar-tes yang rendah” (1973: 462). Dapat diambil kesimpulan
pengertian tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai pemahaman
konsep siswa, terutama kelemahan (miskonsepsi) pada topik tertentu dan
mendapatkan masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya.
b. Reliabilitas
21
apakah ada kesamaan antara dua bentuk tes tersebut. Teknik ini
memiliki kelemahan yaitu sulitnya kita membuat dua bentuk tes yang
benar-benar seimbang dan masing-masing dapat mewakili keseluruhan
aspeknya.
3) Teknik belah dua (split half method). Teknik belah dua merupakan
konsistensi internal. Pada teknik ini, penyelenggaraan tes cukup satu
kali. Skor total setiap siswa dibagi menjadi dua bagian, yakni skor
butir-butir bernomor gasal sebagai skor tes belahan pertama dan skor
butir-butir bernomor genap sebagai skor tes belahan kedua. Setelah itu,
diuji apakah terdapat korelasi antara skor tes belahan pertama dengan
skor tes belahan kedua (hlm. 96).
n SD pq
2
R 2.1
n 1 SD 2
Keterangan: R adalah indeks reliabilitas tes
n adalah jumlah butir tes
SD adalah simpangan baku skor tes
p adalah proporsi subjek yang menjawab benar butir soal
q adalah proporsi subjek yang menjawab salah butir soal
harga q = 1 – p
2) Formula Kuder-Richardson 21
22
23
belajar mengajar; (b) pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan
materi pelajaran; (c) pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya
dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan
yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
Pengidentifikasian
Analisis Siswa
Spesifikasi Tujuan
Penyusunan Tes
Perancangan
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Rancangan Awal
Pengembangan
Validasi Ahli
Uji Pengembangan
Uji Validasi
Penyebaran
Pengemasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
25
26
27
C. Kerangka Berpikir
28
yang digunakan dalam uji coba II merupakan hasil produk akhir dari penelitian.
Kerangka pemikiran ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Analisis Silabus
Uji Coba I
Validasi empiris
Revisi Wawancara
Uji Coba II
Validasi empiris
Instrumen Tes
Diagnostik
D. Pertanyaan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Penyelesaian
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
B. Model Pengembangan
C. Prosedur Pengembangan
32
1. Tahap Pendefinisian
Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis Silabus dan materi Fluida dan
Teori Kinetik Gas. Silabus dapat dilihat pada Lampiran 2. Selanjutnya
berdasarkan silabus, buku-buku Fisika SMA kelas XI, dan saran ahli diputuskan
untuk diungkap adanya miskonsepsi mengenai konsep: massa jenis, tekanan,
tekanan hidrostatik, tekanan atmosfir, hukum Pascal, hukum pokok hidrostatika,
hukum Archimedes, tegangan permukaan, kontinuitas, debit, hukum Bernoulli,
viskositas, hukum-hukum gas, tekanan pada gas, energi kinetik rata-rata, kelajuan
rms, kelajuan gas, ekipartisi energi, dan energi dalam. Secara terperinci dapat
dilihat dalam Lampiran 8 dan Lampiran 9.
2. Tahap Pendesainan
3. Tahap Pengembangan
33
soal tes diagnostik agar sesuai fungsinya sebagai alat untuk mengidentifikasi
miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Soal tes diagnostik yang dibuat juga
dilakukan validasi isi, teoritik, dan kebahasaan oleh dosen ahli di luar dosen
pembimbing yang ditunjuk oleh dosen pembimbing. Validasi soal untuk uji coa I
dapat dilihat pada Lampiran 18. Sedangkan validasi soal untuk uji coba II dapat
dilihat pada Lampiran 19. Dalam uji ahli digunakan lembar rubrik tes diagnostik
yang dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 17.
Awal pembuatan tes diagnostik ini, soal dibuat dalam bentuk pilihan
ganda dengan alasan yang telah ditentukan dengan tujuan memudahkan dalam
menganalisis kesalahan-kesalahan konsep (miskonsepsi) Fisika yang dialami oleh
siswa. Soal yang dibuat dikonsultasikan kepada penelaah yang memiliki
keterampilan, yaitu dosen pembimbing sebagai ahli yang melakukan uji validitas
teoritik, isi, kebahasaan. Selain itu soal juga dikonsultasikan kepada guru mata
pelajaran Fisika di SMA Negeri 6 Surakarta. Setelah dikonsultasikan kepada
penelaah, soal diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6
Surakarta. Hasil dari uji coba tersebut kemudian di analisis dan dilakukan revisi
oleh peneliti dengan panduan ahli.
Hasil uji coba I di SMA Negeri 6 Surakarta menjadikan pertimbangan
untuk merubah bentuk soal, yaitu menjadi soal pilihan ganda dengan alasan
terbuka. Pertimbangan memilih bentuk tes ini adalah siswa dapat memilih
langsung dengan jawaban yang tersedia dan siswa dapat menuangkan ungkapan
tentang materi yang mereka ketahui.
Dalam Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains SMP, salah satu
karakteristik tes diagnostik adalah:
Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau
jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap.
Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response
(misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa
memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan,
dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya (Depdiknas, 2007:
2).
Djaali dan Pudji Muljono dalam bukunya yang berjudul Pengukuran
12) “untuk
dalam Bidang Pendidikan (2007:commit to usertes diagnostik, soal-soalnya harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Desain uji coba tes diagnostik dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Analisis Kebutuhan
Analisis pakar
Tes Diagnostik Revisi
Tes Diagnostik
2. Subjek Coba
Subjek coba dipilih siswa yang telah mendapatkan materi fluida dan teori
kinetik gas, sehingga konsep yang ada dalam diri siswa masih segar dan tertanam
di otak. Uji coba dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6 Kartasura
commit to user
dan siswa kelas XII IPA 4 dan 5 SMA Negeri 1 Kartasura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
3. Jenis Data
Dari uji coba yang dilakukan akan diperoleh data kuantitatif yang berupa
angka-angka hasil penilaian dari soal yang diujikan untuk dihitung tingkat
reliabilitas dari soal diagnostik yang dibuat.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa instrumen tes dan
non-tes. Untuk instrumen tes yaitu berupa tes diagnostik dengan bentuk pilihan
ganda dengan alasan yang telah ditentukan pada uji coba I, dan tes diagnostik
dengan bentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka pada uji coba II.
Untuk instrumen non-tes antara lain: (1) rubrik penilaian tes diagnostik,
yang berisi pedoman untuk menentukan jawaban dari siswa termasuk kedalam
memahami, miskonsepsi, dan tidak memahami; (2) lembar observasi, yaitu berupa
catatan-catatan kecil peneliti saat mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tes
diagnostik dan saat melakukan wawancara. Catatan ini berisi kekurangan-
kekurangan soal yang ditemukan peneliti berdasarkan keluhan siswa yang
mengerjakan soal.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Hasil analisis deskriptif ini diperoleh dari hasil analisis data kuantitatif
dalam bentuk nilai reliabilitas soal yang digunakan untuk mengungkap
miskonsepsi siswa pada konsep tentang massa jenis, tekanan, tekanan hidrostatis,
tekanan terukur, tekanan atmosfir, hukum Pascal, hukum pokok hidrostatika,
hukum Archimedes, tegangan permukaan, kontinuitas, debit, hukum Bernoulli,
viskositas, hukum-hukum gas, tekanan pada gas, energi kinetik translasi rata-rata,
kelajuan rms, kelajuan gas, ekipartisi energi, dan energi dalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
37
menurut ilmu, atau sebagian alasannya ada yang mengandung kalimat yang
tidak sesuai dengan pengertian menurut ilmu, maka dikategorikan dalam
kelompok siswa yang mengalami miskonsepsi.
Pengkategorian jawaban siswa ke dalam kelompok memahami, miskonsepsi, atau
tidak memahami juga dilakukan berdasarkan rubrik yang dapat dilihat pada
Lampiran 17.
2. Mengukur reliabilitas tes dalam penelitian digunakan rumus Kuder
Richardson (KR-20) yaitu:
k p(1 p)
KR 20 1 ( SD) 2
k 1
Keterangan:
KR – 20 : Perhitungan reliabilitas tes secara keseluruhan dengan KR – 20.
p : Proporsi subyek yang menjawab item soal dengan miskonsepsi.
(1-p) : Proporsi subyek yang menjawab item soal dengan memahami
atau tidak memahami.
p(1 p) : Jumlah hasil perkalian antara p dan (1-p).
k : Banyaknya item.
(SD)2 : Varian
Kriteria:
0,00 ≤ r11 ≤ 0,20 : reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11 ≤ 0,70 : reliabilitas cukup
0,70 ≤ r11 ≤ 0,90 : reliabilitas tinggi
0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
(Depdiknas, 2010: 129)
Untuk batas ≤ diubah menjadi <, hal ini untuk mempermudah dalam penentuan
kriteria reliabilitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Jumlah Soal
Konsep No. Soal
(A+B)
Massa Jenis 2 1
Tekanan 2 2
Tekanan Hidrostatik 4 3, 4
Tekanan Terukur 2 5
Tekanan Atmosfir 6 6, 7, 8
Hukum Pascal 2 9
Hukum Pokok Hidrostatika 2 10
Hukum Archimedes 10 11, 12, 13, 14, 15
Tegangan Permukaan 2 16
Kontinuitas 2 17
Debit 4 19, 20
Hukum Bernoulli 4 18, 21
Viskositas 2 22
Hukum-Hukum Gas 6 23, 24, 25
Tekanan Pada Gas 4 26, 27
Energi Kinetik Rata-Rata 2 28
Kecepatan rms 2 30
Kecepatan Gas 2 31
Ekipartisi Energi 2 32
Energi Dalam 4 29, 33
40
hukum Bernoulli, viskositas, hukum-hukum gas, tekanan pada gas, energi kinetik
rata-rata, kecepatan rms, kecepatan gas, ekipartisi energi, dan energi dalam. Untuk
jumlah soal tiap konsep dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Uji coba II melibatkan 39 siswa dari kelas XII IPA 4 dan 38 siswa dari
kelas XII IPA 5 di SMA Negeri 1 Kartasura. Untuk soal tipe A diujicobakan di
kelas XII IPA 4 dan soal tipe B diujicobakan di kelas XII IPA 5. Adapun waktu
yang diberikan untuk mengerjakan selama 90 menit. Uji coba II dilaksanakan
pada tanggal 8 dan 9 Agustus 2012. Soal uji coba II secara jelas bisa dilihat pada
Lampiran 15 untuk soal tipe A dan Lampiran 16 untuk soal tipe B. Sedangkan
kisi-kisi soal dapat dilihat pada Lampiran 14.
B. Analisis Data
Data diperoleh dari uji coba I, uji coba II, dan uji coba II. Berikut adalah
analisis data dari tiga kali uji coba tersebut:
1. Uji Coba I
41
42
diagnostik, soal-soalnya harus berbentuk uraian, karena soal bentuk obyektif tidak
mempunyai fungsi diagnostik” (2007: 12).
Instrumen tes tipe A dan B selanjutnya digunakan untuk uji coba II. Pada
tahap ini dilakukan di sekolah yang berbeda, hal ini dilakukan untuk menjaga soal
tidak bocor kepada siswa lain dari siswa yang sudah terlibat pada uji coba I.
2. Uji coba II
B. Revisi Produk
Revisi soal dilakukan setelah uji coba soal dengan berdasarkan analisis
data, hasil wawancara kepada siswa yang terlibat dalam uji coba, dan saran dari
ahli. Hasil wawancara kepada beberapa siswa setelah uji coba I, secara umum
yaitu: secara keseluruhan bahasa soal mudah untuk dipahami; mereka kesulitan
dalam menentukan alasan yang sudah disediakan; walaupun disediakan untuk
memberikan alasan sendiri, namun siswa tetap terpancang pada alasan yang sudah
disediakan; jumlah soal yang terlalu banyak sedangkan waktu yang diberikan
hanya 90 menit. Hasil wawancara tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk
merubah bentuk soal, yaitu dari bentuk pilihan ganda dengan alasan telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
ditentukan menjadi soal pilihan ganda dengan alasan terbuka. Soal dipecah
menjadi dua tipe yaitu soal tipe A dan B.
Selanjutnya soal yang dihasilkan dari revisi digunakan untuk uji coba II.
Hasil analisis data uji coba dan wawancara kepada siswa digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan revisi soal. Untuk detail soal uji coba I dapat
dilihat pada Lampiran 11. Sedangkan soal uji coba II dapat dilihat pada Lampiran
15 untuk soal tipe A dan Lampiran 16 untuk soal tipe B. Soal sebelum dan
sesudah revisi dapat dilihat pada Lampiran 18 untuk soal uji coba I dan Lampiran
19 untuk uji coba II. Berikut penjabaran dari revisi soal berdasarkan tiap konsep,
yaitu:
1. Massa Jenis
Pada uji coba I, konsep massa jenis terdiri dari 2 item soal yaitu nomor 1
dan 2. Revisi untuk konsep massa jenis setelah uji coba I ditunjukkan pada Tabel
4.3.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dihilangkan
- Digunakan untuk soal nomor 1 pada tipe A
- Kalimat soal “Bagaimanakah massa jenis kedua
1 - Gambar dibalik
banda tersebut?” diubah menjadi “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari massa
jenis benda A dan B?”.
- Membuat soal baru - Digunakan
- Digunakan untuk soal nomor 1 pada tipe B bahasa yang
2
lebih mudah
dipahami
44
soal tersebut diganti dengan soal yang baru dan digunakan untuk soal nomor 1
pada tipe B.
Uji coba II, konsep massa jenis terdiri dari 2 item soal yaitu pada soal
nomor 1 untuk masing-masing soal tipe A dan B. Berdasarkan hasil wawancara
kepada siswa untuk soal nomor 1 tipe A soal disertai gambar sehingga soal lebih
mudah untuk dipahami, sedangkan untuk soal nomor 1 tipe B soal tidak disertai
gambar sehingga siswa merasa sulit untuk memvisualisasikan soal ini.
2. Tekanan
Pada uji coba I, soal untuk konsep tekanan berjumlah 2 item yaitu nomor 3
dan 4. Revisi untuk konsep tekanan setelah uji coba I ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Membuat soal baru - Soal dan alasan
3
- Digunakan untuk soal nomor 2 pada tipe A diperjelas
- Alasan dihilangkan
- Digunakan untuk soal nomor 2 pada tipe B
- Pada kalimat pertama diberi keterangan
4 “memiliki berat yang sama”
- Kalimat soal “berjalan pada lantai kayu” diganti
“berdiri cukup lama pada lantai berlapis karpet”
- Kata “lantai” diganti “lantai berlapis karpet”
Untuk uji coba II soal nomor 3 dari uji coba I tidak digunakan, hal ini
didasarkan pada pertimbangan dari hasil wawancara kepada siswa dan saran dari
ahli. Menurut para siswa alasan yang disediakan untuk soal nomor 3
membingungkan. Selain itu, dikarenakan soal tersebut mengandung jawaban yang
tidak pasti, artinya untuk option a dan b bisa bernilai benar atau salah. Untuk
menghindari hal-hal yang menyulitkan maka soal tersebut dihilangkan dan
membuat soal baru.
Sedangkan untuk soal nomor 4 tetap digunakan dengan menghilangkan
alasan yang telah ditentukan menjadi alasan terbuka. Soal nomor 2 pada soal tipe
commit
A dan B memiliki bobot yang sama, tetapitountuk
user soal pada tipe A terdapat gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
3. Tekanan Hidrostatik
Jumlah soal untuk konsep tekanan hidrostatik pada uji coba I adalah 3 item
soal yaitu nomor 5, 6, dan 7. Revisi untuk konsep tekanan hidrostatik setelah uji
coba I ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dihilangkan
5 - Digunakan untuk soal nomor 3 pada tipe A
- Kalimat soal hampir seluruhnya diubah
- Alasan dihilangkan
- Digunakan untuk soal nomor 3 pada tipe B
- Kalimat soal “maka tekanan pada dasar bejana
6
…” diganti “Manakah pernyataan berikut yang
paling benar dari tekanan air pada dasar ketiga
bejana?”
- Alasan dihilangkan
- Digunakan untuk soal nomor 4 pada tipe A
- Kalimat soal “maka tekanan pada dasar bejana
…” diganti “Manakah pernyataan berikut yang
7
paling benar dari tekanan air pada dasar ketiga
bejana?”
- Huruf l pada kata “lihat” diganti dengan huruf
kapital
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 4 pada tipe B
Pada uji coba II menggunakan dua tipe soal A dan B, sehingga jumlah soal
pada konsep ini harus sama. Oleh karena itu, ada penambahan satu item soal lagi
yaitu dapat dilihat pada Lampiran 16 soal tipe B nomor 4. Secara keseluruhan
jumlah soal untuk konsep tekanan hidrostatik yang digunakan pada uji coba II
adalah 4 butir soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
4. Tekanan Terukur
Pada uji coba I tidak ada soal konsep tekanan terukur. Pada uji coba II
dibuat soal dengan konsep tekanan terukur, karena pada konsep tersebut
diperkirakan terdapat miskonsepsi. Revisi untuk konsep tekanan terukur selama
penyusunan ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 5 pada tipe A
- Pada kalimat pertama setelah kata “kempes”
ditambah kata “karena bocor”
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 5 pada tipe B
- Kata “Bagaimanakah” diganti “Berapakah
perkiraan”
Soal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 15 soal tipe A nomor 5, dan
pada Lampiran 16 soal tipe B nomor 5.
5. Tekanan Atmosfir
Pada uji coba I, jumlah soal untuk konsep tekanan atmosfir adalah 7 item
soal. Soal tersebut adalah nomor 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. Soal nomor 8 tidak
digunakan untuk uji coba II, hal ini berdasarkan dari wawancara terhadap siswa.
Menurut siswa, soal nomor 8 sulit untuk dipahami karena soal tersebut
menceritakan kondisi di Bulan dan mereka sulit untuk membandingkan dengan
kondisi yang biasa mereka alami. Untuk soal nomor 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 tetap
digunakan dalam uji coba II tetapi dengan revisi. Revisi untuk konsep tekanan
atmosfir setelah uji coba I ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Revisi dilakukan dengan menghapus alasan yang sudah disediakan dan
diganti menjadi alasan terbuka. Untuk detail soal dapat dilihat pada Lampiran 15
soal tipe A dan Lampiran 16 soal tipe B.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Diganti dengan
soal yang lebih
8 - Tidak digunakan mudah
dipahami
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 6 pada tipe A
9 - Kata “air raksa” diganti “raksa”
- Garis pada gambar tabung berisi alkohol diubah
menjadi putus-putus
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 6 pada tipe B
- Kata “air raksa” diganti “raksa”
10
- Garis pada gambar tabung berisi raksa setelah
diganti pipa barometer lebih besar diubah
menjadi garis putus-putus
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 8 pada tipe A
- Ditambah kata “Lihat gambar!” setelah kalimat
11
pertama
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Alasan dibuat terbuka
12
- Digunakan untuk soal nomor 7 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
13 - Digunakan untuk soal nomor 7 pada tipe B
- Diberi tanda koma (,) setelah kata “dibalik”
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 8 pada tipe B
14
- Keterangan pada gambar diperjelas
- Kalimat soal diganti secara keseluruhan
6. Hukum Pascal
Pada uji coba I soal untuk konsep hukum Pascal berjumlah 2 item, yaitu
nomor 15 dan 16. Revisi untuk konsep hukum Pascal setelah uji coba I
ditunjukkan pada Tabel 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
15
- Digunakan untuk soal nomor 9 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 9 pada tipe B
16
- Huruf l pada kata “lihat” diganti dengan huruf
kapital
Pada uji coba I soal untuk konsep hukum pokok hidrsostatika berjumlah 1
item yaitu nomor 17. Revisi untuk konsep hukum pokok hidrostatika setelah uji
coba I ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 10 pada tipe B
- Diberi keterangan “(atmosfir)” setelah kalimat
“tekanan udara luar”
17
- Huruf l pada kata “lihat gambar!” diganti dengan
huruf kapital
- Kata “suplai” pada keterangan gambar diganti
“tanki”
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 10 pada tipe A
- Setelah kata “Bagaimana” diberi tambahan
“perbandingan”
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
Untuk mengimbangi pada soal tipe B, maka dibuat soal baru tentang
konsep ini yaitu dapat dilihat pada Lampiran 15 soal tipe A nomor 10. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa untuk soal pada tipe A lebih sulit dari pada soal
pada tipe B dan mereka dalam mengerjakan soal tipe B hanya berdasarkan hafalan
rumus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
8. Hukum Archimedes
Pada uji coba I soal tentang konsep hukum Archimedes berjumlah 8 item,
yaitu nomor 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25. Revisi untuk konsep hukum
Archimedes setelah uji coba I ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 11 pada tipe A
18
- Ditambah kata “Lihat gambar!” setelah kalimat
pertama
- Soal dibuat
19 - Diganti dengan soal yang baru
lebih mudah
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 12 pada tipe A
20
- Huruf l pada kata “lihat gambar!” diganti dengan
huruf kapital
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 13 pada tipe A
- Kalimat soal “Gelas ukur C ditimbang massanya
21 menunjukkan sebesar y gram” diganti “Jika gelas
ukur C dan D identik, kemudian cairan dalam
gelas ukur C ditimbang massanya menunjukkan
sebesar y gram”
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 13 pada tipe B
22
- Huruf l pada kata “lihat gambar!” diganti dengan
huruf kapital
- Alasan dibuat terbuka
23 - Digunakan untuk soal nomor 14 pada tipe B
- Kata “lihat gambar!” dihilangkan
- Alasan dibuat terbuka
24
- Digunakan untuk soal nomor 15 pada tipe B
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 15 pada tipe A
25
- Huruf l pada kata “lihat gambar!” diganti dengan
huruf kapital
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 12 pada tipe B
- Dibuat soal baru commit to user
- Digunakan untuk soal nomor 14 pada tipe A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
Untuk soal nomor 19 tidak digunakan dalam uji coba II, hal ini
dikarenakan soal tersebut dinilai tidak mudah dipahami oleh siswa. Dalam konsep
ini ada penambahan soal yaitu sebanyak 3 item. Hal ini dikarenakan untuk
menyeimbangkan antara jumlah soal dengan indikator. Soal tambahan ini dapat
dilihat pada Lampiran 15 soal tipe A nomor 14 dan pada Lampiran 16 soal tipe B
nomor 11 dan 12.
9. Tegangan Permukaan
Pada uji coba I digunakan soal sebanyak 1 item untuk konsep tegangan
permukaan, yaitu nomor 26. Revisi untuk konsep tegangan permukaan setelah uji
coba I ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Diganti dengan soal baru
26
- Digunakan untuk soal nomor 16 pada tipe A
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 16 pada tipe B
Soal tersebut tidak digunakan dalam uji coba II, hal ini dikarenakan saran
dari ahli bahwa soal tersebut mengacu pada definisi dan hafalan. Sehingga pada
uji coba II dibuat soal baru untuk konsep tegangan permukaan yaitu sebanyak 2
item. Soal dapat dilihat pada Lampiran 15 soal tipe A nomor 16 dan pada
Lampiran 16 soal tipe B nomor 16.
10. Kontinuitas
51
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
27
- Digunakan untuk soal nomor 17 pada tipe A
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 17 pada tipe B
- Setelah kata “Bagaimana” diberi tambahan
“perbandingan”
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
11. Debit
Uji coba I menggunakan 3 item soal untuk konsep debit, yaitu nomor 30,
31, dan 32. Revisi untuk konsep debit setelah uji coba I ditunjukkan pada Tabel
4.13. Soal revisi dapat dilihat pada Lampiran 15 soal tipe A nomor 20 dan pada
Lampiran 16 soal tipe B nomor 19 dan 20. Untuk mengimbangi jumlah soal, maka
dibuat soal yang baru untuk soal tipe A nomor 19. Sehingga pada uji coba II
digunakan 4 item soal konsep debit.
Tabel 4.13 Revisi Soal Konsep Debit
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 19 pada tipe B
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
30
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Huruf l pada kata “lihat gambar!” diganti dengan
huruf kapital
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 20 pada tipe A
31 - Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Ditambah kata “Lihat gambar!”
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 20 pada tipe B
32 - Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Ditambah kata “Lihat gambar!”
- Dibuat soal baru
commit to user
- Digunakan untuk soal nomor 19 pada tipe A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Pada uji coba I digunakan 4 item soal tentang konsep hukum Bernoulli,
yaitu nomor 28, 29, 33, dan 34. Revisi untuk konsep hukum Bernoulli setelah uji
coba I ditunjukkan pada Tabel 4.14.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
28 - Digunakan untuk soal nomor 18 pada tipe A
- Pada pilihan jawaban ditambah option d
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 18 pada tipe B
- Setelah kata “Bagaimana” diberi tambahan
29
“perbandingan”
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Alasan dibuat terbuka
33
- Digunakan untuk soal nomor 21 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 21 pada tipe B
34
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
Untuk soal nomor 34, soal berupa percakapan diubah menjadi pernyataan.
Hal ini dikarenakan agar soal menjadi lebih mudah dipahami. Soal yang telah
direvisi dapat dilihat pada Lampiran 15 soal tipe A nomor 18 dan 21. Sedangkan
untuk soal tipe B dapat dilihat pada Lampiran 16 nomor 18 dan 21.
13. Viskositas
Pada uji coba I digunakan soal untuk konsep viskositas sebanyak 2 item,
yaitu nomor 35 dan 36. Revisi untuk konsep viskositas setelah uji coba I
ditunjukkan pada Tabel 4.15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
35
- Digunakan untuk soal nomor 22 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
36
- Digunakan untuk soal nomor 22 pada tipe B
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 23 pada tipe A
37
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 24 pada tipe A
38
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 25 pada tipe B
39
- Kalimat soal “Bagaimanakah” diganti “Manakah
pernyataan berikut yang paling benar dari”
- Alasan dibuat terbuka
40
- Digunakan untuk soal nomor 23 pada tipe B
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 24 pada tipe B
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 25 pada tipe A
Ada penambahan soal sebanyak 2 item, yaitu pada hukum Charles dan
hukum Gay-Lussac. Hal ini dilakukan untuk menyamakan jumlah soal pada tipe
A dan tipe B. Sehingga pada uji coba II digunakan sebanyak 6 item soal untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Pada uji coba I digunakan 4 item soal untuk konsep tekanan pada gas,
yaitu nomor 41, 42, 43, dan 44. Revisi untuk konsep tekanan pada gas setelah uji
coba I ditunjukkan pada Tabel 4.17.
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 26 pada tipe B
41
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
- Alasan dibuat terbuka
42
- Digunakan untuk soal nomor 26 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 27 pada tipe B
43
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
- Alasan dibuat terbuka
44
- Digunakan untuk soal nomor 27 pada tipe A
Pada uji coba I digunakan 2 item soal untuk konsep energi kinetik
transalasi rata-rata, yaitu nomor 45 dan 46. Revisi untuk konsep energi kinetik
translasi rata-rata setelah uji coba commit to userpada Tabel 4.18.
I ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 28 pada tipe B
45
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
- Alasan dibuat terbuka
46
- Digunakan untuk soal nomor 28 pada tipe A
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
48
- Digunakan untuk soal nomor 30 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
49
- Digunakan untuk soal nomor 30 pada tipe B
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 31 pada tipe A
50
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
- Alasan dibuat terbuka
- Digunakan untuk soal nomor 31 pada tipe B
51
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
commit to user
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
52 - Tidak digunakan/ dihapus
- Alasan dibuat terbuka
53
- Digunakan untuk soal nomor 32 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
54
- Digunakan untuk soal nomor 32 pada tipe B
Nomor
Saran dari Ahli Saran dari Siswa
Soal
- Alasan dibuat terbuka
47
- Digunakan untuk soal nomor 29 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
55
- Digunakan untuk soal nomor 32 pada tipe A
- Alasan dibuat terbuka
56
- Digunakan untuk soal nomor 32 pada tipe B
- Dibuat soal baru
- Digunakan untuk soal nomor 29 pada tipe B
- Kalimat percakapan diubah menjadi pernyataan
- Pilihan jawaban diubah menjadi salah-benar
Karena jumlah soal sebelumnya sebanyak 3 item maka untuk uji coba
selanjutya dibuat soal baru sebanyak 1 item. Soal dapat dilihat pada Lampiran 15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
soal tipe A nomor 29 dan 33, untuk soal tipe B dapat dilihat pada Lampiran 16
nomor 29 dan 33.
Pada uji coba I digunakan soal sebanyak 56 item. Bentuk soal adalah
pilihan ganda dengan alasan yang telah ditentukan. Dari hasil uji coba I tersebut
diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Soal dengan alasan sudah ditentukan
menjadikan siswa cenderung untuk memaksakan diri memilih alasan tersebut.
Walaupun diberikan opsi untuk menulis alasan sendiri, mereka lebih memilih
menjawab asal dengan alasan tersebut. Karena waktu yang tidak mencukupi,
sehingga pada soal nomor-nomor akhir yaitu pada konsep teori kinetik gas
sebagian besar tidak dikerjakan. Dapat disimpulkan bahwa uji coba soal dengan
jumlah soal dan waktu yang tidak seimbang akan diperoleh hasil yang kurang
baik. Bentuk soal juga berpengaruh terhadap jawaban siswa.
Pada uji coba II dihasilkan nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,611 untuk soal
tipe A dan 0,6 untuk soal tipe B. Bentuk soal yang digunakan adalah pilihan
ganda dengan alasan terbuka. Sehingga pada penelitian penyusunan instrumen tes
diagnostik untuk materi Fluida dan Teori Kinetik Gas dihasilkan dua tipe soal
yaitu A dan B dengan jumlah soal untuk masing-masing tipe adalah 33 item.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis data yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Pada uji coba I digunakan soal sebanyak 56 item. Bentuk soal adalah pilihan
ganda dengan alasan yang telah ditentukan. Dari hasil uji coba I tersebut
diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Artinya, instrumen tersebut
tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup.
2. Pada uji coba II digunakan dua tipe soal, yaitu A dan B. Jumlah soal untuk
masing-masing tipe adalah 33 item. Bentuk soal yang digunakan adalah
pilihan ganda dengan alasan terbuka. Dari uji coba II dihasilkan nilai
reliabilitas cukup, yaitu 0,611 untuk soal tipe A dan 0,6 untuk soal tipe B.
Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi
siswa adalah cukup.
3. Dari Penelitian dihasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap
miskonsepsi materi Fluida dan Teori Kinetik Gas dengan dua tipe soal yaitu A
dan B. Bentuk soal pilihan ganda dengan alasan terbuka dengan jumlah soal
masing-masing tipe adalah 33 item.
B. Keterbatasan Penelitian
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
commit to user