Anda di halaman 1dari 105

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Game Tournament)


YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR
KELAS X SEMESTER I SMA BATIK 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

oleh:
ENIK EKAWATI
K3308004

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana


Pendidikan Program Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Enik Ekawati

Nim : K3308004

Jurusan/Program studi : PMIPA/Pendidikan Kimia

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “EFEKTIVITAS METODE


PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI
DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DAN
SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER I SMA BATIK 1
SURAKARTA TAHUN PELAJARA 2012/2013” ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta,
Yang membuat pernyataan

Enik Ekawati
K3308004

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Surakarta,

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Sugiharto,Apt.,M.S. Endang Susilowati, S.Si., M.Si.


NIP. 19490317197603 1 002 NIP. 19700117 200003 2 001

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :

Tim Penguji Skripsi


Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. H. Haryono, M.Pd .................


NIP. 19520423 197603 1 001
Sekretaris : Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. .................
NIP. 19500104 197501 2 001
Anggota I : Drs. H. Sugiharto,Apt.,M.S. ..................
NIP. 19490317 197603 1 002
Anggota II : Endang Susilowati, S.Si., M.Si. ..................
NIP. 19700117 200003 2 001

Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Enik Ekawati. K3308004. EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT


(Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA
POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR
KIMIA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK
UNSUR KELAS X SEMESTER I SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode
pembelajaran TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi terhadap
prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester
satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain
penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran
2012/2013 yang berjumlah 9 kelas. Sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas
eksperimen (pembelajaran kooperatif TGT dilengkapi media power point dan
destinasi) dan kelas kontrol (pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah
disertai diskusi)), sampel diambil dengan teknik cluster random sampling. Data
prestasi belajar kognitif melalui metode tes, prestasi belajar afektif menggunakan
metode angket. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t-
pihak kanan.
Berdasarkan hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif dan
afektif diperoleh thitung lebih besar dari ttabel. Untuk prestasi kognitif thitung
(2,196) > ttabel (1,668) dan untuk prestasi afektif thitung (1,782) > ttabel (1,668). Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) dilengkapi dengan media power point dan destinasi efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
siswa kelas X semester satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.

Kata kunci : Metode Teams Games Tournament (TGT), media power point, media
destinasi, materi struktur atom dan sistem periodik unsur

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Enik Ekawati. K3308004. EFFECTIVENESS OF TGT (Team Games


Tournament) LEARNING METHOD WITH POWER POINT AND
DESTINATION MEDIA OF CHEMISTRY LEARNING ACHIEVEMENT
IN ATOMIC STRUCTURE AND PERIODIC SYSTEM OF ELEMENTS
CLASS X SEMESTER I BATIK 1 SURAKARTA SENIOR HIGH SCHOOL
ACADEMIC YEAR 2012/2013. Minor Thesis, Faculty of Teacher Training and
Education Sebelas Maret University Surakarta, in December 2012.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of teaching
methods TGT equipped with a power point and the destination media on learning
achievement and Atomic Structure and Periodic System of Element semester 1
class X Batik 1 Surakarta Senior High School academic year 2012/2013.
This study uses experimental research study design randomized control
group pretest-posttest design. The population in this study were students of class X
Batik 1 Surakarta Senior High School academic year 2012/2013, that consist 9
classes. The sample consisted of two classes, namely the experimental class (TGT
cooperative learning has media power point and destination) and control classes
(learning by conventional methods (lecture with discussion)), samples were taken
with a cluster random sampling technique. Data cognitive achievement through test
method, affective learning achievement using questionnaires. Data analysis
techniques for hypothesis testing using t-test on the right.
Based on t-test results on the right to learn cognitive and affective
achievement obtained thitung greater than TTable. For thitung cognitive achievement
(2.196) > ttable (1.668) and for the achievement of affective thitung (1.782) > ttable
(1.668). The results of this study concluded that learning methods Team Games
Tournament (TGT) is equipped with a power point and a destination media
effectively to improve learning achievement and Atomic Structure Elements
Periodic System semester class Batik 1 Surakarta Senior High School academic
year 2012/2013.

Keywords: Method Teams Games Tournament (TGT), media power point,


destination media, the atomic structure of matter and the periodic system of
elements

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al-baqarah : 216

“...sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga


mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka...” QS. Ar- Ra’d : 11

Dibalik kesulitan ada kemudahan, Allah mengetahui yang terbaik untuk hamba-
Nya.

(penulis)

Setiap kejayaan pasti ada rintangannya.

(penulis)

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:

Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa, kasih


sayang, dan pengorbanan yang tak henti-hentinya untuk
ananda tercinta.
Teman-teman keluarga ”Wisma Kemuliaan”, terima
kasih atas dukungannya selama ini.
Sahabat-sahabatku tersayang di kimia 08.
Almamaterku.

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada
waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. H. Sugiharto, Apt.,MS., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
5. Ibu Endang Susilowati, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang juga telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. H. Literzet Sobri, M.Pd. selaku Kepala SMA Batik 1 Surakarta
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Ibu Ugik Sugiharti,M.Pd. selaku guru mata pelajaran kimia SMA Batik 1
Surakarta yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Siswa-siswi kelas X-2 dan X-8 SMA Batik 1 Surakarta atas bantuan dan
kerjasamanya.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Mahasiswa kimia angkatan 2008.
11. Teman-teman kost Kemuliaan semuanya terima kasih untuk dukungan dan
semangatnya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan kualitas
suatu bangsa. Namun, pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami
masalah, yaitu terkait dengan mutu dan kualitas pendidikan yang masih rendah
sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan mengadakan perombakan dalam kurikulum secara
berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004.
Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari
kurikulum 2004. Dalam KTSP terjadi perubahan paradigma pembelajaran yaitu
orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih
berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi
ekspositori berganti ke parsipatori; dan pendekatan yang semula tekstual menjadi
kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu
pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan (Komarudin, 2005
dalam Trianto 2010: 8).
Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang diajarkan di SMA.
Ilmu kimia pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasar pada fakta
dan produk hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Ilmu kimia tidaklah
stastis namun berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Dalam perkembangannya, ilmu kimia diarahkan pada produk
ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dengan tujuan akhir
adalah peningkatan prestasi belajar siswa. Namun sebagian siswa SMA masih
menganggap pelajaran kimia sebagai pelajaran yang sulit. Menurut Arifin (1995:
220), kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada:

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

1. Kesulitan dalam memahami istilah.


2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia.
3. Kesulitan angka.
Oleh sebab itu, seorang guru mata pelajaran Kimia diharapkan mampu
menyajikan materi-materi kimia dengan lebih menarik dan penuh inovasi salah
satunya dengan mengembangkan metode pembelajaran sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.
Pada pembelajaran kimia, khususnya materi pokok Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur sering ditemui siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Hal tersebut sebagaimana terjadi pada siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta
dimana masih banyak siswa yang nilai ulangan pada materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur masih dibawah KKM dengan nilai KKM adalah 75.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa nilai rata-rata
delapan kelas dari sembilan kelas masih dibawah KKM. Atau jika dilihat dari
jumlah siswa, dari total 334 jumlah siswa kelas X terdapat 174 siswa atau 52%
siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata dari sembilan kelas
adalah 66,889.
Berdasarkan hasil observasi dan data nilai siswa yang rata-rata masih di
bawah KKM menunjukkan bahwa materi Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur merupakan materi yang tergolong sulit bagi siswa. Hal ini kemungkinan
dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, metode yang digunakan guru dalam mengajar juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Apabila metode pembelajaran yang
digunakan guru kurang sesuai dengan materi pelajaran sehingga prestasi belajar
siswa juga kurang maksimal.
Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur merupakan materi yang
mengandung konsep-konsep yang memerlukan hafalan serta pemahaman. Metode
yang dapat digunakan untuk materi yang memiliki karakteristik banyak hafalan
antara lain adalah metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT) karena
metode ini dilengkapi dengan Games yang menarik dan memuat pertanyaan
mengenai materi Struktur Atomcommit to user Periodik Unsur sehingga dapat
dan Sistem
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

memudahkan siswa dalam menghafal dan memahami materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur. Selain itu, metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) juga digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa karena
berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Batik 1 Surakarta,
metode pembelajaran yang selama ini digunakan dalam materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur adalah ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi
kelas. Namun, diskusi ini kurang efektif karena meskipun guru sudah mendorong
siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja. Oleh karena
itu, metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat digunakan
dalam materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur karena metode
pembelajaran ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran Team Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Hal lain yang dapat menguatkan pemilihan metode TGT sebagai metode
dalam penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Handayani (2010:175) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif
maupun afektif. Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sangat disenangi siswa.
Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan yaitu keterlibatan siswa
lebih tinggi dalam pembelajaran tetapi, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu
memerlukan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahan
tersebut perlu digunakan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran cepat
tercapai. Dalam penelitian ini digunakan media power point sehingga saat
presentasi kelas tidak memerlukan waktu yang lama. Selain itu, materi Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur sebagian besar (lebih dari 50%) merupakan
materi yang abstrak sehingga commit to user
diperlukan media pembelajaran yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

menvisualisasikan materi tersebut, seperti misalnya pada materi perkembangan


teori atom (model atom Dalton, Thomson, Rutherford,Bohr), struktur atom, dan
sistem periodik unsur.
Soo-Phing TEOH dan Tse-Kian NEO (2007) dalam jurnal
internasionalnya menyatakan bahwa penggunaan media komputer yang interaktif
sebagai media pembelajaran dapat membantu dalam transfer ilmu dan dengan
adanya interaksi maka informasi dapat terkunci dalam pikiran siswa lebih lama.
Hal ini juga menjadi salah satu dasar dalam pemilihan media power point dalam
pembelajaran. Media power point digunakan karena memiliki kelebihan yaitu
dapat menggabungkan unsur teks, warna, gambar, animasi, video dan dapat juga
diintegrasikan dengan program-progam yang lain. Sehingga power point dapat
menggabungkan unsur teks, audio, visual maupun audio-visual. Dengan kelebihan
yang dimiliki oleh media power point, diharapkan informasi yang disajikan dapat
menarik perhatian siswa sehingga materi mudah dipahami oleh siswa dan siswa
lebih termotivasi untuk belajar.
Dalam pembelajaran TGT diperlukan pembentukan kelompok yang
anggotanya heterogen. Selain itu, juga terdapat game atau permainan. Menurut
Carroll (2011) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa penggunaan
game dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan juga partisipasi siswa
dalam semua ketrampilan. Game ini digunakan agar pembelajaran lebih menarik
dan membuat siswa saling berkompetisi untuk menjadi pemenang. Game ini
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Game yang digunakan dalam penelitian ini adalah
destinasi. Permainan Kartu Destinasi merupakan adaptasi dari permainan ular
tangga. Hanya saja pada papan permainannya hanya berisi nomor saja. Langkah
biji dihitung berdasarkan mata dadu yang muncul. Biji kemudian sampai
langkahnya pada kotak destinasi tertentu dan pemain harus menjawab soal yang
diberikan. Permainan destinasi ini dapat memacu siswa untuk berlomba-lomba
dalam mencapai finish sehingga siswa akan belajar lebih giat agar dapat
memenangkan permainan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik
unsur yang masih di bawah KKM kemungkinan disebabkan karena metode yang
digunakan kurang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Oleh karena itu,
diperlukan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi struktur atom dan
sistem periodik unsur yang memiliki karakteristik banyak hafalan. Metode yang
dapat digunakan antara lain adalah metode Team Games Tournament (TGT).
Penggunaan metode Team Games Tournament (TGT) diharapkan dapat membuat
siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan permainan destinasi yang
digunakan dapat menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk berlomba-
lomba menjadi yang terbaik. Sedangkan untuk mengatasi kelemahan dari metode
TGT yaitu membutuhkan waktu yang lama maka digunakanlah media power point
dalam pembelajaran. Media power point diharapkan dapat memvisualisasikan
materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur yang sebagian besar bersifat
abstrak dan dapat menggabungkan unsur teks dengan audio maupun audiovisual.
Jadi, dengan adanya kolaborasi dari metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) yang menggunakan permainan destinasi dan dilengkapi
dengan media power point diharapkan prestasi belajar siswa akan menjadi lebih
baik. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa terhadap
metode pembelajaran yang digunakan maka perlu diukur efektivitasnya.
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, peneliti melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran TGT
dilengkapi dengan media power point dan destinasi terhadap prestasi belajar
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik
1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar kimia pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur di
SMA Batik 1 Surakarta masih dibawah KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

2. Pembelajaran kimia di SMA Batik 1 Surakarta menggunakan metode


konvensional (metode ceramah disertai diskusi).
3. Kesulitan siswa di SMA Batik 1 Surakarta dalam mempelajari materi struktur
atom dan sistem periodik unsur dimungkinkan karena siswa kurang aktif dalam
pembelajaran.
4. Media pembelajaran yang digunakan mungkin belum sesuai dengan materi
struktur atom dan sistem periodik unsur.
5. Metode TGT dilengkapi dengan power point dan destinasi diperkirakan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada
materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur.

C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester satu SMA Batik 1 Surakarta
tahun ajaran 2012/2013.
2. Metode Pembelajaran
a. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah
metode TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi.
b. Media power point digunakan saat presentasi kelas dan media destinasi
digunakan saat game pada metode pembelajaran TGT.
c. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode
konvensional (metode ceramah disertai diskusi).
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar dari aspek kognitif, dan
afektif.
4. Materi Ajar
Materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.
5. Efektif
Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila peningkatan
commit to user
prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

pembelajaran TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi lebih
tinggi daripada peningkatan prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran yang biasa digunakan guru.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Apakah
metode pembelajaraan TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran
2012/2013?”

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui efektivitas metode pembelajaran TGT
dilengkapi dengan media power point dan destinasi terhadap prestasi belajar
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik
1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas penggunaan metode Team Games Tournament (TGT) yang dilengkapi
dengan media power point dan destinasi terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.

2. Manfaat Praktis
a. Informasi mengenai implementasi pembelajaran TGT yang dilengkapi
dengan media power point dan destinasi pada materi pokok Struktur Atom
commit to user
dan Sistem Periodik Unsur.
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

b. Inovasi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan metode


pembelajaran yang sesuai.
c. Masukan bagi para guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia materi
pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
d. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu
proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan


1. Efektivitas
Berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang disusun oleh
Budiono (2005 : 142) efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya,
kesannya), manjur, mujarab, mempan (tentang obat); dapat membawa hasil;
berhasil guna (tentang usaha, tindakan); hal mulai berlakunya (tentang undang-
undang peraturan).
Efektivitas menunjukkan pada suatu yang mampu memberikan dorongan
atau motivasi dan bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Efektif berarti semua
potensi dapat dimanfaatkan dan semua tujuan dapat dicapai (Margono,1993:3 ).
Dengan demikian efektivitas berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya ) yang
menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya suatu sasaran yang telah
ditetapkan.
Metode pembelajaran yang tepat dan efektif akan dapat menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Metode yang tepat adalah metode
yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode pembelajaran
yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas metode pembelajaran dapat
ditinjau dari prestasi belajar yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Hasil
yang mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.
Efektivitas pengajaran dapat diukur dengan tiga cara yaitu:
a. Pendekatan analisis, penelitian menentukan standar minimal yang dapat
dicapai siswa.
b. Pendekatan deskriptif, memberi tahu kepada evaluator tentang tingkat
keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajarnya.
c. Pendekatan eksperimen, dengan cara membandingkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan catatan kondisi kedua
kelompok yang tidak berbeda.commit to Sax
( Gilbert userdalam Arikunto, 2002:160)

9
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Dari ketiga macam cara pengukuran efektivitas pengajaran diatas, penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen dengan cara membandingkan dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
metode TGT dilengkapi media power point dan destinasi serta kelas kontrol yang
pembelajarannya menggunakan metode ceramah disertai diskusi (metode
konvensional). Penelitian ini dikatakan efektif apabila rata-rata prestasi belajar
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

2. Efektivitas Pembelajaran
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman, 1987 dalam Trianto 2010: 20).
Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya
(1988) dalam Trianto (2010: 20), bahwa efisiensi dan efektivitas mengajar dalam
proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu
para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektivan
mengajar, dengan memberika tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk
mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.
Menurut Soesasmito (1988) dalam Trianto (2010: 20) suatu pembelajaran
dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektivan pengajaran,
yaitu:
a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.
b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
c. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.
d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan
struktur kelas yang mendukung butir (b), tanpa mengabaikan butir (d).
Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha
agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan
presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa
menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman (Soemosasmito, 1988
commit to user
dalam Trianto, 2010: 20). Selain itu, guru yang efektif adalah orang-orang yang
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

dapat menjalin hubungan simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan


kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar,
menguasai sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk
bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota
masyarakat yang pengasih (Kardi dan Nur, 2000 dalam Trianto, 2010: 21).

3. Belajar
Manusia adalah makhluk yang mengusahakan sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan makhluk yang telah diprogramkan sejak lahir. Untuk itu
manusia dilengkapi Tuhan dengan akal, sehingga dengan ini dia bisa
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan bentuk kegiatan
yang dapat mengembangkan potensi tersebut. Secara umum belajar dapat
diartikan sebagai usaha untuk mencari ilmu pengetahuan guna menguasai
ketrampilan tertentu.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang berhubungan
dengan belajar di antaranya:
a. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.
c. H.C. Witherington dalam Educational Psychology menjelaskan pengertian
belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pengertian.
d. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu
organisme berubah perilaku sebagai akibat dari pengalaman.
e. Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang
detail. Menurut Spears belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu pada dirinyacommit
sendiri,tomendengar
user dan mengikuti aturan
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

f. Singer (1986) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif


tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai pada situasi
tertentu.
g. Gagne (1977) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan
perilakuyang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu
ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman
diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak
direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif menetap.
(Siregar dan Nara, 2010:4)
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya
terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :
a. bertambahnya jumlah pengetahuan,
b. adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,
c. ada penerapan pengetahuan,
d. menyimpulkan makna,
e. menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas,
f. adanya perubahan sebagai pribadi,
Dari berbagai perperspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas dalam
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap baik secara individu
maupun kelompok yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya atau
interaksi dengan informasi sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif
konstan.
Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam
faktor. Faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua,
yaitu :
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
commit
1) Faktor jasmaniah, meliputi to user dan cacat tubuh.
: kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

2) Faktor psikologis, meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat,


motif, kamatangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
(Slameto, 2003:54-59)
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi
tiga faktor, yaitu :
1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga pengertian orang tua
dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa dan alat pelajaran.
3) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat,
media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
(Slameto, 2003:60-71)

4. Teori-Teori Belajar
a. Teori Belajar Kognitivistik
Teori ini lebih menekankan proses pembelajaran daripada hasil belajar.
Bagi penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons. Lebih dari itu, belajar adalah melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan
dengan lingkungan.
1) Teori Pemrosesan Informasi Robert M. Gagne
Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah
teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory) yang
dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi dalam otak manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

2) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan
yakni asimilasi, akomodasi dan equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi
adalah proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi. Proses equlibrasi merupakan proses
penyeimbangan dunia luar dan dunia dalam. Tanpa proses ini perkembangan
kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur. (Siregar
dan Nara, 2010:32)
Berdasarkan tingkat pekembangan kognitif Piaget ini, sebagai
contoh untuk peserta didik pada rentang usia 11-15 tahun berada pada taraf
perkembangan operasi formal. Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan
adalah aspek-aspek perkembangan remaja. Dimana remaja mengalami tahap
transisi dari penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam
bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran
mereka, dimana mereka mulai bergelut dalam konsep-konsep yang ada
diluar pengalaman mereka sendiri.

3) Teori Belajar Bermakna David Ausubel


Menurut ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajaran
(instructional content) sebelumnya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advance organizers).
Dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemajuan belajar siswa.
Advance organizers adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Advance organizers
dapat memberikan tiga macam manfaat : (1) menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang dapat dipelajari, (2) berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara yan sedang dipelajari dan yang akan
dipelajari, (3) dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

4) Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky


Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk
pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui
bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada
faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi
dan stimulus respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan
fungsi mental lebih tinggi untuk perkembangan konsep, penalaran logis dan
pengambilan keputusan.
Teori Vigotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Menurut Vygosky bahwa proses pembelajaran akan terjadi
jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun
tugas-tugas tersebut masih berada di zone of proximal development, yakni
daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang
saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi metal yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut
(Trianto, 2010: 39).
5) Teori belajar konstruktivistik
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh pembelajar itu sendiri.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang guru
kepada orang lain (siswa).

5. Pembelajaran
Menurut Winkel (1991) dalam Siregar dan Nara (2010: 12) pembelajaran
adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
Sementara Gagne (1985) dalam Siregar dan Nara (2010: 12) mendefinisikan
pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar
terjadi belajar dan membuatnya commit
berhasiltoguna.
user Menurut Miarso (1993) dalam
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Siregar dan Nara (2010: 12) pembelajaran adalah usaha pendidikan yang
dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Merupakan usaha sadar dan disengaja.
b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1977) dalam Siregar dan
Nara (2010: 16) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
a. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa
dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objective):
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai
mengikuti pelajaran.
c. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or
prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah
dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
d. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan
materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
e. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar
memiliki pemahaman yang lebih baik.
f. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance):siswa diminta
untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaanya terhadap
materi.
g. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh
ketepatan performance siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

h. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberikan tes/tugas untuk


mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
i. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer):
merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktikkan apa yang
telah dipelajari.

6. Metode Ceramah
Menurut Roestiyah (2008:136) ceramah merupakan suatu cara mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian
tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Menurut Bligh dalam Zaini, Munthe, dan Aryani (2007:93) bahwa sesuai
dengan bukti penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, metode ceramah
adalah metode yang tetap baik digunakan. Selanjutnya ia berpendapat :
a. Metode ceramah sama baiknya dengan metode yang lain, khususnya jika itu
digunakan untuk menyampaikan informasi akan tetapi tidak lebih baik.
b. Pada umumnya, metode ceramah tidak seefektif metode diskusi, jika
digunakan untuk menggugah pendapat siswa.
c. Jika tujuan pembelajaran adalah mengubah sikap siswa maka sebaiknya tidak
menggunakan metode ceramah.
d. Ceramah tidak efektif jika digunakan untuk mengajar keterampilan.
Menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2007:94) kelebihan dari metode ceramah
adalah :
a. Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan.
b. Efisien dari sisi waktu dan biaya.
c. Dapat menyampaikan materi yang banyak.
d. Mendorong guru menguasai materi.
e. Lebih mudah mengontrol kelas.
f. Siswa tidak perlu persiapan.
g. Siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Metode ceramah adalah metode yang mengandalkan indera pendengaran


sebagai alat belajar yang dominan ini. Beberapa kelemahan dari metode ceramah
diantaranya adalah mudah terganggu oleh hal-hal visual dan rentan terhadap
kebisingan. Di samping itu faktor otak yang cepat melupakan informasi yang
didapat dianggap sebagai hal yang dominan. Berkaitan dengan hal ini, Bligh
dalam Zaini, Munthe, dan Aryani dkk (2007:94) menjelaskan faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang cepat lupa, antara lain adalah:
a. Retroactive dan Proactive Interference
Yang dimaksud dengan interference adalah gangguan atau perubahan situasi
yang terjadi dalam memori otak manusia.
b. Trace Decay pada menit-menit awal
Yang dimaksud dengan trace decay adalah mudahnya otak manusia untuk
melupakan sesuatu yang dipelajari dalam hitungan menit atau bahkan detik.
c. Banyaknya informasi yang harus diingat
Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mudah melupakan sesuatu
adalah karena dia ingin atau terpaksa belajar yang banyak.
d. Melupakan yang tidak diingini
Dalam belajar, seseorang tidak akan mengingat-ingat sesuatu yang tidak
diingini.dengan kata lain, seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar
akan lebih cepat lupa.
Dalam kaitannya dengan kelemahan metode ceramah ini, Zaini, Munthe,
dan Aryani (2007: 96) merangkum beberapa kelemahan dari metode ceramah
yaitu sebagai berikut:
a. Membosankan.
b. Siswa tidak aktif.
c. Informasi hanya satu arah.
d. Feed back relative rendah.
e. Menggurui dan melelahkan.
f. Kurang melekat pada ingatan siswa.
g. Kurang terkendali baik waktu maupun materi.
h. Monoton. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

i. Tidak mengembangkan kreativitas siswa.


j. Menjadikan siswa hanya sebagai objek didik.
k. Tidak merangsang siswa untuk membaca.

7. Metode Diskusi
Menurut Soekartawi (1995:18) diskusi adalah cara lain dalam proses belajar
mengajar. Dengan diskusi diharapkan siswa dapat berpartisipasi penuh dalam
pelajaran yang diberikan. Walaupun demikian, cara diskusi yang baik kadang-
kadang juga sulit dilakukan di kelas, antara lain disebabkan adanya monopoli dari
peserta diskusi atau peserta tidak siap melakukan diskusi tersebut. Cara ini juga
tidak efektif kalau pesertanya sangat pasif dan tidak berusaha melakukan inisiatif,
walaupun sebenarnya potensial untuk berkontribusi dalam diskusi tersebut.
Sebaliknya, mereka yang suka berbicara sering memonopoli diskusi padahal
sebenarnya mereka tidak atau kurang memahami tentang yang didiskusikan.
Menurut Roestiyah (2008:5) diskusi adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini
proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah. Karp dan Yoels (2002) dalam
Isjoni (2011, 19) menyatakan bahwa strategi yang paling sering dilakukan untuk
mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun, dalam kenyataannya,
strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif
dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara
arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.
Kelebihan dari metode diskusi adalah :
a. Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.
b. Merupakan pendekatan yang demokratis.
c. Memperluas pandangan.
d. Menghayati kepemimpinan bersama-sama.
e. Membantu mengembangkan kepemimpinan.
f. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Namun demikian, metode ini juga ada kelemahan seperti:


a. Kadang-kadang bias terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut masalah
yang dipecahkan.
b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-
fakta.
c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
d. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
e. Mungkin dikuasai orang-orang yang suka berbicara.

8. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan.
Menurut Davidson dan Warsham (1992) dalam Isjoni (2011: 28)
mengatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang
berefektivitas yang mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan
akademik.
Menurut Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2011: 36)
mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah :
a. Saling ketergantungan yang positif.
b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Kelemahan model kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam
(intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu:
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan
siswa yang lain menjadi pasif.
Sementara untuk faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan
pemerintah, yaitu seringnya terjadi perubahan kurikulum, selain itu pelaksanaan
tes yang terpusat seperti UAN sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas
cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan NEM. Sebenarnya, apabila
guru telah berperan baik sebagai fasilitator, motivator, mediator maupun sebagai
evaluator, maka kelemahan yang ditemukan dalam pembelajaran kooperatif ini
dapat diatasi. Sehingga peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana
kelas yang kondusif agar pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
(Isjoni, 2011, 18).

9. Team Games Tournament (TGT)


Team Games Tournament yang mula-mula dikembangkan oleh David
DeVries dan Keith Edwards, merupakan model pembelajaran kooperatif John
Hopkins yang pertama. TGT merupakan presentasi guru dan kerja tim yang sama
seperti pada STAD. Namun, mengganti kuis dengan turnamen atau lomba
mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi dengan anggota tim lain agar
dapat menyumbangkan poin pada skor tim mereka (Nur, 2011 : 8).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu :


a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas
siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat
kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan
skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anngotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras
atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan
siswa untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke
dalam beberapa meja turnamen. Siswa dengan prestasi tertinggi pertama
dikelompokkan pada meja turnamen I, siswa dengan prestasi tertinggi kedua
pada meja turnamen II dan seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

e. Team Recognize (penghargaan kelompok)


Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team”
jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai
40-45 dan “God Team” apabila rata-ratanya 30-40 (A’la, 2011 : 105).
Menurut A’la (2011: 105) kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
2) Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,
3) Mengandung unsur-unsur permainan dan reinforcement di dalamnya,
4) Memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menyenangkan,
5) Menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
Metode pembelajaran TGT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Yang
merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain lebih meningkatkan
pemberian waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, proses
belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk
berlatih bersosialisasi dengan orang lain, motivasi belajar lebih tinggi, hasil
belajar lebih baik, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT antara lain adalah sulitnya pengelompokan
siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis, waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
telah ditetapkan, masih adanya siswa yang berkemampuan tinggi kurang terbiasa
dan sulit memberikan penjelasan pada siswa lain.

10. Prestasi Belajar


Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan yaitu kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling penting. Dapat dikatakan berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan siswa sebagai anak didik. Untuk mengetahui
seberapa jauh pengetahuan siswacommit to usersuatu pelajaran maka dilakukan
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

penilaian. Dalam proses pendidikan penilaian memegang peranan penting, karena


dengan penilaian yang disajikan dalam bentuk angka-angka dapat digunakan
sebagai pengukur keberhasilan prestasi belajar siswa.
Istilah prestasi belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Pendapat ini dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun
psikomotor setelah melakukan pembelajaran. Berdasarkan definisi tersebut, maka
prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai siswa setelah mengikui
kegiatan belajar mengajar yang berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor.
Dalam mata pelajaran kimia, prestasi belajar siswa dinilai berdasarkan
tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Aspek kognitif
Menurut Arifin (1995: 24) aspek kognitif dapat berupa pengetahuan
dan ketrampilan intelektual yang terdiri dari produk ilmiah dan proses ilmiah.
Produk ilmiah meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
proses ilmiah meliputi pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan
evaluasi.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Karakteristik afektif peserta
didik meliputi sikap, minat, konsep atau organisasi. Minat adalah suatu
disposisi yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong seseorang
untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilan untuk
tujuan atau pencapaian. Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.
Nilai adalah suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Moral berkaitan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

dengan perasaan salah satu benar terhadap kebahagiaan orang lain, perasaan
terhadap yang dilakukan diri sendiri atau keyakinan agama seseorang.
c. Aspek Psikomotor
Menurut Arifin (1995: 25) aspek psikomotor menyangkut
ketrampilan motorik atau manipulasi objek. Pengukuran keberhasilan pada
aspek ketrampilan ditunjukkan pada ketrampilan dalam merangkai alat,
ketrampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil.

11. Media
a. Pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli :
Menurut Schramm, 1977 media adalah teknologi pembawa pesan
(informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan
menurut Briggs media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi
pembelajaran

b. Peran dan kegunaan media pembelajaran


Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua cara,
yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan
sendiri oleh siswa. Media yang digunakan sebagai alat bantu mengajar disebut
dependent media. Sebagai alat bantu, efektivitas media ini sangat tergantung pada
cara dan kemampuan guru untuk menerangkan suatu konsep.
Media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar
mandiri disebut independent media. Media ini dirancang, dikembangkan dan
diproduksi secara sistematik, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah
untuk mencapai tujuan instruksional tertentu (Wibawa dan Mukti, 2001 :14).

c. Karakteristik Media
Usaha pengklasifikasian media untuk mengungkapkan karakteristik atau
ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan atau maksud
pengelompokannya. Untuk tujuan-tujuan praktis di bawah ini akan dibahas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

karakteristik beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya di Indonesia.

1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain
media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan.
2) Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-
lambang auditif baik verbal maupun non-verbal.
3) Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam
arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Selain itu, bahan-bahan
grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam.
Beberapa jenis media proyeksi diam antara lainfilm bingkai (slide), film
rangkai (film strip), overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope,
microprojection dengan microfilm. Selain itu, menurut Sadiman, dkk
(2009: 75) permainan dan simulasi juga dimasukkan dalam media
proyeksi diam.
Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu pula.
Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama yaitu :
(a) Adanya pemain.
(b) Adanya lingkungan dimana pemain berinteraksi.
(c) Adanya aturan-aturan main.
(d) Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Menurut Carroll (2011) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa
penggunaan game dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan
commit
juga partisipasi siswa dalam semuato ketrampilan.
user Game ini digunakan agar
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

pembelajaran lebih menarik dan membuat siswa saling berkompetisi untuk


menjadi pemenang. Game ini dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Salah satu jenis
permainan adalah permainan destinasi. Destinasi merupakan jenis
permainan kartu. Penggunaan permainan Kartu Destinasi dalam
pembelajaran Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur diharapkan dapat
membangkitkan minat dan semangat siswa dalam mempelajari materi
tersebut. Permainan Kartu Destinasi merupakan adaptasi dari permainan
ular tangga. Hanya saja pada papan permainannya hanya berisi nomor
saja. Langkah biji dihitung berdasarkan mata dadu yang muncul. Peserta
akan mendapatkan soal yang harus dijawab dengan benar agar dapat
melangkah ke kotak destinasi tertentu (sesuai dengan mata dadu yang
muncul). Peserta yang menjadi pemenang adalah peserta yang tercepat
mencapai finish. Pada permainan ini didesain untuk menguji pengetahuan
yang dicapai siswa dan disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
relevan dengan materi dan latihan soal.
4) Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang tidak hanya dapat dilihat atau
didengar saja melainkan dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu
yang divisualisasikan. Salah satu media audio visual adalah multimedia.
Menurut Duffy, Mc. Donald dan Mizell (2003) dalam Anitah (2008: 60)
multimedia merupakan kombinasi multiple media dengan satu jenis media
sehingga terjadi keterpaduan secara keseluruhan. Multimedia saat ini
sinonim dengan format computer-based yang mengkombinasikan teks,
grafis, audio, bahkan video ke dalam satu penyajian digital tunggal
(software multimedia) dan koheren. Salah satu software yang dapat
digunakan sebagai media dalam pembelajaran adalah power point.
Program presentasi power point saat ini banyak digunakan di sekolah-
sekolah dan universitas. Aplikasi ini banyak digemari karena mudah dan
praktis, selain itu aplikasi ini memiliki kelebihan dibandingkan aplikasi
commit
lainnya (Setyawan, 2009: 6.4). to user Power Point merupakan software
Microsoft
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

yang mampu menampilkan program multimedia yang menarik, mudah


dalam pembuatan dan penggunaannya, serta relatif murah. Microsoft
Power Point memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur
media seperti teks, warna, gambar, grafik serta animasi (Jens, 2006: 9)
Presentasi menggunakan media power point merupakan suatu media yang
interaktif dan dapat menarik perhatian siswa. Menurut Soo-Phing TEOH
(2007: 6) dalam jurnal internasionalnya menyatakan penggunaan media
komputer yang interaktif sebagai media pembelajaran dapat membantu
dalam transfer ilmu dan dengan adanya interaksi maka informasi dapat
terkunci dalam pikiran siswa lebih lama.

12. Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur


a. Struktur Atom
1). Model Atom Dalton
Masa modern kimia diawali sejak proposal John Dalton tentang teori atom
dalam bukunya “New system of chemical philosophy” 1808. Jauh sebelum Dalton
sebenarnya beberapa teori telah diajukan oleh ilmuwan Yunani Leucippos yang
dilanjutkan oleh Democritos pada abad ketiga sebelum Masehi. Akan tetapi teori
Dalton ini sangat melengkapi dan lebih cocok, sehingga teori ini mampu
menumbuhkan ilmu kimia.

Gambar 2.1. John Dalton

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Pada tahun 1808, John Dalton (Gambar 2.1.) seorang ahli kimia bangsa
Inggris mengemukakan gagasannya tentang atom sebagai partikel penyusun
materi. Model atom menurut Dalton dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Menurut teori atom Dalton:
1. Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
2. Atom suatu unsur yang sama mempunyai bobot yang sama, sedang unsur
yang berbeda atomnya akan berbeda pula, yang berarti mempunyai bobot
berbeda.
3. Senyawa dikatakan sebagai hasil dari penggabungan atom-atom yang tidak
sama dengan perbandingan bobot yang proporsional dengan bobot atom
yang bergabung itu.
4. Reaksi kimia hanya melibatkan penata ulangan atom-atom sehingga tidak
ada atom yang berubah akibat reaksi kimia.

Gambar 2.2. Model atom Dalton


Kata atom sebenarnya berasal dari bahasa Latin atomos, yang berarti tidak
terbelahkan.

2). Model Atom Thomson


Penemuan elektron atas jasa J. J Thomson dan R. Millikan pada tahun-tahun
pertama abad ke-20 memberikan bukti ketidaksempurnaan model atom Dalton. J.
J Thomson merinci model atom Dalton yang mengemukakan, bahwa di dalam
atom terdapat elektron-elektron yang tersebar secara merata dalam “bola”
bermuatan positif. Keadaannya mirip roti kismis. Kismis (diumpamakan sebagai
elektron) tersebar dalam seluruh bagian dari roti (diumpamakan sebagai bola
commit to
bermuatan positif). Model atom Thomson userdilihat pada Gambar 2.3.
dapat
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3. Model atom Thomson

3). Struktur Atom


Menjelang abad ke-19 dengan ditemukan adanya elektron dan gejala
radioaktivitas, maka atom bukan lagi partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
melainkan atom itu mengandung sejumlah partikel subatomik. Partikel-partikel
utama yang dimaksud ialah elektron, proton, dan netron.
a). Elektron
Bila suatu muatan listrik dilewatkan melalui tabung Geisler (Gambar 2.4.)
yang berisi gas dengan tekanan sangat rendah, maka akan diemisikan seberkas
sinar dari katoda. Sinar ini biasa disebut sinar katoda yang ditemukan oleh
Plucker (1859) dan diteliti oleh Hittorf (1869) dan William Crookes (1879 –
1885).

Gambar 2.4. Tabung Geisler untuk Percobaan Pembuktian sinar katoda

Sinar ini bergerak lurus meninggalkan katoda dengan kecepatan tinggi dan
dapat menimbulkan bayangan kabur bila diberi tabir, dapat dibelokkan oleh

commit
medan magnet dan medan listrik. to user
Thomson (1897) berhasil menentukan harga
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

perbandingan e/m, yaitu perbandingan muatan listrik dengan massa. Akhirnya


Stoney (1874) memberikan nama partikel itu sebagai elektron yang selalu
dikandung oleh semua materi dengan harga e/m yang sama. Harga e/m yang
terbesar dimiliki oleh atom hidrogen. Diperoleh harga e = 1,602 x 10-19 C dan m
= 9,11 x 10-34 g.

b). Proton
Oleh karena elektron merupakan penyusun atom yang bermuatan negatif,
berarti materi harus mengandung penyusun lain yang bermuatan positif. Hal ini
dibuktikan oleh Goldstein (1886) dan Wien yang juga disebut sinar terusan atau
sinar kanal. Partikel positif ini terjadi karena tabrakan antara partikel gas dalam
tabung dengan elektron berenergi besar yang bergerak dari katoda ke anoda dalam
tabung gas (Gambar 2.5.).

Gambar 2.5. Tabung Sinar Katoda untuk Pembuktian sinar positif

Dari berbagai eksperimen diperoleh dua perbedaan terpenting dari pengukuran


e/m terhadap elektron.
a. Perbandingan muatan/massa untuk ion positif berbeda, jika gas dalam
tabung berbeda. Pada massa pengukuran e/m elektron diperoleh harga
yang sama apapun jenis gas yang terdapat di dalamnya.
b. Harga muatan/massa untuk ion positif jauh lebih kecil dari harga untuk
elektron. Fakta ini menunjukkan bahwa ion positif terbentuk dari gas yang
terdapat dalam tabung dan massanya lebih besar dari massa elektron.
Diperoleh hasil, bahwa harga e/m untuk sinar terusan hidrogen
lebih besar dari e/m untuk elektron. Dari sini dipostulatkan, bahwa H+
commit to user
adalah suatu partikel dasar atom yang besar muatannya sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

muatan elektron tetapi tandanya berlawanan.

c). Netron
Rutherford (1920) meramalkan bahwa kemungkinan besar di dalam inti
terdapat partikel dasar yang tidak bermuatan. Akan tetapi karena netralnya, maka
partikel ini sukar dideteksi. Selanjutnya tahun 1932 James Chadwick dapat
menemukan netron. Dari reaksi inti, partikel α dengan massa 4 dapat ditangkap
oleh boron (Ar= 11) menghasilkan nitrogen (Ar = 14) dan netron dengan massa 1.
Reaksi inti ini ditunjukkan oleh persamaan : 2He4 + 5B11 → 7N14 + 0n1
Dengan demikian maka partikel elektron, proton dan netron merupakan penyusun
dasar suatu materi. Rangkaian percobaan Rutherford dapat dilihat pada Gambar
2.6. dan 2.7.

Gambar 2.6. Percobaan Penembakan sinar α pada lempeng emas oleh


Rutherford

commit to user
Gambar 2.7. Penembakan sinar α pada lempeng emas
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Sifat-sifat partikel-partikel dasar penyusun atom yang dikemukan di atas dapat


ditabulasikan berikut ini.
Tabel 2.1. Beberapa sifat partikel dasar penyusun atom

Catatan: ses = satuan elektrostatis


C = Coulomb
4). Model Atom Rutherford dan Kelemahannya
Rutherford mengajukan teori atomnya, yaitu:
a. Sebagian besar atom berupa ruang kosong, sehingga semua massa atom
terpusat pada inti atom yang sangat kecil.
b. Atom disusun dari:
1) Inti atom yang bermuatan positif.
2) Elektron-elektron yang bermuatan negatif yang mengelilingi inti atom.
c. Seluruh proton terpusat di dalam inti atom.
d. Banyaknya proton di dalam inti sama dengan jumlah elektron yang
mengelilingi inti atom, sehingga atom bersifat netral.

Gambar 2.8.commit
ErnesttoRutherford
user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Dari teorinya, Rutherford (Gambar 2.8) memodelkan atom sebagaimana


pada sistem tata surya, yaitu elektron-elektron bergerak mengelilingi inti atom
seperti planet-planet mengitari matahari. Sebagai contoh, atom hidrogen
mempunyai inti yang bermuatan +1, maka muatan ini diimbangi oleh 1 elektron
yang mengitari inti. Model atom Rutherford dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Model Atom Rutherford

Satu keberatan dari postulat Rutherford adalah selama elektron bergerak


dalam suatu orbit, maka ada percepatan menuju ke pusat, elektron ini secara
kontinyu mengemisikan radiasi dan secara berangsur-angsur akan melepaskan
energi yang akhirnya akan jatuh ke dalam inti (Gambar 2.10.). Hal ini adalah tidak
mungkin terjadi karena atom itu stabil lagi pula model ini tidak dapat memperoleh
data dari penelitian spektrum atom unsur-unsur.

Gambar 2.10. Elektron yang bergerak melingkar suatu saat akan jatuh ke
inti karena memancarkan energy

5). Model Atom Bohr


Tahun 1913 Bohr (Gambar 2.11.) mengusulkan suatu model atom yang
dapat dijelaskan melalui spektra hidrogen. Ia menerima konsep ini seperti yang
diusulkan oleh Rutherford,akan tetapi dengan menerapkan teori kuantum radiasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

seperti yang dikembangkan oleh Planck dan Einstein dalam menerangkan sifat-
sifat sistem planet elektron. Model atom Bohr dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.11. Niels Bohr


Postulat Bohr berbunyi:
a. Elektron dalam suatu atom bergerak mengitari sekeliling inti pada orbit
tertentu. Setiap orbit mempunyai tingkat energi tertentu dan energi suatu
elektron adalah tetap selama berada pada orbitnya. Elektron yang berada
pada tingkat ini disebut tingkat stasioner dan setiap tingkat energi
dinamakan tingkat energi atau kulit. Elektron pada tingkat energi ini tidak
meradiasikan energi.

Gambar 2.12. Model Atom Bohr


b. Emisi dan absorpsi energi dalam bentuk radiasi hanya dapat dihasilkan
jika suatu elektron pindah dari tingkat stasioner ke tingkat lainnya.
c. Energi tidak diemisikan atau diabsorpsi secara pelan-pelan, tetapi dalam
satuan/paket hʋ (disebut kuantum), dengan h adalah tetapan Planck dan ʋ
adalah frekuensi energi yang diradiasikan.
d. Lebih jauh tingkat energi dari inti, maka lebih besar pula energinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Energi diabsorpsi bila elektron melompat dari orbit bagian dalam ke orbit
yang lebih luar. Energi akan diemisikan bila elektron bergerak dari orbit
yang luar ke orbit yang lebih dalam, seperti terlihat pada Gambar 2.13.
Besarnya kuantum yang diemisikan atau diabsorpsikan dapat ditentukan
dari tingkat energi elektron mula-mula dan tingkat akhir setelah mencapai
keadaan stasioner. Bila E2 dan E1 masing-masing adalah tingkat energi
awal dan akhir, sedang ʋ adalah frekuensi maka:
∆E = E1 – E2 = hʋ
e. Energi yang ada pada setiap orbit dipengaruhi oleh kondisi di mana
momentum anguler (L = m.v.r) elektron yang bergerak dalam orbitnya
mempunyai nilai tertentu yang secara sederhana merupakan kelipatan dari
h/2π.
Dengan L = momentum Anguler, m = massa elektron, v = kecepatan, r =
jari-jari orbit, h = tetapan Planck, dan = orbit yang ditempati elektron (1, 2,
3, …… atau sesuai huruf K, L, M, … …. ).

M
L
K

Gambar 2.13. Perpindahan elektron dalam atom hidrogen


(Sugiarto, 2004:7-16)
Ketika tak ada yang mengeksitasi, elektron hidrogen berada pada
tingkat energi pertama − tingkat yang paling dekat dengan inti. Tetapi
jika anda memberikan energi pada atom, elektron akan tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi − atau bahkan dilepaskan dari atom.
Misalkan suatu elektron tereksitesi ke tingkat energi ketiga.
Elektron akan cenderung melepaskan energi lagi dengan kembali ke
commit to user
tingkat yang lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yang
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

berbeda. Elektron dapat turun, kembali lagi ke tingkat pertama, atau turun
ke tingkat kedua − dan kemudian, pada lompatan kedua, turun ke tingkat
pertama. Jadi kektika electron dalam keadaan tereksitasi, electron
memiliki beberapa cara untuk kembali ke keadaan ground state.

b. Sistem Periodik Unsur


1). Pengelompokan Unsur-Unsur dan Perkembangannya
Pengetahuan berbagai sifat fisis dan kimia yang dimiliki oleh unsur dan
senyawanya telah banyak dikumpulkan oleh para ahli sejak dahulu. Akan tetapi
pengetahuan tadi masih merupakan fakta-fakta yang terpisah-pisah, sehingga
untuk mempermudah mempelajari, memahami, serta mengingat maka diperlukan
penyusunan berdasarkan kesamaan atau kemiripan sifat-sifatnya.
Tabel Sistem Periodik merupakan suatu cara untuk menyusun dan
mengklasifikasi unsur-unsur, dimana unsur-unsur yang mirip sifatnya diletakkan
pada kelompok yang sama. Dengan melihat Tabel Sistem Periodik, para kimiawan
dalam sekejap dapat menginformasikan unsur-unsur mana yang mempunyai
kemiripan sifat.
Pengelompokan unsur-unsur yang paling awal dan sederhana berdasarkan
sifat-sifatnya adalah menjadi kelompok logam dan nonlogam.

Tabel 2.2. Sifat Logam dan Non-logam


Logam Nonlogam
 mempunyai kilap logam  tidak mengkilap
 dapat ditempa  tidak dapat menghantar
 dapat diulur menjadi kawat panas atau listrik
 mengahantar panas dan listrik  pada ummnya berupa gas
 Pada umumnya berupa atau cairan

Lavoisier dalam bukunya (1789) mencatat 16 unsur logam dan 7 unsur bukan
logam saat itu, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Johann W. Dobereiner (1817) adalah orang pertama yang menemukan


adanya hubungan antara sifat unsur dan massa atom relatifnya. Temuan
Dobereiner adalah:
Jika tiga unsur yang sama sifatnya disusun secara berurutan menurut
bertambahnya massa atom relatifnya, maka:
o Massa atom relatif unsur yang kedua merupakan rata-rata massa atom
relatif unsur pertama dan ketiga.
o Sifat lain unsur yang kedua menunjukkan sifat antara yang pertama dan
ketiga.
Selanjutnya kelompok tiga unsur ini disebut “triade”. Mari kita perhatikan contoh
berikut.

Tabel 2.3. Triade Dobereiner


Triade Massa Atom Massa Atom Relatif
Relatif Unsur Kedua
Li 6,940
6,940 + 39,100
Na 22,997 = 23,02
2
K 39,100
Ca 40,08
40,08 + 137,36
Sr 87,63 = 88,72
2
Ba 137,36

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Meskipun triade Dobereiner ini masih jauh dari sempurna, namun temuan
ini mendorong orang untuk menyusun daftar unsur-unsur lebih lanjut sesuai
dengan sifat-sifatnya.
John Newlands (1865) menemukan hubungan lain antara sifat unsur
dengan massa atom relatif, sesuai dengan hukum yang disebutnya “hukum oktaf”.
Ia menyusun unsur-unsur ke dalam kelompok tujuh unsur dan setiap unsur
kedelapan mempunyai sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesembilan
mirip dengan unsur kedua, dan seterusnya.

Tabel 2.4. Daftar Newlands

Kelemahannya ialah:
 Tidak memperhitungkan letak unsur-unsur yang belum ditemukan
 Terdapat banyak pasangan unsur yang terpaksa ditempatkan pada satu
posisi daftar.
Begeyer de Chancourtois, adalah orang pertama yang berhasil memperoleh
suatu penyusunan unsur secara periodik berdasarkan fakta bahwa jika unsur-unsur
disusun menurut penurunan massa atom, diperoleh secara periodik unsur yang
sifatnya mirip.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

De Chancourtois menggunakan harga massa atom relatif dalam garis lilitan


sebuah silinder tegak. Dibaginya permukaan badan silinder menjadi enambelas
bagian yang sama dengan garis yang sejajar dengan sumber silinder, berdasarkan
massa atom relatif oksigen-16. Kurva dialurkan dari dasar silinder ke atas dengan
sudut 45o. Kurva ini disebut “Telluric Screw” dan pada garis vertikal terdapat
unsur-unsur yang mirip sifatnya.

Gambar 2.14. “Telluric screw” de Chancourtois

2). Sistem Periodik Pendek


Julius Lothar Meyer (1870 dari Jerman) menemukan hubungan yang
lebih jelas antara sifat unsur dan massa atom relatif. Ia menemukan keperiodikan
sifat unsur-unsur, jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatif.
Dalam mempelajari keperiodikan unsur-unsur ia lebih menekankan pada sifat-
sifat fisika.
Meyer membuat grafik dengan mengalurkan volume atom unsur terhadap
massa atom relatif. Volume atom unsur diperoleh dengan cara membagi massa
atom relatif dengan kerapatan unsur. Grafik menunjukkan bahwa unsur-unsur
yang sifatnya mirip terletak pada bagian grafik yang mirip bentuknya. Misalnya
Na, K, Rb terdapat di puncak grafik, ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
sifat unsur dengan massa atom relatifnya.
Di Rusia Mendeleyev (Gambar 2.15.) juga menyusun satu daftar seperti
yang dilakukan Meyer yang terdiricommit
dari 65tounsur
user yang telah dikenal pada masa itu.
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Selain dari sifat fisika, ia menggunakan sifat-sifat kimia untuk menyusun daftar
unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif.

Gambar 2.15. Dimitry Mendeleyev

Tabel Sistem Periodik Mendeleyev yang telah disempurnakan (1871)


terdiri atas golongan (lajur tegak) dan periode (deret mendatar).
Keuntungan Tabel Periodik Mendeleyev dalam memahami sifat unsur ialah:
1. Sifat kimia dan sifat fisika unsur dalam satu golongan berubah secara
teratur.
2. Dapat meramal sifat unsur yang belum diketemukan, yang akan mengisi
tempat kosong dalam daftar.
3. Tabel ini tidak mengalami perubahan setelah penemuan unsur-unsur gas
mulia.
Kelemahan Tabel Periodik Mendeleyev:
1. Panjang periode tidak sama.
2. Triade besi (Fe, Co, dan Ni), triade platina ringan (Ru, Rh, dan Pd), dan
triade platina (Os, Ir, dan Pt) dimasukkan ke dalam golongan VIII.
3. Selisih massa atom relatifnya antara dua unsur yang berurutan tidak teratur
(antara –1 dan +4), sehingga sukar untuk meramal unsur-unsur yang
belum ditemukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.5. Tabel Sistem Periodik Mendeleyev

3). Golongan, Periode, dan Konfigurasi Elektron dalam Sistem Periodik


Panjang
Henry Mosely melakukan percobaan menggunakan berbagai logam
sebagai antikatoda pada tabung sinar X. Moseley menyimpulkan bahwa ada
perubahan yang teratur dari energi sinar X sesuai dengan perubahan nomor atom
dan bukan massa atom relatif.
Berikut kita pelajari Tabel Sistem Periodik sederhana, yaitu mulai nomor
atom 1 (hidrogen) sampai nomor atom 20 (kalsium) seperti ditunjukkan gambar
16. Kedua puluh unsur ini termasuk unsur-unsur utama dan nomor golongannya
dibubuhi huruf A (Gambar 2.17). Unsur-unsur yang terletak pada lajur tegak
disebut golongan. Golongan-golongan diberi nomor I, II, III, dan seterusnya.
Misalnya Golongan II terdiri dari unsur-unsur berilium, magnesium, dan kalsium.
Unsur-unsur dalam deret mendatar disebut periode. Misalnya, delapan unsur-
unsur mulai natrium sampai argoncommit
terletaktodalam
user periode.
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Perhatikan pula struktur elektron unsur-unsur dalam gambar 16. Unsur-


unsur tersebut mempunyai pola yang sama. Dari litium sampai neon, banyaknya
elektron pada kulit terluar bertambah dari periode 1 sampai 8. Kemudian terulang
lagi pada periode berikutnya dari natrium pada periode 1 sampai argon pada
periode 8.
Dalam setiap golongan, banyaknya elektron pada kulit terluar setiap unsur
selalu sama sesuai nomor golongannya. Misalnya, fluor dan klor keduanya
merupakan unsur-unsur yang terletak pada golongan VII, maka kedua unsur
tersebut memiliki 7 elektron pada kulit terluarnya. Struktur elektron sangat
penting untuk memahami sifat-sifat unsur pada Tabel Sistem Periodik.
Konfigurasi electron untuk 20 unsur pertama dapat dilihat pada Gambar 2.16.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id

commit to user
44
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.16. Konfigurasi elektron 20 unsur pertama dalam Sistem Periodik 44


perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.17. Sistem Periodik bentuk panjang


Unsur-unsur utama yang terdiri dari delapan golongan dikenal dengan nama-nama
tertentu sebagai berikut (Tabel 2.7)

Tabel 2.6. Nama Golongan Unsur Utama


Lambang Nama Golongan Elektron
Golongan Valensi
IA Golongan Alkali 1
IIA Golongan Alkali Tanah 2
IIIA Golongan Boron 3
IVA Golongan Karbon 4
VA Golongan Nitrogen 5
VIA Golongan Oksigen 6
VIIA Golongan Halogen 7
VIIIA atau 0 Golongan Gas
commit to Mulia
user 8
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

4). Sifat Keperiodikan Unsur


Yang dimaksud dengan sifat-sifat periodik ialah bahwa ada hubungan
antara sifat-sifat suatu unsur dengan letaknya pada Tabel Sistem Periodik. Sifat-
sifat ini berubah dan berulang secara periodik, sesuai dengan perubahan nomor
atom dan konfigurasi elektron. Berikut kita bahas tentang: jari-jari atom, energi
ionisasi, afinitas elektron, keelektronegatifan, dan kelogaman.
a) Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron pada kulit
terluar. Dikenal pula jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif.
Untuk unsur-unsur segolongan:
Jari-jari atom makin ke bawah makin besar. Karena jumlah kulit yang
dimiliki atom semakin banyak, maka kulit terluar semakin jauh dari inti
atom.
Untuk unsur-unsur seperiode:
Jari-jari atom semakin pendek dari kiri ke kanan. Sekalipun jumlah
kulitnya sama, tetapi banyaknya proton bertambah sehingga elektron-
elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti.
Hubungan antara nomor atom dengan jari-jari atom digambarkan
dalam grafik berikut (Gambar 2.18).

Gambar 2.18. Hubungan nomor atom dengan jari-jari atom

Jari-jari ion positif:


Jika suatu atom melepaskan elektron sehingga terbentuk ion positif
(kation),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Pada kation jumlah proton lebih banyak daripada elektron dan


mempunyai konfigurasi elektron yang stabil seperti pada gas mulia.
Tabel 2.7. Perbandingan atom dan kationnya

Jari-jari kation ini lebih kecil daripada jari-jari atomnya. Hal ini
disebabkan lepasnya elektron terluar mengakibatkan kulitnya berkurang.

Tabel 2.8. Ukuran jari-jari atom dan kationnya

Jari-jari ion negatif


Jika suatu atom menangkap elektron sehingga terbentuk ion negatif
(anion),

Pada anion jumlah elektron lebih banyak daripada proton dan mempunyai
konfigurasi elektron yang stabil seperti pada gas mulia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.9. Perbandingan atom dan anionnya

Jari-jari anion ini lebih besar daripada jari-jari atomnya.


Sebab tambahan elektron ini mengakibatkan terjadi tolak-menolak
antar elektron di kulit terluar.

Tabel 2.10. Perbandingan jari-jari atom dan anionnya

b) Energi ionisasi
Untuk melepas elektron terluar dari suatu atom dalam wujud gas
diperlukan energi. Energi minimum yang diperlukan ini disebut energi
ionisasi pertama.
Selain itu dikenal pula energi ionisasi kedua, ketiga, dan seterusnya.
Energi ionisasi kedua, berarti energi minimum yang diperlukan untuk
melepas elektron kedua dari suatu ion yang bermuatan +1. Besarnya energi
ionisasi 20 unsur pertama tampak pada Tabel 2.11 berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.11. Harga Energi Ionisasi 20 Unsur Pertama (kJ. mol-1)

Secara umum disimpulkan, bahwa:


 Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar atom itu melepaskan
elektron terluarnya. Jadi, semakin stabil atom tersebut.
 Energi ionisasi unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah
berkurang dan dalam satu periode dari kiri ke kanan bertambah besar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.19 berikut menunjukkan hubungan antara nomor atom dengan


energi ionisasi pertama

Gambar 2.19. Hubungan Nomor Atom dengan Energi Ionisasi Pertama

c) Afinitas Elektron
Jika suatu atom dalam wujud gas menerima elektron, maka
dilepaskan energi. Energi yang dilepas ini disebut afinitas elektron.

Masih banyak atom-atom yang belum diketahui harga afinitas


elektronnya, karena penentuan harga afinitas elektron secara langsung sulit
dilakukan.
Unsur-unsur yang mudah membentuk ion negatif disebut unsur yang
elektronegatif. Harga afinitas elektron kurang menunjukkan sifat
keperiodikan, sehingga sering digunakan skala keelektronegatifan.

d) Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan suatu atom untuk
menarik elektron dalam ikatannya. Besarnya harga keelektronegatifan
bersifat relatif antara suatu atom dengan atom lain. Linus Pauling (1932)
memberi harga tertinggi pada fluor (4) karena paling mudah membentuk
ion negatif. Beberapa harga keelektronegatifan unsur-unsur utama
disajikan dalam Tabel 2.13 berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.12. Harga Keelektronegatifan Beberapa Unsur Utama

e) Sifat kelogaman
Unsur-unsur dalam sistem periodik juga dikelompokkan menjadi
logam dan non-logam (Gambar 2.20). Batas antara logam dan non-logam
tidak begitu jelas karena ada beberapa unsur yang dapat memilik sifat
logam maupun non-logam, unsur-unsur ini termasuk kelompok semi
logam atau metalloid. Unsur-unsur metaloid terletak pada batas garis
tangga diagonal, yaitu B, Si, Ge, As, Sb, dan Te. Sebelah kiri batas garis
diletakkan unsur-unsur logam, sedang unsur-unsur logam terletak di
sebelah kanan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.20. Letak Unsur-unsur Logam dan Non-logam


dalam Sistem Periodik
(Sugiarto, 2004:21-38)

13. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Micheal M. van Wyk (2011) dalam jurnal
internasionalnya yang berjudul The Effects of Teams-Games-Tournaments on
Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Students.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek dari pembelajaran
kooperatif dengan metode Teams-Games-Tournaments ( TGT) pada prestasi,
daya ingat, dan sikap siswa dimana TGT sebagai metode mengajar. Desain
penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest, quasi-experimental.
Instrumen Pengumpulan data, tes kognitif, afektif, tes daya ingat siswa. Hasil
menunjukkan bahwa hasil tes prestasi kognitif untuk kelas eksperimen
(menggunakan metode TGT) adalah 52.99, sedangkan untuk kelas kontrol
(menggunakan metode ceramah) adalah 50.13. Ini menjelaskan bahwa kelas
yang menggunakan metode TGT memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada
kelas yang menggunakan metode ceramah. Sedangkan untuk tes daya ingat
siswa pada kedua kelas menghasilkan hasil yang sama. Kelas eksperimen
memberikan sikap yang positif ke arah pembelajaran TGT sebagai metode
pembelajaran untuk pendidikan ekonomi.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani KD (2010) yang berjudul
commit to user
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi


Kabupaten Pasuruan Pada Materi Keragaman Bentuk Muka Bumi. Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif TGT siswa
sangat pasif, namun setelah diterapkan model pembelajaran TGT, tampak
peningkatan aktivitas belajar siswa baik pada siklus I, siklus II , dan
siklus III. Sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif TGT aktivitas
siswa rendah, rata-rata klasikal hanya mencapai 63,65. Namun setelah
dilaksanakan tindakan, siklus I, rata-rata klasikal naik menjadi 79,70;
Siklus II rata-rata klasikal 84,19 dan Siklus III 87.64. Itu berarti
terdapat peningkatan sebesar 37,7%. Model pembelajaran kooperatif TGT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun
afektif. Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan sangat disenangi siswa.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Masdiana Sinambela (2009) yang berjudul
Model Belajar Teams Games Tournament (TGT) untuk Mengefektifkan
Perkuliahan Toksikologi. Hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan
metode TGT memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
pembelajaran sebelumnya yang hanya menggunakan metode ceramah dan
resitasi, ini berarti metode pembelajaran TGT efektif jika diterapkan dalam
perkuliahan toksikologi.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Belinda Soo-Phing TEOH and Dr.Tse-Kian
NEO (2007) dalam jurnal internasionalnya yang berjudul Interactive
Multimedia Learning: Students’ Attitudes and Learning Impact In An
Animation Course. Hasil penelitian ini adalah penggunaan media komputer
yang interaktif sebagai media pembelajaran dapat membantu dalam transfer
ilmu dan dengan adanya interaksi maka informasi dapat terkunci dalam
pikiran siswa lebih lama.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori dapat disusun
kerangka berfikir sebagai berikut: Pada pembelajaran kimia di SMA Batik 1
Surakarta khususnya pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur, prestasi belajar siswa pada materi ini masih dibawah KKM. Hal ini
mungkin dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan
pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur adalah ceramah disertai
diskusi. Pembelajaran lebih dominan berlangsung dalam satu arah walaupun
ketika diskusi berlangsung dalam dua arah. Akan tetapi, diskusi ini dirasa masih
kurang efektif karena kebanyakan siswa masih cenderung pasif. Hal ini dapat
dilihat dari diskusi yang hanya diikuti oleh beberapa siswa yang aktif berpendapat
sementara siswa yang lain hanya diam menjadi penonton. Selain itu kegiatan
pembelajarannya monoton sehingga siswa cenderung merasa bosan. Penyampaian
informasi juga hanya secara audio sehingga informasi yang diperoleh siswa
tersimpan di pikiran siswa dalam waktu yang kurang lama.
Oleh karena itu diperlukan metode yang sesuai dengan materi struktur
atom dan sistem periodik unsur dan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran yang sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk
dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam sebuah kelompok. Salah satu
alternatif metode yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran kooperatif
Team Games Tournament (TGT). Metode TGT dapat digunakan dalam materi
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur karena materi ini banyak mengandung
konsep-konsep yang berupa hafalan dan sedikit yang berupa hitungan. Dengan
metode TGT pembelajaran akan lebih dominan berlangsung dalam dua arah
sehingga diharapkan siswa akan menjadi lebih aktif. Selain itu, kegiatan
pembelajaran bervariasi, yaitu dengan adanya permainan destinasi. Permainan ini
diadaptasi dari permainan ular tangga. Dengan adanya permainan ini siswa akan
berlomba-lomba untuk dapat memenangkan game tersebut. Di sisi lain, dengan
adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan suatu bentuk latihan soal bagi
siswa untuk banyak berlatih commit to user
menjawab pertanyaan sehingga siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

memahami pelajaran dengan baik dan suasana pembelajaran menjadi


menyenangkan Sedangkan untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran
dan untuk mengoptimalkan pembelajaran TGT maka digunakan media power
point yang dapat menarik minat siswa karena bentuk aplikasinya yang lebih
interaktif. Dengan adanya media power point, informasi dapat disampaikan
dalam bentuk audio-visual sehingga informasi yang diperoleh siswa dapat
tersimpan dalam pikiran siswa dalam waktu yang lebih lama. Dengan adanya
kolaborasi antara metode pembelajaran TGT menggunakan permainan destinasi
dengan media power point yang bersifat audiovisual maka diharapkan dapat
membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan
peran aktif siswa dalam pembelajaran serta diharapkan informasi yang tersimpan
dalam pikiran siswa akan bertahan dalam waktu yang lebih lama sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah , kajian teori dan kerangka berfikir
diatas maka dapat diprediksi bahwa Metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) dilengkapi dengan media power point dan destinasi efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
siswa kelas X semester satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.
Adapun alur pemikiran dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.21
sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Prestasi belajar Prestasi belajar


struktur atom dan struktur atom dan
SPU rendah SPU rendah

Metode ceramah disertai Metode TGT dengan


diskusi destinasi dilengkapi media
 Informasi lebih dominan power point
terjadi satu arah  Informasi lebih dominan
- Diprediksi siswa terjadi dua arah
cenderung pasif - Diprediksi siswa menjadi
 Monoton aktif
- Diprediksi suasana  Bervariasi
belajar cenderung - Diprediksi suasana
membosankan belajar menjadi
 Penyampaian informasi menyenangkan
secara audio  Penyampaian informasi
- Diprediksi informasi secara audio-visual
tersimpan di pikiran - Diprediksi informasi
siswa dalam waktu tersimpan di pikiran
yang kurang lama siswa dalam waktu yang
lebih lama

Prestasi belajar Prestasi belajar


struktur atom dan struktur atom dan
SPU tinggi SPU lebih tinggi

Metode TGT dengan destinasi dilengkapi media power point lebih


efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
struktur atom dan SPU dari pada metode ceramah disertai diskusi

Gambar 2.21. Skema Kerangka Berfikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berfikir di
atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

“Metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dilengkapi dengan


media power point dan destinasi efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik
1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013”.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta dengan subyek
penelitian siswa-siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-
tahap pelaksanaannya sebagai berikut:
Bulan
Feb Maret April Mei Juni Juli Agst- Okt-
Kegiatan
Sept selesai
Pengajuan Judul
Permohonan Ijin
Penyusunan Proposal
Pengajuan proposal
penelitian
Penyusunan dan uji
instrument
Seminar proposal
Pengambilan data
Analisis data
Penyusunan laporan
Gambar 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

B. Rancangan/Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Eksperimen ini berupa
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT dilengkapi dengan media power
commit to user
point dan destinasi. Pada penelitian ini menggunakan dua kelas, satu sebagai kelas

58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

kontrol dan yang satu sebagai kelas eksperimen. Dari penelitian ini siswa yang
diperlakukan sebagai kelas kontrol adalah kelas siswa yang dikenai metode
ceramah disertai diskusi. Sedangkan kelas eksperimen adalah kelas siswa yang
dikenai metode TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi. Pada
akhir eksperimen kedua kelas tersebut diukur hasil belajarnya dengan
menggunakan alat ukur yang sama, yaitu tes kognitif bentuk objektif, angket
afektif.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest
Posttest Control Group Design. Menurut Sugiyono (2007: 76) dalam desain ini
terdapat dua kelas yang dipilih secara random. Untuk mengetahui keadaan awal
siswa digunakan nilai hasil pretest dan nilai siswa pada semester sebelumnya.
Pada akhir eksperimen kedua kelompok diberikan tes, hasilnya kemudian
dibandingkan, dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Pola Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen T1 Xa T2
Kelas kontrol T1 Xb T2

Keterangan :
TI : Hasil pretest
T2 : Hasil posttest
Xa : Perlakuan dengan metode TGT dilengkapi dengan media power point
dan destinasi
Xb : Perlakuan dengan metode ceramah disertai diskusi
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Memberikan pretest TI pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengukur rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan.
2. Memberikan perlakuan Xa pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran
dengan metode TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi.
3. Memberikan perlakuan Xb pada kelompok kontrol berupa pembelajaran
commit to user
dengan metode ceramah disertai diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

4. Memberikan posttest T2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol


untuk mengukur rata-rata prestasi belajar yang siswa setelah diberi perlakuan
Xa dan Xb.
5. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 (prestasi belajar) pada kelompok
eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest.
6. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 (prestasi belajar) pada kelompok
kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest.
7. Membandingkan prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
menentukan perbedaan yang timbul, jika ada sebagai akibat perlakuan.
8. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan
tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester satu Sekolah
Menengah Atas (SMA) Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari
9 kelas.
2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2007: 81) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sesuai dengan pendapat tersebut
maka sampel dari penelitian ini adalah dua kelas dari sembilan kelas yang ada
dalam populasi. Pembagian kedua kelas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan metode TGT dilengkapi
dengan media power point dan destinasi.
b. Kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah disertai
diskusi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

D. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sistem Cluster Random Sampling, yaitu penelitian sampel dimana yang dipilih
secara random bukan individual, tetapi kelompok-kelompok. Menurut Budiyono
(2003: 37) dalam pengambilan sampel dengan cara ini, kluster-kluster yang ada
dianggap homogen (sama antara satu dengan yang lainnya). Dari sembilan kelas
yang menjadi populasi terdapat lima kelas yang homogen dan berdistribusi
normal. Uji normalitas dan homogenitas menggunakan nilai UAN mata pelajaran
IPA. Kemudian dari lima kelas tersebut diacak dan diambil dua kelas sebagai
sampel dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas yang lain sebagai
kelas kontrol. Sebelumnya sampel juga di uji T-Matching yang menyatakan
bahwa rata-rata nilai UAN mata pelajaran IPA kelas eksperimen sama dengan
kelas kontrol.

E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 38) variabel adalah sesuatu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel Bebas
Sugiyono (2007: 39) mengatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran TGT yang dilengkapi
media power point dan destinasi
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar kimia materi pokok Struktur atom dan sistem periodik unsur
ranah kognitif dan afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi teknik
wawancara, tes dan angket yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai
berikut :
a. Teknik Wawancara
Sugiyono (2007: 137 menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran kimia untuk
mengetahui kondisi kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas dan prestasi
belajar siswa. Wawancara dilakukan sebelum proses pelaksanaan penelitian.
b. Teknik Tes
Arikunto (2002: 127) menyatakan bahwa tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Data yang diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa ranah kognitif, sebelum diujikan kepada siswa soal tersebut
diujicobakan kepada kelompok uji coba. Hasil ujicoba digunakan untuk
analisis item.
c. Teknik Angket
Menurut Sugiyono (2007 : 142) angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe angket tertutup. Sugiyono
mengatakan bahwa angket tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu
alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Angket dalam
penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar siswa
commit
pada ranah afektif. Bentuk angket to digunakan
yang user adalah bentuk ceklist, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

bentuk dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (v) pada kolom yang
disediakan.

F. Validitas Instrumen Penelitian


a. Instrumen Tes
Tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah kognitif. Langkah-
langkah penyusunan instrument tes adalah sebagai berikut:
1) Proses spesifikasi data
Ditekankan pada penyusunan konsep yang menjadi pusat perhatian, kemudian
menentukan indikator.
2) Penyusunan kisi-kisi tes
Dari variabel dan indikator yang telah dirumuskan dapat dibuat kisi-kisi tes.
Kisi-kisi tes dapat diperoleh pedoman penyusunan item pertanyaan maupun
pernyataan beserta jumlahnya sehingga keseluruhan aspek dapat tercakup.
3) Penyusunan item tes
Dari kisi-kisi tes yang telah dibuat, disusun item soal/tes.
4) Uji coba soal
Instrumen tes yang baik adalah instrumenyang telah diujicobakan kepada
kelas lain kemudian baru diterapkan pada kelas pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Instrumen tes yang baik dapat diketahui dengan terlebih dahulu
mencari taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibitasnya.
5) Perbaikan soal tes
Setelah mengetahui kualitas soal tes dari perhitungan taraf kesukaran, daya
pembeda, validitas, dan realibitasnya, maka soal yang masih berkualitas
rendah perlu didrop dan digantikan dengan soal tes yang lain.
a) Uji validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi dan validitas item/butir.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

(1). Validitas Isi


Validitas adalah kesesuaian suatu hal yang diukur dengan alat
ukurnya, suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas tinggi.
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas keseluruhan butir
soal adalah formula dari Gregory (2007:123). Pada formula Gregory
diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara
indikator dengan butir-butir instrument, dalam bentuk menilai relevan
atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan
dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut :

𝐷
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 (𝐶𝑉) =
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan :
A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan
menurut Panelis II
C : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis II dan relevan
menurut Panelis I
D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0.700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
Pada soal kognitif telah dilakukan uji validitas dengan menggunakan
formula Gregory dan diperoleh harga CV sebesar 0,95 sehingga
analisis dapat dilanjutkan.

(2). Validitas Item


Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan,
atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika tes
tersebut dapat dengan tepat, benar, shahih atau absah mengungkap
commit
atau mengukur apa yang to user diukur lewat tes tersebut. Dalam
seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

penelitian, validitas yang diuji adalah validitas butir soal atau


validitas item. Penelitian ini menggunakan tes objektif bentuk pilihan
ganda, dimana setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor 1
(satu), sedangkan untuk setiap jawaban salah diberi skor 0 (nol).
Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal yaitu
korelasi point biserial sebagai berkut:

M p  Mt p
rpbi 
SDt q

Keterangan :
rpbi : koefisien korelasi biserial
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa, untuk butir item
yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt : skor rata-rata dari skor total
SDt : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang
sedang diuji validitas itemnya

q : proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang


sedang diuji validitas itemnya (q=1-p)
Kriteria pengujian:
Jika r pbi ≥ r tabel maka soal dinyatakan valid
Jika r pbi < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%.
(Sudijono, 2008: 185)
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui
harga kritik (rtabel) sebesar 0,329. Ringkasan hasil uji validitas soal kognitif
setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.2, sedangkan analisis
hasil uji validitas soal kognitif dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran
24. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas
Soal pada Aspek Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Kognitif 40 Valid Invalid
31 9

b) Uji Reliabitas
Kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan.
Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara
berulang kali terhadap subjek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil
yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil selama aspek yang diukur
dalam diri subjek memang belum berubah. Realibilitas dapat dicari dengan
menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson.
Menurut Kuder dan Richardson, cara menentukan reliabilitas tes itu adalah
lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes
yang bersangkutan (Sudijono, 2008: 252).
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan
rumus KR20 sebagai berikut:

 n   S1   PQ 
2
r11 =   
 n  1  S12 
Keterangan :
r11 : koefisien reliabilitas tes
n : jumlah item dalam instrumen
2
St : varian total
P : jumlah siswa yang menjawab dengan benar butir item yang
bersangkutan
Q : 1-P
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product moment. Apabila harga r1 > rtabel maka tes instrumen tersebut
commit to user
adalah reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut :


> 0,70 = reliabilitas tinggi
< 0,70 = reliabilitas rendah

Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif terangkum dalam
Tabel 3.3. Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif yang
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 24.

Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji


Reliabilitas Soal pada Aspek Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Kognitif 40 0,915 Tinggi

c) Tingkat kesukaran
Taraf kesukaran suatu soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks
kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu
soal. Pengujian tingkat kesukaran soal dari Anas Sudijono (2008: 372) sebagai
berikut:
B
P=
JS

Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang
0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah
commit to user (Depdiknas, 2009: 9).
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Hasil uji coba taraf kesukaran soal penilaian kognitif terangkum


dalam Tabel 3.4. Hasil uji taraf kesukaran instrumen soal penilaian kognitif
yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 24.

Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf
Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif
Jenis soal Taraf Kesukaran Soal
Jumlah Soal
Mudah Sedang Sukar
Kognitif 40 14 15 11

d) Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi
(D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah sebagai berikut :

BA BB
D   PA  PB
JA JB

Keterangan :
D = indeks diskriminasi
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar

BA
PA  = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
JA
dengan benar (P sebagai indeks kesukaran)
B
PB  B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Klasifikasi daya pembeda soalcommit


adalah to user berikut :
sebagai
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)


D : 0,20 - 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 - 0,70 : baik (good)
D : 0,70 - 1,00 : baik sekali (exellent)
D : negatif : tidak baik (butir soal dibuang )
(Arikunto, 2005: 211-218)
Hasil uji coba daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif
yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.5. Hasil uji daya pembeda soal
yang lebih rinci bisa dilihat pada Lampiran 24.

Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya
Pembeda Soal pada Aspek Kognitif
Jenis Jumlah Kriteria
Soal Soal Baik Baik Cukup Jelek Jelek
Sekali Sekali
Kognitif 40 3 15 12 6 4

b. Instrumen Angket
Angket digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar ranah
afektif. Data yang diperoleh dari ujicoba angket digunakan untuk mengetahui
validitas dan realibilitas angket. Angket yang telah tersusun ini kemudian
digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran kimia. Sebelum
menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi
kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya
dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian
yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun item-item angket.
Ada lima macam instrument aspek afektif yaitu instrument minat, sikap,
konsep diri, nilai, dan moral.
1) Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta
commit to user
didik terhadap mata ajar.
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

2) Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap


suatu obyek, misal mata ajar.
3) Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
diri sendiri.
4) Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu.
5) Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral individu.
Bentuk angket yang dgunakan dalam penelitian ini adalah bentuk ceklist
yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal member tanda cek (v) pada
kolom yang disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Untuk item positif
skor yang diberikan skor yang diberikan mulai dari 4 sampai 0. Keterangan
penyekorannya ditunjukkan pada Tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6. Pensekoran Aspek Afektif


Skor untuk aspek yang Skor
dinilai Pernyataan positif (+) Pernyataan negatif (-)
SS (Sangat Setuju) 4 1
S (Se 3 2
tuju)
TS (Tidak Setuju) 2 3
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4
(Depdiknas, 2008: 16)

Keterangan
 Jumlah nilai 121 - 160 sangat baik (A)
 Jumlah nilai 81 - 120 baik (B)
 Jumlah nilai 41 - 80 cukup (C)
 Jumlah nilai ≤ 40 kurang (D)
Instrument angket perlu diuji untuk mengetahui validitas dan realibilitas angket.
1) Validitas
a. Validitas Isi
Validitas adalah kesesuaian suatu hal yang diukur dengan alat
ukurnya, suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas tinggi.
commit to user
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas keseluruhan butir
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

soal adalah formula dari Gregory (2007:123). Pada formula Gregory


diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara
indikator dengan butir-butir instrument, dalam bentuk menilai relevan
atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan
dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut :

𝐷
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 (𝐶𝑉) =
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan :
A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan
menurut Panelis II
C : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis II dan relevan
menurut Panelis I
D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0.700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
Pada soal afektif telah dilakukan uji validitas dengan menggunakan
formula Gregory dan diperoleh harga CV sebesar 0,825 sehingga
analisis dapat dilanjutkan.

b. Validitas Item
Validitas dari instrumen angket ini adalah validitas konstruksi atau
konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan
sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep
yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut.
Validitas konstruksi inipun akan mudah ditentukan pada tes hasil
belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang
guru, khususnya apabila ditaati langkah merumuskan tujuan
commit to user
instruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

perencanaan tes buatan guru. Apabila isi item-item yang merupakan


suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau
konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes
tersebut memiliki validitas konstruksi yang tinggi. Untuk menghitung
validitas butir soal angket digunakan rumus Pearson Product Moment
sebagai berikut:

N  XY   X  Y 
rxy 
N  X 2

  X  N  Y 2   Y 
2 2

Keterangan:
rxy = koefisien validitas
N = jumlah subyek
X = skor butir item soal yang dijawab benar
Y = skor total
(Widoyoko, 2009: 137)
Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item adalah:
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : Tinggi (T)
0,41 – 0,70 : Cukup (C)
0,21 – 0,40 : Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)
kriteria item soal dinyatakan valid jika rxy ≥ rtabel. Sedangkan kriteria
item dinyatakan tidak valid jika rxy < rtabel.
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui
harga kritik (rtabel) sebesar 0,329. Ringkasan hasil uji validitas angket afektif
setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.7, sedangkan analisis
hasil uji validitas angket afektif dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran
26.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas
Soal pada Aspek Afektif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Afektif 40 Valid Invalid
40 -

2) Realibilitas
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Koefisien Alpha yaitu
sebagai berikut:

 n   S 
2

r11    1  2 
 n - 1   S t 

Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = jumlah item
∑S2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
St2 = Varian total
kriteria reliabilitasnya adalah :
> 0,70 : reliabilitas tinggi
< 0,70 : reliabilitas rendah
Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian afektif terangkum dalam
Tabel 3.8. Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian afektif yang
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 26.

Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji


Reliabilitas Soal pada Aspek Afektif
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Afektif 40 0,951 Tinggi

c. Media Pembelajaran (Power Point)


Instrumen yang digunakan untuk menvaliditas media pembelajaran
commit to user
dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

kriteria media yang baik, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun item-item angket, meliputi tiga jenis sesuai dengan peran dan
posisi responden dalam evaluasi media, antara lain :
1. Instrumen untuk Ahli Materi
Digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas media ditinjau dari
kebenaran konsep dan isi pembelajaran.
2. Instrumen untuk Ahli Media
Digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas tampilan, pemrograman,
keterbacaan menyampaikan konten tertentu.
3. Instrumen untuk Teman Sejawat.
Digunakan untuk memperoleh data guna menganalisa daya tarik dan ketepatan
materi yang diberikan kepada siswa.
Instrumen validitas media pembelajaran berupa angket, jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan skor. Setiap
pernyataan diberi pilihan bobot 1, 2, 3, dan 4, yang diuraikan sebagai berikut:
Layak : 4
Cukup layak : 3
Kurang layak : 2
Tidak layak : 1
Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif dimana keputusan media layak atau tidak untuk digunakan dalam
penelitian dapat diketahui dari kesimpulan yang diberikan oleh responden setelah
pengisian angket, yakni:
1. Layak untuk digunakan tanpa revisi
2. Layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan

d. Media Pembelajaran (Destinasi)


Instrumen yang digunakan untuk menvaliditas media pembelajaran
dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan
commit
kriteria media yang baik, selanjutnya to user ini digunakan sebagai pedoman
indikator
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

dalam menyusun item-item angket. Aspek yang dinilai meliputi tampilan, teknik
penggunaan dan kemanfaatan. Menggunakan dua panelis yang merupakan ahli
media dan materi.
Instrumen validitas media pembelajaran berupa angket, jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan skor. Setiap
pernyataan diberi pilihan bobot 1, 2, 3, 4 dan 5, yang diuraikan sebagai berikut:
1 (sangat tidak baik) dengan simbol (STB)
2 (tidak baik) dengan simbol (TB)
3 (cukup) dengan simbol (C)
4 (baik) dengan simbol (B)
5 (sangat baik) dengan simbol (SB)
Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan teknik analisis deskriptif
dimana keputusan media layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian dapat
diketahui dari kesimpulan yang diberikan oleh responden setelah pengisian
angket, yakni:
1. Layak untuk digunakan tanpa revisi
2. Layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan

G. Analisis Data
1. Uji Prasarat Analisis

Data yang diperlukan dianalisis dengan menggunakan uji t–pihak kanan.


Oleh karena itu perlu dipenuhi uji prasyarat analisisnya yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak.
Metode Lilliefors digunakan dengan prosedur :
1). Hipotesis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Ho : sampel berasal dari populasi normal


H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji
L = max F Zi   S Zi 

Dengan:
Z berdistribusi N (0,1)
F(Zi) = P(Z ≤ Zi)
S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi
3). Taraf Siginifikansi (  ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { L  L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung  DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak
(Budiyono, 2009: 169-170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak, untuk mengetahui homogenitas
varians digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett adalah sebagai berikut:

χ2 
2,303
C
f log RKG -  f j log s 2j 

dengan :
χ2 ~ χ2 (k – 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
k
f=N–k= f
j 1
j = derajat kebebasan untuk RKG = N – k

fj = derajat kebebasan untuk Sj2 = ni – 1


j = 1, 2, …, k
commit to user
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

C 1
1  1 1
   dan RKG 
 SS j
3(k - 1)  f j f  f j
 X  2

serta SS j   X   n  1s 2j
2 j
j j
nj

SS j
dimana s 2 j 
n j 1

kriteria :
χ2 < χ2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang homogen
χ2 ≥ χ2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
(Budiyono, 2009: 175-177)
c. Uji t-Matching
Uji t- matching bertujuan untuk mencari kesetaraan antara dua sampel
dalam penelitian.
1) Menentukan Hipotesis
Ho; µ1 = µ2 = tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai semester I kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
H1; µ1 ≠ µ2 = ada perbedaan antara rata-rata nilai semester I kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
2) Komputasi

3) Daerah Kritik
α =0,05 dk = n1+ n2 -2
4) Kriteria Uji
Ho diterima jika t hitung< t tabel (Budiyono, 2009: 156)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

2. Uji Hipotesis
Teknik analisis data untuk uji hipotesis digunakan “Uji t” yaitu uji t pihak
kanan dengan kriteria :
Ho : 1  2
H1 : 1 > 2

Keterangan :
Ho = Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode TGT
dilengkapi dengan media power point dan destinasi lebih rendah atau
sama dengan prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode
ceramah disertai diskusi.

H1 = Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode TGT


dilengkapi dengan media power point dan destinasi lebih tinggi dari pada
prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode ceramah
disertai diskusi.

μ1 = nilai rata-rata kelas eksperimen

μ2 = nilai rata-rata kelas kontrol

Kriteria : Terima Ho jika t hit < ttab

Tolak Ho jika t hit > ttab

Rumus yang digunakan adalah :

X1  X 2
t
1 1
S 
n1 n 2

(n1 - 1)s1  (n 2 - 1)s 2


2 2

Sgab 
( n1  n 2 )  2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

Keterangan :
X : Mean nilai
Sgab : Simpangan baku
n : Jumlah sampel
(Sudjana, 2005:239)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Pada penelitian ini data yang didapatkan berupa nilai pretest dan postest
siswa pada pembelajaran kimia materi struktur atom dan sistem periodik unsur.
Hasil pretes yang digunakan adalah pretest prestasi kognitif. Hasil postest yang
digunakan adalah postest prestasi kognitif dan postest prestasi afektif siswa.
Sedangkan untuk selisih nilai posttest dan pretes adalah selisih dari postest dan
pretes dari prestasi kognitif.

1. Pencapaian Hasil Pretest Siswa Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur.
Data penelitian mengenai hasil pretest prestasi belajar siswa materi pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas eksperimen pada kelas X-2 dan
kelas kontrol pada kelas X-8 SMA Batik 1 Surakarta dengan sampel sebanyak 76
siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian hasil pretest secara ringkas
disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pretest Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Rata-rata hasil pretest aspek 26,930 27,105
kognitif

2. Pencapaian Hasil Postest Siswa Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur.
Data penelitian mengenai hasil postest prestasi belajar siswa materi pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas eksperimen pada kelas X-2 dan
kelas kontrol pada kelas X-8 SMA Batik 1 Surakarta dengan sampel sebanyak 76
siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan
commit to user

80
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai hasil postest secara
ringkas disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Postest Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Rata-rata hasil postest aspek 77,105 71,228
kognitif
2. Rata-rata hasil postest aspek 120,658 116,289
afektif

3. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Siswa Materi Pokok Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur.
Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari selisih nilai
posttest dan pretest materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas
eksperimen pada kelas X-2 dan kelas kontrol pada kelas X-8 SMA Batik 1
Surakarta dengan sampel sebanyak 76 siswa, selengkapnya dapat dilihat di
lampiran data induk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data
penelitian mengenai selisih nilai postest dan pretest siswa secara ringkas disajikan
dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perbandingan Hasil Perhitungan Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Uraian Kelas Eksperimen 1 Kelas Kontrol
1. Rata-rata prestasi belajar 50,175 44,123
aspek kognitif

Data penelitian dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini


dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Distribusi
frekuensi aspek kognitif yang diperoleh untuk kelas eksperimen disajikan pada
Tabel 4.4 dan aspek afektif pada Tabel 4.5. Sedangkan untuk kelas kontrol,
distribusi frekuensi aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.6 dan aspek afektif pada
Tabel 4.7.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
23 – 30 26,5 1 2,63
31 – 38 34,5 4 2,63
39 – 46 42,5 12 31,58
47 – 54 50,5 9 23,68
55 – 62 58,5 7 18,42
63 – 70 66,5 4 10,53
71 – 78 74,5 1 2,63

Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.

Data distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif untuk kelas


eksperimen yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 mempunyai rentang antara 23
sampai 77. Jumlah kelas interval sebanyak 7 kelas dan panjang intervalnya
sebesar 8. Dari tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.4 dan histogram prestasi
belajar materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas eksperimen
pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 39 – 46
dengan frekuensi 12.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
102 – 108 105 5 13,16
109 – 115 112 9 23,68
116 – 122 119 9 23,68
123 – 129 126 7 18,42
130 – 136 133 4 10,53
137 – 143 140 4 10,53

Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.

Data distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif untuk kelas


eksperimen yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 mempunyai rentang antara 102
sampai 142. Jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dan panjang intervalnya
sebesar 7. Dari tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.5 dan histogram prestasi
belajar aspek afektif materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas
eksperimen pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada
interval 109 - 115 dengan frekuensi 9 dan pada interval 116 - 122 dengan
frekuensi 9. Untuk nilai maksimal dari aspek afektif adalah 160, seperti dijelaskan
pada Lampiran 15.B.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek kognitif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
16 – 24 20 2 5,26
25 – 33 29 7 18,42
34 – 42 38 10 26,31
43 – 51 47 5 13,15
52 – 60 56 12 31,58
61 – 69 65 2 5,26

Gambar 4.3. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.

Data distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif untuk kelas kontrol
yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 mempunyai rentang antara 16 sampai 67. Jumlah
kelas interval sebanyak 6 kelas dan panjang intervalnya sebesar 9. Dari tabel
distribusi frekuensi pada Tabel 4.6 dan histogram prestasi belajar aspek kognitif
materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas kontrol pada
Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 52 – 60 dengan
frekuensi 12.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
99 – 106 102.5 6 15,79
107 – 114 110,5 15 39,47
115 – 122 118,5 7 18,42
123 – 130 126,5 6 15,79
131 – 138 134,5 1 2,63
137 – 146 142,5 3 78,95

Gambar 4.4. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.

Data distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif untuk kelas kontrol
yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 mempunyai rentang antara 99 sampai 142.
Jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dan panjang intervalnya sebesar 8. Dari
tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.7 dan histogram prestasi belajar materi
pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas kontrol pada Gambar 4.4
dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 107 – 114 dengan frekuensi
15.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Untuk lebih dapat membandingkan prestasi belajar siswa pada kelas


eksperimen dan kontrol, maka kedua data tersebut dijadikan satu dalam sebuah
sebuah histogram perbandingan prestasi belajar, yaitu untuk aspek kognitif pada
Gambar 4.5. dan untuk aspek afektif pada Gambar 4.6.

Gambar 4.5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi


Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

B. Pengujian Persyaratan Analisis


Sebelum melaksanakan analisis uji-t pihak kanan untuk menguji hipotesis
penelitian perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas
dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Dalam
pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dengan rumus yang telah
disebutkan dalam bab III. Hasil uji normalitas prestasi belajar aspek kognitif siswa
disajikan pada Tabel 4.8, prestasi afektif pada Tabel 4.9.
Tabel 4.8. Hasil uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif Siswa Materi
Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.
No Uji Normalitas Jumlah Harga L Kesimpulan
sampel Tabel Hitung Berdistribusi
1. Kelas Eksperimen 38 0,1437 0,1115 Normal
2. Kelas Kontrol 38 0,1437 0,1133 Normal

Tabel 4.9. Hasil uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif Siswa Materi
Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.
No Uji Normalitas Jumlah Harga L Kesimpulan
sampel Tabel Hitung Berdistribusi
1. Kelas Eksperimen 38 0,1437 0,0868 Normal
2. Kelas Kontrol 38 0,1437 0,1357 Normal
Berdasarkan hasil di atas, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh
harga Lhitung yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil uji homogenitas ini secara lengkap pada lampiran uji homogenitas dan telah
diringkas pada Tabel 4.10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur
No Uji Homogenitas Jumlah Harga X2 Kesimpulan
Sampel Hitung Tabel
1. Prestasi Kognitif 76 0,002 3,841 Homogen
2. Prestasi Afektif 76 0,0001 3,841 Homogen

Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh


harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (x2hitung < x2tabel). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi
yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji-t pihak kanan.
H0 : Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama
dengan rata-rata prestasi belajar siswa kelas kontrol.
H1 : Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-
rata prestasi belajar siswa kelas kontrol.
Uji t-pihak kanan untuk selisih nilai kognitif yang menunjukkan prestasi
belajar kognitif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
lampiran dan hasilnya dirangkum pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol.
Kelas Rata-rata Variansi T
Eksperimen 50,2 127,29 2,196
Kontrol 44,1 166,03 2,196

Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,196 setelah dikonsultasikan


dengan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% (0,05) didapat harga t tabel =
1,668. Jadi keputusan uji = t hitung > ttabel (2,196 >1,668). Kesimpulan = H0 ditolak.
Dengan demikian rata-rata prestasi belajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen
lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar aspek kognitif siswa kelas kontrol.
commitpembelajaran
Jadi, ini menunjukkan bahwa metode to user Team Games Tournament
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

(TGT) dilengkapi dengan media power point dan destinasi efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa
daripada metode pembelajaran konvensional (metode ceramah disertai diskusi).
Uji t-pihak kanan untuk nilai afektif yang menunjukkan prestasi belajar
aspek afektif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
Lampiran 35 dan hasilnya dirangkum pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan untuk Prestasi Belajar Aspek
Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Kelas Rata-rata Variansi T
Eksperimen 120,7 112,45 1,782
Kontrol 116,3 119,18 1,782

Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 1,782 setelah dikonsultasikan


dengan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% (0,05) didapat harga t tabel =
1,668. Jadi keputusan uji = thitung > ttabel ( 1,782 > 1,668 ). Kesimpulan = H 0
ditolak. Dengan demikian rata-rata prestasi belajar aspek afektif siswa kelas
eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar aspek afektif siswa
kelas kontrol. Jadi, ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) dilengkapi dengan media power point dan destinasi efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
siswa daripada metode pembelajaran konvensional (metode ceramah disertai
diskusi).

D. Pembahasan Hasil Analisis Data


Dari data induk penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 31 dapat
dilihat bahwa rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen pada aspek kognitif
adalah 26,930 sedangkan kelas kontrol adalah 27,105. Hasil pengujian
homogenitas menunjukkan bahwa kedua sampel setara (untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 32. Dari hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata nilai
pretes untuk kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum menerima
commit to user
pelajaran pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

rata- rata nilai postest kelas eksperimen 77,105 dan untuk kelas kontrol 71,228
yang terdapat pada Lampiran 31. Dari rata- rata nilai pretest – postest diatas maka
dapat dilihat rata- rata selisih nilainya, yaitu pada kelas eksperimen mengalami
peningkatan sebesar 50,175 sedangkan pada kelas kontrol adalah 44,123. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan kemampuan yang hampir sama ternyata dengan
perlakuan yang berbeda maka diperoleh hasil yang berbeda pula.
Dari histogram perbandingan prestasi belajar baik kognitif maupun afektif
untuk kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa secara garis besar
frekuensi siswa pada kelas kontrol yang lebih banyak daripada kelas ekperimen
terdapat pada interval-interval awal sedangkan pada interval akhir frekuensi siswa
pada kelas kontrol lebih sedikit daripada kelas ekperimen. Ini berarti, pada kelas
kontrol frekuensi siswa lebih banyak memperoleh nilai yang rendah sedangkan
pada nilai yang tinggi frekuensi yang banyak justru pada kelas eksperimen. Jadi,
ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tingga
daripada kelas kontrol.
Dari hasil analisis uji t-pihak kanan yang ditunjukkan pada Tabel 4.11,
prestasi belajar siswa untuk aspek kognitif pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh harga t hitung = 2,196 lebih besar dari harga t tabel = 1,668,
sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar untuk aspek kognitif pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Untuk prestasi belajar aspek afektif siswa yang ditunjukkan pada Tabel
4.12, rata- rata nilai postest kelas eksperimen adalah 120,658 dan pada kelas
kontrol adalah 116,289. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar
siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
harga t hitung = 1,782 lebih besar dari harga t tabel = 1.668, sehingga dapat
disimpulkan prestasi belajar untuk aspek afektif siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Aspek afektif menyangkut sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai
keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada
pelajaran tersebut. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

afektif menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran yang lain, yaitu
kognitif.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa prestasi siswa pada kelas kontrol
lebih rendah daripada kelas eksperimen. Hal ini dapat disebabkan karena
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas kontrol lebih banyak ceramah daripada
diskusi sehingga siswa merasa bosan mempelajari materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur dan kurang memahami serta mendalami materi. Disini
keaktifan siswa pun kurang terlihat karena pembelajaran cenderung berpusat pada
guru (teacher centered). Siswa dengan kondisi seperti itu prestasi belajarnya
cenderung rendah karena kesulitan dalam memahami materi belum bisa teratasi.
Dalam model ceramah siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga
suasana kelas menjadi pasif. Hanya sebagian kecil dari siswa yang berani bertanya
ketika diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Daya
tahan siswa untuk mendengarkan pelajaran sangat terbatas, akibatnya siswa yang
memiliki ketrampilan mendengarkan rendah cepat merasa bosan dan terpecah
perhatiannya. Pada saat diskusi juga hanya beberapa siswa saja yang aktif
sehingga diskusi kurang efektif.
Pembelajaran kooperatif TGT merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme. Dalam pembelajaran
konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, disini siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Dalam TGT terdapat kelompok yang
heterogen sehingga seorang siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa lain
yang kurang pandai dalam suatu kelompok. Metode pembelajaran TGT akan
memotivasi siswa sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan
lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Micheal M. van Wyk (2011) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah metode instruksional yang menyediakan
kesempatan kepada siswa yang heterogen untuk mengembangkan ketrampilannya
dalam interaksi kelompok dan untuk bekerjasama dengan teman kelompoknya.
Selain itu, dalam penelitiannya, Micheal M. van Wyk menyimpulkan bahwa
commit to metode
siswa yang pembelajarannya menggunakan user TGT memiliki prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

yang lebih baik daripada yang menggunakan metode ceramah. Dengan demikian,
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Micheal M. van Wyk
karena penelitian ini juga menyimpulkan bahwa metode pembelajaran TGT
dilengkapi media power point dan destinasi efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa daripada menggunakan metode konvensional (metode ceramah
disertai diskusi).
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar. Belinda Soo-Phing TEOH and Dr.Tse-Kian NEO
(2007) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa penggunaan media
komputer yang interaktif sebagai media pembelajaran dapat membantu dalam
transfer ilmu dan dengan adanya interaksi maka informasi dapat terkunci dalam
pikiran siswa lebih lama. Hal inilah yang mendorong peneliti menggunakan media
power point sebagai media dalam pembelajaran kimia pada materi Struktur Atom
dan Sistem Periodik Unsur. Selain itu, materi Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur pun ada yang bersifat abstrak sehingga dengan adanya media power point
siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang Struktur Atom dan tidak
sekedar membayangkan.
Carroll (2011) dalam jurnal internasionalnya menjelaskan bahwa
penggunaan game dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan juga
partisipasi siswa dalam semua ketrampilan. Sehingga dalam pembelajaran TGT
dilakukan pembentukan kelompok yang anggotanya heterogen yang kemudian
diadakan game atau permainan. Permainan yang dilakukan adalah permainan
destinasi. Permainan ini dirancang untuk meningkatkan motivasi siswa, melatih
kerjasama dan membuat siswa berlomba-lomba menjadi yang terbaik.
Berdasarkan seluruh analisis di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
dengan metode TGT dilengkapi media power point dan destinasi dapat membantu
siswa dalam memahamkan konsep Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur. Hal
ini terbukti dengan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen baik dari aspek
kognitif dan afektif lebih tinggi commit to kelas
dari pada user kontrol. Oleh karena itu, dapat
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

diambil kesimpulan bahwa penggunaan Metode pembelajaran Team Games


Tournament (TGT) dilengkapi dengan media power point dan destinasi efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran
TGT dilengkapi media power point dan destinasi efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester
satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Hal ini terlihat dari
peningkatan prestasi belajar untuk kelas eksperimen (50,175) lebih besar daripada
kelas kontrol (44,123). Selain itu, berdasarkan hasil uji t-pihak kanan untuk
prestasi belajar kognitif dan afektif diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel. Untuk
prestasi kognitif t hitung (2,196) lebih besar daripada t tabel (1,668) dan untuk prestasi
afektif thitung (1,782) lebih besar daripada t tabel (1,668).

B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan
upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar
dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kimia secara
maksimal.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran TGT
dilengkapi media power point dan destinasi efektif digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar kimia siswa pada materi yang memiliki banyak
konsep dan sebagian bersifat abstrak, seperti pada materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur.

commit to user

94
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan sebagai berikut:
1. Kepada Guru kimia dalam menyampaikan pelajaran kimia, khususnya pada
materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur, bila dimungkinkan dapat
menggunakan dua pilihan metode yaitu metode TGT dilengkapi media power
point dan destinasi serta metode konvensional (metode ceramah disertai
diskusi) maka guru hendaknya memilih metode TGT dilengkapi media power
point dan destinasi karena metode ini lebih efektif.
2. Kepada siswa hendaknya memberikan respon yang baik terhadap guru dalam
menyajikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TGT
dilengkapi media power point dan destinasi sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode
pembelajaran TGT pada materi pokok yang lain dengan mengaitkan aspek-
aspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan

commit to user

Anda mungkin juga menyukai