id
oleh:
ENIK EKAWATI
K3308004
Skripsi
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nim : K3308004
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan
Enik Ekawati
K3308004
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Surakarta,
Persetujuan Pembimbing,
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Kata kunci : Metode Teams Games Tournament (TGT), media power point, media
destinasi, materi struktur atom dan sistem periodik unsur
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al-baqarah : 216
Dibalik kesulitan ada kemudahan, Allah mengetahui yang terbaik untuk hamba-
Nya.
(penulis)
(penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada
waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. H. Sugiharto, Apt.,MS., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
5. Ibu Endang Susilowati, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang juga telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. H. Literzet Sobri, M.Pd. selaku Kepala SMA Batik 1 Surakarta
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Ibu Ugik Sugiharti,M.Pd. selaku guru mata pelajaran kimia SMA Batik 1
Surakarta yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Siswa-siswi kelas X-2 dan X-8 SMA Batik 1 Surakarta atas bantuan dan
kerjasamanya.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Mahasiswa kimia angkatan 2008.
11. Teman-teman kost Kemuliaan semuanya terima kasih untuk dukungan dan
semangatnya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
memudahkan siswa dalam menghafal dan memahami materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur. Selain itu, metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) juga digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa karena
berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Batik 1 Surakarta,
metode pembelajaran yang selama ini digunakan dalam materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur adalah ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi
kelas. Namun, diskusi ini kurang efektif karena meskipun guru sudah mendorong
siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja. Oleh karena
itu, metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat digunakan
dalam materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur karena metode
pembelajaran ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran Team Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Hal lain yang dapat menguatkan pemilihan metode TGT sebagai metode
dalam penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Handayani (2010:175) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif
maupun afektif. Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sangat disenangi siswa.
Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan yaitu keterlibatan siswa
lebih tinggi dalam pembelajaran tetapi, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu
memerlukan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahan
tersebut perlu digunakan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran cepat
tercapai. Dalam penelitian ini digunakan media power point sehingga saat
presentasi kelas tidak memerlukan waktu yang lama. Selain itu, materi Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur sebagian besar (lebih dari 50%) merupakan
materi yang abstrak sehingga commit to user
diperlukan media pembelajaran yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
Prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan sistem periodik
unsur yang masih di bawah KKM kemungkinan disebabkan karena metode yang
digunakan kurang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Oleh karena itu,
diperlukan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi struktur atom dan
sistem periodik unsur yang memiliki karakteristik banyak hafalan. Metode yang
dapat digunakan antara lain adalah metode Team Games Tournament (TGT).
Penggunaan metode Team Games Tournament (TGT) diharapkan dapat membuat
siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan permainan destinasi yang
digunakan dapat menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk berlomba-
lomba menjadi yang terbaik. Sedangkan untuk mengatasi kelemahan dari metode
TGT yaitu membutuhkan waktu yang lama maka digunakanlah media power point
dalam pembelajaran. Media power point diharapkan dapat memvisualisasikan
materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur yang sebagian besar bersifat
abstrak dan dapat menggabungkan unsur teks dengan audio maupun audiovisual.
Jadi, dengan adanya kolaborasi dari metode pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) yang menggunakan permainan destinasi dan dilengkapi
dengan media power point diharapkan prestasi belajar siswa akan menjadi lebih
baik. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa terhadap
metode pembelajaran yang digunakan maka perlu diukur efektivitasnya.
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, peneliti melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran TGT
dilengkapi dengan media power point dan destinasi terhadap prestasi belajar
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik
1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar kimia pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur di
SMA Batik 1 Surakarta masih dibawah KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester satu SMA Batik 1 Surakarta
tahun ajaran 2012/2013.
2. Metode Pembelajaran
a. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah
metode TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi.
b. Media power point digunakan saat presentasi kelas dan media destinasi
digunakan saat game pada metode pembelajaran TGT.
c. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode
konvensional (metode ceramah disertai diskusi).
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar dari aspek kognitif, dan
afektif.
4. Materi Ajar
Materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.
5. Efektif
Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila peningkatan
commit to user
prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
pembelajaran TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi lebih
tinggi daripada peningkatan prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran yang biasa digunakan guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Apakah
metode pembelajaraan TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran
2012/2013?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui efektivitas metode pembelajaran TGT
dilengkapi dengan media power point dan destinasi terhadap prestasi belajar
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester satu SMA Batik
1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas penggunaan metode Team Games Tournament (TGT) yang dilengkapi
dengan media power point dan destinasi terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.
2. Manfaat Praktis
a. Informasi mengenai implementasi pembelajaran TGT yang dilengkapi
dengan media power point dan destinasi pada materi pokok Struktur Atom
commit to user
dan Sistem Periodik Unsur.
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
9
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Dari ketiga macam cara pengukuran efektivitas pengajaran diatas, penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen dengan cara membandingkan dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
metode TGT dilengkapi media power point dan destinasi serta kelas kontrol yang
pembelajarannya menggunakan metode ceramah disertai diskusi (metode
konvensional). Penelitian ini dikatakan efektif apabila rata-rata prestasi belajar
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
2. Efektivitas Pembelajaran
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman, 1987 dalam Trianto 2010: 20).
Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya
(1988) dalam Trianto (2010: 20), bahwa efisiensi dan efektivitas mengajar dalam
proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu
para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektivan
mengajar, dengan memberika tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk
mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.
Menurut Soesasmito (1988) dalam Trianto (2010: 20) suatu pembelajaran
dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektivan pengajaran,
yaitu:
a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.
b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
c. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.
d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan
struktur kelas yang mendukung butir (b), tanpa mengabaikan butir (d).
Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha
agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan
presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa
menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman (Soemosasmito, 1988
commit to user
dalam Trianto, 2010: 20). Selain itu, guru yang efektif adalah orang-orang yang
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
3. Belajar
Manusia adalah makhluk yang mengusahakan sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan makhluk yang telah diprogramkan sejak lahir. Untuk itu
manusia dilengkapi Tuhan dengan akal, sehingga dengan ini dia bisa
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan bentuk kegiatan
yang dapat mengembangkan potensi tersebut. Secara umum belajar dapat
diartikan sebagai usaha untuk mencari ilmu pengetahuan guna menguasai
ketrampilan tertentu.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang berhubungan
dengan belajar di antaranya:
a. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.
c. H.C. Witherington dalam Educational Psychology menjelaskan pengertian
belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pengertian.
d. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu
organisme berubah perilaku sebagai akibat dari pengalaman.
e. Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang
detail. Menurut Spears belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu pada dirinyacommit
sendiri,tomendengar
user dan mengikuti aturan
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
4. Teori-Teori Belajar
a. Teori Belajar Kognitivistik
Teori ini lebih menekankan proses pembelajaran daripada hasil belajar.
Bagi penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons. Lebih dari itu, belajar adalah melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan
dengan lingkungan.
1) Teori Pemrosesan Informasi Robert M. Gagne
Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah
teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory) yang
dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi dalam otak manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
5. Pembelajaran
Menurut Winkel (1991) dalam Siregar dan Nara (2010: 12) pembelajaran
adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
Sementara Gagne (1985) dalam Siregar dan Nara (2010: 12) mendefinisikan
pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar
terjadi belajar dan membuatnya commit
berhasiltoguna.
user Menurut Miarso (1993) dalam
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Siregar dan Nara (2010: 12) pembelajaran adalah usaha pendidikan yang
dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Merupakan usaha sadar dan disengaja.
b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1977) dalam Siregar dan
Nara (2010: 16) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
a. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa
dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objective):
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai
mengikuti pelajaran.
c. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or
prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah
dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
d. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan
materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
e. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar
memiliki pemahaman yang lebih baik.
f. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance):siswa diminta
untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaanya terhadap
materi.
g. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh
ketepatan performance siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
6. Metode Ceramah
Menurut Roestiyah (2008:136) ceramah merupakan suatu cara mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian
tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Menurut Bligh dalam Zaini, Munthe, dan Aryani (2007:93) bahwa sesuai
dengan bukti penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, metode ceramah
adalah metode yang tetap baik digunakan. Selanjutnya ia berpendapat :
a. Metode ceramah sama baiknya dengan metode yang lain, khususnya jika itu
digunakan untuk menyampaikan informasi akan tetapi tidak lebih baik.
b. Pada umumnya, metode ceramah tidak seefektif metode diskusi, jika
digunakan untuk menggugah pendapat siswa.
c. Jika tujuan pembelajaran adalah mengubah sikap siswa maka sebaiknya tidak
menggunakan metode ceramah.
d. Ceramah tidak efektif jika digunakan untuk mengajar keterampilan.
Menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2007:94) kelebihan dari metode ceramah
adalah :
a. Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan.
b. Efisien dari sisi waktu dan biaya.
c. Dapat menyampaikan materi yang banyak.
d. Mendorong guru menguasai materi.
e. Lebih mudah mengontrol kelas.
f. Siswa tidak perlu persiapan.
g. Siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
7. Metode Diskusi
Menurut Soekartawi (1995:18) diskusi adalah cara lain dalam proses belajar
mengajar. Dengan diskusi diharapkan siswa dapat berpartisipasi penuh dalam
pelajaran yang diberikan. Walaupun demikian, cara diskusi yang baik kadang-
kadang juga sulit dilakukan di kelas, antara lain disebabkan adanya monopoli dari
peserta diskusi atau peserta tidak siap melakukan diskusi tersebut. Cara ini juga
tidak efektif kalau pesertanya sangat pasif dan tidak berusaha melakukan inisiatif,
walaupun sebenarnya potensial untuk berkontribusi dalam diskusi tersebut.
Sebaliknya, mereka yang suka berbicara sering memonopoli diskusi padahal
sebenarnya mereka tidak atau kurang memahami tentang yang didiskusikan.
Menurut Roestiyah (2008:5) diskusi adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini
proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah. Karp dan Yoels (2002) dalam
Isjoni (2011, 19) menyatakan bahwa strategi yang paling sering dilakukan untuk
mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun, dalam kenyataannya,
strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif
dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara
arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.
Kelebihan dari metode diskusi adalah :
a. Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.
b. Merupakan pendekatan yang demokratis.
c. Memperluas pandangan.
d. Menghayati kepemimpinan bersama-sama.
e. Membantu mengembangkan kepemimpinan.
f. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
8. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan.
Menurut Davidson dan Warsham (1992) dalam Isjoni (2011: 28)
mengatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang
berefektivitas yang mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan
akademik.
Menurut Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2011: 36)
mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah :
a. Saling ketergantungan yang positif.
b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Kelemahan model kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam
(intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu:
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan
siswa yang lain menjadi pasif.
Sementara untuk faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan
pemerintah, yaitu seringnya terjadi perubahan kurikulum, selain itu pelaksanaan
tes yang terpusat seperti UAN sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas
cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan NEM. Sebenarnya, apabila
guru telah berperan baik sebagai fasilitator, motivator, mediator maupun sebagai
evaluator, maka kelemahan yang ditemukan dalam pembelajaran kooperatif ini
dapat diatasi. Sehingga peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana
kelas yang kondusif agar pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
(Isjoni, 2011, 18).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
dengan perasaan salah satu benar terhadap kebahagiaan orang lain, perasaan
terhadap yang dilakukan diri sendiri atau keyakinan agama seseorang.
c. Aspek Psikomotor
Menurut Arifin (1995: 25) aspek psikomotor menyangkut
ketrampilan motorik atau manipulasi objek. Pengukuran keberhasilan pada
aspek ketrampilan ditunjukkan pada ketrampilan dalam merangkai alat,
ketrampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil.
11. Media
a. Pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli :
Menurut Schramm, 1977 media adalah teknologi pembawa pesan
(informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan
menurut Briggs media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi
pembelajaran
c. Karakteristik Media
Usaha pengklasifikasian media untuk mengungkapkan karakteristik atau
ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan atau maksud
pengelompokannya. Untuk tujuan-tujuan praktis di bawah ini akan dibahas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
karakteristik beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya di Indonesia.
1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain
media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan.
2) Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-
lambang auditif baik verbal maupun non-verbal.
3) Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam
arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Selain itu, bahan-bahan
grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam.
Beberapa jenis media proyeksi diam antara lainfilm bingkai (slide), film
rangkai (film strip), overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope,
microprojection dengan microfilm. Selain itu, menurut Sadiman, dkk
(2009: 75) permainan dan simulasi juga dimasukkan dalam media
proyeksi diam.
Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu pula.
Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama yaitu :
(a) Adanya pemain.
(b) Adanya lingkungan dimana pemain berinteraksi.
(c) Adanya aturan-aturan main.
(d) Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Menurut Carroll (2011) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa
penggunaan game dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan
commit
juga partisipasi siswa dalam semuato ketrampilan.
user Game ini digunakan agar
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Pada tahun 1808, John Dalton (Gambar 2.1.) seorang ahli kimia bangsa
Inggris mengemukakan gagasannya tentang atom sebagai partikel penyusun
materi. Model atom menurut Dalton dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Menurut teori atom Dalton:
1. Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
2. Atom suatu unsur yang sama mempunyai bobot yang sama, sedang unsur
yang berbeda atomnya akan berbeda pula, yang berarti mempunyai bobot
berbeda.
3. Senyawa dikatakan sebagai hasil dari penggabungan atom-atom yang tidak
sama dengan perbandingan bobot yang proporsional dengan bobot atom
yang bergabung itu.
4. Reaksi kimia hanya melibatkan penata ulangan atom-atom sehingga tidak
ada atom yang berubah akibat reaksi kimia.
Sinar ini bergerak lurus meninggalkan katoda dengan kecepatan tinggi dan
dapat menimbulkan bayangan kabur bila diberi tabir, dapat dibelokkan oleh
commit
medan magnet dan medan listrik. to user
Thomson (1897) berhasil menentukan harga
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
b). Proton
Oleh karena elektron merupakan penyusun atom yang bermuatan negatif,
berarti materi harus mengandung penyusun lain yang bermuatan positif. Hal ini
dibuktikan oleh Goldstein (1886) dan Wien yang juga disebut sinar terusan atau
sinar kanal. Partikel positif ini terjadi karena tabrakan antara partikel gas dalam
tabung dengan elektron berenergi besar yang bergerak dari katoda ke anoda dalam
tabung gas (Gambar 2.5.).
c). Netron
Rutherford (1920) meramalkan bahwa kemungkinan besar di dalam inti
terdapat partikel dasar yang tidak bermuatan. Akan tetapi karena netralnya, maka
partikel ini sukar dideteksi. Selanjutnya tahun 1932 James Chadwick dapat
menemukan netron. Dari reaksi inti, partikel α dengan massa 4 dapat ditangkap
oleh boron (Ar= 11) menghasilkan nitrogen (Ar = 14) dan netron dengan massa 1.
Reaksi inti ini ditunjukkan oleh persamaan : 2He4 + 5B11 → 7N14 + 0n1
Dengan demikian maka partikel elektron, proton dan netron merupakan penyusun
dasar suatu materi. Rangkaian percobaan Rutherford dapat dilihat pada Gambar
2.6. dan 2.7.
commit to user
Gambar 2.7. Penembakan sinar α pada lempeng emas
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.8.commit
ErnesttoRutherford
user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.10. Elektron yang bergerak melingkar suatu saat akan jatuh ke
inti karena memancarkan energy
seperti yang dikembangkan oleh Planck dan Einstein dalam menerangkan sifat-
sifat sistem planet elektron. Model atom Bohr dapat dilihat pada Gambar 2.12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Energi diabsorpsi bila elektron melompat dari orbit bagian dalam ke orbit
yang lebih luar. Energi akan diemisikan bila elektron bergerak dari orbit
yang luar ke orbit yang lebih dalam, seperti terlihat pada Gambar 2.13.
Besarnya kuantum yang diemisikan atau diabsorpsikan dapat ditentukan
dari tingkat energi elektron mula-mula dan tingkat akhir setelah mencapai
keadaan stasioner. Bila E2 dan E1 masing-masing adalah tingkat energi
awal dan akhir, sedang ʋ adalah frekuensi maka:
∆E = E1 – E2 = hʋ
e. Energi yang ada pada setiap orbit dipengaruhi oleh kondisi di mana
momentum anguler (L = m.v.r) elektron yang bergerak dalam orbitnya
mempunyai nilai tertentu yang secara sederhana merupakan kelipatan dari
h/2π.
Dengan L = momentum Anguler, m = massa elektron, v = kecepatan, r =
jari-jari orbit, h = tetapan Planck, dan = orbit yang ditempati elektron (1, 2,
3, …… atau sesuai huruf K, L, M, … …. ).
M
L
K
berbeda. Elektron dapat turun, kembali lagi ke tingkat pertama, atau turun
ke tingkat kedua − dan kemudian, pada lompatan kedua, turun ke tingkat
pertama. Jadi kektika electron dalam keadaan tereksitasi, electron
memiliki beberapa cara untuk kembali ke keadaan ground state.
Lavoisier dalam bukunya (1789) mencatat 16 unsur logam dan 7 unsur bukan
logam saat itu, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Meskipun triade Dobereiner ini masih jauh dari sempurna, namun temuan
ini mendorong orang untuk menyusun daftar unsur-unsur lebih lanjut sesuai
dengan sifat-sifatnya.
John Newlands (1865) menemukan hubungan lain antara sifat unsur
dengan massa atom relatif, sesuai dengan hukum yang disebutnya “hukum oktaf”.
Ia menyusun unsur-unsur ke dalam kelompok tujuh unsur dan setiap unsur
kedelapan mempunyai sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesembilan
mirip dengan unsur kedua, dan seterusnya.
Kelemahannya ialah:
Tidak memperhitungkan letak unsur-unsur yang belum ditemukan
Terdapat banyak pasangan unsur yang terpaksa ditempatkan pada satu
posisi daftar.
Begeyer de Chancourtois, adalah orang pertama yang berhasil memperoleh
suatu penyusunan unsur secara periodik berdasarkan fakta bahwa jika unsur-unsur
disusun menurut penurunan massa atom, diperoleh secara periodik unsur yang
sifatnya mirip.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Selain dari sifat fisika, ia menggunakan sifat-sifat kimia untuk menyusun daftar
unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
Jari-jari kation ini lebih kecil daripada jari-jari atomnya. Hal ini
disebabkan lepasnya elektron terluar mengakibatkan kulitnya berkurang.
Pada anion jumlah elektron lebih banyak daripada proton dan mempunyai
konfigurasi elektron yang stabil seperti pada gas mulia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
b) Energi ionisasi
Untuk melepas elektron terluar dari suatu atom dalam wujud gas
diperlukan energi. Energi minimum yang diperlukan ini disebut energi
ionisasi pertama.
Selain itu dikenal pula energi ionisasi kedua, ketiga, dan seterusnya.
Energi ionisasi kedua, berarti energi minimum yang diperlukan untuk
melepas elektron kedua dari suatu ion yang bermuatan +1. Besarnya energi
ionisasi 20 unsur pertama tampak pada Tabel 2.11 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
c) Afinitas Elektron
Jika suatu atom dalam wujud gas menerima elektron, maka
dilepaskan energi. Energi yang dilepas ini disebut afinitas elektron.
d) Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan suatu atom untuk
menarik elektron dalam ikatannya. Besarnya harga keelektronegatifan
bersifat relatif antara suatu atom dengan atom lain. Linus Pauling (1932)
memberi harga tertinggi pada fluor (4) karena paling mudah membentuk
ion negatif. Beberapa harga keelektronegatifan unsur-unsur utama
disajikan dalam Tabel 2.13 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
e) Sifat kelogaman
Unsur-unsur dalam sistem periodik juga dikelompokkan menjadi
logam dan non-logam (Gambar 2.20). Batas antara logam dan non-logam
tidak begitu jelas karena ada beberapa unsur yang dapat memilik sifat
logam maupun non-logam, unsur-unsur ini termasuk kelompok semi
logam atau metalloid. Unsur-unsur metaloid terletak pada batas garis
tangga diagonal, yaitu B, Si, Ge, As, Sb, dan Te. Sebelah kiri batas garis
diletakkan unsur-unsur logam, sedang unsur-unsur logam terletak di
sebelah kanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori dapat disusun
kerangka berfikir sebagai berikut: Pada pembelajaran kimia di SMA Batik 1
Surakarta khususnya pada materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur, prestasi belajar siswa pada materi ini masih dibawah KKM. Hal ini
mungkin dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan
pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur adalah ceramah disertai
diskusi. Pembelajaran lebih dominan berlangsung dalam satu arah walaupun
ketika diskusi berlangsung dalam dua arah. Akan tetapi, diskusi ini dirasa masih
kurang efektif karena kebanyakan siswa masih cenderung pasif. Hal ini dapat
dilihat dari diskusi yang hanya diikuti oleh beberapa siswa yang aktif berpendapat
sementara siswa yang lain hanya diam menjadi penonton. Selain itu kegiatan
pembelajarannya monoton sehingga siswa cenderung merasa bosan. Penyampaian
informasi juga hanya secara audio sehingga informasi yang diperoleh siswa
tersimpan di pikiran siswa dalam waktu yang kurang lama.
Oleh karena itu diperlukan metode yang sesuai dengan materi struktur
atom dan sistem periodik unsur dan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran yang sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk
dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam sebuah kelompok. Salah satu
alternatif metode yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran kooperatif
Team Games Tournament (TGT). Metode TGT dapat digunakan dalam materi
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur karena materi ini banyak mengandung
konsep-konsep yang berupa hafalan dan sedikit yang berupa hitungan. Dengan
metode TGT pembelajaran akan lebih dominan berlangsung dalam dua arah
sehingga diharapkan siswa akan menjadi lebih aktif. Selain itu, kegiatan
pembelajaran bervariasi, yaitu dengan adanya permainan destinasi. Permainan ini
diadaptasi dari permainan ular tangga. Dengan adanya permainan ini siswa akan
berlomba-lomba untuk dapat memenangkan game tersebut. Di sisi lain, dengan
adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan suatu bentuk latihan soal bagi
siswa untuk banyak berlatih commit to user
menjawab pertanyaan sehingga siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berfikir di
atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-
tahap pelaksanaannya sebagai berikut:
Bulan
Feb Maret April Mei Juni Juli Agst- Okt-
Kegiatan
Sept selesai
Pengajuan Judul
Permohonan Ijin
Penyusunan Proposal
Pengajuan proposal
penelitian
Penyusunan dan uji
instrument
Seminar proposal
Pengambilan data
Analisis data
Penyusunan laporan
Gambar 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Rancangan/Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Eksperimen ini berupa
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT dilengkapi dengan media power
commit to user
point dan destinasi. Pada penelitian ini menggunakan dua kelas, satu sebagai kelas
58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
kontrol dan yang satu sebagai kelas eksperimen. Dari penelitian ini siswa yang
diperlakukan sebagai kelas kontrol adalah kelas siswa yang dikenai metode
ceramah disertai diskusi. Sedangkan kelas eksperimen adalah kelas siswa yang
dikenai metode TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi. Pada
akhir eksperimen kedua kelas tersebut diukur hasil belajarnya dengan
menggunakan alat ukur yang sama, yaitu tes kognitif bentuk objektif, angket
afektif.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest
Posttest Control Group Design. Menurut Sugiyono (2007: 76) dalam desain ini
terdapat dua kelas yang dipilih secara random. Untuk mengetahui keadaan awal
siswa digunakan nilai hasil pretest dan nilai siswa pada semester sebelumnya.
Pada akhir eksperimen kedua kelompok diberikan tes, hasilnya kemudian
dibandingkan, dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Pola Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen T1 Xa T2
Kelas kontrol T1 Xb T2
Keterangan :
TI : Hasil pretest
T2 : Hasil posttest
Xa : Perlakuan dengan metode TGT dilengkapi dengan media power point
dan destinasi
Xb : Perlakuan dengan metode ceramah disertai diskusi
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Memberikan pretest TI pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengukur rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan.
2. Memberikan perlakuan Xa pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran
dengan metode TGT dilengkapi dengan media power point dan destinasi.
3. Memberikan perlakuan Xb pada kelompok kontrol berupa pembelajaran
commit to user
dengan metode ceramah disertai diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 38) variabel adalah sesuatu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel Bebas
Sugiyono (2007: 39) mengatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran TGT yang dilengkapi
media power point dan destinasi
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar kimia materi pokok Struktur atom dan sistem periodik unsur
ranah kognitif dan afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
bentuk dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (v) pada kolom yang
disediakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
𝐷
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 (𝐶𝑉) =
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan :
A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan
menurut Panelis II
C : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis II dan relevan
menurut Panelis I
D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0.700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
Pada soal kognitif telah dilakukan uji validitas dengan menggunakan
formula Gregory dan diperoleh harga CV sebesar 0,95 sehingga
analisis dapat dilanjutkan.
M p Mt p
rpbi
SDt q
Keterangan :
rpbi : koefisien korelasi biserial
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa, untuk butir item
yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt : skor rata-rata dari skor total
SDt : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang
sedang diuji validitas itemnya
Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas
Soal pada Aspek Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Kognitif 40 Valid Invalid
31 9
b) Uji Reliabitas
Kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan.
Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara
berulang kali terhadap subjek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil
yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil selama aspek yang diukur
dalam diri subjek memang belum berubah. Realibilitas dapat dicari dengan
menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson.
Menurut Kuder dan Richardson, cara menentukan reliabilitas tes itu adalah
lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes
yang bersangkutan (Sudijono, 2008: 252).
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan
rumus KR20 sebagai berikut:
n S1 PQ
2
r11 =
n 1 S12
Keterangan :
r11 : koefisien reliabilitas tes
n : jumlah item dalam instrumen
2
St : varian total
P : jumlah siswa yang menjawab dengan benar butir item yang
bersangkutan
Q : 1-P
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product moment. Apabila harga r1 > rtabel maka tes instrumen tersebut
commit to user
adalah reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif terangkum dalam
Tabel 3.3. Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif yang
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 24.
c) Tingkat kesukaran
Taraf kesukaran suatu soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks
kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu
soal. Pengujian tingkat kesukaran soal dari Anas Sudijono (2008: 372) sebagai
berikut:
B
P=
JS
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang
0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah
commit to user (Depdiknas, 2009: 9).
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf
Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif
Jenis soal Taraf Kesukaran Soal
Jumlah Soal
Mudah Sedang Sukar
Kognitif 40 14 15 11
BA BB
D PA PB
JA JB
Keterangan :
D = indeks diskriminasi
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
BA
PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
JA
dengan benar (P sebagai indeks kesukaran)
B
PB B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya
Pembeda Soal pada Aspek Kognitif
Jenis Jumlah Kriteria
Soal Soal Baik Baik Cukup Jelek Jelek
Sekali Sekali
Kognitif 40 3 15 12 6 4
b. Instrumen Angket
Angket digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar ranah
afektif. Data yang diperoleh dari ujicoba angket digunakan untuk mengetahui
validitas dan realibilitas angket. Angket yang telah tersusun ini kemudian
digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran kimia. Sebelum
menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi
kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya
dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian
yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun item-item angket.
Ada lima macam instrument aspek afektif yaitu instrument minat, sikap,
konsep diri, nilai, dan moral.
1) Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta
commit to user
didik terhadap mata ajar.
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
Keterangan
Jumlah nilai 121 - 160 sangat baik (A)
Jumlah nilai 81 - 120 baik (B)
Jumlah nilai 41 - 80 cukup (C)
Jumlah nilai ≤ 40 kurang (D)
Instrument angket perlu diuji untuk mengetahui validitas dan realibilitas angket.
1) Validitas
a. Validitas Isi
Validitas adalah kesesuaian suatu hal yang diukur dengan alat
ukurnya, suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas tinggi.
commit to user
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas keseluruhan butir
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
𝐷
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 (𝐶𝑉) =
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan :
A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan
menurut Panelis II
C : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis II dan relevan
menurut Panelis I
D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0.700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
Pada soal afektif telah dilakukan uji validitas dengan menggunakan
formula Gregory dan diperoleh harga CV sebesar 0,825 sehingga
analisis dapat dilanjutkan.
b. Validitas Item
Validitas dari instrumen angket ini adalah validitas konstruksi atau
konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan
sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep
yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut.
Validitas konstruksi inipun akan mudah ditentukan pada tes hasil
belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang
guru, khususnya apabila ditaati langkah merumuskan tujuan
commit to user
instruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
N XY X Y
rxy
N X 2
X N Y 2 Y
2 2
Keterangan:
rxy = koefisien validitas
N = jumlah subyek
X = skor butir item soal yang dijawab benar
Y = skor total
(Widoyoko, 2009: 137)
Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item adalah:
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : Tinggi (T)
0,41 – 0,70 : Cukup (C)
0,21 – 0,40 : Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)
kriteria item soal dinyatakan valid jika rxy ≥ rtabel. Sedangkan kriteria
item dinyatakan tidak valid jika rxy < rtabel.
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui
harga kritik (rtabel) sebesar 0,329. Ringkasan hasil uji validitas angket afektif
setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.7, sedangkan analisis
hasil uji validitas angket afektif dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran
26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas
Soal pada Aspek Afektif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Afektif 40 Valid Invalid
40 -
2) Realibilitas
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Koefisien Alpha yaitu
sebagai berikut:
n S
2
r11 1 2
n - 1 S t
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = jumlah item
∑S2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
St2 = Varian total
kriteria reliabilitasnya adalah :
> 0,70 : reliabilitas tinggi
< 0,70 : reliabilitas rendah
Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian afektif terangkum dalam
Tabel 3.8. Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian afektif yang
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 26.
kriteria media yang baik, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun item-item angket, meliputi tiga jenis sesuai dengan peran dan
posisi responden dalam evaluasi media, antara lain :
1. Instrumen untuk Ahli Materi
Digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas media ditinjau dari
kebenaran konsep dan isi pembelajaran.
2. Instrumen untuk Ahli Media
Digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas tampilan, pemrograman,
keterbacaan menyampaikan konten tertentu.
3. Instrumen untuk Teman Sejawat.
Digunakan untuk memperoleh data guna menganalisa daya tarik dan ketepatan
materi yang diberikan kepada siswa.
Instrumen validitas media pembelajaran berupa angket, jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan skor. Setiap
pernyataan diberi pilihan bobot 1, 2, 3, dan 4, yang diuraikan sebagai berikut:
Layak : 4
Cukup layak : 3
Kurang layak : 2
Tidak layak : 1
Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif dimana keputusan media layak atau tidak untuk digunakan dalam
penelitian dapat diketahui dari kesimpulan yang diberikan oleh responden setelah
pengisian angket, yakni:
1. Layak untuk digunakan tanpa revisi
2. Layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan
dalam menyusun item-item angket. Aspek yang dinilai meliputi tampilan, teknik
penggunaan dan kemanfaatan. Menggunakan dua panelis yang merupakan ahli
media dan materi.
Instrumen validitas media pembelajaran berupa angket, jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan skor. Setiap
pernyataan diberi pilihan bobot 1, 2, 3, 4 dan 5, yang diuraikan sebagai berikut:
1 (sangat tidak baik) dengan simbol (STB)
2 (tidak baik) dengan simbol (TB)
3 (cukup) dengan simbol (C)
4 (baik) dengan simbol (B)
5 (sangat baik) dengan simbol (SB)
Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan teknik analisis deskriptif
dimana keputusan media layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian dapat
diketahui dari kesimpulan yang diberikan oleh responden setelah pengisian
angket, yakni:
1. Layak untuk digunakan tanpa revisi
2. Layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan
G. Analisis Data
1. Uji Prasarat Analisis
Dengan:
Z berdistribusi N (0,1)
F(Zi) = P(Z ≤ Zi)
S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi
3). Taraf Siginifikansi ( ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak
(Budiyono, 2009: 169-170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak, untuk mengetahui homogenitas
varians digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett adalah sebagai berikut:
χ2
2,303
C
f log RKG - f j log s 2j
dengan :
χ2 ~ χ2 (k – 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
k
f=N–k= f
j 1
j = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
C 1
1 1 1
dan RKG
SS j
3(k - 1) f j f f j
X 2
serta SS j X n 1s 2j
2 j
j j
nj
SS j
dimana s 2 j
n j 1
kriteria :
χ2 < χ2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang homogen
χ2 ≥ χ2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
(Budiyono, 2009: 175-177)
c. Uji t-Matching
Uji t- matching bertujuan untuk mencari kesetaraan antara dua sampel
dalam penelitian.
1) Menentukan Hipotesis
Ho; µ1 = µ2 = tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai semester I kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
H1; µ1 ≠ µ2 = ada perbedaan antara rata-rata nilai semester I kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
2) Komputasi
3) Daerah Kritik
α =0,05 dk = n1+ n2 -2
4) Kriteria Uji
Ho diterima jika t hitung< t tabel (Budiyono, 2009: 156)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis data untuk uji hipotesis digunakan “Uji t” yaitu uji t pihak
kanan dengan kriteria :
Ho : 1 2
H1 : 1 > 2
Keterangan :
Ho = Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode TGT
dilengkapi dengan media power point dan destinasi lebih rendah atau
sama dengan prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode
ceramah disertai diskusi.
X1 X 2
t
1 1
S
n1 n 2
Sgab
( n1 n 2 ) 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
X : Mean nilai
Sgab : Simpangan baku
n : Jumlah sampel
(Sudjana, 2005:239)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada penelitian ini data yang didapatkan berupa nilai pretest dan postest
siswa pada pembelajaran kimia materi struktur atom dan sistem periodik unsur.
Hasil pretes yang digunakan adalah pretest prestasi kognitif. Hasil postest yang
digunakan adalah postest prestasi kognitif dan postest prestasi afektif siswa.
Sedangkan untuk selisih nilai posttest dan pretes adalah selisih dari postest dan
pretes dari prestasi kognitif.
1. Pencapaian Hasil Pretest Siswa Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur.
Data penelitian mengenai hasil pretest prestasi belajar siswa materi pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas eksperimen pada kelas X-2 dan
kelas kontrol pada kelas X-8 SMA Batik 1 Surakarta dengan sampel sebanyak 76
siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian hasil pretest secara ringkas
disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pretest Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Rata-rata hasil pretest aspek 26,930 27,105
kognitif
2. Pencapaian Hasil Postest Siswa Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur.
Data penelitian mengenai hasil postest prestasi belajar siswa materi pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas eksperimen pada kelas X-2 dan
kelas kontrol pada kelas X-8 SMA Batik 1 Surakarta dengan sampel sebanyak 76
siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai hasil postest secara
ringkas disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Postest Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Rata-rata hasil postest aspek 77,105 71,228
kognitif
2. Rata-rata hasil postest aspek 120,658 116,289
afektif
3. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Siswa Materi Pokok Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur.
Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari selisih nilai
posttest dan pretest materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas
eksperimen pada kelas X-2 dan kelas kontrol pada kelas X-8 SMA Batik 1
Surakarta dengan sampel sebanyak 76 siswa, selengkapnya dapat dilihat di
lampiran data induk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data
penelitian mengenai selisih nilai postest dan pretest siswa secara ringkas disajikan
dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perbandingan Hasil Perhitungan Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Uraian Kelas Eksperimen 1 Kelas Kontrol
1. Rata-rata prestasi belajar 50,175 44,123
aspek kognitif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
23 – 30 26,5 1 2,63
31 – 38 34,5 4 2,63
39 – 46 42,5 12 31,58
47 – 54 50,5 9 23,68
55 – 62 58,5 7 18,42
63 – 70 66,5 4 10,53
71 – 78 74,5 1 2,63
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
102 – 108 105 5 13,16
109 – 115 112 9 23,68
116 – 122 119 9 23,68
123 – 129 126 7 18,42
130 – 136 133 4 10,53
137 – 143 140 4 10,53
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek kognitif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
16 – 24 20 2 5,26
25 – 33 29 7 18,42
34 – 42 38 10 26,31
43 – 51 47 5 13,15
52 – 60 56 12 31,58
61 – 69 65 2 5,26
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.
Data distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif untuk kelas kontrol
yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 mempunyai rentang antara 16 sampai 67. Jumlah
kelas interval sebanyak 6 kelas dan panjang intervalnya sebesar 9. Dari tabel
distribusi frekuensi pada Tabel 4.6 dan histogram prestasi belajar aspek kognitif
materi pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas kontrol pada
Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 52 – 60 dengan
frekuensi 12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
99 – 106 102.5 6 15,79
107 – 114 110,5 15 39,47
115 – 122 118,5 7 18,42
123 – 130 126,5 6 15,79
131 – 138 134,5 1 2,63
137 – 146 142,5 3 78,95
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Kontrol.
Data distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif untuk kelas kontrol
yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 mempunyai rentang antara 99 sampai 142.
Jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dan panjang intervalnya sebesar 8. Dari
tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.7 dan histogram prestasi belajar materi
pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas kontrol pada Gambar 4.4
dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 107 – 114 dengan frekuensi
15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur untuk Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9. Hasil uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif Siswa Materi
Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur.
No Uji Normalitas Jumlah Harga L Kesimpulan
sampel Tabel Hitung Berdistribusi
1. Kelas Eksperimen 38 0,1437 0,0868 Normal
2. Kelas Kontrol 38 0,1437 0,1357 Normal
Berdasarkan hasil di atas, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh
harga Lhitung yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil uji homogenitas ini secara lengkap pada lampiran uji homogenitas dan telah
diringkas pada Tabel 4.10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Struktur
Atom dan Sistem Periodik Unsur
No Uji Homogenitas Jumlah Harga X2 Kesimpulan
Sampel Hitung Tabel
1. Prestasi Kognitif 76 0,002 3,841 Homogen
2. Prestasi Afektif 76 0,0001 3,841 Homogen
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji-t pihak kanan.
H0 : Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama
dengan rata-rata prestasi belajar siswa kelas kontrol.
H1 : Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-
rata prestasi belajar siswa kelas kontrol.
Uji t-pihak kanan untuk selisih nilai kognitif yang menunjukkan prestasi
belajar kognitif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
lampiran dan hasilnya dirangkum pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol.
Kelas Rata-rata Variansi T
Eksperimen 50,2 127,29 2,196
Kontrol 44,1 166,03 2,196
(TGT) dilengkapi dengan media power point dan destinasi efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa
daripada metode pembelajaran konvensional (metode ceramah disertai diskusi).
Uji t-pihak kanan untuk nilai afektif yang menunjukkan prestasi belajar
aspek afektif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
Lampiran 35 dan hasilnya dirangkum pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan untuk Prestasi Belajar Aspek
Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Kelas Rata-rata Variansi T
Eksperimen 120,7 112,45 1,782
Kontrol 116,3 119,18 1,782
rata- rata nilai postest kelas eksperimen 77,105 dan untuk kelas kontrol 71,228
yang terdapat pada Lampiran 31. Dari rata- rata nilai pretest – postest diatas maka
dapat dilihat rata- rata selisih nilainya, yaitu pada kelas eksperimen mengalami
peningkatan sebesar 50,175 sedangkan pada kelas kontrol adalah 44,123. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan kemampuan yang hampir sama ternyata dengan
perlakuan yang berbeda maka diperoleh hasil yang berbeda pula.
Dari histogram perbandingan prestasi belajar baik kognitif maupun afektif
untuk kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa secara garis besar
frekuensi siswa pada kelas kontrol yang lebih banyak daripada kelas ekperimen
terdapat pada interval-interval awal sedangkan pada interval akhir frekuensi siswa
pada kelas kontrol lebih sedikit daripada kelas ekperimen. Ini berarti, pada kelas
kontrol frekuensi siswa lebih banyak memperoleh nilai yang rendah sedangkan
pada nilai yang tinggi frekuensi yang banyak justru pada kelas eksperimen. Jadi,
ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tingga
daripada kelas kontrol.
Dari hasil analisis uji t-pihak kanan yang ditunjukkan pada Tabel 4.11,
prestasi belajar siswa untuk aspek kognitif pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh harga t hitung = 2,196 lebih besar dari harga t tabel = 1,668,
sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar untuk aspek kognitif pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Untuk prestasi belajar aspek afektif siswa yang ditunjukkan pada Tabel
4.12, rata- rata nilai postest kelas eksperimen adalah 120,658 dan pada kelas
kontrol adalah 116,289. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar
siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
harga t hitung = 1,782 lebih besar dari harga t tabel = 1.668, sehingga dapat
disimpulkan prestasi belajar untuk aspek afektif siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Aspek afektif menyangkut sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai
keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada
pelajaran tersebut. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id
afektif menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran yang lain, yaitu
kognitif.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa prestasi siswa pada kelas kontrol
lebih rendah daripada kelas eksperimen. Hal ini dapat disebabkan karena
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas kontrol lebih banyak ceramah daripada
diskusi sehingga siswa merasa bosan mempelajari materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur dan kurang memahami serta mendalami materi. Disini
keaktifan siswa pun kurang terlihat karena pembelajaran cenderung berpusat pada
guru (teacher centered). Siswa dengan kondisi seperti itu prestasi belajarnya
cenderung rendah karena kesulitan dalam memahami materi belum bisa teratasi.
Dalam model ceramah siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga
suasana kelas menjadi pasif. Hanya sebagian kecil dari siswa yang berani bertanya
ketika diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Daya
tahan siswa untuk mendengarkan pelajaran sangat terbatas, akibatnya siswa yang
memiliki ketrampilan mendengarkan rendah cepat merasa bosan dan terpecah
perhatiannya. Pada saat diskusi juga hanya beberapa siswa saja yang aktif
sehingga diskusi kurang efektif.
Pembelajaran kooperatif TGT merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme. Dalam pembelajaran
konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, disini siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Dalam TGT terdapat kelompok yang
heterogen sehingga seorang siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa lain
yang kurang pandai dalam suatu kelompok. Metode pembelajaran TGT akan
memotivasi siswa sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan
lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Micheal M. van Wyk (2011) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah metode instruksional yang menyediakan
kesempatan kepada siswa yang heterogen untuk mengembangkan ketrampilannya
dalam interaksi kelompok dan untuk bekerjasama dengan teman kelompoknya.
Selain itu, dalam penelitiannya, Micheal M. van Wyk menyimpulkan bahwa
commit to metode
siswa yang pembelajarannya menggunakan user TGT memiliki prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id
yang lebih baik daripada yang menggunakan metode ceramah. Dengan demikian,
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Micheal M. van Wyk
karena penelitian ini juga menyimpulkan bahwa metode pembelajaran TGT
dilengkapi media power point dan destinasi efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa daripada menggunakan metode konvensional (metode ceramah
disertai diskusi).
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar. Belinda Soo-Phing TEOH and Dr.Tse-Kian NEO
(2007) dalam jurnal internasionalnya menyatakan bahwa penggunaan media
komputer yang interaktif sebagai media pembelajaran dapat membantu dalam
transfer ilmu dan dengan adanya interaksi maka informasi dapat terkunci dalam
pikiran siswa lebih lama. Hal inilah yang mendorong peneliti menggunakan media
power point sebagai media dalam pembelajaran kimia pada materi Struktur Atom
dan Sistem Periodik Unsur. Selain itu, materi Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur pun ada yang bersifat abstrak sehingga dengan adanya media power point
siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang Struktur Atom dan tidak
sekedar membayangkan.
Carroll (2011) dalam jurnal internasionalnya menjelaskan bahwa
penggunaan game dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan juga
partisipasi siswa dalam semua ketrampilan. Sehingga dalam pembelajaran TGT
dilakukan pembentukan kelompok yang anggotanya heterogen yang kemudian
diadakan game atau permainan. Permainan yang dilakukan adalah permainan
destinasi. Permainan ini dirancang untuk meningkatkan motivasi siswa, melatih
kerjasama dan membuat siswa berlomba-lomba menjadi yang terbaik.
Berdasarkan seluruh analisis di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
dengan metode TGT dilengkapi media power point dan destinasi dapat membantu
siswa dalam memahamkan konsep Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur. Hal
ini terbukti dengan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen baik dari aspek
kognitif dan afektif lebih tinggi commit to kelas
dari pada user kontrol. Oleh karena itu, dapat
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran
TGT dilengkapi media power point dan destinasi efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas X semester
satu SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Hal ini terlihat dari
peningkatan prestasi belajar untuk kelas eksperimen (50,175) lebih besar daripada
kelas kontrol (44,123). Selain itu, berdasarkan hasil uji t-pihak kanan untuk
prestasi belajar kognitif dan afektif diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel. Untuk
prestasi kognitif t hitung (2,196) lebih besar daripada t tabel (1,668) dan untuk prestasi
afektif thitung (1,782) lebih besar daripada t tabel (1,668).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan
upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar
dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kimia secara
maksimal.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran TGT
dilengkapi media power point dan destinasi efektif digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar kimia siswa pada materi yang memiliki banyak
konsep dan sebagian bersifat abstrak, seperti pada materi Struktur Atom dan
Sistem Periodik Unsur.
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan sebagai berikut:
1. Kepada Guru kimia dalam menyampaikan pelajaran kimia, khususnya pada
materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur, bila dimungkinkan dapat
menggunakan dua pilihan metode yaitu metode TGT dilengkapi media power
point dan destinasi serta metode konvensional (metode ceramah disertai
diskusi) maka guru hendaknya memilih metode TGT dilengkapi media power
point dan destinasi karena metode ini lebih efektif.
2. Kepada siswa hendaknya memberikan respon yang baik terhadap guru dalam
menyajikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TGT
dilengkapi media power point dan destinasi sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode
pembelajaran TGT pada materi pokok yang lain dengan mengaitkan aspek-
aspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan
commit to user