Anda di halaman 1dari 9

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal Universitas Muhammadiyah Semarang

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS SCIENCE,


TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS (STEM)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
SMA/SMK PADA MATERI REAKSI REDOKS
Oleh:
Laily Yunita Susanti1, Rafiatul Hasanah1, Muhammad Habbib Khirzin2
1
Tadris IPA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember
2
Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Politeknik Negeri Banyuwangi

Article history Abstract


Submission : 2018-03-27 The aims of this research was to determine the effect of using Science,
Revised : 2018-09-12 Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) based learning
Accepted : 2018-09-18 media on chemistry learning outcomes of Redox Reaction Topic in
State Senior or Vocational High School Student. Research method
Keyword: was experimental design which consisted of development and
Reaksi redoks, media impelementation of learning media. STEM learning media being
pembelajaran kimia, developed were CO2 gas sensor and learning modul as the guidance of
Science Technology learning process. STEM learning media were valid based on the
Engineering and evaluation which was conducted by chemistry and learning media
Mathematics (STEM) expert. Field tesing of STEM learning media was conducted on 20
students of SMKN 5 Surabaya dan SMAN 16 Surabaya. Learning
process by using STEM learning media on Redox Reaction topic was
conducted on 66 students of SMKN 5 Surabaya dan SMAN 16
Surabaya. Result of research showed that there ware a differences
beetwen cognitif and affective learning outcomes.

sama dalam grup atau tim (Juan dan Molina,


Pendahuluan
2011).
Ilmu kimia merupakan bagian dari Oleh karena pembelajaran sains berbasis pada
sains sehingga dalam perwujudannya masalah, maka pembelajaran sains yang ideal
pembelajaran kimia tidak pernah terlepas dari merupakan pembelajaran berbasis laboratorium
proses pembelajaran sains. Pembelajaran sains (laboratory-based learning).
berbasis pada masalah atau problem-based Berkaitan dengan aktivitas siswa pada
learning (PBL), yaitu metode pembelajaran pembelajaran sains maka diperlukan
berbasis pendekatan konstruktivis dimana siswa laboratorium yang berfungsi sebagai tempat
menjadi pusat pembelajaran dan memecahkan untuk memberikan pengalaman belajar dimana
permasalahan dalam kehidupan berdasarkan siswa berinteraksi dengan bahan dan atau
pengetahuan yang dimiliki secara bersama- dengan model secara langsung serta sebagai
sarana pendukung untuk berlangsungnya
*Corresponding Author:
Nama : Laily Yunita Susanti
Lembaga : IAIN Jember
Email : lailyirzi@gmail.com 32
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

eksperimen (Handelsman dkk, 2010; Omosewo, penilaian kompetensi pengetahuan dan tes
2006). Pemenuhan kebutuhan sarana kinerja untuk penilaian kompetensi
laboratorium dalam bidang sains akan lebih keterampilan (Lantz, 2009).
efektif apabila dilakukan pengembangan sarana Beberapa penelitian menunjukkan
laboratorium. Laboratorium dapat diperkaya bahwa pembelajaran berbasis STEM dengan
dengan perangkat berbasis teknologi, menggunakan media pembelajaran diterapkan
khususnya komputer, untuk memudahkan dalam pendidikan formal. Barrett et. al. (2014)
akuisisi data dan analisis (Anderson, 2013). menggunakan modul meteorologi dan
Laboratorium yang diperkaya dengan perangkat keteknikan untuk mengedukasikan bahaya
teknologi dapat dimanfaatkan untuk meteorologi dan keteknikan dari angin tornado.
mendukung pembelajaran sains, khususnya Peningkatan skor rata-rata pertanyaan dalam
pembelajaran kimia terintegrasi. instrumen adalah 40,2% setelah penerapan
Pembelajaran kimia terintegrasi erat modul pembelajaran. Hinze et.al. (2013)
kaitannya dengan kurikulum 2013 yang meneliti penerapan pembelajaran berbasis
dirancang dengan tujuan agar siswa mampu STEM untuk pembelajaran pada mata kuliah
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan Kimia Organik di Universitas Texas.
keterampilan serta menerapkannya dalam Pembelajaran STEM dilakukan dengan
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. memvisualisasikan bentuk molekul
Kurikulum tersebut dikembangkan menggunakan ball-and-stick models dan
berdasarkan penyempurnaan pola pikir program electrostatic potensial maps (EPMs).
pembelajaran dari ilmu pengetahuan tunggal Penelitian lain dilakukan oleh Nugent et. al.
(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu (2010) dengan menerapkan teknologi robotik
pengetahuan jamak (multidisciplines) atau dan geospasial dalam pembelajaran.
pembelajaran terintegrasi. Pembelajaran Berdasarkan penelitian ini, sistem pengukuran
terintegrasi sangat menguntungkan, dimana hasil belajar dalam pembelajaran STEM
siswa dituntut untuk berpikir secara mendalam menggunakan pre tes, pos tes dan angket sikap
dan kreatif karena terkait langsung dengan satu untuk menilai motivasi siswa.
bidang ilmu dan bidang ilmu yang lain Berkaitan dengan pembelajaran kimia
(Depdikbud, 2013). Berkaitan dengan terintegrasi berbasis STEM, diperlukan sarana
pembelajaran kimia terintegrasi, terdapat suatu laboratorium yang praktis dan mudah
pendekatan dalam pembelajaran yang dapat pengoperasiannya. Sarana laboratorium yang
mengintegrasikan ilmu kimia dengan ilmu dapat dikembangkan sebagai penunjang
lainnya (Lantz, 2009). pembelajaran berbasis STEM merupakan
Pendekatan dalam pembelajaran yang sarana laboratorium yang terintegrasi dengan
dapat mengintegrasikan ilmu kimia dengan teknologi secara aktual. Terdapat berbagai
ilmu lainnya adalah science, technology, macam teknologi yang telah dikembangkan
engineering and mathematics (STEM) (ITEA, sebagai sarana edukasi, di antaranya
2009: Lantz, 2009; Hanover Research, 2011). penggunaan software komputer sebagai media
STEM merupakan pendekatan dalam belajar, game edukasi (Klopfer et. al., 2009;
pembelajaran yang terintegrasi dengan berbagai Prasetyo et. al., 2014), teknologi sensor
disiplin ilmu. STEM memungkinkan siswa (Srisawasdi, 2012) pembelajaran online, dan
untuk mempelajari konsep akademik secara virtual laboratorium (Johnson, et. al., 2013).
tepat dengan menerapkan 4 disiplin ilmu (sains, Hasil penelitian terdahulu mengenai
teknologi, keahlian teknik dan matematika). penerapan media pembelajaran berbasis STEM
STEM memiliki beberapa karakteristik membuat peneliti tertarik untuk menerapkan
diantaranya berbasis teknologi, kinerja media pembelajaran STEM pada pembelajaran
(performance-based), berbasis inkuiri, dan kimia terintegrasi utnuk materi reaksi redoks.
berbasis pada masalah atau problem-based Penelitian ini menekankan pada penggunaan
learning (ITEA, 2009; Chi, H., dan Jain, H., teknologi sensor sebagai media pembelajaran
2011). Pembelajaran berbasis STEM juga berbasis STEM. Teknologi sensor yang
menuntut siswa untuk menjadi inovator dikembangkan berupa sensor gas. Penggunaan
(pembaharu), pemecah masalah, dan penemu rangkaian sensor gas sebagai media
yang percaya diri, sadar teknologi, serta mampu pembelajaran mengintegrasikan beberapa
berpikir logis. Dalam proses pembelajaran bidang ilmu, yaitu bidang sains (kimia dan
berbasis STEM digunakan sistem penilaian fisika), matematika dan teknologi. Interaksi
formatif dan sumatif berupa tes tulis untuk antarmuka sensor dengan gas target atau gas
33
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

yang dideteksi (berupa gas pereduksi ataupun Target/Subjek Penelitian


pengoksidasi) akan menyebabkan terjadinya
Subjek penelitian merupakan siswa
reaksi redoks antara gas target dengan
kelas X jurusan Kimia Analisis SMKN 5
permukaan sensor (Wetchakun et. al., 2011;
Surabaya dan siswa kelas X SMAN 16
Liu, et. al., 2012; Petrucci, 2011).
Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain
Proses kimia yang berlangsung di
penelitian eksperimen dengan 1 kelas kontrol
dalam sensor akan menyebabkan adanya aliran
dan 1 kelas eksperimen. Sampel diambil dengan
elektron. Aliran elektron dalam sensor
teknik pemilihan random cluster sampling.
menyebabkan perubahan tegangan ataupun
tahanan listrik sehingga proses ini melibatkan Prosedur
ilmu fisika (Figaro Engineering Inc., 2004). Tahap 1. Penyusunan media dan modul
Sedangkan proses visualisasi data digital pembelajaran kimia berbasis STEM
keluaran sensor dalam bentuk tabel maupun Penyusunan media pembelajaran
grafik fungsi melibatkan ilmu matematika STEM berupa sistem pendeteksi gas yang
(Putra, 2013). Selanjutnya penggunaan program dilengkapi modul interaktif dimulai dari analisis
komputer Microsoft Excel untuk membuat kurikulum 2013 dan pentingnya pengembangan
aplikasi yang dapat memvisualisasikan data media pembelajaran pada materi Reaksi
digital keluaran sensor melibatkan ilmu Redoks. Pengembangan media pembelajaran
komputer (teknologi). Konstruksi konsep reaksi sangat penting karena dapat memotivasi dan
redoks dalam pembelajaran kimia umumnya memudahkan siswa dalam pemahaman konsep-
dimulai dari istilah reaksi reduksi dan oksidasi konsep kimia. Berdasarkan analisis KI dan KD
karena kedua reaksi tersebut berlangsung secara pada materi reaksi redoks dapat diidentifikasi
simultan (Shehu, 2015). Melalui visualisasi indikator dan sub-sub materi pembelajaran
nyata reaksi redoks yang terjadi pada secara umum.
permukaan sensor, siswa diharapkan dapat Tahap 2. Penyusunan instrumen penilaian
mengkonstruksi pemahaman mengenai reaksi Analisis kurikulum digunakan sebagai
redoks secara mandiri dalam bentuk dasar untuk menyusun aktivitas pembelajaran
pembelajaran kimia terintegrasi. dalam bentuk praktikum, diskusi, dan studi
Berdasarkan uraian tersebut, maka literatur yang disesuaikan dengan karakteristik
penelitian ini bertujuan untuk: (1) menguji dan kemampuan awal siswa. Selanjutnya
kelayakan media pembelajaran kimia berupa dilakukan penyusunan instrumen penilaian
rangkaian sensor gas karbondioksida (CO2) dan sebagai bagian dari modul interaktif sebagai
modul STEM dengan topik reaksi redoks, (2) alat untuk mengetahui ketercapaian indikator
menganalisis pengaruh penggunaan media dan kompetensi siswa. Instrumen penilaian
pembelajaran berbasis STEM terhadap hasil yang disusun adalah tes tulis untuk penilaian
belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kinerja
pada topik reaksi redoks. untuk penilaian pada ranah psikomotor, dan
lembar observasi sikap untuk penilaian pada
*Corresponding Author: ranah afektif (sikap).
Nama : Laily Yunita Susanti Tahap 3. Uji coba ahli dan uji coba lapangan
Lembaga : IAIN Jember media dan modul pembelajaran berbasis STEM
Email : lailyirzi@gmail.com Pada tahap ini dilakukan uji ahli
dengan teknik delphi yaitu dengan memilih
responden para ahli perancangan model atau
Metode Penelitian produk dalam rangka mereview dan
memberikan masukan untuk perbaikan produk.
Jenis Penelitian
Setelah dilakukan uji coba ahli, uji coba
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan skala kecil dilakukan terhadap
eksperimen dengan menggunakan pendekatan kelompok kecil sebagai pengguna produk.
deskriptif kuantitatif. Tahap 4. Penerapan media dan modul
pembelajaran berbasis STEM (Eksperimen)
Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis eksperimen yang digunakan
Penelitian dilaksanakan pada bulan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu.
April sampai dengan Juli 2015 di SMKN 5 Subjek penelitian terdiri dari 1 kelas kontrol
Surabaya dan SMAN 16 Surabaya. dan 1 kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen
dilaksanakan proses pembelajaran materi reaksi
34
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

redoks dengan menggunakan media skor 0 s/d 4, dan (3) hasil belajar psikomotor,
pembelajaran berbasis STEM, sedangkan pada dengan interval skor 0 s/d 4.
kelas kontrol dilaksanakan proses pembelajaran
dengan metode pembelajaran konvensional
Teknik Analisis Data
tanpa media pembelajaran berbasis STEM.
Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Data hasil belajar kognitif dan afektif
masing-masing terdiri dari siswa-siswi pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
SMA/SMK yang memiliki pengetahuan awal dianalisis dan dibandingkan untuk mengetahui
rendah, pengetahuan awal sedang, dan apakah terdapat perbedaan hasil pembelajaran
pengetahuan awal tinggi untuk materi Reaksi pada siswa yang mengikuti proses pembelajaran
Redoks. Pemilihan siswa dengan pengetahuan dengan STEM dan metode konvensional.
awal rendah, sedang, dan tinggi didasarkan Teknik analisis data hasil belajar kognitif
pada nilai pre tes pada materi Reaksi Redoks. mencakup: (1) analisis pendahuluan (uji
Selain itu, pre tes diberikan di awal normalitas dan uji homogenitas), (2) analisis
pembelajaran untuk mengetahui kesetaraan hasil belajar yang terdiri atas Uji T Sampel
pengetahuan awal yang dimiliki kelas Berpasangan (Paired-Sample T Test) dan
eksperimen dan kontrol. Setelah proses Independent T-Test. Selisih antara hasil belajar
pembelajaran diberlakukan pos tes untuk pada awal dan akhir proses pembelajaran (nilai
mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pre tes dan pos tes) untuk kelas kontrol dan
pembelajaran. eksperimen kemudian di uji N-gain untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
belajar kognitif yang signifikan pada kedua
Data yang didapatkan dari hasil kelas. Pada hasil belajar afektif juga dilakukan
penelitian adalah data kualitatif dan data hal yang sama, di mana hasil belajar afektif
kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil validasi siswa melalui uji N-gain untuk mengetahui ada
media pembelajaran Reaksi Redoks oleh tidaknya perbedaan hasil belajar afektif pada
validator. Teknik pengumpulan data dilakukan kelas kontrol dan eksperimen. Dengan analisis
dengan cara teknik non tes, menggunakan data belajar dapat diketahui perbedaan hasil
kuesioner/ angket. Instrumen yang digunakan belajar siswa yang menggunakan media dan
untuk mendapatkan data kualitatif adalah modul pembelajaran kimia berbasis STEM
angket berskala Likert untuk validasi media dengan siswa yang melalui proses pembelajaran
pembelajaran berbasis STEM. Validasi media secara konvensional.
dilakukan dilakukan oleh 2 dosen kimia dan 2
Hasil Penelitian dan Pembahasan
guru kimia dengan kriteria tertentu. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Media pembelajaran STEM divalidasi
Sedangkan data kuantitatif berupa nilai terlebih dahulu sebelum diujikan pada
hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran kimia pada materi reaksi redoks.
pembelajaran yang dikembangkan. Teknik Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dapat diketahui
Instrumen penelitian yang digunakan untuk bahwa baik media sensor gas karbon dioksida
mendapatkan data kuantitaif adalah butir soal maupun modul pembelajaran STEM
tes materi Reaksi Redoks. Butir soal yang memperoleh kriteria sangat valid. Hal tersebut
digunakan telah divalidasikan pada 20 siswa mengindikasikan bahwa media pembelajaran
kelas X SMAN 16 Surabaya dan SMKN 5 yang dikembangkan layak digunakan sebagai
Surabaya. Hasil validasi butir soal media pembelajaran kimia berbasis STEM,
menunjukkan bahwa jumlah soal yang layak khususnya untuk materi Reaksi Redoks. Selain
untuk digunakan sebagai instrumen dalam itu, modul interaktif STEM sesuai dengan
pembelajaran sebanyak 20 soal pilihan ganda konsep integrasi pembelajaran STEM dan
dan 3 soal esai. Butir soal kemudian diujikan standar isi dalam Kurikulum 2013. Aktivitas-
pada siswa kelas X jurusan Kimia Analisis aktivitas pembelajaran baik praktikum maupun
SMKN 5 Surabaya setelah melalui proses diskusi, dan soal-soal latihan yang diberikan di
pembelajaran dengan menggunakan media dalam modul sesuai dengan desain
pembelajaran berbasis STEM. Hasil belajar pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan
siswa kelas kontrol dan eksperimen terdiri dari: kurikulum 2013.
(1) hasil belajar kognitif, dengan interval skor 0
s/d 10, (2) hasil belajar afektif, dengan interval

35
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

Tabel 1. Hasil Validasi Media Sensor Gas CO2 Tabel 4. Hasil Uji N-gain Hasil Belajar
No Aspek Sensor Gas CO2 Kognitif Siswa
Penilaian x SD Kriteria
1 kelayakan isi 3,34 0,486 sangat Parameter thitung Nilai Kesimpulan
valid probabilitas
2 Sajian 3,50 0,635 sangat Hasil 0,922 0,026 Ada
valid Belajar perbedaan
3 Kegrafisan 3,17 0,452 valid yang
4 kebahasaan 3,59 0,527 sangat signifikan
valid
Rata-rata = 3,42 sangat Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
valid bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif dan
afektif kelas eksperimen lebih tinggi
Tabel 2. Hasil Validasi Modul Pembelajaran dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut
Kimia Berbasis STEM dikarenakan media pembelajaran STEM sangat
No Aspek Modul Pembelajaran menarik dan memiliki beberapa kelebihan
Penilaian STEM diantaranya berbasis pada masalah atau
x SD Kriteria problem based, mendorong peningkatan
kemampuan kognitif, dan mengatur proses
1 Kelayakan 3,33 0,478 sangat
pembelajaran siswa (Inel dan Balim, 2013),
isi valid
serta mampu meningkatkan aktivitas siswa
2 Sajian 3,25 0,565 sangat
dalam kegiatan pembelajaran (Aksela, 2011).
valid
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
3 Kegrafisan 3,33 0,753 sangat dilakukan oleh Hinze dkk (2013) dan Saxton
valid dkk (2014).
4 Kebahasaan 3,29 0,532 sangat Hasil uji T-independen juga dilakukan
valid terhadap nilai pos tes kelas eksperimen dan
Rata-rata = 3,33 sangat kontrol seperti ditunjukkan Tabel 5. Tabel
valid tersebut mengindikasikan bahwa nilai
probabilitas (0,026)<(0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Awal belajar kognitif yang signifikan antara kelas
Siswa yang mengikuti pembelajaran materi reaksi
redoks dengan media pembelajaran berbasis
Rata-rata nilai kelas Nilai Kesimpulan STEM dengan metode konvensional. Tingginya
eksperimen kontrol probabilitas hasil belajar kognitif pada siswa terbentuk
2,93 2,85 0,619 Tidak setelah pembelajaran dengan menggunakan
terdapat modul pembelajaran STEM. Modul tersebut
perbedaan menuntun siswa untuk mengkonstruksi konsep
yang reaksi redoks melalui beberapa permasalahan,
signifikan diantaranya mengenai bagaimana
mendefinisikan reaksi reduksi dan oksidasi
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai melalui penggunaan sensor gas untuk mengukur
probabilitas hasil uji hipotesis kemampuan awal kadar gas CO2 dan bagaimana keterkaitan reaksi
siswa yaitu (0,619)>(0,05), sehingga dapat redoks dengan kehidupan sehari-hari dan
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan aplikasinya pada suatu sel elektrokimia.
kemampuan awal antara kelas eksperimen dan
kontrol. Selama proses pembelajaran Tabel 5. Hasil Uji N-gain Hasil Belajar Afektif
berlangsung dilakukan penilaian kemampuan Siswa
afektif, kognitif, dan psikomotor untuk
mengetahui ketercapaian kompetensi siswa Parameter Zhitung Sig. (2- Kesimpulan
pada kedua kelas. tailed)
Hasil -2,284 0,022 Ada
Belajar perbedaan
yang
signifikan
36
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

Hasil belajar afektif siswa kedua kelas Tabel 6. Data Rata-rata Nilai Kognitif, Afektif
diuji normalitas dan homogenitas sebelum dan Psikomotor Kelas Eksperimen dan Kontrol
dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan uji
normalitas dan homogenitas dapat diketahui Hasil Belajar Kelas Kelas
bahwa data hasil belajar afektif kelas Eksperimen Kontrol
eksperimen dan kontrol tidak terdistribusi Kognitif Rata-rata 2,9 2,9
normal dan tidak homogen sehingga untuk uji Pre tes
hipotesis tidak dapat digunakan uji T, tetapi Rata-rata 7,8 7,4
digunakan uji Mann Whitney. Tabel 5 Pos Tes
menunjukkan bahwa pada uji nilai Mann Selisih 0,9 0,5
Whitney, Sig. (2-tailed) < (0,05) sehingga dapat rata-rata
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil nilai pre
belajar afektif yang signifikan antara kelas tes dan pos
eksperimen dan kontrol. Hal tersebut juga tes
dikuatkan dengan hasil angket respon siswa Afektif 3,32 3,09
yang menunjukkan bahwa keseluruhan siswa Psikomotor 3,13 -
kelas eksperimen menyatakan termotivasi untuk
mempelajari Reaksi Redoks dengan media
pembelajaran STEM. Motivasi siswa Kemampuan psikomotor siswa kelas
ditunjukkan dengan pernyataan bahwa siswa eksperimen memperoleh hasil yang baik dengan
selalu membawa literatur (buku, hasil browsing, rata-rata nilai 3,13. Semua siswa kelas
dll) saat pembelajaran materi reaksi redoks eksperimen mendapatkan nilai psikomotor di
berlangsung, terkecuali terdapat 15,2% siswa atas KKM sehingga dapat disimpulkan bahwa
yang tidak selalu membawa literatur saat siswa dapat melakukan percobaan pengukuran
pembelajaran berlangsung. kadar gas CO2 yang dihasilkan dari reaksi
Kemampuan afektif siswa kelas pembakaran alkohol dan pembakaran gula
eksperimen dan kontrol dievaluasi dengan dengan prosedur yang baik dan benar.
menggunakan lembar penilaian afektif yang dan Sedangkan penilaian psikomotor untuk kelas
penilaian diri (self-assesment). Berdasarkan kontrol tidak dilakukan karena tidak terdapat
Tabel 6 dapat diketahui bahwa siswa kelas aktivitas yang melibatkan gerakan fisik dan
eksperimen memperoleh nilai afektif yang lebih keterampilan tangan selama pembelajaran
tinggi daripada kelas kontrol. Standar minimum berlangsung (Depdikbud, 2008).
ketuntasan afektif adalah kategori baik (B) Siswa yang berada pada kelas
(Depdikbud, 2013). Berdasarkan standar eksperimen mengemukakan pendapatnya
tersebut, terdapat 4 siswa kelas eksperimen dan mengenai pembelajaran kimia terintegrasi
8 siswa kelas kontrol yang masih memiliki nilai berbasis STEM dengan menggunakan sensor
di bawah standar. Berdasarkan hasil lembar gas CO2 pada materi Reaksi Redoks melalui
penilaian diri pada siswa, jumlah siswa yang angket respom siswa yang diberikan. Hasil dari
memperoleh nilai tidak tuntas pada kelas angket tersebut menunjukkan bahwa 87,9%
kontrol lebih banyak daripada kelas eksperimen siswa belum pernah mempelajari kimia dengan
disebabkan karena siswa kurang termotivasi menggunakan sistem pendeteksi gas. Hal
mempelajari materi reaksi redoks dengan tersebut menunjukkan bahwa mempelajari
metode konvensional. Reaksi Redoks dengan media sensor gas
Berdasarkan Tabel 6 juga dapat merupakan pengalaman baru bagi siswa. Dalam
diketahui bahwa kenaikan hasil belajar kognitif prakteknya, sebanyak 84,8% siswa mampu
(dihitung dari selisih antara nilai pre tes dan pos mengoperasikan sistem pendeteksi gas CO2
tes) dan hasil belajar afektif siswa kelas dengan sangat baik dan 15,2% siswa mampu
eksperimen lebih tinngi dibandingkan kelas mengoperasikan dengan baik. Dengan adanya
kontrol. pernyataan dari siswa tersebut dapat diketahui
bahwa sistem pendeteksi gas CO2 mudah
dioperasikan oleh siswa.

Selanjutnya, mayoritas siswa kelas


eksperimen menyatakan bahwa mempelajari
Reaksi Redoks dengan sistem pendeteksi gas
lebih mudah dibandingkan dengan
37
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

pembelajaran konvensional. Namun terdapat Saran


sebanyak 3% siswa menyatakan kurang setuju
dengan pernyataan tersebut karena kesulitan
Berdasarkan simpulan hasil
dalam menganalisis reaksi redoks yang terlibat penelitian, beberapa hal yang dapat
pada permukaan sensor gas CO2. Keseluruhan disarankan adalah perlu dilakukan
siswa pada kelas eksperimen menyatakan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas
bahwa mempelajari reaksi redoks dengan penggunaan media pembelajaran berbasis
menggunakan sistem pendeteksi gas CO2 lebih STEM dengan topik sistem pendeteksi gas
menarik daripada pembelajaran konvensional CO2 di SMA. Selain itu, Pengembangan
dengan rincian 6,1% menyatakan cukup setuju, media pembelajaran STEM dalam bentuk
75,8% menyatakan setuju, dan 18,2% inovasi lain juga perlu dilakukan pada level
menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan sekolah menengah maupun perguruan
tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan
tinggi untuk meningkatkan kegiatan
penelitian yang telah dilakukan oleh Chi, H.
dan Jain, H. (2011) dan Hinze (2013) yang
pembelajaran yang bersifat multidisipliner.
berhasil dalam penggunaan media pembelajaran
berbais STEM di kelas. Dengan demikian,
Ucapan Terima Kasih
pembelajaran kimia terintegrasi dengan media
sistem pendeteksi gas CO2 merupakan inovasi Peneliti mengucapkan terima kasih
yang menarik dan dapat meningkatkan hasil setinggi-setingginya atas bantuan biaya
belajar bagi siswa sekolah menengah. penelitian BOPTN yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI)
Simpulan dan Saran
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
Simpulan lancar.
Media pembelajaran berbasis STEM
yang terdiri atas sensor gas karbon dioksida Daftar Pustaka
dan modul STEM telah diterapkan pada
pembelajaran kimia SMK Negeri 5
Surabaya pada materi reaksi redoks. Hasil Aksela, M. K. (2011), “Engaging Students for
Meaningful Chemistry Learning
validasi media pembelajaran kimia
Through Microcomputer-based
terintegrasi berbasis STEM sebelumnya Laboratory (MBL) Inquiry”, Educació
telah dilakukan untuk menilai kelayakan Química EduQnúmero, Vol. 9, hal. 30-
media sebelum diterapkan. Hasil validasi 37.
menunjukkan bahwa media pembelajaran Anderson, R. G. W. (2013), “Chemistry
memiliki kriteria valid (layak digunakan Laboratories, and How They Might be
untuk media pembelajaran). Hasil Studied”, Studies in History and
penerapan media pembelajaran Philosophy of Science, Vol.44, hal.
menunjukkan adanya perbedaan hasil 669-675.
pencapaian kompetensi yang cukup Barrett, B.S., Moran, A.L., dan Woods, J.E.
signifikan (kognitif, afektif, dan (2014), “Meteorology Meets
Engineering: An Interdisciplinary Stem
psikomotor) antara siswa yang mengikuti
Module For Middle and Early
pembelajaran reaksi redoks dengan Secondary School Students”,
pembelajaran STEM dan siswa yang International Journal of STEM
mengikuti pembelajaran dengan metode Education, hal. 1-6.
konvensional. Rata-rata nilai kognitif siswa Chi, H., dan Jain, H. (2011), “Teaching
setelah pembelajaran berlangsung adalah Computing to STEM Students Via
7,8 pada kelas eksperimen dan 7,4 (0-10) Visualization Tools”, Procedia
pada kelas kontrol. Sedangkan nilai afektif Computer Science, Vol.4, hal. 1937-
siswa pada kelas eksperimen memperoleh 1943.
rata-rata nilai 3,32 dan siswa kelas kontrol Depdikbud. (2008), Pengembangan Perangkat
memperoleh rata-rata nilai 3,09 (0-4). Penilaian Psikomotor, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Depdikbud. (2013), Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
38
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

69 Tahun 2013 tentang Kerangka The New Media Consortium, Austin,


Dasar dan Struktur Kurikulum Texas.
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Juan, Llorens, A., dan Molina. (2011),
Aliyah, Departemen Pendidikan dan “Problem Based Learning In
Kebudayaan, Jakarta. Introductory Organic Chemistry: A
Depdikbud. (2013), Peraturan Menteri Laboratory Activity Based On The
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Anti-Sprouting Effect Of Essential
66 Tahun 2013 tentang Standar Oils”, Australian Journal of Education
Penilaian Pendidikan, Departemen Chemistry, Vol. 71, No. 2, hal. 6-12.
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Klopfer, E., Osterwell, S., Groff, J., dan Haas,
J. (2009), Using of Technology Today
Figaro Engineering Inc. (2004), TGS 4160 for
in the Classroom: The instructional
The Detection of Carbon Dioxide,
Power of Digital Games ocial
Japan. Diakses tanggal 12 J5nuari 2015
Networking Simulations and How
dari http://www.figarosensor.com/prod
Teachers Can Leverage Them,
ucts.html.
Massachusetts Institute of Technology.
Handelsman, Jo. May, D. E., Beichner, R., Liu, X., Cheng, S., Liu, H., Hu, S., Zhang, D.,
Bruns, P., Chang, A., DeHaan, R., Ning, H. (2012), “A Survey on Gas
Gentile, J., Lauffer, S., Stewart, J., Sensing Technology”, Sensors, Vol. 12,
Tilghman, S. M., Wood, W. B. (2010), hal. 9635-9665.
“Scientific Teaching”, Science New Nugent, G., Baker, B.S., Grandgenett, N., dan
Series, Vol. 304, No. 5670, hal. 521- Adamchuk, V.I. (2010), “Impact of
522. Robotics and Geospatial T echnology
Hanover Research. (2011), K-12 STEM Interventions on Youth STEM Learning
Education Overview, District and Attitudes”, Journal of Research on
Administration Practice, Washington, Technology in Education, Vol.42, No.4,
DC. hal. 391-408.
Hinze, S. R., Rapp, D. N., Williamson, V. M., Omosewo, E. O. (2006), “The Laboratory
Shultz, M. J., Deslongchamps, G., Teaching Method in Science Based
Williamson, K. C. (2013), “Beyond Disciplines”, African Journal of
ball-and-stick: Students’ Processing of Educational Studies, Vol. 4, No. 2, hal.
Novel STEM Visualizations”, Learning 65-73.
and Instruction, Vol. 26, hal.12-21. Petrucci, R. H., Harwood, W. S., Herring, F. G.,
Inel, D., dan Balim, A. G. (2013), “Concept dan Madura, J. D. (2011), Prinsip-
Cartoons Assisted Problem Based prinsip dan Aplikasi Modern Edisi
Learning Method in Science and Kesembilan Jilid 1 (Terjemahan).
Technology Teaching and Students’ Penerbit Erlangga, Jakarta.
Views”, Procedia-Social and Prasetyo, Y. D., Ikhsan, J., dan Sari, L. P.
Behavioral Sciences, Vol. 93, hal. 376- (2014), The Development of Android-
380. Based Mobile Learning Media As
ITEA. (2009), The Overlooked STEM Chemistry Learning for Senior High
Imperatives: Technology and School on Acid Base, Buffer Solution,
Engineering K–12 Education, and Salt Hydrolysis, Proceeding of
International Technology Education International Conference on Research,
Association, United States. Implementation and Education of
Jeenthong, T., Ruenwongsa, P., dan Mathematics and Sciences, Malang:
Sriwattanarothai, N. (2014), Universitas Negeri Malang.
“Promoting Integrated Science Process Putra, R., P. (2013), Rancang Bangun Instalasi
Skills Through Betta-live Science Listrik Otomatis Berbasis
Laboratory”, Procedia-Social and Mikrokontroler Arduino. Tugas Akhir
Behavioral Sciences, Vol. 116, hal. Diploma, Jurusan Pendidikan Teknik
3292-3296. Elektro, Fakultas Pendidikan Teknologi
Johnson, L., Adams Becker, S., Estrada, V., and dan Kejuruan, Universitas Pendidikan
Martín, S. (2013), Technology Outlook Indonesia.
for STEM+Education 2013-2018: An Saxton, E., Burns, R., Holveck, S., Kelley, S.,
NMC Horizon Project Sector Analysis. Prince, D., Rigelman, N., dan Skinner,
39
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol. 06 No.02 Oktober (2018) 32-40

E. A. (2014), “A Common
Measurement System For K-12
STEM Education: Adopting An
Educational Evaluation Methodology
that Elevates Theoretical Foundations
and Systems Thinking”, Studies in
Educational Evaluation, Vol. 40, hal.
18-35.
Shehu, Garba. (2015). “Two Ideas of Redox
Reaction: Misconceptions and Their
Chalenges in Chemistry Education”.
Journal of Research & Methods in
Education. Vol 5(1):15-20
Srisawasdi, N. (2012), “Students’ Teacher
Perceptions of Computerized
Laboratory Practise for Science
Teaching: A Comparative Analysis”,
Procedia-Social and Behavioral
Sciences, Vol. 46, hal. 4031-4038.
Wetchakun, K., Samerjai, T., Tamaekong, N.,
Liewhiran, C., Siriwong, C., Kruefu,
V., Wisitsoraatb, A., Tuantranont, A.,
Phanichphant, S. (2011),
“Semiconducting Metal Oxides As
Sensors for Environmentally
Hazardous Gases”, Sensors and
Actuators B, Vol. 160, No. 1, hal. 580–
591.

40

Anda mungkin juga menyukai