Anda di halaman 1dari 16

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by eJournal of Sunan Gunung Djati State Islamic University (UIN)

JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18


Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK FISIKA BERBASIS


KONSTRUKTIVISME UNTUK KELAS X SMA

Sri Maiyena1, Marjoni Imamora1, Eza Rahayu Putri1

1Jurusan Tadris Fisika, FTIK IAIN Batusangkar


e-mail: srimaiyena@iainbatusangkar.ac.id

___________________________________________________

ABSTRAK
Keterbatasan pada modul cetak serta kurangnya ketersediaan media pembelajaran yang berbasis teknologi
menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam mempelajari fisika. Untuk itu perlu dikembangkan sebuah Modul
Elektronik fisika berbasis konstruktivisme. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Modul Elektronik Fisika
yang valid untuk siswa Kelas X SMA. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research development)
dengan menggunakan model 4-D. Pada tahap develop dilakukan pengembangan modul dengan divalidasi oleh 3
orang validator. Berdasarkan hasil validasi terhadap modul elektronik fisika berbasis konstruktivisme yang
dikembangkan adalah sangat valid dengan persentase 89,08%.

Kata kunci: modul elektronik, materi fisika, kelas X SMA, kontruktivisme, valid

ABSTRACT

limitations on the hard module and the lack of availability of technology-based learning media led to a lack of student
motivation in learning physics. As a result, it is necessary to develop a constructivism-based electronic physucs module.
The objective of this research is to know validity of constructivism-based electronic physics module for 1st student in
Senior high school. This research is research and development recearch. Feasibility tests of electronic module are
carrried out through the validation. Validation was carried out by three validators. Based on validation, it showed
that constructivism-based electronic physics module that was developed is very valid with a percentage of 89.08%.

Keywords: electronic module, physics learning, 10th grade of Senior High School, constructivisme, valid

DOI: http://dx.doi.org/10.15575/jotalp.v5i1.5739
Received: 21 Agustus 2019 ; Accepted: 14 Januari 2020 ; Published: 29 Februari 2020
Sri Maiyena, Marjoni Imamora, Eza Rahayu Putri Pengembangan modul elektronik fisika berbasis

1. PENDAHULUAN kepada siswa untuk mengkontruksi


pemahamannya sendiri adalah pendekatan
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kontruktivisme. Pembelajaran kontruktivisme
proses pembangunan suatu bangsa. Pendidikan adalah pembelajaran yang memerlukan
merupakan salah satu unsur yang penting untuk mahasiswa berpartisipasi aktif, kemampuan
menciptakan sumber daya yang mampu belajar mandiri, mengembangkan pengetahuan
mengadakan perubahan bagi bangsa dan sendiri secara aktif, sedangkan dosen hanya
negara. Dunia pendidikan diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam
memberikan sumber daya manusia yang proses pembelajaran Metode ini dapat
professional untuk memajukan negara dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
ilmu dan teknologinya. Hal ini sebagaimana sikap positif siswa baik dalam pembelajaran
dinyatakan dalam Undang-Undang dan Peraturan maupun dalam kehidupan sehari-hari
Pemerintah tentang Pendidikan No 20 tahun (Hamdunah, 2015).
2003 Bab 1 Pasal 1, yang menyatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha yang dilakukan Kenyataan yang ada dilapangan, fisika dianggap
seseorang untuk mengembangkan potensi- sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit
potensi yang ada dalam dirinya. Potensi meliputi (Suyoso & Nurohman, 2014). Hal ini dibuktikan
kekuatan spiritual, keagamaan, dan kecerdasan. dengan banyaknya siswa yang takut dan tidak
Semua potensi tersebut diperlukan seseorang menggemari mata pelajaran tersebut. Siswa
untuk mampu menentukan tindakan yang harus berpendapat bahwa pembelajaran fisika identik
dilakukan dalam rangka meraih masa depan dengan pelajaran yang terdiri dari persamaan-
untuk kehidupan yang baik (Indonesia, 2003). persamaan matematis sehingga menyebabkan
suasana yang membosankan.
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu
pengetahuan yang dapat mengaplikasikan Disamping itu, kurangnya keterlibatan siswa
terlaksananya pendidikan. Fisika merupakan secara aktif juga menjadi penyebab yang dominan
ilmu yang mempelajari fenomena dan gejala alam untuk memahami fisika tersebut. Guru dan
secara empiris, logis sistematis dan rasional yang metode yang dipakai dalam pembelajaran juga
melibatkan proses dan sikap ilmiah. Dalam mempengaruhi minat siswa dalam belajar fisika.
pembelajaran fisika, siswa akan dikenalkan Aplikasi ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari
tentang materi, konsep, azas, teori, prinsip dan jarang disampaikan oleh guru, guru juga lebih
hukum-hukum alam (BSNP, 2006). Siswa juga dominan menekankan aspek kognitif saja,
diajarkan tentang pengetahuan eksperimen di sehingga siswa seolah-olah dipaksa menghafal
laboratorium dan di alam sebagai proses ilmiah suatu rumus tanpa memahami konsep dalam
untuk memahami pokok-pokok bahasannya. pembelajaran fisika.

Dalam pembelajaran fisika sangat dituntut Menjadikan proses pembelajaran fisika menjadi
kemampuan memahami konsep, prinsip maupun menarik dan disenangi oleh siswa merupakan
hukum-hukum fisika melalui proses berpikir salah satu tugas guru. Tugas utama guru dalam
analitis, rasa ingin tahu tinggi dan proses ilmiah. proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator,
Pembelajaran fisika seharusnya memberikan pengelola dan pembimbing bagaimana
pengalaman langsung pada siswa dan membelajarkan siswa. “Dalam era reformasi
melibatkannya dalam proses pembelajaran sekarang ini guru tidak lagi berperan sebagai
sehingga ia mampu mengkonstruksi dan satu-satunya sumber belajar (learning resources),
memahami tentang konsep-konsep dalam akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola
pembelajaran fisika. Salah satu pendekatan pembelajaran (manager of instruction) sehingga
pembelajaran yang memberikan kesempatan guru dan siswa saling membelajarkan (Sanjaya,
2008). Untuk melaksanakan tugas tersebut guru

Jurnal JoTaLP 5, 1 (2020): 01-18


JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

perlu menyediakan berbagai fasilitas dan simbol fisika. Konsep yang diterapkan dalam
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif pelajaran fisika jauh dari realitas kehidupan
sehingga proses pembelajaran berlangsung mereka sehari-hari. Pelajaran fisika merupakan
secara efektif dan efisien. pelajaran yang terdiri dari teori dan aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi dalam
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh praktiknya guru-guru kurang memberikan
guru agar siswa bisa memahami pembelajaran pengetahuan tentang aplikasinya secara langsung
dan proses pembelajaran berlangsung secara dalam pembelajaran. Mestinya belajar fisika lahir
efektif dan efesien adalah dengan memberikan dari rasa ingin tahu tentang fenomena alam
siswa bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan berupa fakta, kemudian mereka membangun
dalam proses pembelajaran adalah sesuai dengan sebuah konsep. Guru dituntut disamping
kurikulum yang berlaku, dan sesuai dengan menanamkan konsep kepada siswa tetapi juga
karakteristik siswa. Disamping itu juga dapat harus melibatkan siswa dalam menemukan konsep
membantu guru dalam menjelaskan materi yang itu sendiri. Sehingga mereka dengan mudah
bersifat abstrak. membangun pengetahuannya, memahami konsep
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan hari (Bungum, Henriksen, Angell, Tellefsen, & Bøe,
salah seorang guru fisika di SMA 1 Batipuh, 2015).
diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran
fisika, sebenarnya sudah dibantu dengan media Menindak lanjuti kondisi ini, perlu dirancang
atau sumber belajar berupa buku teks dan LKS. bahan ajar yang bisa membangun pengetahuan
Penggunaan buku paket dan LKS yang ada siswa melalui bacaan dan keadaan yang mereka
disekolah sebenarnya merupakan usaha yang lihat. Dengan menggunakan bahan ajar tersebut,
sudah baik yang dilakukan guru dalam siswa bisa belajar mandiri tanpa ada guru
menggunakan media pembelajaran, tapi disampingnya. Siswa bisa menemukan sendiri
penggunaan buku paket dan LKS yang ada belum konsep terkait materi yang dipelajarinya. Untuk
cukup untuk menambah motivasi siswa untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan bahan ajar
mempelajari fisika. Keterbatasan sumber belajar, yang bisa membimbing siswa dalam menemukan
tampilan yang kurang menarik serta konsep terkait materi yang dipelajarinya. Salah
keterbatasan pada indera pandang, juga menjadi satu bahan ajar yang meliputi serangkaian
kendala siswa dalam memahami pembelajaran pengalaman belajar terencana disusun secara
fisika. Hal ini menyulitkan siswa untuk sistematis, dan terarah untuk membantu siswa
membangun pengetahuan mereka dan menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik
menerapkan teori atau konsep yang diperoleh adalah modul (Perdana, Sarwanto, & Sukarmin,
dalam menyelesaikan masalah fisika dalam 2017). “Modul merupakan suatu paket kurikulum
kehidupan sehari-hari. yang disediakan untuk belajar sendiri, tanpa guru
siswa dapat belajar sendiri (Sabri, 2010).
Sementara itu, berdasarkan wawancara dengan
siswa kelas X SMA N 1 Batipuh, didapatkan Modul sebagai salah satu media pembelajaran
informasi bahwa penyebab rendahnya motivasi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi
siswa adalah mereka kurang tertarik pada yang juga dengan baik membelajarkan siswa
pelajaran fisika karena menurut mereka fisika secara mandiri, merupakan media pembelajaran
adalah ilmu yang sulit dan terdiri atas sederetan yang cocok digunakan sekarang ini. Ditengah
rumus yang harus dihafal, siswa tidak memahami perkembangan teknologi informasi dan
konsep dari pelajaran fisika, siswa cenderung komunikasi saat ini, dimana pembelajaran
hanya menghafal rumus dan mengerjakan soal- berbasis elektronik sudah menjadi bagian
soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol- integral dalam dunia pendidikan. Salah satu yang
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

paling efektif adalah penggunaan modul


elektronik (Getuno, Kiboss, Changeiywo, & Ogola, Disamping itu, Abou El-Seoud et al., 2014 juga
2015). telah melakukan penelitian tentang e-learning
dan motivasi mahasiswa, studi penelitian
Penggunaan sumber belajar elektronik sebagai mengenai akibat dari e-learning pada pendidikan
media pembelajaran telah dibuktikan secara tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
meyakinkan melalui beberapa penelitian. Arkorful bahwa penggunaan fitur interaktif dari e-learning
& Abaidoo, 2014 telah melakukan penelitian dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam
tentang peran e-learning, kelebihan dan proses pembelajaran.
kekurangannya dengan mengadopsinya untuk
perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan Modul elektronik fisika yang akan
bahwa adopsi terhadap e-learning pada beberapa dikembangkan adalah modul elektronik
institusi telah meningkatkan akses fakultas dan dengan pendekatan konstruktivisme. Modul
mahasiswa untuk mendapatkan informasi dan elektronik fisika dengan pendekatan
telah menyediakan lingkungan yang kaya untuk
kontruktivisme merupakan modul dengan
kolaborasi diantara para mahasiswa untuk
meningkatkan standar akademik. Berdasarkan
pendekatan yang menekankan pentingnya
review literatur secara keseluruhan yang siswa membangun sendiri pengetahuan
menjelaskan keuntungan dan kerugian dari e- mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses
learning menunjukkan perlunya implementasi pembelajaran, meningkatkan minat,
dalam pendidikan tinggi untuk fakultas, konsentrasi, keterampilan dalam berpikir
administrator dan mahasiswa untuk menikmati kritis dan kreatif (Matanluk, Mohammad,
manfaat penuh yang datang dengan adopsi dan Norizah, Kiflee, & Imbug, 2013). Tujuan dari
implementasinya. penelitian ini adalah untuk mengetahui
validitas modul elektronik fisika berbasis
Penelitian yang dilakukan oleh Santosa, kontruktivisme untuk kelas X SMA pada
Santyadiputra, & Divayana, 2017, menunjukkan
materi pokok suhu dan kalor.
bahwa penggunaan modul eletronik mampu
memotivasi siswa serta meningkatkan
2. METODE PENELITIAN
kemandirian siswa. Hapsari & Widodo, 2016,
melaporkan hasil penelitiannya bahwa
penggunaan bahan ajar berbasis konstruktivis- Penelitian ini adalah penelitian pengembangan
metakognitif efektif untuk meningkatkan yaitu mengembangkan Modul elektronik fisika
pengetahuan dan keterampilan metakognisi berbasis konstruktivisme untuk kelas X SMA pada
siswa rerata meningkatkan pengetahuan dan materi pokok suhu dan kalor. Rancangan
keterampilan metakognisi siswa. penelitian ini menggunakan model 4-D (Trianto,
2010). Namun dibatasi sampai pada tahap
Sufiyah & Sumarsono, 2015, juga telah melakukan
penelitian tentang pengembangan media develop yaitu diperoleh modul elektronik
pembelajaran modul elektronik interaktif pada berbasis konstruktivisme yang valid. Untuk lebih
mata pelajaran ekonomi untuk kelas X lintas jelasnya terdapat pada gambar 1.
minat ekonomi SMA Laboratorium UM kota
Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
media pembelajaran modul elektronik interaktif
yang dikembangkan mampu meningkatkan nilai
ekonomi siswa kelas X lintas minat ekonomi SMA
Laboratorium.
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

melakukan wawancara dengan guru fisika kelas X


Mulai
SMA. Analisis siswa dilakukan untuk melihat
kebutuhan serta karakteristik siswa yang
meliputi kemampuan, motivasi, kebiasaan serta
Tahap Define:
cara belajar siswa, sedangkan pada analisis tugas
a. Analisis ujung depan dan konsep bertujuan untuk mengetahui konsep-
b. Analisis siswa konsep penting pada materi suhu dan kalor serta
c. Analisis tugas dan konsep tugas-tugas penunjang yang harus ada dalam
d. Perumusan tujuan sebuah modul yang akan dikembangkan.
e. Analisis bahan ajar
Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk
menentukan rumusan tujuan pembelajaran,
dimulai dengan menganalisis silabus
Tahap Design: pembelajaran fisika kelas X semester II.
Menganalisis bahan ajar adalah menganalisis
Mempersiapkan prototipe modul elektronik
bahan ajar fisika Kelas X Semester II yang dipakai
fisika berbasis konstruktivisme
oleh guru fisika sebagai sumber belajar siswa.
Sebelum merancang modul, buku teks fisika kelas
Tahap Develop : X semester II sudah di telaah terlebih dahulu.

Melakukan pengembangan modul elektronik Rancangan prototype modul elektronik fisika


berbasis konstruktivisme melalui validasi berbasis konstruktivisme dirancang sesuai
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator yang telah ditetapkan,
mengumpulkan bahan pembuatan modul
elektronik dan programing.
Validitas Tidak Revisi
Pada tahap pengembangan (develop), dilakukan
validasi oleh pakar. Validasi dilakukan
menggunakan lembar validasi dan diskusi.
Dimana lembar tersebut direvisi oleh pakarnya
Ya sampai modul elektronik yang dikembangkan
valid. Validasi yang akan dilakukan meliputi
validasi isi dan konstruk. Validasi isi berisi item
Modul elektronik berbasis konstruktivisme item yang menunjukkan kesesuaian antara isi
yang valid produk dan tujuan pembelajaran. Validasi
konstruk berisi item item yang menunjukkan
Gambar 1. Rancangan Penelitian kesesuaian produk yang dihasilkan dengan
unsur-unsur pengembangan yang telah
Pada tahap define dilakukan untuk melihat ditetapkan. Aspek-aspek yang akan divalidasikan
gambaran mengenai bahan ajar yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.
di sekolah. Analisis ini dilakukan dengan
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

Tabel 1. Validasi modul elektronik fisika peristiwa-peristiwa pada materi tersebut yang
berbasis konstruktivisme berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan bisa
Metode membuat siswa untuk membangun suatu konsep
No Aspek Pengumpulan Instrumen tentang materi yang dipelajari. Hal ini seperti
Data diungkapkan oleh Ornstein dan Hunkins (1993)
1 Tujuan bahwa pembelajaran terjadi ketika siswa
2 Rasional berinteraksi dengan lingkungan, belajar tetap
3 Isi modul berlangsung di kelas seperti biasanya (Petchtone,
Lembar 2014). Namun, dalam penyajian materi suhu dan
4 Karakteristik Validator
validasi
5 Kesesuaian kalor pada bahan ajar yang telah tersedia kurang
bahasa menarik, bahasa yang digunakan kurang
6 Bentuk fisik komonikatif dan sulit untuk dipahami siswa.
Kurangnya bahan ajar disekolah juga membuat
Setelah modul elektronik tersebut divalidasi oleh guru kesulitan dalam menjelaskan materi, karena
beberapa orang validator, selanjutnya data hanya mengharapkan materi yang akan
disampaikan guru tanpa ada usaha dari dirinya
tersebut ditabulasi. Hasil tabulasi selanjutnya
sendiri untuk mempelajari materi suhu dan kalor
dicari presentasenya dengan rumus: yang akan dipelajari itu. Hal ini menyebabkan guru
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚
menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan
P= x 100% (1) materi suhu dan kalor kepada siswa.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Berdasarkan persentase yang diperoleh, Dalam pembelajaran fisika, penggunaan buku


selanjutnya dikategorikan berdasarkan tabel 2. paket sebagai sumber belajar dan media sangat
membantu guru dalam menyampaikan materi
Tabel 2. Kategori validitas modul pelajaran. Namun, keterbatasan buku paket dan
sumber belajar lainya menjadi kendala dalam
(%) Kategori pembelajaran fisika di sekolah tersebut. Disisi lain
0 – 20 Tidak Valid guru juga sering menggunakan buku yang berbeda,
21 – 40 Kurang Valid sehingga siswa yang mempunyai tingkat
41 – 60 Cukup Valid kepintaran yang rendah akan sulit memahami
61 – 80 Valid materi yang terdapat di dalam buku paket tersebut.
81 – 100 Sangat Valid Di samping itu kegiatan pembelajaran juga masih
berlangsung satu arah, dimana guru menjelaskan
materi pelajaran, memberikan contoh dan siswa
3. HASIL DAN PEMBAHASAN disuruh mengerjakan latihan. Ketika proses
pembelajaran berlangsung, hanya sebagian kecil
siswa yang mengerti sedangkan sebagian besar
1. Tahap define (pendefinisian) lainnya tidak mengerti. Hal ini disebabkan,
Tahap ini dimulai dengan analisis ujung depan, kurangnya interaktif atau keterlibatan siswa secara
analisis siswa, analisis konsep dan tugas, langsung dalam pembelajaran.
perumusan tujuan pembelajaran dan analisis
bahan ajar. Hasil analisis ujung depan dilakukan Untuk menutupi keterbatasan tersebut hendaknya
dengan mewawancarai guru fisika SMA kelas X. seorang guru mampu mencarikan solusi atau jalan
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi keluar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
bahwa materi suhu dan kalor merupakan materi mempelajari fisika khususnya materi suhu dan
yang sangat dekat dengan kehidupan siswa, kalor. Guru harus dapat membantu
sehingga akan lebih baik dengan menampilkan menginformasikan pengajaran dan mengingatkan
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

siswa bahwa siswalah yang berada pada pusat ketertarikan siswa sehingga tujuan dari
pedagogi (Alsharif, 2014). Bahan ajar perlu pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan baik
dikembangkan dan diorganisasikan agar (Gaikwad & Tankhiwale, 2014).
pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien
sehingga menghasilkan nilai yang memuaskan. Review literatur tentang modul elektronik
Untuk itu, pengembangan modul yang dirancang bertujuan untuk mengetahui format
adalah pengembangan modul elektronik fisika pengembangan modul elektronik fisika pada
berbasis konstruktivisme pada materi suhu dan materi suhu dan kalor dan dapat dirancang
kalor. Melalui modul ini diharapkan siswa menjadi semenarik mungkin. Modul elektronik harus dapat
berminat dan tidak hanya menerima penjelasan dipelajari siswa secara sendiri, modul elektronik
dari guru namun siswa juga dapat belajar secara dapat memberikan pengaruh dalam proses
aktif dan dapat belajar secara mandiri maupun pembelajaran siswa (Rufii, 2015).
berkelompok (Auditor & Naval, 2014). Disamping
itu siswa juga diharapkan dapat menerapkan apa Dalam pengembangan bahan ajar dan perumusan
yang telah mereka pelajari dalam situasi baru, yang tujuan pembelajaran, silabus merupakan salah satu
tidak hanya mampu menemukan masalah tetapi perangkat pembelajaran yang harus diperhatikan.
juga menyelesaikannya secara efektif (Serafín, Hal ini bertujuan agar bahan ajar yang
Dostál, & Havelka, 2015). dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan terhadap siswa. Berdasarkan silabus
Analisis siswa dilakukan untuk melihat mata pelajaran fisika kelas X semester II, materi
karakteristik siswa yang meliputi kemampuan yang harus diberikan terdiri dari 4 standar
berpikir dan motivasi belajar. Hasil analisa yang kompetensi, yaitu: 1) Menerapkan prinsip kerja
dilakukan pada siswa kelas X SMA N 1 Batipuh alat alat optik; 2) Menerapkan konsep kalor dan
menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran prinsip konservasi energi pada berbagai
siswa cendrung pasif, pembelajaran masih perubahan energi; 3) Menerapkan konsep
berpusat pada guru dan keterbatasan sumber kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah
belajar. dan berbagai produk teknologi; 4) Memahami
konsep dan prinsip gelombang eletromagnetik.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka kegiatan Berdasarkan analisis silabus pembelajaran, maka
pembelajaran harus membuat siswa aktif dalam modul dirancang untuk standar kompetensi yang
belajar dan mampu membangun sebuah konsep kedua yang terdiri dari 3 kompetensi dasar yaitu:
dari apa yang mereka pelajari ((Pinilih & Masykuri, 1) Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat;
2016). Untuk mendukung hal tersebut perlu 2) Menganalisis cara perpindahan kalor; 3)
dikembangkan sebuah bahan ajar berupa modul Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.
elektronik berbasis konstruktivisme pada materi
suhu dan kalor. Dalam mengembangkan bahan ajar, ketersedian
bahan ajar merupakan suatu hal yang perlu
Analisis tugas dan konsep dilakukan dengan cara diperhatikan. Hal ini betujuan agar bahan ajar yang
mereview literatur tentang modul elektronik yang dikembangkan dapat menutupi kekurangan yang
akan dikembangkan. Pengetahuan akan bahan ajar terdapat dalam bahan ajar yang telah ada. Sumber
yang akan dikembangkan adalah salah satu syarat belajar yang tersedia diantaranya adalah buku teks
untuk mengembangkannya. Modul elektronik dan LKS. Minimnya unsur interaktif yang terdapat
adalah bahan belajar mandiri yang disusun secara didalam LKS dan buku teks menyebabkan
sistematis sampai kebagian terkecil yang dipakai kurangnya minat siswa untuk belajar. Selain itu,
dalam pembelajaran, yang dalam penggunaannya ketersedian buku teks dengan karangan yang
memakai piranti elektronik berupa komputer berbeda, serta jumlah buku teks yang tidak
untuk meningkatkan daya interaktif siswa dan
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

sebanding dengan jumlah siswa juga menjadi adalah: 1) Macromedia Flash, dalam perancangan
kendala dalam belajar. modul elektronik fisika software ini digunakan
untuk membuat contoh soal, latihan (asah otak)
LKS yang digunakan dibuat oleh guru, kemudian dan evaluasi dengan penilaian secara otomatis
pada saat pembelajaran berlangsung siswa (gambar 2); 2) Movie maker dan format factory,
disuruh memperbanyak LKS tersebut, sehingga dalam perancangan modul elektronik fisika
pembelajaran menjadi kurang efektif. Sumber software format factory (gambar 3) digunakan
belajar yang digunakan masih memiliki untuk mengedit video yang didownload sedangkan
keterbatasan pada indra pandang siswa karena movie maker digunakan untuk membuat sebuah
untuk audio dan visual sulit digunakan. Materi video pembelajaran (gambar 4); 3) 3D pageflip
suhu dan kalor yang ditampilkan pada bahan ajar profesional, software ini digunakan pada tahap
yang tersedia tidak menampilkan masalah-masalah akhir pembuatan modul elektronik (gambar 5).
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa
sehingga siswa sulit untuk membangun sebuah
konsep tentang materi tersebut.

Pada materi suhu dan kalor seharusnya, banyak


komponen yang bisa dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa sehingga siswa bisa menemukan
solusi dan membangun sebuah konsep untuk materi
suhu dan kalor. Namun pada bahan ajar yang
tersedia berisi pengetahuan secara umum. Oleh
sebab itu dilakukan pengembangan modul
elektronik fisika berbasis konstruktivisme untuk
materi suhu dan kalor agar bisa membantu siswa Gambar 2. Tampilan soal menggunakan
mempelajari materi suhu dan kalor secara efektif macromedia flash
dan efesien.

2. Tahap design (perancangan)


Modul elekronik fisika berbasis konstruktivisme
dirancang dan dikembangkan untuk materi suhu
dan kalor. Pada bagian materi dimulai dengan
permasalahan yang dekat dengan keseharian
siswa, mereka dipandu untuk membangun
pengetahuannya dan menemukan konsep sendiri
tentang materi yang dipelajari. Modul ini disajikan
dengan langkah-langkah konstruktivisme yang
meliputi fase stars, fase eksplorasi, fase refleksi,
serta fase aplikasi dan diskusi. Produk dibuat
Gambar 3. Tampilan saat mengedit video
dengan menggunakan microsoft word yang
menggunakan format factory
selanjutnya disimpan dalam format PDF.

Kemudian file modul dikembangkan dalam


software 3D pageflip Profesional dengan format exe,
dimana dapat dibuka secara langsung tanpa
melalui software khusus. Perancangan modul ini
menggunakan beberapa software diantaranya
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

penggunaan icon pada modul (gambar 9),


petunjuk penggunaan modul secara umum, serta
peta konsep. Peta konsep sebagai bahan acuan
bagi siswa, menyusun kerangka berfikir untuk
membangun pengetahuan awal siswa. Tampilan
daftar isi menggunakan link supaya
mempermudah siswa untuk membaca modul.
Link tersebut disesuaikan dengan halaman pada
modul; 3) Selanjutnya pada modul elektronik ini
terdapat 4 sub topik, pada setiap sub topik
diawali dengan gambar yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari (gambar 10).
Gambar 4. Tampilan saat membuat video Ini bertujuan untuk membuat ketertarikan siswa
dengan menggunakan movie maker mempelajari materi tersebut. Pada bagian
pendahuluan masing-masing materi terdapat
standar kompetensi, indikator dan tujuan
pembelajaran yang menjadi pedoman bagi siswa
untuk mempelajari materi tersebut (gambar 11);
4) Pada halaman materi disajikan dengan langkah
konstruktivisme yang terdiri dari fase start
(gambar 12), pada fase ini terdapat cuplikan
video pembelajaran yang berhubungan dengan
materi yang akan dipelajari (gambar 13). Dalam
video tersebut terdapat beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Tampilan video ini bertujuan untuk
Gambar 5. Tampilan aplikasi 3D Pageflip mempermudah siswa mengkonstruksi dan
Profesional menemukan konsep yang berkaitan dengan topik
pelajaran. Tampilan video dibuat dua pilihan
Adapun tampilan akhir modul menggunakan 3D
(gambar 14). Selanjutnya, fase ekplorasi (gambar
Pageflip profesional yaitu: 1) Halaman cover
15), pada fase ini terdapat uraian materi untuk
modul elektronik didesain menggunakan
menjawab beberapa permasalahan yang ada pada
program Microsoft Office Publisher 2007.
fase start. Selanjutnya fase refleksi yang berisi
Tampilan cover dibuat semenarik mungkin
contoh soal dan fenomena fisika yang
dengan warna yang cerah sehingga siswa tertarik
berhubungan dengan materi tersebut (gambar
untuk membaca modul tersebut. Halaman cover
16). Terakhir, Fase aplikasi dan diskusi yang
dirancang menggunakan warna hijau yang
berisi latihan soal untuk mengukur pemahaman
didukung dengan gambar dan judul tentang suhu
siswa terhadap materi (gambar 17); 5) Halaman
dan kalor (gambar 6); 2) Pada halaman
selanjutnya adalah halaman evaluasi dan
selanjutnya terdapat halaman kata pengantar
halaman kesimpulan (gambar 18). Halaman
(gambar 7), daftar isi (gambar 8), petunjuk
evaluasi berisikan 20 soal yang mencakup semua
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

materi yang ada dalam modul elektronik; 6)


Modul elektronik dikembangkan dengan
beberapa tombol seperti tombol kembali ke
halaman daftar isi, tombol kembali ke materi
(fase eksplorasi), tombol yang digunakan untuk
melihat kolom contoh soal, tombol ini digunakan
untuk melihat kolom latihan soal, tombol untuk
melihat kolom evaluasi, tombol yang digunakan
untuk melihat beberapa gambar yang berkaitan
dengan materi

Gambar 8. Tampilan daftar isi dan petunjuk


penggunaan icon pada modul

Gambar 6. Tampilan cover modul elektronik


menggunakan 3D pageflip Profesional

Gambar 9. Tampilan petunjuk penggunaan


modul

Gambar 7. Tampilan kata pengantar


JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

Gambar 10. Tampilan halaman depan materi


dengan menggunakan 3D pageflip Profesional

Gambar 13. Tampilan video pada fase start


menggunakan 3D Pageflip Profesional

Gambar 11. Tampilan KD, indikator dan tujuan


pembelajaran menggunakan 3D pageflip
Profesional

Gambar 14. Tampilan lain video pada fase start


menggunakan 3D Pageflip Profesional

Gambar 12. Tampilan fase start dengan


menggunakan 3D Pageflip Profesional

Gambar 15. Tampilan tahap Eksplorasi


JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

3. Tahap develop (pengembangan)


Sub Bab 3 (Cambria 11, ditebalkan).
Modul elektronik fisika yang telah
dikembangkan divalidasi oleh beberapa orang
validator. Validasi dilakukan dengan
menggunakan instrumen validasi, saran-saran
dan komentar dari validator dijadikan
pertimbangan untuk perbaikan modul elektronik
yang telah dirancang sehingga dihasilkan sebuah
modul elektronik yang valid. Data hasil validasi
modul elektronik fisika berbasis
konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 3.

Gambar 16. Tampilan tahap refleksi Tabel 3. Data hasil validasi modul elektronik fisika
berbasis konstruktivisme

Validator
Aspek
Skor-
No Yang Jml % Ket
1 2 3 Maks
dinilai

Sangat
1 Tujuan 9 12 11 32 36 88,9
Valid
Sangat
2 Rasional 6 8 7 21 24 87,5
Valid
Sangat
3 Isi modul 19 21 23 63 72 87,5
Valid
Gambar 17. Tampilan fase aplikasi dan diskusi Karakterist Sangat
4 21 24 23 68 72 94,4
ik Valid

Kesesuaian
5 bahasa 20 27 24 71 84 84,5 Valid

Bentuk Sangat
6 20 24 22 66 72 91,7
Fisik valid
89,0 Sangat
Jumlah 95 116 110 321 360
8 Valid

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil validasi modul


elektronik fisika berbasis konstruktivisme.
Gambar 18. Tampilan halaman evaluasi Setiap aspek berkisar antara 87,5 % hingga
menggunakan 3D pageflip Profesional 91,7 %. Secara keseluruhan rata rata modul
elektronik fisika berbasis konstruktivisme
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

tergolong sangat valid dengan persentase 89,08 keterampilan siswa seperti kemandirian,
%. Dengan demikian pertanyan penelitian tanggung jawab untuk hasil belajar dan
“Bagaimana validitas modul elektronik fisika kemampuan untuk umpan balik (Shurygin &
berbasis konstruktivisme kelas X SMA pada Sabirova, 2017). Disamping itu juga berisi
materi pokok suhu dan kalor” telah terjawab. informasi tentang kebermaknaan modul
Berdasarkan deskripsi dari hasil validasi elektronik untuk perkembangan akademik
menunjukan bahwa modul elektonik fisika yang siswa.
peneliti rancang sudah valid dengan melakukan
perbaikan-perbaikan sesuai saran validator. Pada aspek isi modul elektronik, dapat
dinyatakan bahwa judul dan kompetensi inti
Adapun revisi yang telah dilakukan sesuai saran sudah dinyatakan dengan jelas. Tugas dan
dan masukan dari validator adalah: 1) latihan yang terdapat pada modul sudah dapat
Memperbaiki tujuan pembelajaran; 2) mengukur kemampuan siswa, dan
Memberikan arahan/perintah pada saat perkembangan belajarnya. Penyajian materi
penyelidikan; 3) Memperhatikan dan pada modul elektronik menggunakan video
pembelajaran sudah dapat menunjang
memperbaiki penulisan modul, masih terdapat
pemahaman materi pembelajaran, lembar kerja
kesalahan dalam pengetikan. Semua saran dan yang mampu memeriksa hasil kerja siswa secara
masukan dari validator, sudah dilaksanakan otomatis, dan tampilan fisik modul yang
dalam perbaikan modul elektronik fisika berbasis ditunjang dengan warna dan gambar-gambar
konstruktivisme. yang menarik. Semua bagian tersebut sudah
terdapat didalam modul elektronik. Penyajian
Berdasarkan tabel 3, aspek tujuan pembelajaran modulnya sudah terencana, tepat dan tuntas
yang terdapat di dalam modul elektronik dapat artinya isi yang ada pada modul tidak
dinyatakan bahwa kompetensi inti dan membingungkan, tidak ada konsep atau uraian
kompetensi dasar dalam modul elektronik sudah materi yang keliru sehingga siswa memperoleh
dinyatakan dengan jelas, indikator pembelajaran pengetahuan secara utuh.
sudah mampu mengukur kompetensi siswa,
tujuan pembelajaran yang akan dicapai sudah Disamping itu, berdasarkan karakteristik dari
jelas dan sesuai dengan indikator pembelajaran. modul elektronik yang dikembangkan juga telah
Tujuan yang diharapkan didalam modul telah baik. Hal ini berdasarkan panduan
sesuai dengan silabus yang telah dianalisis. Hal pengembangan modul elektronik kementrian
ini sebagaimana yang telah dikembangkan oleh
pendidikan (Nasional, 2010) bahwa karakteristik
(Winkel, 1996) bahwa materi pelajaran harus
relevan dengan tujuan yang hendak dicapai, modul elektronik yang baik itu adalah: 1)
materi pelajaran harus sesuai dengan taraf Ketepatan artinya tak ada konsep atau uraian
kesulitan dan kemampuan siswa, materi materi yang keliru; 2) Kesesuaian dengan: a)
pelajaran harus dapat menunjang motivasi Pengalaman yang sesuai dengan kompetensi yang
siswa, materi pelajaran harus dapat membantu dituntut mata pelajaran; b) Cakupan, dalam hal
siswa untuk terlibat aktif dan harus sesuai
ini pengalaman belajar serta tingkat kemampuan
dengan prosedur serta sesuai dengan media yang
tersedia. yang diharapkan dari peserta didik; 3)
Ketuntasan, artinya materi dan pengalaman
Pada aspek rasional modul elektronik, dapat belajar yang disajikan memungkinkan siswa
dinyatakan bahwa modul sesuai dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan secara utuh; 4)
yang telah dirumuskan dan dapat mengukur Kemuktahiran, membuat hal-hal yang terkini
kemampuan siswa, dapat mengembangkan
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

atau setidaknya tidak bertentangan dengan kelas X SMA pada materi pokok suhu dan kalor
perkembangan terbaru; 5) Kebermaknaan, sangat valid digunakan, dengan persentase
artinya materi yang disajikan berguna bagi 89,08%.
perkembangan akademik dan profesional peserta
DAFTAR PUSTAKA
didik, 6) Ketercernaan, artinya bahasa dan
sistematika sajian jelas, mudah dipahami, dan Abou El-Seoud, S., Seddiek, N., Taj-Eddin, I.,
tidak membingungkan; 7) Kemenarikan, artinya Ghenghesh, P., Nosseir, A., & El-Khouly, M.
menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa (2014). E-Learning and Students’
untuk mempelajari bahan ajar yang disebabkan Motivation: A Research Study on the Effect of
oleh penataan kegiatan belajar yang variatif dan E-Learning on Higher Education.
interaktif, penggunaan bahasa yang dialogis, serta International Journal of Emerging
pengemasan ilustrrasi dan penwajahan yang Technologies in Learning (IJET), 9(4), 20.
mendukung dan menjelaskan; 8) Kebakuan, https://doi.org/10.3991/ijet.v9i4.3465
dalam: a) Ragam bahasa Indonesia yang
digunakan; b) Kaidah penulisan; c) Etika Alsharif, K. (2014). How do Teachers Interpret the
penulisan, termasuk pengutipan pendapat orang Term ‘Constructivism’ as a Teaching
lain. Approach in the Riyadh Primary Schools
Context? Procedia - Social and Behavioral
Pada aspek kesesuaian bahasa, kalimat yang Sciences, 141, 1009–1018.
digunakan pada modul elektronik sudah https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.05.1
komunikatif, sesuai dengan kaedah bahasa
70
Indonesia, kalimat yang digunakan juga sudah
sesuai dengan tingkat perkembangan dan Arkorful, V., & Abaidoo, N. A. (2014). The role of e-
kemampuan intelektual siswa yang heterogen.
learning, advantages and disadvantages of
Secara keseluruhan semua aspek yang divalidasi
pada modul elektronik dapat dinyatakan sudah its adoption in higher education.
valid. International Journal of Instructional
Technology and Distance Learning, 12(1),
Aspek bentuk fisik memberikan informasi 29–43.
tentang kemenarikan modul elektronik yang https://doi.org/10.3991/ijac.v3i2.1322
dikembangkan sehingga menimbulkan minat
dan motivasi bagi siswa untuk mempelajarinya. Auditor, E., & Naval, D. J. (2014). Development and
Keenam aspek tersebut sudah mencakup Validation of Tenth Grade Physics Modules
karakteristik modul elektronik yang baik, sesuai
Based on Selected Least Mastered
dengan panduan pengembangan modul
elektronik. Competencies. International Journal of
Education and Research, 2(12), 2201–6333.
4. KESIMPULAN Retrieved from www.ijern.com

Berdasarkan hasil analisis data validasi untuk BSNP. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar
mengetahui kevaliditan modul elektronik fisika dan menengah (2006).
berbasis konstruktivisme yang telah
dikembangkan, disimpulkan bahwa modul Bungum, B., Henriksen, E. K., Angell, C., Tellefsen,
elektronik fisika berbasis konstruktivisme untuk C. W., & Bøe, M. V. (2015). ReleQuant –
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

Improving teaching and learning in quantum Jazim, Anwar, R. B., & Rahmawati, D. (2017). The
physics through educational design Use of Mathematical Module Based on
research. NorDiNa, 11(2), 153–168. Constructivism Approach as Media to
Implant the Concept of Algebra Operation.
Fauzi, B., & Muliyati, D. (2018). WEBSITE E- International Electronic Journal of
LEARNING BERBASIS MODUL : BAHAN Mathematics Education, 12(3), 579–583.
PEMBELAJARAN FISIKA. Wahana
Pendidikan Indonesia, 3(1), 90–95. Matanluk, O., Mohammad, B., Norizah, D., Kiflee,
A., & Imbug, M. (2013). The Effectiveness of
Gaikwad, N., & Tankhiwale, S. (2014). Interactive Using Teaching Module Based on Radical
E-learning module in pharmacology: a pilot Constructivism toward Students Learning
project at a rural medical college in India. Process. Procedia - Social and Behavioral
Perspectives on Medical Education, 3(1), 15– Sciences, 90(InCULT 2012), 607–615.
30. https://doi.org/10.1007/s40037-013- https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.1
0081-0 32
Getuno, D. M., Kiboss, J. K., Changeiywo, J. M., & Nasional, D. K. D. D. K. P. Panduan Pengembangan
Ogola, L. B. (2015). Effects of an E-Learning Modul Elektronik (2010).
Module on Students ’ Attitudes in an
Electronics Class. Education and Practice, Nurmayanti, F., Bakri, F., & Budi, E. (2015).
6(36), 80–86. Pengembangan Modul Elektronik Fisika
dengan Strategi PDEODE pada Pokok
Hamdunah. (2015). PRAKTIKALITAS Bahasan Teori Kinetik Gas untuk Siswa Kelas
PENGEMBANGAN MODUL XI SMA. In Simposium Nasional Inovasi dan
KONTRUKTIVISME DAN WEBSITE PADA Pembelajaran Sains (pp. 337–340).
MATERI. LEMMA, II(1), 35–42.
Perdana, F. A., Sarwanto, & Sukarmin. (2017).
Hapsari, N. D., & Widodo, A. (2016). Pengembangan Modul Elektronik Fisika
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk
KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
MELALUI BAHAN AJAR BERBASIS dan Motivasi Belajar Siswa SMA/MA Kelas X
KONSTRUKTIVIS-METAKOGNITIF. In Pada Materi Dinamika Gerak. Inkuiri, 6(3),
Seminar nasional Pendidikan dan Saintek 61–76.
(pp. 591–598).
Petchtone, P. (2014). The Development of
Herawati. (2015). Pengembangan modul e- Instructional Model Integrated with
learning fisika berbasis captivate. Thinking Skills and Knowledge
Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 16(2), Constructivism for Undergraduate Students.
68–75. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Indonesia, S. N. R. Undang- Undang RI Nomor 20 116, 4283–4286.
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.9
Nasional. (2003). 32
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 5, 1 (2020): 01-18
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

Pinilih, F. W., & Masykuri, M. (2016). Sudarwati, N., Umi, Qomariah, N., & Susilowati, L.
Pengembangan Modul Elektronik Fisika (2015). Stages in Compiling Integrated
Berbasis Saling Temas Materi Pemanasan Entepreneurship Module Based on
Global untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Electronic for University Students. IOSR
Inkuiri, 5(2), 143–155. Journal of Humanities and Social Science,
20(8), 1–6. https://doi.org/10.9790/0837-
Rufii, R. (2015). Developing Module on 20850106
Constructivist Learning Strategies to
Promote Students ’ Independence and Sufiyah, L., & Sumarsono, H. (2015).
Performance. International Journal of Pengembangan Media Pembelajaran Modul
Education, 7(1), 18–28. Elektronik Interaktif pada Mata Pelajaran
https://doi.org/10.5296/ije.v7i1.6675 Ekonomi untuk Kelas X Lintas Minat
Ekonomi SMA Laboratorium UM Kota
Sabri, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar dan Malang. JPE, 8(2), 64–74.
Microteaching. In Ciputat: PT Ciputat Press.
Suyoso, & Nurohman, S. (2014). Developing web-
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran based electronics modules as physics
Beorientasi Standar Proses Pendidikan. In learning media. Kependidikan, 44(1), 73–82.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran
Santosa, A. S. E., Santyadiputra, G. S., & Divayana, Inovatif- Progresif Konsep, Landasan, dan
D. G. H. (2017). PENGEMBANGAN E-MODUL Implementasinya pada Kurikulum Tingkat
BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan (KTSP). In Jakarta:
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA Kencana (p. 2010).
PELAJARAN ADMINISTRASI JARINGAN
KELAS XII TEKNIK KOMPUTER DAN. Winkel, W. . (1996). Psikologi Pengajaran. In
KARMAPATI, 6(1). Jakarta: Grafindo.

Serafín, Č., Dostál, J., & Havelka, M. (2015).


Inquiry-Based Instruction in the Context of
Constructivism. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 186, 592–599.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.0
50

Shurygin, V. Y., & Sabirova, F. M. (2017).


Particularities of blended learning
implementation in teaching physics by
means of LMS Moodle. Revista Espacios, Vol.
38(No 40), Pág. 39. Retrieved from
http://www.revistaespacios.com/a17v38n
40/a17v38n40p39.pdf

Anda mungkin juga menyukai