Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1.

April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Penerapan Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Macromedia Flash Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Usaha Dan Energi Pada Siswa Kelas X IPA MAN
Nagekeo Tahun Pelajaran 2018/2019

Istiana, S.Pd
NIP. 196905061997022004
Guru MAN Nagekeo Nusa Tenggara Timur

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika materi Usaha dan Energi
siswa kelas X IPA MAN Nagekeo melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
menggunakan simulasi macromedia flash. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA MAN Nagekeo semester genap dengan
jumlah 18 siswa. Instrumen dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan teknik tes hasil belajar
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
data tes, dan dokumentasi. Adapun hasil dalam penelitian ini adalah bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dapat dilihat dari hasil evaluasi pada siklus I nilai rata-rata kelas 70.27
meningkat menjadi 80.55 pada siklus II. Ketuntasan klasikal belajar siswa sebesar 61.11% pada
siklus I meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Karena pada siklus II sudah tercapai ketuntasan
belajar secara klasikal maka penelitian dihentikan. Ketercapaian ketuntasan belajar pada siklus II
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL (Problem based learning) menggunakan
simulasi macromedia flash dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA MAN Nagekeo
tahun plajaran 2018/2019.

Kata kunci : Model Pembelajaran Problem Based Learning, Simulasi Macromedia Flash, Hasil
Belajar.

PENDAHULUAN pembelajaran dengan tujuan untuk


Menurut UU No. 20 tahun 2003 mengembangkan potensi spritual,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana kepribadian, dan keterampilan. Sains adalah
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif serta menginvestigasi fenomena alam dengan
mengembangkan potensi dirinya untuk segala aspeknya. Sains dapat dianggap
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, sebagai sarana untuk mengembangkan sikap
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan nilai-nilai tertentu. Pembelajaran
akhlak mulia, serta keterampilan yang merupakan proses transfer ilmu antara guru
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai
Negara” (Prayitno dan Manullang, 2010:51). penerima informasi. Pembelajaran berbasis
Pendidikan dapat diartikan segala sains adalah proses transfer ilmu dua arah
upaya yang direncanakan untuk antara guru dan siswa dengan model sains
mempengaruhi orang lain baik individu, tertentu (Rizema Putra, 2013 : 51-53). Fisika
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka sebagai cabang dari sains merupakan ilmu
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala
pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : alam, khususnya tentang interaksi antara
16). Pendidikan adalah proses pengubahan materi dan energy (Kamajaya, 2007 : 17).
sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok Murdaka dan Priyambodo (2008: 1)
orang dalam usaha mendewasakan manusia mengemukakan bahwa fisika merupakan
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, dasar kemajuan produk teknologi. Jadi, fisika
proses, cara, perbuatan mendidik (Pusat dapat disimpulkan bahwa salah satu cabang
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, ilmu pengetahuan alam (IPA) yang
2002 : 263). Pendidikan dapat disimpulkan didalamnya mempelajari fenomena yang
sebagai usaha yang dilakukan dalam proses terjadi dialam semesta dengan penemuan dan

Jurnal Ilmiah Mandala Education |202


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

pemahaman yang menggerakkan materi, menciptakan variasi (bentuk-bentuk) kegiatan


energi, ruang dan waktu. pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa
Berdasarkan observasi di MAN dalam upaya memotivasi siswa agar lebih
Nagekeo, model yang digunakan guru dalam berkompetensi dalam menghadapi kemajuan
proses pembelajaran dikelas adalah model ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pengajaran langsung (Direct Instruction) dan semakin pesat serta meningkatkan
didominasi dengan metode ceramah dan pemahaman aktivitas belajar, hasil belajar dan
metode diskusi sehingga membuat banyak meningkatnya prestasi belajar siswa.
siswa yang bersikap pasif. Siswa banyak Pemilihan model pembelajaran, metode yang
duduk diam ditempat serta mendengarkan tepat serta media yang sesuai materi yang
guru yang sedang menjelaskan materi diajarkan akan menghasilkan proses
pelajaran di kelas, adapun siswa-siswi yang pembelajaran yang optimal. Salah satu model
aktif akan tetapi sulit dikondisikan dan sering pembelajaran yang bisa memberi
tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan pembaharuan dalam proses pembelajaran
materi pelajaran fisika dikelas. Pada saat fisika adalah model PBL (Problem based
diskusi kelompok berlangsung, hanya 25% learning).
siswa yang aktif dalam melaksanakan Semakin pesatnya perkembangan
diskusi. teknologi seperti yang kita rasakan sekarang
Biasanya siswa yang tidak menguasai ini, berbagai macam pilihan program yang
konsep fisika, diskusi yang dilakukannya ada di dalam komputer yang dapat kita
diluar konteks pembelajaran fisika. Aktivitas gunakan dan kita manfaatkan sebagai media
seperti inilah yang menyebabkan salah satu pembelajaran. Salah satu dari berbagai
faktor rendahnya hasil dari aktivitas belajar macam program yang ada di dalam komputer
siswa. Sarana dan prasarana penunjang proses yaitu program macromedia flash. Produk dari
pembelajaran yang ada di MAN Nagekeo macromedia flash yaitu simulasi.
dibidang fisika masih belum memadai. Simulasi macromedia flash
Khususnya ruang laboratorium yang belum merupakan simulasi dari sebuah praktikum
dimanfaatkan dengan optimal. fisika dengan menggunakan format
Minimnya peralatan praktikum di macromedia flash yang dijalankan di dalam
MAN Nagekeo menyebabkan kendala bagi komputer, baik yang dijalankan dengan cara
siswa-siswi untuk melaksanakan kegiatan menekan tombol maupun lainnya. Simulasi
pembelajaran. Untuk kelancaran proses macromedia flash ini dapat digunakan untuk
belajar mengajar pada saat praktikum, guru mengantisipasi kekurangan penyelidikan
fisika di MAN Nagekeo menggunakan alat melalui eksperimen.
peraga sederhana yang mereka buat sendiri Model pembelajaran menggunakan
maupun yang dibuat siswa. simulasi macromedia flash ini merupakan
Permasalahan yang terja dijuga pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
terletak pada cara guru mengajar lebih aktif dalam menyelidiki masalah yang
dominan pada penguasaan sejumlah konsep. diberikan dalam bentuk simulasi yang ada di
Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya dalam computer sebagai pengganti praktikum
waktu untuk jam pelajaran fisika. Dengan atau eksperimen. Berdasarkan latar belakang
demikian, hasil belajar yang dicapai oleh tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
siswa masih tergolong rendah dan tidak sesuai dengan tema: “Penerapan Model Problem
dengan tujuan yang diharapkan. Pentingnya Based Learning Menggunakan Simulasi
pemahaman konsep dalam proses belajar Macromedia Flash untuk Meningkatkan Hasil
mengajar sangat berpengaruh untuk Belajar Fisika Materi Suhu dan Energi Siswa
memecahkan masalah. X IPA MAN Nagekeo tahun pelajaran
Untuk mengatasi masalah dalam 2018/2019.”.
proses pembelajaran fisika, maka guru harus Penelitian ini diharapkan dapat
dapat menentukan model pembelajaran yang menyelesaikan permasalahan yang ada di
sesuai serta mudah dipahami oleh siswa dan MAN Nagekeo dalam hal pelaksanaan proses

Jurnal Ilmiah Mandala Education |203


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

pembelajaran khususnya mata pelajaran Lebih lanjut Slameto menjelaskan


fisika. bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
Rumusan Masalah keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Berdasarkan latar belakang yang telah sendiri dalam interaksi dengan
diuraikan di atas, maka yang menjadi lingkungannya”. Menurut Surya tahun 1997
permasalahan dalam penelitian ini adalah: dalam Rusman, 2011:7, belajar dapat
Apakah penerapan model pembelajaran PBL diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
(Problem based learning) menggunakan oleh individu untuk memperoleh perubahan
simulasi macromedia flash dapat perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
meningkatkan hasil belajar Fisika materi Suhu hasil dari pengalaman individu untuk
dan Energi siswa di kelas X IPA MAN memperoleh perubahan perilaku baru secara
Nagekeo tahun pelajaran 2018/2019?. keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
Tujuan Penelitian individu itu sendiri dalam berinteraksi dalam
Berdasarkan rumusan masalah di atas, lingkungannya. Gagne dalam Dimyati, 2009
maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk : 10, mengemukakan bahwa belajar adalah
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas kegiatan yang kompleks, yang terdiri dari tiga
X IPA MAN Nagekeo melalui penerapan komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
model pembelajaran PBL menggunakan kondisi internal, dan hasil belajar.
simulasi macromedia flash. Dari uraian pendapat para ahli di atas,
TINJAUAN PUSTAKA dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
Pengertian Belajar dan Pembelajaran proses perubahan tingkah laku baik dalam
Belajar pada hakikatnya adalah proses bentuk penguasaan pengetahuan,
interaksi terhadap semua situasi yang ada di keterampilan berfikir, maupun keterampilan
sekitar individu siswa, (Rusman dkk, 2011:5). psikomotor karena adanya interaksi siswa,
Belajar merupakan proses perubahan, sumber belajar dan lingkungannya. Sementara
perubahan yang dimaksud di sini adalah itu, menurut aliran behavioristik adalah upaya
perubahan tingkahlaku sebagai hasil interaksi membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan lingkungannya dalam memenuhi dengan menyediakan lingkungan agar terjadi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut hubungan antara lingkungan dengan tingkah
meliputi sikap, keterampilan dan laku si belajar disebut
pengetahuan. pembelajaran.Pembelajaran yang
Dari pengertian tersebut dapat diambil menyenangkan akan memperkuat perilaku,
beberapa elemen penting yang terdapat di sebaliknya pembelajaran yang kurang
dalamnya, yaitu: (1) belajar merupakan menyenangkan akan memperlemah perilaku
perubahan tingkah laku yang meliputi cara (Sugandhi dkk, 2007:34).
berpikir (kognitif), cara bersikap (afektif) dan Pembelajaran adalah sesuatu yang
perbuatan (psikomotor); (2) Menambah atau dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk
mengumpulkan sejumlah pengetahuan; (3) siswa. Pembelajaran pada dasarnya
Siswa diumpamakan sebagai sebuah botol merupakan upaya pendidik untuk membantu
kosong yang siap untuk diisi penuh dengan peserta didik melakukan kegiatan belajar
pengetahuan, dan siswa diberi (Isjoni, 2011: 14). Proses belajar bersifat
bermacam-macam materi pelajaran untuk internal dan unik dalam diri individu siswa,
menambah pengetahuan yang dimilikinya sedang proses pembelajaran bersifat eksternal
(Kusairi, 2000:1). Slameto, 2010 : 2 yang sengaja direncanakan dan bersifat
menyatakan bahwa “menurut pengertian rekayasa perilaku.
psikologis, belajar merupakan suatu proses Model Pembelajaran PBL
perubahan yaitu perubahan tingkah laku Ibrahim dan Nur dalam Rusman,
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya 2010:241, mengemukakan bahwa
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. pembelajaran berbasis masalah merupakan

Jurnal Ilmiah Mandala Education |204


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

salah satu pendekatan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman (experience-based


digunakan untuk merangsang berfikir tingkat instruction)”, belajar autentik (authentic
tinggi siswa dalam situasi yang berorienta learning)” dan pembelajaran bermakna atau
sisiswa pada masalah dunia nyata, termasuk pembelajaran berakar pada kehidupan
di dalamnya belajar bagaimana belajar. Model (anchored intruction)” (Ibrahim dan Nur,
pembelajaran berdasarkan masalah 2000 dalam Trianto, 2010:92-93).
merupakan suatu model pembelajaran yang Model pembelajaran berdasarkan
didasarkan pada banyaknya permasalahan masalah merupakan suatu model
yang membutuhkan penyelidikan autentik, pembelajaran yang didasarkan pada
yakni penyelidikan yang membutuhkan banyaknya permasalahan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang penyelidikan autentik yakni penyelidikan
nyata (Trianto, 2010:90). yang membutuhkan penyelesaian yang nyata
Menurut Rusman, 2010:46, menyatakan dari permasalahan nyata.
bahwa paedagogi pembelajaran berbasis Berdasarkan beberapa pengertian
masalah membantu akan menunjukkan dan pembelajaran berbasis masalah (problem
memperjelas cara berfikir serta kekayaan dari based learning) di atas, maka dapat
struktur dan proses kognitif yang terlibat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
didalamnya. Pembelajaran berbasis masalah masalah in merupakan model pembelajaran
ini mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, dimana siswa dituntut aktif untuk berfikir
motivasi yang mengarahkan suatu proses tingkat lebih tinggi dalam melakukan
belajar yang merancang berbagai macam penyelidikan terhadap masalah yang
kognisi pemecahan masalah. Inovasi disajikan.
pembelajaran berbasis masalah 1. Karakteristik Model Pembelajaran PBL
menggabungkan penggunaan dari aksese- (Problem Based Learning)
learning. Interdisipliner kreatif, penguasaan, Menurut Rusman, 2010:77,
dan pengembangan keterampilan individu. menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran
Istilah Pengajaran berbasis masalah berbasis masalah adalah sebagai berikut: (1)
diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Permasalahan menjadi starting point
Instruction (PBL). Model pengajaran dalam belajar; (2) Permasalahan yang
berdasarkan masalah ini dikenal sejak zaman diangkat adalah permasalahan yang ada
Jhon Dewey. Model pembelajaran ini mulai didunia nyata dan tidak terstruktur; (3)
diangkat sebab ditinjau secara umum Permasalahan membutuhkan perspektif ganda
pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari (multiple perspektive); (4) Permasalahan
menyajikan kepada siswa situasi masalah menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
yang autentik dan bermakna yang dapat siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian
memberikan kemudahan kepada mereka membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri dan bidang baru dalam belajar; (5) Belajar
(Trianto, 2010:91). pengarahan diri menjadi hal yang utama; (6)
Menurut Arrends dalam Trianto, Pemanfaatan sumber pengetahuan yang
2010:92, pengajaran berdasarkan masalah beragam, penggunaannya dan evaluasi
merupakan suatu pendekatan pembelajaran sumber informasi merupakan proses yang
dimana siswa mengerjakan permasalahan isensial dalam PBM; (7) Belajar dalah
yang autentik dengan maksud untuk kolaboratif, komunikasi dan kooperatif; (8)
menyusun pengetahuan mereka sendiri, Pengembangan keterampilan inkuiri dan
mengembangkan inkuiri dan keterampilan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari
kemandirian, dan percaya diri. solusi dari sebuah permasalahan; (9)
Model pembelajaran ini juga mengacu Keterbukaan proses dalam PBM meliputi
pada model pembelajaran yang satu ini, sintesis dan integrasi dari sebuah proses
seperti “pembelajaran berdasarkan proyek belajar; (10) PBM melibatkan evaluasi dan
(project-based intruction),” “pembelajaran

Jurnal Ilmiah Mandala Education |205


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

review pengalaman siswa dalam proses Membimbing mengumpulkan informasi yang


belajar. penyelidikan ind sesuai, melaksanakan eksperimen,
ividual untuk mendapatkan penjelasan
Menurut Mohammad Nur, 2011:105, maupun kelomp dan pemecahan masalah.
menyatakan bahwa sejumlah pengembang ok
pembelajaran berdasarkan masalah telah Fase 4 Guru membantu siswa dalam
mendeskripsikan model PBM dengan ciri-ciri Mengembangka merencanakan dan menyiapkan
atau fitur-fitur sebagai berikut: (1) n dan karya yang sesuai seperti laporan,
menyajikan hasi video, dan model serta membantu
Mengajukan pertanyaan atau masalah; (2)
l karya mereka untuk berbagi tugas
Berfokus pada interdisiplin; (3) Penyelidikan dengan temannya.
otentik; (4) Menghasilkan karya nyata dan Fase 5 Guru membantu siswa untuk
memamerkan; (5) Kolaborasi. Selain ciri-ciri Menganalisis da melakukan refleksi atau evaluasi
di atas, menurut Yadzni, 2002 dalam Nur n terhadap penyelidikan mereka dan
(2011:13) pembelajaran berdasarkan masalah mengevaluasi pr proses-proses yang mereka
oses gunakan.
juga memiliki ciri seperti berikut ini: (1) pemecahan mas
Berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator alah
atau pembimbing; (2) Belajar melampaui (Sumber:Ibrahim, 2000 dalam Rusman, 2011: 243)
konten. 3. Kelebihan Model Pembelajaran PBL (P
2. Sintaks Model Pembelajaran PBL (Prob roblem Based Learning)
lem Based Learning) Kelebihan dari model pembelajaran
Sintaks merupakan gambaran yang berdasarkan masalah adalah membantu dalam
berisi langkah-langkah praktis disertai dengan meningkatkan konektivitas, pengumpulan
serangkaian kegiatan pembelajaran. data, elaborasi dan komunikasi informasi
Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri (Rusman, 2010:236).
dari 5 langkah utama, yang dimulai dengan Kelebihan pembelajaran berdasarkan
guru memperkenalkan siswa dengan suatu masalah sebagai suatu model pembelajaran
situasi masalah, mengorganisasikan siswa adalah: (1) Realistic dengan kehidupan siswa;
untuk belajar, membimbing penyelidikan (2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;
individu maupun kelompok, mengembangkan (3) Memupuk sifat inkuiri siswa; (4) Retensi
dan menyajikan hasil karya dan diakhiri konsep jadi kuat; dan (5) Memupuk
dengan penyajian dan analisis hasil kerja kemampuan problem solving (Trianto,
siswa sebagai penyelesaian dari masalah yang 2010:96-97). Taufiq Amir, 2010:27-28,
diberikan. mengemukakan bahwa kelebihan PBL yaitu,
Kelima langkah tersebut dapat menjadi lebih ingat dan meningkat
dijelaskan berdasarkan langkah- langkah pada pemahamannya atas materi ajar,
tabel berikut: meningkatkan fokus pada pengetahuan yang
Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Ma relevan, mendorong untuk berfikir,
salah membangun kerja tim, membangun
Fase Tingkah Laku Guru kecakapan belajar, dan memotivasi
Fase 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajar.
Orientasi pembelajaran, menjelaskan
4. Kelemahan Pembelajaran PBL (Proble
siswa pada logistik yang dibutuhkan,
masalah mengajukan fenomena m Based Learning)
atau demonstrasi atau cerita untuk Menurut Yazdni, 2002 dalam Nur,
memunculkan masalah, 2011:35, menyatakan bahwa terdapat
memotifasi siswa untuk terlibat kekurangan dan keterbatasan ketika
dalam pemecahan masalah
mengimplementasikan kurikulum
yang dipilih.
Fase 2 Guru membantu siswa untuk pembelajaran berdasarkan masalah. Ada enam
Mengorganisasi mendefinisikan dan keterbatasan, yaitu: (1) Hasil belajar
siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar akademik siswa yang terlibat dalam
belajar yang berhubungan dengan pembelajaran berdasarkan masalah; (2)
masalah tersebut. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
Fase 3 Guru mendorong siswa untuk
implementasi; (3) Perubahan peran siswa

Jurnal Ilmiah Mandala Education |206


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

dalam proses pembelajaran; (4) Perubahan pembelajaran adalah perantara atau pengantar
peran guru dalam proses pembelajaran; (5) pesan dari pengirim kepenerima pesan.
Perumusan masalah-masalah yang sesuai; (6) Aktivitas Belajar
Asesmen yang valid atas program dan Menurut Nana Syaodih (2003:105)
pembelajaran siswa. Menurut Trianto, menyatakan bahwa aktivitas belajar akan
2010:127, mengemukakan bahwa kekurangan terjadi pada diri apabila terdapat interaksi
pembelajaran berbasis masalah antara lain: (1) antara situasi dan stimulus dengan isi memori
Persiapan pembelajaran yang kompleks; (2) sehingga prilakunya berubah dari waktu
Sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sebelum dan setelah adanya situasi stimulus
Sering terjadi mis-konsepsi; dan (4) tersebut. Perubahan prilaku pada diri
Konsumsi waktu yang cukup dalam proses pembelajar itu menunjukan bahwa pembelajar
penyelidikan. Sehingga banyak waktu yang telah melakukan aktivitas belajar. Pengajaran
tersita untuk proses tersebut. yang efektif adalah pengajaran yang
Media Pembelajaran menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
Media merupakan bentuk jamak dari melakukan aktivitas sendiri. Rohani (2004:6)
perantara (medium), Istilah ini merujuk pada mengemukakan bahwa belajar yang berhasil
apa saja yang membawa informasi antara harus melalui berbagaimacam aktivitas, baik
sebuah sumber dan sebuah penerima. Enam aktivitas fisik maupun aktivitas psikis.
kategori dasar media adalah teks, audio, Aktifitas fisika dalah peserta didik giat dan
visual, video, perekayasa (manipulative) aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu
(benda-benda), dan orang-orang. Tujuan dari bermainat aupun bekerja, ia tidak hanya
media adalah untuk memudahkan komunikasi duduk dan mendengarkan. Aktivitas psikis
dan belajar (Sharon E. Smaldino dkk, (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja
2011:7). sebanyak-banyaknya atau banyak fungsi
Menurut Criticos tahun 1996 dalam dalam rangka pembelajaran.
Daryanto, 2010:5, media merupakan salah Hasil Belajar
satu komponen komunikasi, yaitu sebagai 1. Pengertian hasil belajar
pembawa pesan dari komunikato rmenuju Menurut Witerington dalam Ngalim
komunikan. Secara umum dikatakan media Purwanto bahwa belajar adalah sesuatu
mempunyai kegunaan, antara lain: (1) perubahan yang menyatakan diri sebagai
Memperjelas pesan agar tidak terlalu suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
verbalistis; (2) Mengatasi keterbatasan ruang, kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau
tenaga dan daya indra; (3) Menimbulkan suatu pengertian.
gairah belajar; (4) Memungkinkan anak Belajar adalah proses perubahan dari
belajar mandiri sesuai dengan bakat dan belum mampu menjadi sudah mampu, yang
kemampuan visual, auditori dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
kinestetiknya; (5) Memberi rangsangan yang Perubahan yang terjadi harus secara relative
sama, mempersamakan pengalaman dan yang bersifat menetap (permanen) dan tidak
menimbulkan persepsi yang sama; (6) Proses hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
pembelajaran mengandung lima komponen nampak, tetapi perilaku yang mendatang.
komunikasi, guru (komunikator), bahan Belajar adalah suatu proses perubahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa didalam kepribadian manusia, dan perubahan
(komunikan), dan tujuan pembelajaran. tersebut ditampakkan dalam bentuk
Jadi, media pembelajaran adalah peningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk laku seperti peningkatan kecakapan,
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, keterampilan, daya piker dan lain-lain.
pikiran, dan perasaan siswa dalam kehiatan Sedangkan Dimyati tahun 2009 menyatakan
belajar untuk mencapai tujuan belajar bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
(Daryanto, 2010:5-6). Sadiman dalam Made, suatu interaksi tindak belajar dan mengajar.
2009:15, menyatakan bahwa media Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat

Jurnal Ilmiah Mandala Education |207


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam peran orang dewasa melalui keterlibatan
bentuk penguasaan pengetahuan, mereka dalam pengalaman nyata atau
keterampilan berfikir maupun keterampilan simulasi dan menjadi pembelajaran yang
motorik. Hasil belajar adalah perubahan otonom serta mandiri.
tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya Maka dari itu, untuk mencapai itu
salah satu aspek potensi kemanusian saja. semua diperlukan suatu kesungguhan dari
Artinya, hasil pembelajaran yang semua pihak dalam pelaksanaan penerapan
dikategorikan oleh para pakar pendidikan model problem based learning. Dengan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat kesungguhan dan dukungan dari semua pihak,
secara fragmentaris atau terpisah, melainkan maka tidak tertutup kemungkinan akan
komprehensif. Hasil belajar biasanya juga diperoleh hasil yang optimal dalam hal ini
dapat dilihat dari penguasaan pelajaran, ialah hasil belajar peserta didik. Dengan
tingkat penguasaan pelajaran menengah dan adanya model problem based learning,
dilambangkan huruf pada pendidikan tinggi. peserta didik lebih ditempatkan sebagai
Haryati, 2010:22, gemukakan bahwa pada subjek yang berperan dalam proses
umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan pembelajaran. Model problem based learning
menjadi tiga ranah yaitu: (1) Ranah Kognitif; secara umum dapat meningkatkan hasil
(2) Ranah Psikomotor; (3) Ranah Afektif. belajar peserta didik. Peningkatkan ini tidak
Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat hanya berupa Peningkatan kognitifnya saja,
dipisahkan satu sama lain. Setiap pelajaran melainkan peningkatkan pada ranah afektif
selalu mengandung ketiga ranah tersebut, dan psikomotornya juga. Karena model
namun penekanannya selalu berbeda. Mata problem based learning focus perhatian
ajar praktek lebih menekankan pada ranah pembelajaran tidak hanya pada perolehan
psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas
konsep lebih menekankan pada ranah penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya
kognitif. Namun kedua ranah tersebut dengan tes tertulis dan pensil. Teknik
mengandung ranah afektif. penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan
Dari pendapat di atas, diketahui bahwa model problem based learning adalah menilai
strategi merupakan salah salah satu faktor pekerjaan yang dihasilkan peserta didik
yang menentukan dalam pembelajaran Fisika. METODE PENELITIAN
Pembelajaran Fisika akan lebih bermakna Adapun subjek penelitian yang dikenai
apabila diimbangi dengan strategi belajar tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai
yang tepat, dalam hal ini pemilihan metode berikut.
dan penggunaan model pembelajaran yang a) Siswa kelas X IPA MAN Nagekeo
tepat sebagai alat hasi belajar peserta didik. semester genap tahun pelajaran 2018/2019
Pembelajaran harus melibatkan peserta dengan jumlah 18 orang.
didik secara aktif dalam belajar, terlebih lagi b) Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru
jika mereka dapat bekerja sama dan saling di model problem based learning
membantu untuk mencapai tujuan menggunakan simulasi macromedia flash.
pembelajaran. Penelitian dilaksanakan di MAN
2. Hubungan pembelajaran problem based Nagekeo yang beralokasi di jalan Masjid
learning dengan hasil belajar. Baiturrahman Alorongga Kelurahan Mbay I
Pengajaran dengan penerapan model Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa
problem based learning dirancang untuk Tenggara Timur. Penelitian ini dilaksanakan
membantu guru memberikan informasi selama 2 (dua) bulan, pelaksanaan penelitian
sebanyak- banyaknya kepada peserta didik. atau pengumpulan data mulai tanggal 4
Model problem based learning dikembangkan Februari 2019 sampai dengan 25 Maret 2019.
terutama untuk membantu peserta didik dalam Di dalam penelitian ini, prosedur
mengembangkan kemampuan berpikir, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
memecahkan masalah, dan keterampilan siklus-siklus tindakan (daur ulang). Daur
intelektual, serta belajar tentang berbagai ulang dalam penelitian diawali dengan

Jurnal Ilmiah Mandala Education |208


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

perencanaan (Planning), tindakan (Action), kalimat yang bermakna dan dianalisis secara
mengobservasi (Observation), dan melakukan kualitatif.
refleksi (Reflection), dan seterusnya sampai Teknik analisis data kualitatif ini
adanya peningkatan yang diharapkan tercapai, mengacu pada metode analisis dari Miles dan
Hopkins dalam Arikunto (2008:14). Prosedur Huberman (Sugiyono, 2009:247-252).
pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat Metode ini terdiri atas tiga komponen yaitu
dalam bagan dibawah ini: reduksi data, penyajiian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses
merangkum, melilih hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting
(Sugiyono, 2009:247). Reduksi data
dilakukan untuk mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Reduksi data dalam penelitan ini merupakan
proses penyeleksian dan penyederhanaan data
melalui seleksi, memfokuskan dan
pengabstrakan data mentah ke pola yang lebih
terarah. Data-data hasil observasi,
dokumentasi, dan wawancara dikelompokkan
berdasarkan kepentingan pada rumusan
Gambar 3.1 Prosedur siklus penelitian, masalah.
diadopsi dari Arikunto (2010:17) 2. Penyajian Data
Sudaryono (2012:101) mengemukakan Penyajian data dilakukan dalam rangka
bahwa tes merupakan himpunan pertanyaan penyusunan informasi secara sistematis mulai
yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang refleksi pada masing-masing siklus. Penyajian
yang dites. Tes digunakan untuk mengukur data ini dilakukan proses penampilan data
sejauh mana seorang siswa yang menguasai secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
pelajaran yang disampaikan terutama meliputi naratif dan disajikan dalam laporan yang
aspek pengetahuan dan keterampilan. sistematis dan mudah dipahami. Data
Menurut Arikunto (2006:53) tes disajikan dalam bentuk tabel.
merupakan alat atau prosedur yang digunakan 3. Penarikan Kesimpulan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu Penarikan kesimpulan merupakan upaya
dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan pencarian makna data yang terkumpul
yang sudah ditentukan. Instrumen yang tersebut disajikan dalam bentuk pernyataan
digunakan dalam penelitian ini adalah tes kalimat yang sangat singkat dan padat tetapi
objektif yang berupa soal essay. Tes ini mengandung pengertian yang luas.
dilakukan disetiap akhir siklus yaitu tes akhir Sementara untuk menghitung hasil tes
siklus I, dan tes akhir siklus II. Tes ini dan hasil observasi aktivitas belajar siswa
dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk dalam penelitian ini menggunakan percentage
mengukur tingkat penguasaan konsep disetiap correction. Besarnya nilai yang diperoleh
siklus oleh siswa terhadap materi pelajaran. oleh siswa merupakan persentase dari skor
Analisis data dalam penelitian ini maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika
yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif tes tersebut dikerjakan dengan hasil 100%
dilakukan dengan cara peneliti merefleksi betul (Ngalim Purwanto, 2004:102). Rumus
hasil observasi terhadap proses pembelajaran untuk menghitungnya yaitu:
yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa di NP = x 100
dalam kelas. Data yang berupa kata-kata dari
catatan lapangan diolah menjadi kalimat- Keterangan:

Jurnal Ilmiah Mandala Education |209


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
No Nama KKM Nilai Keterangan
NP : Nilai persen yang dicari 1. Adelita Alfitrah S.A Kadir 70 60 Tidak Tuntas
R : Skor mentah yang diperoleh peserta 2.
3.
Anggi Fitriany
Ardian Maukua
70
70
65
55
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
didik 4. Azizah Aulia Jaelani 70 70 Tuntas
5. Fahmi Satriono Baba 70 60 Tidak Tuntas
SM : Skor maksimum ideal 6. Fajrin Pua Dawe 70 65 Tidak Tuntas
7. Firmansyah 70 70 Tuntas
100 : Bilangan Tetap 8. Hediana H. Ibrahim 70 80 Tuntas
Suatu program atau tindakan 9.
10.
La Ade Muh Abdul
Muhammad Al Faisal
70
70
65
60
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
dikatakan berhasil apabila mampu mencapai 11. Navantry Rosyida 70 70 Tuntas
12. Nur Indriyani Wasing 70 55 Tidak Tuntas
kriteria yang telah ditentukan. Kriteria 13. Nuzira M. Saleh 70 60 Tidak Tuntas
14. Rizal Ilyas 70 75 Tuntas
keberhasilan tindakan pada penelitian ini 15. Siti Kalsum Pua Dawe 70 50 Tidak Tuntas
16. Siti Mariam Ulfa Adnan 70 65 Tidak Tuntas
mengacu pada pendapat Zainal Aqib 17. Yam Sasni Hamidah Tandi 70 55 Tidak Tuntas
(2011:41) dan diterapkan pada hasil observasi 18. Zulfikar
Jumlah
70 60
1140
Tidak Tuntas

aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata 63.33
Jumlah siswa yang tuntas 5 Siswa/28%
Kriteria keberhasilan tindakan tersebut yaitu:
Dari tabel di atas dinyatakan bahwa
1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
rata-rata nilai pada prasiklus adalah 63.33
rata-rata persentase tiap indikator hasil
dengan nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai
belajar siswa mencapai 70%.
terendah yaitu 50. Sedangkan siswa yang
2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
tuntas belajar atau sudah mencapai KKM
peningkatan hasil belajar siswa hingga
yang telah ditetapkan yakni 70 berjumlah 5
70% siswa di kelas memenuhi ketuntasan
siswa atau sebesar 28% dan siswa yang belum
minimal yakni 70.
tuntas belajar berjumlah 13 siswa atau 72%.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data di atas dapat
Hasil penelitian yang telah dilakukan
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
di kelas X IPA MAN Nagekeo dengan pokok
sebelum menggunakan pendekatan PBL
bahasan Usaha dan Energi pada penerapan
masih kurang karena belum memenuhi
model pembelajaran PBL menggunakan
kriteria yang telah ditetapkan yaitu 75% dari
simulasi macromedia flash ini yaitu aktivitas
jumlah siswa sudah mencapai KKM. Oleh
dan hasil belajar. Adapun hasil penelitian
karena itu, akan diadakan perbaikan tindakan
selama proses pelaksanaan pembelajaran,
dengan menggunakan pendekatan PBL untuk
diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa
1. Pra Siklus
kelas X IPA MAN Nagekeo.
Sebelum diadakan penelitian, peneliti
terlebih dahulu mengadakan kegiatan 2. Siklus I
1) Rencana (planning)
pratindakan. Tujuannya untuk memperoleh
Berdasarkan uraian di atas desain
data awal yang nantinya akan dijadikan
pembelajaran pada siklus pertama ini
sebagai pembanding terhadap hasil tindakan.
diterapkan pada materi pembalajaran usaha
Data yang diperoleh pada tahap pratindakan
dan energi. Format penyampaian materi
ini didapat melalui observasi dan pre test.
dilakukan oleh guru dan peneliti bertindak
Peneliti melakukan beberapa kali observasi
sebagai observer sekaligus operator media.
yang dilakukan seminggu sekali sebelum dan
Beberapa persiapan yang dilakukan oleh
selama penyusunan proposal penelitian.
peneliti dan guru sebelum melakukan
Observasi yang dilakukan meliputi proses
tindakan yaitu:
pembelajaran, penerapan pendekatan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan
pembelajaran serta prestasi belajar
Pembelajaran (RPP) yang kegiatannya
matematika siswa. Sedangkan pre test
disusun sesuai dengan metode
dilaksanakan pada hari Senin, 4 Februari 2019
pembelajaran (Problem based learning)
yang diikuti 18 siswa. Soal pre test terdiri dari
menggunakan simulasi macromedia flash.
5 soal uraian. Berikut ini data hasil belajar
b. Menyiapkan materi pelajaran yang akan
siswa pada prasiklus.
diajarkan, yaitu Usaha dan Energi.
Tabel 4.1. Data hasil belajar siswa kelas X
c. Menyusun instrumen penelitian yang
IPA MAN Nagekeo
berupa soal post test. Soal tes yang

Jurnal Ilmiah Mandala Education |210


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

diberikan kepada siswa berupa essay No Nama KKM Nilai Keterangan


1. Adelita Alfitrah S.A Kadir 70 70 Tuntas
untuk mengetahui hasil belajar siswa 2. Anggi Fitriany 70 65 Tidak Tuntas
terhadap mata pelajaran Fisika sebelum 3. Ardian Maukua 70 60 Tidak Tuntas
dan sesudah penerapan metode problem 4. Azizah Aulia Jaelani 70 70 Tuntas
5. Fahmi Satriono Baba 70 60 Tidak Tuntas
based learning. 6. Fajrin Pua Dawe 70 80 Tuntas
2) Pelaksanaan (action) 7. Firmansyah 70 70 Tuntas
Pertemuan ke 1 pertama dilaksanakan 8. Hediana H. Ibrahim 70 80 Tuntas
pada hari Senin, 11 Februari 2019. sebelum 9. La Ade Muh Abdul 70 65 Tidak Tuntas
10. Muhammad Al Faisal 70 85 Tuntas
pelaksanaan pembelajaran berlangsung 11. Navantry Rosyida 70 70 Tuntas
peneliti terlebih dahulu menyiapkan peralatan 12. Nur Indriyani Wasing 70 60 Tidak Tuntas
agar pemakaian media pembelajaran berjalan 13. Nuzira M. Saleh 70 80 Tuntas
14. Rizal Ilyas 70 75 Tuntas
dengan lancar. Peralatan yang disiapkan yaitu 15. Siti Kalsum Pua Dawe 70 70 Tuntas
buku dan LKS. Setelah itu peserta didik 16. Siti Mariam Ulfa Adnan 70 65 Tidak Tuntas
17. Yam Sasni Hamidah Tandi 70 75 Tuntas
dikondisikan untuk mengikuti proses
18. Zulfikar 70 65 Tidak Tuntas
pembelajaran, adapun serangkaian kegiatan Jumlah 1265
pada pertemuan pertama siklus I sebagai Nilai rata-rata 70.27
berikut: Jumlah siswa yang tuntas 11 Siswa/61.11%

1. Kegiatan Awal Dari tabel di atas dinyatakan bahwa


a. Guru mengucapkan salam dilanjutkan rata-rata nilai pada siklus I adalah 70.27
melakukan presensi kehadiran siswa. dengan nilai tertinggi yaitu 85 dan nilai
b. Guru menyampaikan tujuan terendah yaitu 60. Sedangkan siswa yang
pembelajaran dengan metode tuntas belajar atau sudah mencapai KKM
pembelajaran PBL (Problem based yang telah ditetapkan yakni 70 berjumlah 11
learning) menggunakan simulasi siswa atau sebesar 61.11% dan siswa yang
macromedia flash. belum tuntas belajar berjumlah 7 siswa atau
c. Guru menyampaikan materi 38.89%.
pembelajaran tentan Usaha dan Energi. Berdasarkan data di atas dapat
2. Kegiatan Inti disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
a. Guru menyampaikan materi sebelum menggunakan pendekatan PBL
pembelajaran dengan menggunakan masih kurang karena belum memenuhi
metode pembelajaran PBL kriteria yang telah ditetapkan yaitu 75% dari
menggunakan simulasi macromedia jumlah siswa sudah mencapai KKM. Oleh
flash. karena itu, akan diadakan perbaikan tindakan
b. Guru membagi siswa kedalam 4 dengan menggunakan pendekatan PBL untuk
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa
4-5 siswa. kelas X IPA MAN Nagekeo.
c. Guru menyuruh siswa untuk 4) Refleksi (reflection)
mempresentasikan hasil kerja Proses pembelajaran menggunakan
kelompoknya masing-masing metode berlangsung, guru maupun siswa telah
3. Kegiatan Akhir melaksanakan pembelajaran dengan baik.
a. Guru beserta siswa menyimpulkan materi Proses pembelajaran dengan menggunakan
yang telah dibahas. metode PBL, sudah mampu meningkatkan
b. Siswa mengerjakan tes formatif pada hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan
akhir pelajaran. respon positif yang dilakukan siswa dalam
3) Pengamatan (observation) pembalajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang Berdasarkan hasil pengamatan pada
dilakukan oleh peneliti diperoleh temuan siklus I, peneliti melihat adanya permasalahan
sebagai berikut: antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil belajar siswa siklus I 1) Siswa masih banyak yang belum
memahami materi yang telah disampaikan
karena pada saat simulasi kurang waktu.

Jurnal Ilmiah Mandala Education |211


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

2) Siswa masih merasa malu untuk bertanya dengan lancar. Peralatan yang disiapkan yaitu
mengemukakan pendapat/ berargumen. buku dan LKS. Setelah itu peserta didik
3) Masih banyak siswa tidak berhasil dalam dikondisikan untuk mengikuti proses
pembelajaran. pembelajaran, adapun serangkaian pada siklus
4) Masih ada beberapa siswa yang berbicara II sebagai berikut:
dengan teman sebelahnya ketika guru 1) Kegiatan awal
menjelaskan materi. a. Guru mengucapkan salam dilanjutkan
Berdasarkan hasil pengamatan yang melakukan presensi kehadiran siswa.
dilakukan oleh peneliti, maka perlu dibuat b. Guru menyampaikan tujuan
inovasi baru dan perbaikan konsep untuk pembelajaran dengan metode
diterapkan pada siklus II. Upaya yang perlu pembelajaran problem based learning
ditingkatkan adalah sebagai berikut: menggunakan simulasi macromedia
1) Menjelaskan materi secara perlahan agar flash.
siswa lebih mudah memahami. c. Guru menyampaikan materi
2) Memotivasi siswa untuk mengemukakan pembelajaran tentan Usaha dan Energi.
pendapat.
3) Melakukan simulasi secara terus menerus.
4) Untuk menurunkan aktivitas yang tidak
mendukung pembelajaran guru harus 2. Kegiatan Inti
menerapkan ceramah bervariasi daalam a. Guru memulai pembelajaran dengan
menyajikan materi. materi Usaha dan Energi menggunakan
3. Siklus II pembelajaran PBL dengan ceramah.
1) Rencana (planning) b. Guru menyampaikan materi
Berdasarkan uraian di atas desain pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran pada siklus kedua ini diterapkan metode pembelajaran PBL
pada materi pembalajaran Usaha dan Energi. menggunakan simulasi macromedia
Format penyampaian materi dilakukan oleh flash.
peneliti dan teman sejawat bertindak sebagai c. Guru membagi siswa kedalam 4
observer sekaligus operator media. Beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
persiapan yang dilakukan oleh peneliti dan 4-5 siswa.
dibantu teman sejawat sebelum melakukan d. Guru menyuruh siswa untuk
tindakan yaitu: mempresentasikan hasil kerja
a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan kelompoknya masing-masing
Pembelajaran (RPP) kegiatan disusun 3. Kegiatan Akhir
sesuai dengan metode pembelajaran a. Guru beserta siswa menyimpulkan
(Problem based learning) menggunakan materi yang telah dibahas.
simulasi macromedia flash. b. Siswa mengerjakan tes formatif pada
b. Menyiapkan materi pelajaran yang akan akhir pelajaran.
diajarkan, yaitu Usaha dan Energi. c. Guru menutup pelajaran dengan berdoa
c. Menyusun instrumen penelitian yang dan mengucapkan salam.
berupa soal post test. Soal tes yang 3) Pengamatan (observation)
diberikan kepada siswa berupa essay untuk Berdasarkan hasil pengamatan yang
mengetahui hasil belajar siswa terhadap dilakukan oleh peneliti diperoleh temuan
mata pelajaran Fisika sebelum dan sesudah sebagai berikut:
penerapan metode problem based learning. Tabel 4.3. Hasil belajar siswa siklus II
2) Pelaksanaan (action)
Pertemuan ke dua dilaksanakan pada
hari Senin, 18 Maret 2019. Sebelum
pelaksanaan pembelajaran berlangsung
peneliti terlebih dahulu menyiapkan peralatan
agar pemakaian media pembelajaran berjalan

Jurnal Ilmiah Mandala Education |212


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

No Nama KKM Nilai Keterangan terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan


1. Adelita Alfitrah S.A Kadir 70 80 Tuntas
2. Anggi Fitriany 70 85 Tuntas melebihi kriteria ketuntasan minimal. Siswa
3. Ardian Maukua 70 60 Tidak Tuntas
4. Azizah Aulia Jaelani 70 85 Tuntas
yang mencapai kriteria kelulusan minimal
5. Fahmi Satriono Baba 70 90 Tuntas meningkatkan menjadi 15 orang atau 83.33%.
6. Fajrin Pua Dawe 70 80 Tuntas
7. Firmansyah 70 85 Tuntas
Hasil pengamatan dan refleksi pada
8. Hediana H. Ibrahim 70 90 Tuntas siklus II, maka dapat dikatakan bahwa
9. La Ade Muh Abdul 70 65 Tidak Tuntas
10. Muhammad Al Faisal 70 90 Tuntas
penerapan metode pembelajaran PBL dapat
11. Navantry Rosyida 70 75 Tuntas meningkatkan hasil belajar siswa.
12. Nur Indriyani Wasing 70 80 Tuntas
13. Nuzira M. Saleh 70 85 Tuntas
Keunggulan yang ada perlu dipertahankan
14. Rizal Ilyas 70 90 Tuntas untuk mendukung peningkatan strategi
15. Siti Kalsum Pua Dawe 70 80 Tuntas
16. Siti Mariam Ulfa Adnan 70 90 Tuntas
pembelajaran selanjutnya. Beberapa
17. Yam Sasni Hamidah Tandi 70 75 Tuntas kelemahan yang ada dalam metode
18. Zulfikar 70 65 Tidak Tuntas
Jumlah 1450
pembelajaran PBL perlu penerjemahan yang
Nilai rata-rata 80.55 lebih baik untuk pertemuan selanjutnya. Hasil
Jumlah siswa yang tuntas 15 Siswa/
83.33% tes dari siklus I ke siklus II telah mengalami
Dari tabel di atas dinyatakan bahwa peningkatan. Peneliti dan teman sejawat
rata-rata nilai pada siklus II adalah 80.55 akhirnya mengadakan kesepakatan siklus
dengan nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai pembelajaran dapat dihentikan.
terendah yaitu 60. Sedangkan siswa yang PEMBAHASAN
tuntas belajar atau sudah mencapai KKM Penelitian tindakan kelas (PTK) ini
yang telah ditetapkan yakni 70 berjumlah 15 dilakukan sebagai penerapan model
siswa atau sebesar 83.33% dan siswa yang pembelajaran PBL (Problem based learning)
belum tuntas belajar berjumlah 3 siswa atau menggunakan simulasi macromedia flash
16.67%. dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa
Berdasarkan data di atas dapat di kelas X IPA MAN Nagekeo tahun plajaran
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa 2018/2019. Berdasarkan proses pembelajaran
sebelum menggunakan pendekatan PBL yang sudah dilakukan pada siklus I diperoleh
masih kurang karena belum memenuhi hasil penelitian yaitu hasil belajar siswa masih
kriteria yang telah ditetapkan yaitu 75% dari belum mencapai ketuntasan secara klasikal.
jumlah siswa sudah mencapai KKM. Oleh Hal tersebut disebabkan karena kekurangan-
karena itu, akan diadakan perbaikan tindakan kekurangan selama proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan PBL untuk dalam menerapkan model pembelajaran PBL
meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa (Problem based learning) menggunakan
kelas X IPA MAN Nagekeo. simulasi macromedia flash.
4) Refleksi (reflection) Terdapat beberapa kekurangan pada
Setelah selesai melakukan tindakan, hal proses pembelajaran siklus I, seperti dalam
yang kemudian dilakukan peneliti bersama pembelajaran siswa kurang fokus selama
guru yaitu melakukan evaluasi dari hasil tes belajar, guru kurang membimbing siswa
dan observasi. Hasil observasi pada siklus II, selama simulasi sehingga beberapa siswa
dapat dikatakan bahwa penerapan metode enggan untuk menanyakan masalah yang
pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belum jelas dalam materi dan terlihat kurang
belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran serius dalam melakukan simulasi. Hal
dengan menggunakan metode pembelajaran tersebut dikarenakan kemampuan guru dalam
PBL dapat terlaksana secara optimal. mengalokasi waktu pembelajaran dan
Partisipasi belajar siswa yang diharapkan mengelola kelas masih kurang. Tidak hanya
peneliti dapat terwujud. Partisipasi belajar itu, siswa masih dalam tahap menyesuaikan
siswa yang meningkatkan merupakan diri dengan situasi dan model pembalajaran
indikator yang menunjukan bahwa siswa lebih yang baru.
termotivasi dalam belajar. Sedangkan hasil tes Pada siklus II, guru melakukan
siswa menunjukan bahwa dalam siklus II ini beberapa upaya perbaikan sesuai dengan
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada

Jurnal Ilmiah Mandala Education |213


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

siklus I. Perbaikan yang dilakukan antara lain II nilai rata-rata yang diperoleh siswa,
selalu menghimbau kepada seluruh siswa yaitu 80.55 dengan ketuntasan
untuk lebih fokus dalam belajar. Dalam belajar 83.33%.
kegiatan simulasi guru menghampiri siswa SARAN
untuk menanyakan masalah yang dihadapi Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
oleh siswa tersebut kemudian menghimbau maka disarankan:
kepada siswa untuk tetap memperhatikan 1. Pemilihan materi yang tepat harus
materi yang diulang. dipertimbangkan agar bisa dioptimalkan
Setelah upaya yang dilakukan pada dengan macromedia flash yang digunakan.
siklus II, terlihat bahwa hasil observasi 2. Penerapan model ini harus melibatkan
kegiatan guru untuk setiap pertemuan disiklus semua siswa secara aktif dan membimbing
II berjalan baik sesuai rencana pembelajaran siswa dalam simulasi.
yang telah dicantumkan dalam RPP hasil 3. Dalam menggunakan model pembelajaran
belajar siswa yang mengalami peningkatan Problem Based Learning hendaknya guru
dapat dilihat dari hasil evaluasi pada siklus I memperhatikan dan menggunakan waktu
nilai rata-rata kelas 70.27 meningkat menjadi yang sebaik-baiknya.
80.55 pada siklus II. Ketuntasan klasikal 4. Diharapkan penerapan model Problem
belajar siswa sebesar 61.11% pada siklus I Based Learning dengan menggunakan
meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. simulasi macromedia flash ini dapat
Karena pada siklus II sudah tercapai dilakukan pada penelitian berikutnya.
ketuntasan belajar secara klasikal maka DAFTAR PUSTAKA
penelitian dihentikan. Ketercapaian Achmad Sugandi, dkk. 2007. Teori
ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan Pembelajaran. Semarang: UPT MKK
bahwa penerapan model pembelajaran PBL Universitas Negeri Semarang.
(Problem based learning) menggunakan Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan
simulasi macromedia flash dapat Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X . 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
IPA MAN Nagekeo tahun plajaran Jakarta: Bumi Aksara.
2018/2019. Aqib Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan
SIMPULAN Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.
Berdasarkan hasil penelitian dan Bandung: Yrama Widya
pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.
berikut: Yogyakarta: Gava Media.
1. Penerapan Problem Based Learning Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
menggunakan simulasi macro media Flash Jakarta: PT Rineka Cipta.
pada konsep hukum Newton dan Haryati. 2010. Model dan tehnik Penilaian
Penerapannya dapat meningkatkan hasil Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
belajar siswa kelas X IPA MAN Nagekeo. Jakarta: Gaung Persada Press.
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif.
hasil belajar siswa pada tiap siklusnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Skor rata-rata hasil belajar siswa pada Kamajaya. 2007. Fisika Kelas X Sekolah
siklus I sebesar 11 siswa dalam kriteria Menengah Atas. Bandung: Grafindo
baik, dan pada siklus II meningkat menjadi Media Pratama.
15 siswa dengan kriteria sangat baik. Kusairi. 2008. Konsep Pendidikan Islam
2. Penerapan model pembelajaran Problem Perspektif Dr. Sir Muhammad Iqbal
Based Learning menggunakan simulasi dalam Menciptakan Insan Kamil,
macromedia flash dapat meningkatkan (Skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas
hasil belajar siswa kelas X IPA MAN Islam Negeri (UIN) Malang.
Nagekeo. Padas siklus I nilai rata-rata yang Ngalim Purwanto. 2004. Prinsip-Prinsip dan
diperoleh siswa, yaitu 70.27 dengan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung :
ketuntasan belajar 61.11%, dan pada siklus Rosdakarya.

Jurnal Ilmiah Mandala Education |214


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor


yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta.
Syaodih, N. 2003. Landasan Pendidikan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Prayitno dan Manullang. 2010. Pendidikan
Karakter Dalam Pembangunan Bangsa.
Sumatera Utara: Pascasarjana USU.
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar
Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Diva
Press. Jogjakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Rizema Putra. 2013. Desain Belajar
Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Jogjakarta: Diva Press (Anggota IKAPI).
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rohani. 2004.
Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Trianto. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
PT Putra Grafika.

Jurnal Ilmiah Mandala Education |215

Anda mungkin juga menyukai