April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
Penerapan Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Macromedia Flash Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Usaha Dan Energi Pada Siswa Kelas X IPA MAN
Nagekeo Tahun Pelajaran 2018/2019
Istiana, S.Pd
NIP. 196905061997022004
Guru MAN Nagekeo Nusa Tenggara Timur
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika materi Usaha dan Energi
siswa kelas X IPA MAN Nagekeo melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
menggunakan simulasi macromedia flash. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA MAN Nagekeo semester genap dengan
jumlah 18 siswa. Instrumen dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan teknik tes hasil belajar
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
data tes, dan dokumentasi. Adapun hasil dalam penelitian ini adalah bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dapat dilihat dari hasil evaluasi pada siklus I nilai rata-rata kelas 70.27
meningkat menjadi 80.55 pada siklus II. Ketuntasan klasikal belajar siswa sebesar 61.11% pada
siklus I meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Karena pada siklus II sudah tercapai ketuntasan
belajar secara klasikal maka penelitian dihentikan. Ketercapaian ketuntasan belajar pada siklus II
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL (Problem based learning) menggunakan
simulasi macromedia flash dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA MAN Nagekeo
tahun plajaran 2018/2019.
Kata kunci : Model Pembelajaran Problem Based Learning, Simulasi Macromedia Flash, Hasil
Belajar.
dalam proses pembelajaran; (4) Perubahan pembelajaran adalah perantara atau pengantar
peran guru dalam proses pembelajaran; (5) pesan dari pengirim kepenerima pesan.
Perumusan masalah-masalah yang sesuai; (6) Aktivitas Belajar
Asesmen yang valid atas program dan Menurut Nana Syaodih (2003:105)
pembelajaran siswa. Menurut Trianto, menyatakan bahwa aktivitas belajar akan
2010:127, mengemukakan bahwa kekurangan terjadi pada diri apabila terdapat interaksi
pembelajaran berbasis masalah antara lain: (1) antara situasi dan stimulus dengan isi memori
Persiapan pembelajaran yang kompleks; (2) sehingga prilakunya berubah dari waktu
Sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sebelum dan setelah adanya situasi stimulus
Sering terjadi mis-konsepsi; dan (4) tersebut. Perubahan prilaku pada diri
Konsumsi waktu yang cukup dalam proses pembelajar itu menunjukan bahwa pembelajar
penyelidikan. Sehingga banyak waktu yang telah melakukan aktivitas belajar. Pengajaran
tersita untuk proses tersebut. yang efektif adalah pengajaran yang
Media Pembelajaran menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
Media merupakan bentuk jamak dari melakukan aktivitas sendiri. Rohani (2004:6)
perantara (medium), Istilah ini merujuk pada mengemukakan bahwa belajar yang berhasil
apa saja yang membawa informasi antara harus melalui berbagaimacam aktivitas, baik
sebuah sumber dan sebuah penerima. Enam aktivitas fisik maupun aktivitas psikis.
kategori dasar media adalah teks, audio, Aktifitas fisika dalah peserta didik giat dan
visual, video, perekayasa (manipulative) aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu
(benda-benda), dan orang-orang. Tujuan dari bermainat aupun bekerja, ia tidak hanya
media adalah untuk memudahkan komunikasi duduk dan mendengarkan. Aktivitas psikis
dan belajar (Sharon E. Smaldino dkk, (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja
2011:7). sebanyak-banyaknya atau banyak fungsi
Menurut Criticos tahun 1996 dalam dalam rangka pembelajaran.
Daryanto, 2010:5, media merupakan salah Hasil Belajar
satu komponen komunikasi, yaitu sebagai 1. Pengertian hasil belajar
pembawa pesan dari komunikato rmenuju Menurut Witerington dalam Ngalim
komunikan. Secara umum dikatakan media Purwanto bahwa belajar adalah sesuatu
mempunyai kegunaan, antara lain: (1) perubahan yang menyatakan diri sebagai
Memperjelas pesan agar tidak terlalu suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
verbalistis; (2) Mengatasi keterbatasan ruang, kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau
tenaga dan daya indra; (3) Menimbulkan suatu pengertian.
gairah belajar; (4) Memungkinkan anak Belajar adalah proses perubahan dari
belajar mandiri sesuai dengan bakat dan belum mampu menjadi sudah mampu, yang
kemampuan visual, auditori dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
kinestetiknya; (5) Memberi rangsangan yang Perubahan yang terjadi harus secara relative
sama, mempersamakan pengalaman dan yang bersifat menetap (permanen) dan tidak
menimbulkan persepsi yang sama; (6) Proses hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
pembelajaran mengandung lima komponen nampak, tetapi perilaku yang mendatang.
komunikasi, guru (komunikator), bahan Belajar adalah suatu proses perubahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa didalam kepribadian manusia, dan perubahan
(komunikan), dan tujuan pembelajaran. tersebut ditampakkan dalam bentuk
Jadi, media pembelajaran adalah peningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk laku seperti peningkatan kecakapan,
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, keterampilan, daya piker dan lain-lain.
pikiran, dan perasaan siswa dalam kehiatan Sedangkan Dimyati tahun 2009 menyatakan
belajar untuk mencapai tujuan belajar bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
(Daryanto, 2010:5-6). Sadiman dalam Made, suatu interaksi tindak belajar dan mengajar.
2009:15, menyatakan bahwa media Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat
dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam peran orang dewasa melalui keterlibatan
bentuk penguasaan pengetahuan, mereka dalam pengalaman nyata atau
keterampilan berfikir maupun keterampilan simulasi dan menjadi pembelajaran yang
motorik. Hasil belajar adalah perubahan otonom serta mandiri.
tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya Maka dari itu, untuk mencapai itu
salah satu aspek potensi kemanusian saja. semua diperlukan suatu kesungguhan dari
Artinya, hasil pembelajaran yang semua pihak dalam pelaksanaan penerapan
dikategorikan oleh para pakar pendidikan model problem based learning. Dengan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat kesungguhan dan dukungan dari semua pihak,
secara fragmentaris atau terpisah, melainkan maka tidak tertutup kemungkinan akan
komprehensif. Hasil belajar biasanya juga diperoleh hasil yang optimal dalam hal ini
dapat dilihat dari penguasaan pelajaran, ialah hasil belajar peserta didik. Dengan
tingkat penguasaan pelajaran menengah dan adanya model problem based learning,
dilambangkan huruf pada pendidikan tinggi. peserta didik lebih ditempatkan sebagai
Haryati, 2010:22, gemukakan bahwa pada subjek yang berperan dalam proses
umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan pembelajaran. Model problem based learning
menjadi tiga ranah yaitu: (1) Ranah Kognitif; secara umum dapat meningkatkan hasil
(2) Ranah Psikomotor; (3) Ranah Afektif. belajar peserta didik. Peningkatkan ini tidak
Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat hanya berupa Peningkatan kognitifnya saja,
dipisahkan satu sama lain. Setiap pelajaran melainkan peningkatkan pada ranah afektif
selalu mengandung ketiga ranah tersebut, dan psikomotornya juga. Karena model
namun penekanannya selalu berbeda. Mata problem based learning focus perhatian
ajar praktek lebih menekankan pada ranah pembelajaran tidak hanya pada perolehan
psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas
konsep lebih menekankan pada ranah penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya
kognitif. Namun kedua ranah tersebut dengan tes tertulis dan pensil. Teknik
mengandung ranah afektif. penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan
Dari pendapat di atas, diketahui bahwa model problem based learning adalah menilai
strategi merupakan salah salah satu faktor pekerjaan yang dihasilkan peserta didik
yang menentukan dalam pembelajaran Fisika. METODE PENELITIAN
Pembelajaran Fisika akan lebih bermakna Adapun subjek penelitian yang dikenai
apabila diimbangi dengan strategi belajar tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai
yang tepat, dalam hal ini pemilihan metode berikut.
dan penggunaan model pembelajaran yang a) Siswa kelas X IPA MAN Nagekeo
tepat sebagai alat hasi belajar peserta didik. semester genap tahun pelajaran 2018/2019
Pembelajaran harus melibatkan peserta dengan jumlah 18 orang.
didik secara aktif dalam belajar, terlebih lagi b) Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru
jika mereka dapat bekerja sama dan saling di model problem based learning
membantu untuk mencapai tujuan menggunakan simulasi macromedia flash.
pembelajaran. Penelitian dilaksanakan di MAN
2. Hubungan pembelajaran problem based Nagekeo yang beralokasi di jalan Masjid
learning dengan hasil belajar. Baiturrahman Alorongga Kelurahan Mbay I
Pengajaran dengan penerapan model Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Nusa
problem based learning dirancang untuk Tenggara Timur. Penelitian ini dilaksanakan
membantu guru memberikan informasi selama 2 (dua) bulan, pelaksanaan penelitian
sebanyak- banyaknya kepada peserta didik. atau pengumpulan data mulai tanggal 4
Model problem based learning dikembangkan Februari 2019 sampai dengan 25 Maret 2019.
terutama untuk membantu peserta didik dalam Di dalam penelitian ini, prosedur
mengembangkan kemampuan berpikir, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
memecahkan masalah, dan keterampilan siklus-siklus tindakan (daur ulang). Daur
intelektual, serta belajar tentang berbagai ulang dalam penelitian diawali dengan
perencanaan (Planning), tindakan (Action), kalimat yang bermakna dan dianalisis secara
mengobservasi (Observation), dan melakukan kualitatif.
refleksi (Reflection), dan seterusnya sampai Teknik analisis data kualitatif ini
adanya peningkatan yang diharapkan tercapai, mengacu pada metode analisis dari Miles dan
Hopkins dalam Arikunto (2008:14). Prosedur Huberman (Sugiyono, 2009:247-252).
pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat Metode ini terdiri atas tiga komponen yaitu
dalam bagan dibawah ini: reduksi data, penyajiian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses
merangkum, melilih hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting
(Sugiyono, 2009:247). Reduksi data
dilakukan untuk mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Reduksi data dalam penelitan ini merupakan
proses penyeleksian dan penyederhanaan data
melalui seleksi, memfokuskan dan
pengabstrakan data mentah ke pola yang lebih
terarah. Data-data hasil observasi,
dokumentasi, dan wawancara dikelompokkan
berdasarkan kepentingan pada rumusan
Gambar 3.1 Prosedur siklus penelitian, masalah.
diadopsi dari Arikunto (2010:17) 2. Penyajian Data
Sudaryono (2012:101) mengemukakan Penyajian data dilakukan dalam rangka
bahwa tes merupakan himpunan pertanyaan penyusunan informasi secara sistematis mulai
yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang refleksi pada masing-masing siklus. Penyajian
yang dites. Tes digunakan untuk mengukur data ini dilakukan proses penampilan data
sejauh mana seorang siswa yang menguasai secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
pelajaran yang disampaikan terutama meliputi naratif dan disajikan dalam laporan yang
aspek pengetahuan dan keterampilan. sistematis dan mudah dipahami. Data
Menurut Arikunto (2006:53) tes disajikan dalam bentuk tabel.
merupakan alat atau prosedur yang digunakan 3. Penarikan Kesimpulan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu Penarikan kesimpulan merupakan upaya
dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan pencarian makna data yang terkumpul
yang sudah ditentukan. Instrumen yang tersebut disajikan dalam bentuk pernyataan
digunakan dalam penelitian ini adalah tes kalimat yang sangat singkat dan padat tetapi
objektif yang berupa soal essay. Tes ini mengandung pengertian yang luas.
dilakukan disetiap akhir siklus yaitu tes akhir Sementara untuk menghitung hasil tes
siklus I, dan tes akhir siklus II. Tes ini dan hasil observasi aktivitas belajar siswa
dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk dalam penelitian ini menggunakan percentage
mengukur tingkat penguasaan konsep disetiap correction. Besarnya nilai yang diperoleh
siklus oleh siswa terhadap materi pelajaran. oleh siswa merupakan persentase dari skor
Analisis data dalam penelitian ini maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika
yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif tes tersebut dikerjakan dengan hasil 100%
dilakukan dengan cara peneliti merefleksi betul (Ngalim Purwanto, 2004:102). Rumus
hasil observasi terhadap proses pembelajaran untuk menghitungnya yaitu:
yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa di NP = x 100
dalam kelas. Data yang berupa kata-kata dari
catatan lapangan diolah menjadi kalimat- Keterangan:
aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata 63.33
Jumlah siswa yang tuntas 5 Siswa/28%
Kriteria keberhasilan tindakan tersebut yaitu:
Dari tabel di atas dinyatakan bahwa
1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
rata-rata nilai pada prasiklus adalah 63.33
rata-rata persentase tiap indikator hasil
dengan nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai
belajar siswa mencapai 70%.
terendah yaitu 50. Sedangkan siswa yang
2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
tuntas belajar atau sudah mencapai KKM
peningkatan hasil belajar siswa hingga
yang telah ditetapkan yakni 70 berjumlah 5
70% siswa di kelas memenuhi ketuntasan
siswa atau sebesar 28% dan siswa yang belum
minimal yakni 70.
tuntas belajar berjumlah 13 siswa atau 72%.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data di atas dapat
Hasil penelitian yang telah dilakukan
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
di kelas X IPA MAN Nagekeo dengan pokok
sebelum menggunakan pendekatan PBL
bahasan Usaha dan Energi pada penerapan
masih kurang karena belum memenuhi
model pembelajaran PBL menggunakan
kriteria yang telah ditetapkan yaitu 75% dari
simulasi macromedia flash ini yaitu aktivitas
jumlah siswa sudah mencapai KKM. Oleh
dan hasil belajar. Adapun hasil penelitian
karena itu, akan diadakan perbaikan tindakan
selama proses pelaksanaan pembelajaran,
dengan menggunakan pendekatan PBL untuk
diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa
1. Pra Siklus
kelas X IPA MAN Nagekeo.
Sebelum diadakan penelitian, peneliti
terlebih dahulu mengadakan kegiatan 2. Siklus I
1) Rencana (planning)
pratindakan. Tujuannya untuk memperoleh
Berdasarkan uraian di atas desain
data awal yang nantinya akan dijadikan
pembelajaran pada siklus pertama ini
sebagai pembanding terhadap hasil tindakan.
diterapkan pada materi pembalajaran usaha
Data yang diperoleh pada tahap pratindakan
dan energi. Format penyampaian materi
ini didapat melalui observasi dan pre test.
dilakukan oleh guru dan peneliti bertindak
Peneliti melakukan beberapa kali observasi
sebagai observer sekaligus operator media.
yang dilakukan seminggu sekali sebelum dan
Beberapa persiapan yang dilakukan oleh
selama penyusunan proposal penelitian.
peneliti dan guru sebelum melakukan
Observasi yang dilakukan meliputi proses
tindakan yaitu:
pembelajaran, penerapan pendekatan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan
pembelajaran serta prestasi belajar
Pembelajaran (RPP) yang kegiatannya
matematika siswa. Sedangkan pre test
disusun sesuai dengan metode
dilaksanakan pada hari Senin, 4 Februari 2019
pembelajaran (Problem based learning)
yang diikuti 18 siswa. Soal pre test terdiri dari
menggunakan simulasi macromedia flash.
5 soal uraian. Berikut ini data hasil belajar
b. Menyiapkan materi pelajaran yang akan
siswa pada prasiklus.
diajarkan, yaitu Usaha dan Energi.
Tabel 4.1. Data hasil belajar siswa kelas X
c. Menyusun instrumen penelitian yang
IPA MAN Nagekeo
berupa soal post test. Soal tes yang
2) Siswa masih merasa malu untuk bertanya dengan lancar. Peralatan yang disiapkan yaitu
mengemukakan pendapat/ berargumen. buku dan LKS. Setelah itu peserta didik
3) Masih banyak siswa tidak berhasil dalam dikondisikan untuk mengikuti proses
pembelajaran. pembelajaran, adapun serangkaian pada siklus
4) Masih ada beberapa siswa yang berbicara II sebagai berikut:
dengan teman sebelahnya ketika guru 1) Kegiatan awal
menjelaskan materi. a. Guru mengucapkan salam dilanjutkan
Berdasarkan hasil pengamatan yang melakukan presensi kehadiran siswa.
dilakukan oleh peneliti, maka perlu dibuat b. Guru menyampaikan tujuan
inovasi baru dan perbaikan konsep untuk pembelajaran dengan metode
diterapkan pada siklus II. Upaya yang perlu pembelajaran problem based learning
ditingkatkan adalah sebagai berikut: menggunakan simulasi macromedia
1) Menjelaskan materi secara perlahan agar flash.
siswa lebih mudah memahami. c. Guru menyampaikan materi
2) Memotivasi siswa untuk mengemukakan pembelajaran tentan Usaha dan Energi.
pendapat.
3) Melakukan simulasi secara terus menerus.
4) Untuk menurunkan aktivitas yang tidak
mendukung pembelajaran guru harus 2. Kegiatan Inti
menerapkan ceramah bervariasi daalam a. Guru memulai pembelajaran dengan
menyajikan materi. materi Usaha dan Energi menggunakan
3. Siklus II pembelajaran PBL dengan ceramah.
1) Rencana (planning) b. Guru menyampaikan materi
Berdasarkan uraian di atas desain pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran pada siklus kedua ini diterapkan metode pembelajaran PBL
pada materi pembalajaran Usaha dan Energi. menggunakan simulasi macromedia
Format penyampaian materi dilakukan oleh flash.
peneliti dan teman sejawat bertindak sebagai c. Guru membagi siswa kedalam 4
observer sekaligus operator media. Beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
persiapan yang dilakukan oleh peneliti dan 4-5 siswa.
dibantu teman sejawat sebelum melakukan d. Guru menyuruh siswa untuk
tindakan yaitu: mempresentasikan hasil kerja
a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan kelompoknya masing-masing
Pembelajaran (RPP) kegiatan disusun 3. Kegiatan Akhir
sesuai dengan metode pembelajaran a. Guru beserta siswa menyimpulkan
(Problem based learning) menggunakan materi yang telah dibahas.
simulasi macromedia flash. b. Siswa mengerjakan tes formatif pada
b. Menyiapkan materi pelajaran yang akan akhir pelajaran.
diajarkan, yaitu Usaha dan Energi. c. Guru menutup pelajaran dengan berdoa
c. Menyusun instrumen penelitian yang dan mengucapkan salam.
berupa soal post test. Soal tes yang 3) Pengamatan (observation)
diberikan kepada siswa berupa essay untuk Berdasarkan hasil pengamatan yang
mengetahui hasil belajar siswa terhadap dilakukan oleh peneliti diperoleh temuan
mata pelajaran Fisika sebelum dan sesudah sebagai berikut:
penerapan metode problem based learning. Tabel 4.3. Hasil belajar siswa siklus II
2) Pelaksanaan (action)
Pertemuan ke dua dilaksanakan pada
hari Senin, 18 Maret 2019. Sebelum
pelaksanaan pembelajaran berlangsung
peneliti terlebih dahulu menyiapkan peralatan
agar pemakaian media pembelajaran berjalan
siklus I. Perbaikan yang dilakukan antara lain II nilai rata-rata yang diperoleh siswa,
selalu menghimbau kepada seluruh siswa yaitu 80.55 dengan ketuntasan
untuk lebih fokus dalam belajar. Dalam belajar 83.33%.
kegiatan simulasi guru menghampiri siswa SARAN
untuk menanyakan masalah yang dihadapi Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
oleh siswa tersebut kemudian menghimbau maka disarankan:
kepada siswa untuk tetap memperhatikan 1. Pemilihan materi yang tepat harus
materi yang diulang. dipertimbangkan agar bisa dioptimalkan
Setelah upaya yang dilakukan pada dengan macromedia flash yang digunakan.
siklus II, terlihat bahwa hasil observasi 2. Penerapan model ini harus melibatkan
kegiatan guru untuk setiap pertemuan disiklus semua siswa secara aktif dan membimbing
II berjalan baik sesuai rencana pembelajaran siswa dalam simulasi.
yang telah dicantumkan dalam RPP hasil 3. Dalam menggunakan model pembelajaran
belajar siswa yang mengalami peningkatan Problem Based Learning hendaknya guru
dapat dilihat dari hasil evaluasi pada siklus I memperhatikan dan menggunakan waktu
nilai rata-rata kelas 70.27 meningkat menjadi yang sebaik-baiknya.
80.55 pada siklus II. Ketuntasan klasikal 4. Diharapkan penerapan model Problem
belajar siswa sebesar 61.11% pada siklus I Based Learning dengan menggunakan
meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. simulasi macromedia flash ini dapat
Karena pada siklus II sudah tercapai dilakukan pada penelitian berikutnya.
ketuntasan belajar secara klasikal maka DAFTAR PUSTAKA
penelitian dihentikan. Ketercapaian Achmad Sugandi, dkk. 2007. Teori
ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan Pembelajaran. Semarang: UPT MKK
bahwa penerapan model pembelajaran PBL Universitas Negeri Semarang.
(Problem based learning) menggunakan Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan
simulasi macromedia flash dapat Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X . 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
IPA MAN Nagekeo tahun plajaran Jakarta: Bumi Aksara.
2018/2019. Aqib Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan
SIMPULAN Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.
Berdasarkan hasil penelitian dan Bandung: Yrama Widya
pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.
berikut: Yogyakarta: Gava Media.
1. Penerapan Problem Based Learning Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
menggunakan simulasi macro media Flash Jakarta: PT Rineka Cipta.
pada konsep hukum Newton dan Haryati. 2010. Model dan tehnik Penilaian
Penerapannya dapat meningkatkan hasil Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
belajar siswa kelas X IPA MAN Nagekeo. Jakarta: Gaung Persada Press.
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif.
hasil belajar siswa pada tiap siklusnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Skor rata-rata hasil belajar siswa pada Kamajaya. 2007. Fisika Kelas X Sekolah
siklus I sebesar 11 siswa dalam kriteria Menengah Atas. Bandung: Grafindo
baik, dan pada siklus II meningkat menjadi Media Pratama.
15 siswa dengan kriteria sangat baik. Kusairi. 2008. Konsep Pendidikan Islam
2. Penerapan model pembelajaran Problem Perspektif Dr. Sir Muhammad Iqbal
Based Learning menggunakan simulasi dalam Menciptakan Insan Kamil,
macromedia flash dapat meningkatkan (Skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas
hasil belajar siswa kelas X IPA MAN Islam Negeri (UIN) Malang.
Nagekeo. Padas siklus I nilai rata-rata yang Ngalim Purwanto. 2004. Prinsip-Prinsip dan
diperoleh siswa, yaitu 70.27 dengan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung :
ketuntasan belajar 61.11%, dan pada siklus Rosdakarya.